Abstrak
Suatu putusan hakim tidak luput dari kekeliruan atau kekhilafan, bahkan tidak
mustahil bersifat memihak. Maka oleh karena itu demi kebenaran dan keadilan
setiap keputusan hakim perlu dimungkinkan untuk diperiksa ulang agar
kekeliruan atau kekhilafan yang terjadi pada putusan dapat diperbaiki. Bagi
setiap putusan hakim pada umumnya tersedia upaya hukum, yaitu upaya atau
alat untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam suatu putusan.
A. LATAR BELAKANG
Secara garis besar klasifikasi hukum terbagi atas dua, yaitu hukum
publik dan hukum privat. Hukum publik merupakan hukum yang memberikan
peran terhadap negara secara total sebagai arbiter melayani kepentingan umum,
dengan kata lain wilayah hukum publik berbicara tentang fungsi negara.
Sedangkan hukum privat adalah instrumen hukum yang mengatur bagamana
hubungan antara individu dengan individu dalam masalah kepentingan pribadi.
Oleh karena itu perbedaan yang paling mencolok antara wilayah hukum publik
dan wilayah hukum privat adalah hukum publik menyangkut fungsi negara
sedangkan hukum privat menyangkut kepentingan individu. Upaya hukum adalah
upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atau badan hukum
untuk dalam hal tertentu melawan putusan hakim. Dalam hal ini berkaitan dengan
hak asasi manusia yang mengaju kepada hak bagi seseorang yang dikenai oleh
putusan hakim tersebut. Dalam teori dan praktek kita mengenal ada 2 (dua)
macam upaya hukum yaitu, upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.
1
Perbedaan yang ada antara keduanya adalah bahwa pada azasnya upaya hukum
biasa menangguhkan eksekusi (kecuali bila terhadap suatu putusan dikabulkan
tuntutan serta mertanya), sedangkan upaya hukum luar biasa tidak menangguhkan
eksekusi.
B. PEMBAHASAN
1. Banding
a. Pengertian banding
Banding merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta
oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan
Pengadilan Negeri. Para pihak mengajukan banding bila merasa tidak puas dengan
isi putusan Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan
Negeri dimana putusan tersebut dijatuhkan. Sesuai azasnya dengan diajukannya
banding maka pelaksanaan isi putusan Dasar Hukum Banding diatur dalampasal
188 s.d. 194 HIR (untuk daerah Jawa dan Madura Pengadilan Negeri belum dapat
dilaksanakan, karena putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum yang
tetap sehingga belum dapat dieksekusi, kecuali terhadap putusan uit voerbaar bij
voeraad dan dalam pasal 199 s.d. 205 RBg (untuk daerah di luar Jawa dan
Madura).Kemudian berdasarkan pasal 3 Jo pasal 5 UU No. 1/1951 (Undang-
undang Darurat No. 1/1951), pasal188 s.d. 194 HIR dinyatakan tidak berlaku lagi
dan diganti dengan UU Bo. 20/1947 Banding 1. Pengertian banding Banding
merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah satu atau
kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan Negeri.
Para pihak mengajukan banding bila merasa tidak puas dengan isi putusan
Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri dimana
2
putusan tersebut dijatuhkan. Sesuai azasnya dengan diajukannya banding maka
pelaksanaan isi putusan Pengadilan Negeri belum dapat dilaksanakan, karena
putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap sehingga belum
dapat dieksekusi, kecuali terhadap putusan uit voerbaar bij voeraad.
b. Dasar Hukum
Banding diatur dalampasal 188 s.d. 194 HIR (untuk daerah Jawa dan
Madura) dan dalam pasal 199 s.d. 205 RBg (untuk daerah di luar Jawa dan
Madura).Kemudian berdasarkan pasal 3 Jo pasal 5 UU No. 1/1951 (Undang-
undang Darurat No. 1/1951), pasal188 s.d. 194 HIR dinyatakan tidak berlaku lagi
dan diganti dengan UU Bo. 20/1947 tentang Peraturan Peradilan Ulangan di Jawa
dan Madura.1 Keputusan pengadilan yang dapat dimintakan banding hanya
keputusan pengadilan yang berbentuk Putusan bukan penetapan, karena terhadap
penetapan upaya hukum biasa yang dapat diajukan hanya kasasi. 2
1
Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum,cet. 1,
(Jakarta :Sinar Grafika,1994), hal. 94.
2
Retnowulan Soetantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam
teori dan Praktek,cet.8.(Jakarta: CV. Mandar Maju,1997), hal.149.
3
1. Dinyatakan dihadapan Panitera Pengadilan Negeri dimana putusan
tersebut dijatuhkan, dengan terlebih dahuku membayar lunas biaya
permohonan banding.
2. Permohonan banding dapat diajukan tertulis atau lisan (pasal 7 UU No.
20/1947) oleh yang berkepentingan maupun kuasanya.
3. Panitera Pengadilan Negeri akan membuat akte banding yang memuat hari
dan tanggal diterimanya permohonan banding dan ditandatangani oleh
panitera dan pembanding. Permohonan banding tersebut dicatat dalam
Register Induk Perkara Perdata dan Register Banding Perkara Perdata.
4. Permohonan banding tersebut oleh panitera diberitahukan kepada pihak
lawan paling lambat 14 hari setelah permohonan banding diterima.
5. Para pihak diberi kesempatan untuk melihat surat serta berkas perkara di
Pengadilan Negeri dalam waktu 14 hari.
6. Walau tidak harus tetapi pemohon banding berhak mengajukan memori
banding sedangkan pihak Terbanding berhak mengajukan kontra memori
banding. Untuk kedua jenis surat ini tidak ada jangka waktu pengajuannya
sepanjang perkara tersebut belum diputus oleh Pengadilan Tinggi.
(Putusan MARI No. 39 k/Sip/1973, tanggal 11 September 1975).
7. Pencabutan permohonan banding tidak diatur dalam undang-undang
sepanjang belum diputuskan oleh Pengadilan Tinggi pencabutan
permohonan banding masih diperbolehkan.
2. KASASI
a. Pengertian Kasasi
4
oleh Mahkamah Agung, maka berarti putusan tersebut dibatalkan oleh Mahkamah
Agung karena dianggap mengandung kesalahan dalam penerapan hukumnya.3
3
Sutantio,Prosedur Peradilan, (Jakarta: Hidayah, 1999), hal 163.
5
kepada Pemohon (pasal 46 ayat(1) UU No. 14/1985), bila tidak terpenuhi maka
permohonan kasasi tidak dapat diterima.
3. PENINJAUAN KEMBALI
a. Pengertian peninjauan
6
kembali Peninjauan kembali atau biasa disebut Request Civiel adalah
meninjau kembali putusan perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
karena diketahuinya hal-hal baru yang dulu tidak dapat diketahui oleh hakim,
sehingga apabila hal-hal itu diketahuinya maka putusan hakim akan menjadi lain.
Peninjauan kembali hanya dapat dilakukan oleh MA. Peninjauan kembali diatur
dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dan
apabila terdapat hal-hal atau keadaan yang ditentukan oleh undang-undang
terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat
dimintakan peninjauan kembali kepada MA, dalam perkara perdata dan pidana
oleh pihak-pihak yang berkepentingan (pasal 21 UU No. 14/1970).
7
2. Apabila perkara sudah diputus, tetapi masih ditemukan surat-surat
bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa
tidak dapat ditemukan.
C. KESIMPULAN
1. Banding merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta
oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu
putusan Pengadilan Negeri. Para pihak mengajukan banding bila merasa
tidak puas dengan isi putusan Pengadilan Negeri kepada Pengadilan
Tinggi melalui Pengadilan Negeri dimana putusan tersebut dijatuhkan.
2. Kasasi merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh
salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan
Pengadilan Tinggi.
3. Peninjauan kembali atau biasa disebut Request Civiel adalah meninjau
kembali yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena
diketahuinya hal-hal baru yang dulu tidak dapat diketahui oleh hakim,
sehingga apabila hal-hal itu diketahuinya maka putusan hakim akan
menjadi lain.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Sumber Perundang-undangan