Disusun oleh :
Andiko Belia
1806199474
Universitas Indonesia
Depok
2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk hidup mempunyai rasa ingin tahu yang tak
pernah habis selama hidupnya. Manusia selalu ingin mempelajari segala macam
hal yang tidak diketahui karena menemukan banyak masalah yang harus
dipecahkan.Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari atau mencakup sejumlah
aspek mengenai bahan-bahan kimia yakni komposisi dan struktur zat kimia,
serta hubungan keduanya dengan sifat zat tersebut. Kebanyakan zat yang
ditemukan berada dalam keadaan koloid. Semua jaringan hidup bersifat
kolodial. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu dipelajari untuk
menjawab masalah dan akhirnya ditafsirkan secara ilmu, yakni koloid yang
dipelajari pada matakuliah Kimia Fisika. Untuk itulah, Penyusun terdorong
untuk menyusun makalah ini yang membahas mengenai “Koloid”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah sebagai berikut.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini
sebagai berikut.
A. KEADAAN KOLOID
1. Sistem Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana
partikel – partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar merata di dalam zat lain (medium pedispersi/ pemecah). Ukuran partikel
koloid bekisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa Panjang,
diameter, lebar, maupun tebal. Contoh dari sistem koloid adalah tinta yang terdiri
dari serbuk warna (padat) dan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak
sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, dll.
Massa ada hubungannya dengan ukuran partikel, yang massanya besar akan besar
pula ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel, campuran dapat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu larutan sejati (misalnya larutan gula), koloid (misalnya
larutan susu), dan suspensi kasar (misalnya larutan pasir).
Dari segi bentuknya, partikel koloid dapat berupa lembaran (laminar), serat
(febrilar), dan butiran (korpuskular). Bentuk itu ditentukan oleh jenis dan cara
terbentuknya koloid. Koloid yang terbentuk dengan cara rekristalisasi mempunyai
bentuk sesuai dengan struktur kristalnya tetapi bila dibuat dengan memecah atau
menggerus partikel besar akan berbentuk acak atau beraneka ragam. Pengertian
koloid secara singkat adalah suatu suspensi partikel-partikel yang mempunyai
ukuran tertentu dalam suatu medium kontinyu.
1.2 Klasifikasi Koloid
1. Koloid Dispersi
Koloid dispersi adalah koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara individu
dalam medium. Yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi) partikel tersebut. Yang
ternasuk kelompok ini adalah koloid mikromolekul ( protein dan plastik), agregat
molekul ( koloid belerang), dan agregat atom (sol emas dan platina).
2. Koloid asosiasi
Koloid asosiasi adalah koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) partikel kecil
yang larut dalam medium, contohnya koloid Fe(OH)3. Senyawa ini larut menjadi
ion Fe3+ dan OH-. Jika larutan Fe3+ dan OH- dicampur sedemikian rupa sehungga
berasosiasi membentuk kristal kecil yang melayang-layang dalam air sebagai
koloid.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas, cair,
atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada wujud sama
tetapi fasanya berbeda, contohnnya campuran air dan minyak bila dikocok akan
terlihat butiran minyak dalam air. Butiran ini mempunyai fasa berbeda dengan air
walaupun keduanya cair. Oleh sebab itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa
terdispersi dan fasa pendispersi. Fasa terdispersi mirip dengan zat terlarut (dispers
fase) dan fasa pendispersi mirip dengan pelarut (dispers medium) pada suatu
larutan. Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, koloid disebut juga
dispersi koloid yang dapat dibagi atas delapan jenis.
Emulsi adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersinya dapat berupa zat padat,
cair, dan gas, tapi kebanyakan adalah zat cair (contohnya: air dengan minyak). Pada
umumnya emulsi kurang mantap, kemantapan emulsi dapat terlihat pada
keadaannya yang selalu keruh seperti; susu, santan, dsb. Untuk memantapkan
emulsi diperlukan zat pemantap yang disebut emulgator.
Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair
atau zat padat. Baerdasarkan medium pendisperasinya
3. Koloid Makromolekul
Koloid Makromolekuler adlah koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang
sangat besar (makromolekul). Contoh : protein dan polimer tinggi seperti karet dan
plastk.
1. Koloid Liofil
2. Koloid Liofob
1. Koloid Reversibel
Koloid reversibel adalah suatu koloid yang dapat berubah jadi tak koloid,
dan kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya air susu (koloid) bila
dibiarkan akan mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila
dikocok akan bercampur seperti semula (koloid).
2. Koloid Irreversibel
Koloid dapat dibuat baik dari larutan sejati ataupun dari suspensi.
Koloid dari larutan sejati dibuat dengan cara menggabungkan (agregasi)
partikel-partikel dalam larutan sejati sedangkan koloid yang dibuat dari
suspensi dibuat dengan cara menghaluskan partikel-partikel kasar dalam
suspensi kemudian mendispersikannya dalam medium pendispersi.
Pembuatan koloid dari larutan sejati disebut dengan cara kondensasi
sedangkan pembuatan koloid dari suspensi disebut cara dispersi.
a. Cara Kondensasi
1. Cara Kimia
Reaksi Pengendapan
Contoh:
Reaksi Hidrolisis
Reaksi Redoks
Contoh:
Reaksi pemindahan
Contoh :
2. Cara Fisika
Pendinginan
Pengembunan Uap
Uap raksa yang dialirkan melalui air dingin dapat membentuk sol
raksa Penggantian pelarut
b. Cara Dispersi
Koloid yang berasal dari suspensi kasar dapat dibuat dengan cara
dispersi. Pembuatan koloid secara dispersi dapat dilakukan sebagai
berikut.
1. Cara Mekanik
Pembuatan koloid dengan cara penggerusan zat padat hingga halus
kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Bila
perluditambahkan zat pemantap (stabilizer) untuk mencegah
penggumpalan kembali.
Contoh :
2. Cara Peptisasi
Contoh :
4. Cara Homogenisasi
Suatu koloid biasanya mengandung senyawa lain yang terlarut, yang dapat
dimurnikan dengan cara dialisis, penyaring ultra, atau elekroforensis.
a) Cara Dialisis
Prinsip dialisis saat ini digunakan sebagai proses cuci darah bagi
penderita gagal ginjal, yang dikenal dengan blood dialisis.
b) Penyaring Ultra
c) Elekroforensis
1. Sifat Optis
Ukuran partikel koloid lebih besar dari larutan sejati, sehingga bla
seberkas cahaya melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan ini tidak
teratur, karena partikel-partikel koloid terbesar secara acak, sehingga
pantulan cahaya itu berhamburan (diserahkan) ke segala arah. Peristiwa
penghamburan cahaya oleh partikel – partikel koloid ini disebut “Efek
Tyndall”
Efek Tyndall
𝑉𝑚 = 𝑚⁄𝑛𝑑
m = Massa partikel
n = mol
2. Sifat Fisik
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan
medium pendispersinya cairan.
3. Sifat Koligatif
Suatu kolid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada sifatnya. Sifat-sifat
koligatif koloid umumnya lebh rendah daripada larutan sejati dengan jumlah
partikel yang sama. Sifat koligatif larutan berguna untuk menghitung
konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan
Osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid
makromolekul.
4. Sifat Listrik
Elektoforesis
Adsorbsi
Adsorbsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Zat
yang diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen.
Adsorpen dapat berupa zat padat dan zat cair. Adsorpsi dapat terjadi antara
zat padat dan zat cair, zat padat dan zat gas, zat cair dan zat cair, atau zat
gas dan zat cair.
3. Pencelupan serat wol, kapas, atau sutra. Serat yang akan diwarnai
dicelupkan Al2(SO4)3 atau larutan basa.
Proses adsorpsi
1. Koloid protein
5. Koagulasi
6. Kestabilan Koloid
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang
dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun
deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
C. Peristiwa Elektrokinetik
Sifat Kinetik
Gerak Brown
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau
hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar
ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal
ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan
tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga
dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka
semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Gerak nisbi antara suatu zat padat dan suatu zat cair serta beda potensial
listrik, sangkut menyangkut dalam gejala elektrokinetik yang terdiri dari 4 efek
yaitu, elektroforesa, elektroosmosa, potensial endapan dan potensial aliran. Ke-
empat efek dapat digolongkan
Potensial aliran ditemukan Quincke dalam tahun 1859. Ditekan zat cair
melalui suatu pipa kapiler atau melalui pori-pori suatu lempeng tembikar. Maka
akan terjadi beda potensal antara dua titik sepanjang arah gerak. Beda potensial
itu timbul oleh pergeseran lapisan kembar bermuatan terhadap sesamanya. Efek
potensial aliran dapat dianggap kebalikan dari efek elektroosmosa dan efek
potensal sedimentas kebalikan dari efek elektroforesa.
Pada saat dua kutub elektroda (anoda dan katoda) ditanam di dalam tanah
dan dialiri dengan arus listrik, maka akan terjadi proses elektrolisis di elektroda
dengan persamaan sebagai berikut :
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Referensi
1. Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
2. Eisten Yazid. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta :
Penerbeit Andi
3. Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta
C. Lampiran
Proses apa saja yang terjadi pada penjernihan air bersih ? dan apa hubungannya
dengan koloid ?
Jawab
Jadi pengolahan air bersih didasarkan pada sifat – sifat koloid yakni koagulasi
dan adsorpsi.