Anda di halaman 1dari 38

201

Gerhana
UIN SUNAN KALIJAGA
NISRINA KHOIRUNISA & SITI KHAFSOH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
yaitu buku saku tentang gerhana.

Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan


sampai penulisan kami mendapatkan bantuan, petunjuk,
dan bimbingan dari pihak lain baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena iti, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu winarti
selaku pembimbing dan partner kerja yang sudah
berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa buku saku ini banyak memiliki


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk para
pembaca buku ini untuk perbaikan dimasa yang akan
datang, dan penulis juga berharap semoga buku saku ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

1
Yogyakarta, Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................ iii

BAB I .................................................................................. 1

Gerhana dalam Mitologi Manusia .......................... 1

Gerhana dalam Perspektif Astronomi .................... 3

Gerhana dalam Perspektif Islam ............................. 6

BAB II ................................................................................. 12

Gerhana Matahari ................................................... 12

Gerhana Bulan ........................................................ 16

Waktu kontak gerhana ........................................... 21

BAB III ................................................................................ 24

BAB IV ................................................................................ 27

Cara Aman Mengamati Gerhana ............................ 27

Manfaat Gerhana .................................................... 29

Bahaya Gerhana ...................................................... 30

Daftar Pustaka ................................................................... 33

3
BAB I
1. 1Gerhana dalam Mitologi Manusia
Setiap manusia dari belahan bumi manapun
memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai
fenomena alam gerhana ini seiring dengan perkebangan
zaman dan peradabannya. Masyarakat memiliki ekspresi
yang beragam terhadap peristiwa ini. Ekspresi seperti
ketakutan, kekaguman, hingga timbul suatu ritual
pemujaan terhadap matahari atau bulan ketika terjadinya
gerhama yang berasal dari mitos, kepercayaan, ataupun
legenda yang berkembang di masyarakat.
Pada masa kekaisaran Tiongkok Kuno, terjadinya
gerhana dianggap sebagai tanda munculnya suatu
musibah. Pada zaman ini terdapat posisi astronom yang
memiliki kasta tertinggi yang memiliki tugas mengamati
pergerakan benda-benda langit sebagai penentu masa
tanam dan panem, serta penentuan hari baik untuk suatu
perayaan ritual.1

1
Panitia Nasional GMT. 2016. The Eclipse GMT: Catatan Peristiwa 9
Maret 2016. Jakarta. LAPAN. hlm 7

4
Gambar 1.1 Pengamatan Gerhana di Masa Kekaisaran
Tiongkok Kuno
Mitologi yang berkembang di kalangan
masyarakat Yunani Kuno tidak jauh berbeda dengan
kekaisaran Tiongkok Kuno. Gerhana matahari khususnya
dianggap sebagai tanda kemarahan dewa. Matahari
dianggap sebagai simbol stabil, cerah, dan kekal. Ketika
matahari tiba-tiba hilang di siang hari, dianggap suatu
ketidakstabilan.
Beberapa budaya berbagai negara di belahan bumi
menganggap terjadinya serangan terhadap matahari atau
bulan. Di Vietnam, gerhana matahari dianggap sebagai

5
akibat dari termakannya matahari oleh kodok raksasa. Di
Korea orang-orang menganggap bahwa anjing raksasalah
yang telah memakan matahari.
Sementara itu, menurut kepercayaan pewayangan
dan Hindu, gerhana adalah suatu perwujudan kemarahan
Raksasa Kala terhadap matahari dan bulan, akan tetapi
matahari dan bulan melaporkan perbuatan Kala kepada
Dewa Wisnu sehingga dipisahkan antara badan kepala
Kala. Hal ini berakibat ketika Kala memakan matahari dan
bulan, matahari dan bulan kembali lagi dari tenggorokan
yang sudah terpisah dari badan Kala.

1. 2 Gerhana dalam Perspektif Astronomi


Perkembangan zaman mampu mengubah
paradigma masyarakat dalam pemikirannya terhadap
gerhana yang dianggap sebagai fenomena ghaib menjadi
sebuah peristiwa sains yang dapat ditangkap oleh nalar
dan logika.
Pengamatan teleskopik tentang gerhana pertama
kali terjadi pada 1706 di Perancis. Sembilan tahun
kemudian, seorang astronom Inggris, Edmund Halley juga
melakukan pengamatan yang sama, namun belum didapati

6
dokumentasi terhadap fenomena alam ini. Baru pada
tahun 1851, fenomena gerhana didokumentasikan dalam
bentuk foto. Hal ini mempelopori banyaknya penelitian
mengenai gerhana itu sendiri.
Tahun 1868, Raja Siam (Thailand), yakni
Mongkut memimpin langsung ekspedisi gerhana matahari
yang ketika itu melewati Siam. Raja Mongkut bahkan
mampu memprediksi lama dari gerhana matahari tersebut.
Raja Mongkut merupakan seorang pegiat Sains kala itu.

7
Gambar 1.2 Raja Mongkut dan Astronom kerajaan yang
sedang melakukan ekspedisi Gerhana Matahari tahun
1919. (Wikipedia.org)
Ekspedisi yang sangat terkenal adalah ekspedisi di
tahun 1919 oleh astronom Inggris Arthur Eddington yang
berhasil membuktikan teori relativitas Einstein mengenai
pembelokan ruang dan waktu.
Saat bulan kedudukannya segaris lurus dengan
bumi dan matahari, dan bulan terletak pada simpul
lintasannya, umbra bumi akan mengenai bulan. Kejadian
ini disebut sebagai gerhana bulan total. Jika yang masuk
ke dalam umbra bumi hanya sebagian bulan purnama,
dinamakan gerhana bulan sebagian (pasrtial). Sebelum
bulan memasuki umbra, bulan ada di daerah penumbra
dan terjadilah gerhana penumbra. Diameter kerucut umbra
bumi di tempat lintasan bulan kira-kira tiga kali diameter
bumi. Jika bulat di tengah umbra, bumi akan mengalami
gerhana total yang paling lama, yaitu sekitar 1,75 jam.

8
Waktu gerhana untuk memasuki hingga berada di posisi
keluar daerah umbra membutuhkan waktu 4 jam.2
Gerhana merupakan istilah untuk menjelaskan
gejala gelap yang terjadi ketika suatu benda langit
terhalang oleh benda langit lainnya sehingga dapat
dicermati dalam padanan kata bahasa Inggris “eclipse”
berasal dari bahasa Yunani yakni eklipses yang artinya
peninggalan atau pelalaian. Istilah ini digunakan untuk
gerhana matahari maupun gerhana bulan. 3

1. 3 Gerhana dalam Perspektif Islam


Dalam bahasa Arab istilah gerhana biasa disebut
dengan sebutan kusuf dan khusuf. Sedang dalam bahasa
Inggris disebut eclipse. Kusuf secara etimologi berarti
menutupi, sedangkan khusuf adalah memasuki. Kusuf
sendiri merupakan kejadian alam yang apabila dilihat
posisi dari bumi, bulan menutupi cahaya matahari yang
sampai ke bumi sehingga terjadilah fenomena alam yang

2
Danang Endarto. Kosmografi. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014).
hlm. 337
3
Muh Rasywan Syarif. Tesis Magister: “Fiqh Astronomi Gerhana
Matahari” (Semarang: IAIN Walisongo, 2012). hlm. 7-8

9
sering disebut gerhana matahari. Sementara khusuf,
merupakan kejadian ketika bulan memasuki bayangan
bumi, sehingga penampakan bulan yang berbeda untuk
satu periodenya. 4
Dapat disimpulkan bahwa gerhana merupakan
peristiwa tertutupnya objek yang disebabkan oleh
objek/benda lain yang melintas sejajar maupun tegak lurus
tepad di depan objek dengan ukuran antara kedua objek
hampir sama. Fenomena-fenomena alam yang terkait
dengan benda langit menjadi objek yang menarik dalam
historis peradaban umat manusia hingga saat ini. Di zaman
Rasulullah SAW pernah terjadi peristiwa gerhana
matahari yang bertepatan dengan kematian putra
Rasulullah yang bernama Ibrahim. Orang-orang Arab
Quraisy saat itu mengkaitkan peristiwa gerhana dengan
kejadian tertentu seperti kematian atau kelahiran hingga
kepercayaan ini ada secara turun temurun dan menjadi
keyakinan umum di masyarakat.

4
Alimuddin. Makassar. Gerhana Matahari Perspektif Astronomi.
Vol. 3 no. 1. Juni 2014, hal 72

10
Gerhana Matahari adalah fenomena sederhana
yang bermakna besar bagi umat manusia. Dikatakan
sederhana karena dapat digambarkan kejadiannya secara
jelas yang disebabkan oleh bayang-bayang kerucut umbra
dan penumbra begitu juga dikatakan bermakna karena
manusia bisa mengenal corona Matahari dan memperoleh
gambaran panorama gelapnya langit siang yang unik serta
melihat respon makhluk hidup terhadap hilangnya terang,
bahkan dikatakan aneh karena respon manusia menyikapi
fenomena ini dengan cara berbeda.5
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk
manusia. Al-Qur’an merupakan sumber dari segala ilmu
baik di dunia dan seisinya. Gejala-gejala dan peristiwa-
peristiwa alam yang begitu banyak seperti halnya gerhana
juga telah dijelaskan pada ayat-ayat Al-Qur’an seperti QS
Yaa Siin ayat 37-40, QS Yunus ayat 5, QS Al-Fath ayat
23, dan QS Fushshilat ayat 37.
Berikut adalah firman Allah mengenai peristiwa
gerhana:

5
Syarif, Op. Cit. hlm 4

11
Surat Yaa Siin ayat 37-40

‫س‬ َّ ‫) َوال‬٧٣( َ‫ظ ِل ُمون‬


ُ ‫ش ْم‬ ْ ‫ار َفإِذَا ُه ْم ُم‬ َ ‫َوآ َيةٌ لَ ُه ُم اللَّ ْي ُل نَ ْسلَ ُخ ِم ْنهُ النَّ َه‬
ُ‫) َو ْالقَ َم َر قَد َّْرنَاه‬٧٣( ‫يز ْال َع ِل ِيم‬
ِ ‫ِير ْال َع ِز‬
ُ ‫تَجْ ِري ِل ُم ْستَقَ ٍّر لَ َها ذَلِكَ ت َ ْقد‬
‫س َي ْن َب ِغي لَ َها أ َ ْن‬ َّ ‫) ال ال‬٧٣( ‫ِيم‬
ُ ‫ش ْم‬ ِ ‫ون ْالقَد‬ ِ ‫عادَ َك ْالعُ ْر ُج‬ َ ‫َاز َل َحتَّى‬ ِ ‫َمن‬
َ‫ار َو ُك ٌّل ِفي فَلَكٍّ َي ْس َب ُحون‬ َ ‫تُد ِْركَ ْالقَ َم َر َوال اللَّ ْي ُل‬
ِ ‫سا ِب ُق النَّ َه‬

Artinya: Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang


besar) bagi mereka adalah malam: Kami
tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan
serta merta mereka berada dalam kegelapan. (37)
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui. (38)
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-
manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke
manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai
bentuk tandan yang tua. (39)
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan dan malampun tidak medahului siang. Dan

12
massing-masing beredar pada garis edarnya.
(40)6
Dari Surat Yaasiin ayat 37-40 di atas bahwa di
dalam Al-Qur’an pula dijelaskan fenomena alam gerhana
atas kekuasaan dan kehendak Allah SWT. Seperti pada
ayat 39, dapat ditafsirkan bahwa bulan memiliki fase.
Bulan pada awal bulan kecil berbentuk sabit, kemudian
setelah menempati manzilah-manzilah bulan tersebut
menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir
terlihat seperti tandan kering yang melengkung.
Dalam ayat-ayat ini bisa diketahuri bahwa
fenomena seperti ini merupakan hukum Allah yang sudah
berlaku sejak dulu sehingga tidak akan menemukan
perubahan-perubahan yang akan terjadi pada sunatullah
tersebut. Gerhana matahari dan bulan merupakan suatu
tanda malapetaka menurut mitologi masyarakat Jawa,
bahkan hampir di setiap lapisan dunia. Hal ini disebabkan
kurangnya ilmu pengetahuan dan anggapan bahwa jin atau
setan telah melahap matahari sebagai sumber kehidupan.
Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menganjurkan untuk

6
Al-Qur’an dan terjemahnya

13
melaksanakan shalat gerhana (Kusuf atau Khusuf),
memperbanyak takbir, memperbanyak do’a, dan
memperbanyak sodaqoh.
Peristiwa gerhana dapat diketahui dengan proses
perhitungan yang diperoleh dari data astronomi, sehingga
waktu terjadinya dapat diketahui dari awal sampai akhir.
Perhitungan dalam menentukan waktu terjadinya gerhana
belum dapat digambarkan secara geometri, karena data-
data tersebut diambil berdasarkan data Ephemeris hisab
Rukyat.

14
BAB II
Macam-macam gerhana
2. 1 Gerhana Matahari
Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan
terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup
sebagian atau selruh cahaya matahari. Gerhana ini terjadi
pada waktu Bulan mati, dan bayang-bayang Bulan yang
berbentuk kerutcut menutupi permukaan Bumi. Walaupun
bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi
cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak
rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat
dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata
149.680.000 kilometer. 7
Bayang-bayang Bulan ada dua bagian, yaitu
umbra dan penumbra. Umbra adalah bagian yang gelap
dan berbentuk kerucut yang puncaknya menuju ke Bumi.
Penumbra adalah bagian yanng agak terang dan
bentuknya makin jauh dari Bulan semakin lebar.

7
Ibid, hal. 73

15
Gambar 1. Penampakan dan Perbedaan Gerhana
Matahari Total, Sebagian, dan Cincin
a. Gerhana Matahari Total
Gambar di bawah akan ditunjukkan bahwa daerah
yang berada pada bayang-bayang kerucut umbra akan
mengalami gerhana matahari total, sementara daerah pada
bagian penumbra akan mengalami gerhana matahari
sebagian. Pada saat GMT seluruh bundaran matahari di
langit tertutup oleh bundaran bulan, diameter sudut bulan
lebih besar dibanding dengan diameter sudut Matahari.
Terjadi di daerah permukaan bumi yang terkena bayangan
umbra bulan. Durasi selama 7 menit, karena ukuran bulan
lebih kecil dari bumi. Diawali dan diakhiri dengan gerhana
matahari sebagian.

16
Gambar 1.3 Posisi Matahari, Bumi, dan Bulan pada
Gerhana Matahari Total

b. Gerhana Matahari Sebagian


Gerhana Matahari terjadi apabila Bulan menutupi
Matahari baik sebagian ataupun seluruhnya. Apabila
Bulan menutupi sebagian piringan Matahari disebut
gerhana sebagian. Terjadi pada saat sebagian bundaran
bulan menutupi sebagian bundaran matahari di daerah
permukaan bumi berada pada bayangan kabur (penumbra)
bulan sebagian sehingga ada bagian matahari yang tidak
terlihat normal (terang).Waktu gerhana bulan lebih lama
dari gerhana matahari total, karena luasnya bayangan
kabur bulan daripada bayangan inti.
c. Gerhana Matahari Cincin
Gerhana matahari cincin terjadi apabila suatu
keadaan tertentu titik pusat Bulan kelihatan bertumpu

17
dengan titik pusat Matahari maka disebut gerhana cincin.
Terjadi saat bundaran bulan berada di dalam bundaran
matahari, karena diameter sudut bulan lebih kecil
dibanding dengan diameter sudut matahari; di daerah
permukaan bumi terkena lanjutan umbra. Pada saat
gerhana ini, matahari terlihat bercahaya dan berbentuk
seperti cincin. Terjadi pada saat bulan berada pada titik
terjauhnya dari bumi (titik Aphelion).
Karena bagian bola matahari yang tampak dari
bumi layaknya piringan itu tidak seluruhnya tertutup oleh
bayang-bayang bulan. Bagian yang terlihat oleh kita yang
di bumi hanya sebagain kecil seperti sabit matahari yang
berbentuk cincin. Inilah cincin dari sebagian cahaya
matahari.

18
Gambar 1.4 Posisi Bumi, Bulan, dan Matahari ketika
gerhana berlangsung

2. 2 Gerhana Bulan

Menurut ilmu astronomi Gerhana Bulan terjadi


ketika sebagian atau keseluruhan penampang Bulan
tertutup oleh bayangan Bumi. Gerhana Bulan menurut
Abdul Karim bisa diibaratkan jatuhnya bayangan Bumi ke
permukaan Bulan pada saat Matahari dan Bulan
berhadapan dalam satu garis lurus. Keadaan seperti ini
menjadikan sinar Matahari tidak dapat menerobos ke
Bulan karena terhalang Bumi.8
Akibatnya Bulan tidak dapat memantulkan sinar
Matahari ke Bumi, sebab seperti yang kita tahu bahwa
Bulan tidak bercahaya tapi hanya memancarkan sinar.
Sedangkan gerhana Matahari adalah terhalangnya sinar
Matahari menuju ke Bumi, karena terhalang oleh Bulan
yang berada dalam satu garis lurus.

8
Abdul Karim, Mengenal Ilmu Falak, Semarang Timur: Intra Pustaka
Utama, Cet. ke 1, 2006, hlm 28.

19
Gerhana Bulan menurut Zubair Umar al-Jaelany
adalah terjadinya sesuatu yang menimpa Bulan, yakni
Bulan berada di tengah-tengah bayangan Bumi, sehingga
sinar Matahari tidak bisa sampai ke Bulan.9
Noor Ahmad berpendapat bahwa gerhana Bulan
akan terjadi apabila sebagian atau seluruh piringan
memasuki kerucut bayangan Bumi yang tidak dikenai
sinar Matahari. Sedangkan deklinasinya sama-sama 0°,
atau mempunyai deklinasi yang hampir sama harga
mutlaknya walaupun berlawanan tandanya.10
Gerhana bulan dapat terjadi ketika Matahari, Bumi,
dan Bulan diselaraskan persis, yaitu posisi Bumi berada di
tengah antara Bulan dan Matahari. Oleh karena itu, gerhana
Bulan hanya dapat terjadi pada malam Bulan purnama. Jenis
dan panjang gerhana tergantung pada lokasi Bulan terhadap
simpul orbitnya. Gerhana Bulan terjadi pada saat istiqbal
(oposisi), yakni sekitar tanggal 14, 15, 16 (pada saat Bulan
purnama) dalam Bulan qamariyah, dimana Matahari dari
posisi Bulan pada jarak bujur astronomi 180°.

9
Zubair Umar al-Jaelany, al-Khulashah al-Wafiyyah, Surakarta: Melati,
1935, hlm 139.
10
Noor Ahmad, Syamsul Hilal, Kudus: Madrasah TBS Kudus, 1995,
Juz II. hlm.37

20
Gambar 1. Penampakan Gerhana Bulan dan
Perbedaannya
Gerhana Bulan dalam satu tahun terjadi antara 2
sampai 3 kali dan dapat disaksikan oleh seluruh penduduk
Bumi, meskipun demikian tidaklah heran gerhana dalam satu
tahun tidak terjadi.11
Gerhana Bulan muncul bila Bulan sedang beroposisi
dengan Matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit
Bulan terhadap bidang ekliptika, maka tidak setiap oposisi
Bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya
gerhana Bulan. Perpotongan bidang orbit Bulan dengan
bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang
disebut node, yaitu titik di mana Bulan memotong bidang
ekliptika. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk

11
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2004, hlm. 186.

21
bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka,
jika terjadi gerhana Bulan, akan diikuti dengan gerhana
Matahari karena kedua node22 tersebut terletak pada garis
yang menghubungkan antara Matahari dengan Bumi.
Berdasarkan fase puncak gerhana, gerhana bulan
dibedakan menjadi:
a. Gerhana bulan total
Jika Bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra
Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan gerhana Bulan
total. Gerhana Bulan total ini maksimum durasinya bisa
mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.

Gambar 1.5 Posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ketika


Terjadi Gerhana Bulan Total

22
b. Gerhana bulan sebagian
Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke
daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi berada dalam
bayangan tambahan / penumbra Bumi.

Gambar 1. Posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ketika


Gerhana Bulan Sebagian
c. Gerhana bulan penumbra
Pada gerhana Bulan jenis ketiga ini, seluruh Bulan
masuk ke dalam penumbra pada saat fase maksimumnya.
Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau
tidak tertutupi oleh penumbra.

23
Gambar 1. Posisi Bumi, Matahari, dan Bulan ketika
Gerhana Bulan Penumbra

2. 3 Waktu Kontak Gerhana Matahari

Gerhana Matahari Total dan Cincin


 Kontak pertama adalah saat piringan Bulan
menyentuh piringan Matahari.
 Kontak kedua adalah ketika seluruh piringan
Bulan sudah menutupi piringan Matahari.
 Kontak ketiga adalah saat piringan Bulan keluar
dari piringan Matahari.
 Kontak keempat terjadi saat seluruh piringan Bulan
keluar dari piringan Matahari.

24
Gerhana Matahari Sebagian
 Kontak pertama adalah saat piringan Bulan mulai
menyentuh piringan Matahari.
 Kontak kedua ketika piringa Bulan sudah keluar dari
piringan Matahari.

25
Tabel Perbedaan Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

26
BAB III

Menelaah Fiqh hisab rukyat dalam pembahasan


gerhana, baik gerhana Matahari maupun gerhana Bulan
tidak ada sekat atau persoalan yang terjadi antara mazhab
hisab dan mazhab rukyah. Walaupun pada dasarnya dua
mazhab tersebut mempunyai cara yang berbeda dalam
penentuan gerhana Matahari. Seputar penentuan gerhana
Matahari tetap menggunakan metode hisab rukyat yang
menjadi sebuah informasi (metode hisab) dan menjadi
konfirmasi (metode rukyat).
Fenomena gerhana Matahari mempunyai potensi
besar untuk dikaji dikarenakan kriteria menurut astronomi
modern dan fiqh memiliki konsep yang berbeda.
Perbedaan secara astronomi, mengenal istilah gerhana
menjadi dua bagian yakni gerhana umbra dan gerhana
panumbra sedangkan secara fiqh cukup sederhana dengan
rukyah (melihat /menyaksikan) secara langsung tanpa ada
perbedaan secara semu maupun abstrak.

27
Syarat Terjadinya Gerhana
Bidang orbit bulan dan ekliptika berpotongan pada
dua titik simpul. Garis simpul penghubung titik simpul
beregresi ke arah barat dengan periode 18,6 tahun. Pada
fasa bulan baru, bulan dan matahari berada pada bujur
ekliptika yang sama. Kerucut umbra bulan tidak selalu
dapat menyentuh bumi (yang menyebabkan terjadi
gerhana). Gerhana terjadi dekat dengan titik simpul.
Titik simpul beregresi ke barat oleh karena itu
matahari lebih cepat mencapai titik simpul. Periode
matahari dari titik simpul kembali lagi ke titik simpul yang
sama dinamakan satu tahun gerhana = 346, 62 hari (rata-
rata). Periode ini lebih pendek 18, 63 hari dengan periode
Sideris (365, 25 hari). Kemungkinan terjadi gerhana
hanya bila matahari dan bulan berada pada bujur ekliptika
dekat titik simpul 15, 35° < Δ 18, 51°. Pada batas tersebut
keadaan maksimum yang dapat dicapai adalah gerhana
persinggungan anatara matahari dan bulan. Satu hari
dalam peredaran semunya, matahari bergerak pada
ekliptika (360°/ 346, 62= ~0, 985626283°/ hari. Dalam
satu bulan sinodis (360°/ 346, 62) x 29, 53 = 30, 67°.
Syarat minor terjadinya gerhana matahari Δ ~15, 35°. Fasa
28
gerhana dicapai 2 x Δ ~ 30,7. Matahari bergerak 30, 67°
terhadap titik node/ simpul 29, 53 x 360°/ 346, 62.12

12
Tim Penyusun Naskah IDI Hukum, Islam Untuk Disiplin Ilmu Astronomi; Buku
Dasar Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum Jurusan/Program
Studi Astronomi. Hlm. 243

29
BAB IV
4. 1 Cara Aman Mengamati Gerhana
Ketika mengamati matahari adalah kita tidak boleh
melihatnya secara langsung baik dengan mata telanjang
ataupun dengan alat optik seperti kamera, binokular,
ataupun teleskop. Melakukan hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan mata sementara ataupun
permanen (kebutaan).12
B. Ralph Chou menjelaskan bahwa meskipun 99%
cahaya matahari terlindung oleh bulan pada peristiwa
gerhana matahari sehingga wilayah umbra bumi menjadi
gelap, namun tetap ada cahaya radiasi dari matahari yang
sampai ke bumi, dan sampai ke mata (jika kita langsung
menatap dengan mata bulat). Dan perlu diingat, cahaya
matahari terdiri dari berbagai gelombang sinar baik dari
sinar tampak (pelangi : me-ji-ku-hi-bi-ni-u) maupun sinar
tidak tampak seperti UV yang berenergi dan berfrekuensi
tinggi hingga sinar cahaya dengan gelombang radio yang
berenergi dan berfrekuensi rendah. Perilaku pupil mata
manusia pada malam hari ternyata sama ketika terjadi
gerhana matahari. Pada saat gerhana, pancaran cahaya

30
matahari terhalang sebagian oleh bulan sehingga bumi
menjadi gelap. Sehingga reaksi pupil mata secara alami
membesar. Dan di saat orang menatap langsung ke
matahari yang terlindung oleh bulan, pupil mata tidak
bereaksi secara signfikan, padahal radiasi sinar-sinar UV
tetap menempus ke bumi, menempus ke retina mata, yang
sedang merusak sel batang dan kerucut mata.
Fatal bila sering atau dengan durasi lama menatap
secara langsung ke matahari, karena pada saat itu bukan
sinar tampak saja yang menembus mata, tetapi sinar-sinar
berbahaya seperti UV tetap menerobos masuk
menghasilkan reaksi kimia yang merusak sel mata. Belum
lagi, gelombang sinar inframerah (infrared) yang
terkandung dalam sinar matahari turut “memanggang”
(fotokoagulasi) sel batang dan kerucut.
Ada beberapa cara yang aman untuk mengamati
peristiwa gerhana matahari, sebagai berikut:

1 Menggunakan negatif film atau klise yang sudah


terbakar. Amati Matahari dengan menggunakan filter
yang aman, dan jangan melihatnya secara terus
menerus. Amati paling lama 2 menit, kemudian

31
berhenti dan baru amati lagi setelah 3 menit. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kerusakan pada mata
seandainya ada cacat pada filter yang kita gunakan.
2 Paling aman adalah dengan cara memantulkannya di
layar, baru kita melihat hasilnya di layar tersebut.
Misalnya teleskop kita arahkan ke matahari, lalu kita
pasangkan pada lensa okuler selembar kertas dengan
diatur posisinya sehingga gambar fokus, maka kita
mendapatkan hasilnya dilayar tersebut.
3 Bisa menggunakan media ember besar atau baskom
berisi air jernih yang di letakkan pada tempat terbuka
ataupun lewat kolam.

4. 2 Manfaat gerhana bulan dan matahari


1 Gerhana bulan bisa untk mengukur kadar polusi di
udara. Jika bulan makin merah maka polusi udara
makin tinggi.
2 Fungsi gerhana matahari, saat terjadi gerhana matahari
total kita dapat melihat corona matahari yg tidak dapat
dilihat pada keadaan biasa.

32
3 Sebagai penelitian para ahli astronomi untuk
menambah ilmu dan menambah informasi tentang
gerhana.
4 Menambah omset dan penghasilan untuk penduduk
setempat dari wisatawan yang berdatangan.

4. 3 Bahaya Gerhana
Secara umum, tidak ada bahaya signifikan dari
gerhana bagi manusia. Namun melihat gerhana matahari
dengan mata telanjang dapat merusak retina mata tanpa
kita sadari.

Penyebab solar retinopathy terbanyak adalah


melihat matahari secara langsung, baik saat terik maupun
saat terjadinya gerhana matahari.Ya, walaupun saat
gerhana, sinar matahari tertutup oleh bulan, melihat
langsung ke arah matahari tanpa perlindungan mata
apapun sangat berbahaya.Secara spesifik kerusakan retina
akibat melihat gerhana matahari disebut solar eclipse
retinopathy.

Gangguan penglihatan pada solar


eclipseretinopathy disebabkan karena sinar matahari

33
(ultraviolet dan inframerah) dengan intensitas yang tinggi
masuk melalui lubang pupil, kemudian difokuskan di
retina. Hal ini dapat meningkatkan suhu retina hingga 10-
25 derajat celcius, padahal peningkatan suhu 4 derajat
celcius saja dapat mengakibatkan peningkatan radikal
bebas dan kerusakan termal/fotokimia terhadap sel
fotoreseptor di retina.

Saat gerhana matahari terjadi, sebagian besar sinar


matahari akan tertutup oleh bulan, sehingga langit akan
terlihat gelap dan menatap langsung ke arah matahari
tidak akan terasa silau. Padahal dalam keadaan ini, ukuran
pupil mata menjadi lebih lebar sehingga semakin banyak
sinar matahari yang masuk ke dalam mata.Akibatnya,
semakin besar pula kerusakan di retina. Menatap sinar
matahari kurang dari satu menit saja sudah dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan. Apalagi dalam
waktu yang lebih lama.

Apabila anda pernah melakukan percobaan


membuat titik api dari sinar matahari menggunakan kaca
pembesar, seperti itulah efek sinar matahari yang dapat

34
‘membakar’ retina. Tentu anda tidak mau hal tersebut
terjadi pada mata anda bukan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim, Mengenal Ilmu Falak, Semarang Timur:


Intra Pustaka Utama, Cet. ke 1, 2006
Alimuddin. Makassar. Gerhana Matahari Perspektif
Astronomi. Vol. 3 no. 1. Juni 2014
Danang Endarto. 2014. Kosmografi. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Jayusman, Muhammad. 2011. Fenomena Gerhana dalan
Wacana Hukum Islam dan Astronomi. Semarang: Jurnal
Al-’Adalah. Vol X, No. 2 Juli 2011
Muh Rasywan Syarif. 2012. Tesis Magister: “Fiqh
Astronomi Gerhana Matahari”. Semarang: IAIN
Walisongo.
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik,
Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004
Noor Ahmad, Syamsul Hilal, Kudus: Madrasah TBS
Kudus, 1995
Panitia Nasional GMT. 2016. The Eclipse GMT: Catatan
Peristiwa 9 Maret 2016. Jakarta: LAPAN.
Tim Penyusun Naskah IDI Hukum, Islam Untuk Disiplin
Ilmu Astronomi; Buku Dasar Pendidikan Agama Islam
Pada Perguruan Tinggi Umum Jurusan/Program Studi
Astronomi

36
Zubair Umar al-Jaelany, al-Khulashah al-Wafiyyah,
Surakarta: Melati, 1935

37

Anda mungkin juga menyukai