Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

WAKTU KOAGULASI DARAH

DOSEN PENGAMPU :

Jena Hayu Widyasti, S.Si., M.Sc.

Disusun Oleh :

1. Dwi Indriyani (21181347B)


2. Erlinda Widya H (21181348B)
3. Sherly Margareta (21181349B)
4. Bening Ega B (21181350B)
5. Natasya Salsabila (21181351B)

PROGRAM STUDI D III FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2019
I. Tujuan
1. Mengetahui efektifitas sediaan antikogulan wafarin, heparin, dan asetosal
secara in vivo dan in vitro
2. Mengetahui sediaan yang paling efektif sebagai antikogulan secara in vivo dan
in vitro
II. Dasar teori
Teori koagulasi darah menurut Morowitz adalah sebagai berikut terjadi kontak pada
pembuluh darah sehingga rusak/pecah. Jaringan yang robek ini menyebabkan
trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin dengan bantuan ion Ca akan
mengaktifkan protombin menjadi trombin, Trombin akan mempengaruhi
fibrinogen menjadi anyaman benang – benang fibrin sehingga akan menutup
jaringan yang rusak dan darah akan terperangkap. Secara alamiah ,trombin juga
tidak ada dalam darah dalam bentuknya yang aktif atau wujud koagulasi (
gumpalan) dalam sirkulasi yang normal. ( Frandson,1992)
Koagulasi darah adalah suatu fungsi penting dari darah untuk mencegah banyaknya
darah yang hilang dari pembuluh darah yang rusak. Bagian dari darah yang sangat
berperan dalam proses koagulasi adalah trombosit atau keping darah. Trombosit
berasal dari sistem sel di sumsum tulang yaitu mengakarosit tyang berkembang
menjadi trombosit.(Nurcahyo,1998 ).
Adapun faktor dalam pembekuan darah meliputi ion Ca + , tromboplastin ,akselator
trombosis ,konvertin , faktor anti hemofilik . pembekuan darah atau pengumpalan
di sebut juga koagulasi daraah. Dari situlah akan terjadi suatu m,assa yang
menyerupai jeli yang kemudian menajdi massa yang memadat dengan
meninggalkan cairan jernih di sebut serum.( Poedjiadi , 1994)
Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya,
obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala
Dunia FIFA 2006 di Jerman, replika tablet aspirin raksasa dipajang
di Berlin sebagai bagian dari pameran terbuka Deutschland, Land der
Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide").Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat
diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh
perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini.(
Kristian,2007)
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan
dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan
rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-
inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada
tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. ( Herolt ,1990).
III.Cara percobaan
ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Spuit injeksi 1ml


2. Pipa kapiler
3. Gelas arlogi
4. Stopwatch
5. Jarum suntik oral

Bahan :

1. Heparin
2. Warfarin
3. Asetosal

CARA KERJA

 In vivo
memberikan CMC (kontrol negatif) untuk tikus nomor 1

memberikan tikus nomor 2 dengan obat heparin secara i.v

memberikan tikus nomor 3 obat warfarin dengan cara suntik oral

memberikan tikus nomor 4 obat asetosal dengan cara suntik oral

pada tikus pemberian obat heparin setelah 10 menit, ekor disayat


pada tikus 1,3,4 setelah 60 menit, ekor tikus disayat kemudian bersihkan dengan
tissue

hidupkan stopwatch

biarkan darah mengalir dan amati terjadinya penjendalan


 In vitro

memberikan CMC (kontrol negatif) untuk tikus nomor 1

memberikan tikus nomor 2 dengan obat heparin secara i.v

memberikan tikus nomor 3 obat warfarin dengan cara suntik oral

memberikan tikus nomor 4 obat asetosal dengan cara suntik oral

mengambil 4 gelas arloji

memberikan larutan kalsium 1/5 jumlah obat yg disuntikkan ke gelas 1

memberikan larutan heparin 1/5 jumlah obat yg disuntikkan ke gelas 2

memberikan larutan warfarin 1/5 jumlah obat yg disuntikkan ke gelas 3

memberikan larutan asetosal 1/5 jumlah obat yg disuntikkan ke gelas 4

masing-masing gelas kemudian diberikan darah tikus

nyalakan stopwatch dan amati terjadinya penjendalan pada masing-masing gelas


masukkan darah ke dalam pipa kapiler

amati terjadinya benang fibrin

catat waktu yang terjadi

IV.Hasil percobaan
IN VITRO

PROTANBIRE
PERILAKUAN TIME
I II III IV V X
K.(-)CMC 0,5
% 2ml/200g 85 s 85 s 123 s 62 s 60 s 83 s
BB
K. uji heparin Tidak
90ui/200g BB - - - - terjadi -
penjendalan
K.uji warfarin
0,036 1477 s 1802 s 1205 s 258 s 1800 s 1.308,4s
mg/200g BB
K.Uji asetosal
1,44mg/200g 64 s 25 s 85 s 130 s 60 s 72,8 s
BB

IN VIVO

PROTANBIRE
PERILAKUAN TIMES
I II III IV V X
K.(-)CMC 0,5
% 2ml/200g 128 s 120 s 100 s 30s 42 s 84 s
BB
K. uji heparin
90ui/200g BB 444 s 315 s 350 s 420 s 425 s 390,8 s
K.uji warfarin
0,036 116 s 122 s 140 s 84 s 70 s 106,4 s
mg/200g BB
K.Uji asetosal
1,44mg/200g 165 s 99 s 165 s 127 s 90 s 129,2 s
BB

IN VITRO
1 . CMC
1
X 1,8ml = 0,36 ml = 7,2 tetes
5

2 . HEPARIN
1
X 0,43ml =0,86 ml = 17,2 tetes
5

3.WALFARIN
1
X 1,62 ml =0,324 ml =6,48 tetes
5

4.ASPIRIN
1
X 1,62 nl =0,324 ml =6,48 tetes
5

IN VITRO
1. Kalsium : 1 menit
2. Aspirin : 1 menit
3. Walfarin : 3 menit
4. Helparin : (Belum menggumpal)
IN VIVO
1. CMC : 42 detik
2. Heparin :7 menit 5 detik
3. Walfarin:1 menit 10 detik
4. Aspirin :1 menit 30 detik

PERHITUNGAN DOSIS
1.kontrol negatif CMC 0,5% 2ml/200g BB(180g)
180𝑔
2𝑥 200𝑔=1,8 ml

2.Heparin 5000 ui/70kg BB manusia (sediaan 5000 ui/ml)


Tikus 200g=5000uiX0,018=90ui/200g BB Tikus
Lar.stok=0,5ml/200g BB
170𝑔
Dosis 170g ? 90 𝑥 200𝑔 =76,5 ui/170g BB

BB=170g =larutan stok=180ui/ml


170𝑔
Volume pemberian= 0,5 𝑚𝑙 𝑋 200𝑔 =0,43ml

3.walfarin 2mg/70kg BB manusia (180g)


Tikus =2mgX0,018 =0,018 =0,036mg/200g BB
180𝑔
Tikus 180 g=0,036 𝑚𝑔 𝑋 200𝑔 =0,0324mg

Larutan stok 1,8 ml/200g BB


180𝑔
X=200𝑔 X 1,8 ml =1,62 ml

4.Aspirin 80mg/70kg BB(180kg)


Tikus=80mgX0,018=1,44mg/200g BB Tikus
1,44𝑚𝑔𝑥180𝑔
Tikua 180g= =1.296mg
200𝑔

Larutan stok 0,8mg/1ml


1,296𝑚𝑔
X= X 1 ml=1,62ml
0,8𝑚𝑔

V.PEMBAHASAN
Tubuh memiliki mekanisme tersendiri untuk menyembuhkan luka berdarah. Proses
pembekuan darah disebut dengan hemostasis. Trombosit, atau yang biasa disebut platelet,
adalah satu sel darah yang berperan penting membantu terjadinya pembekuan
darah.Mekanisme pembekuan darah yaitu pertama, jaringan mengalami cedera, trombosit yang
mengalami lisis kemudian terjadi pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi dengan faktor
antihemofilik (plasma) dengan komponen tromboplastin membentuk tromboplastin. Kedua,
Prokonvertin diubah menjadi konvertin oleh ion Ca. Ketiga, protrombin dengan bantuan ion
Ca, konvertin, dan tromboplastin akan diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator globulin
plasma in-aktif diaktifkan menjadi akselerator globulin serum aktif oleh trombin. Kelima,
protrombin diubah menjadi trombin. Terakhir, fibrinogen diubah menjadi fibrin dengan
bantuan trombin. Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel darah merah dan memiliki fungsi
dalam pengangkutan O2. Kadar hemoglobin di dalam darah dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain umur, pakan, dan kondisi kesehatan.
Obat antikoagulan mengurangi penggumpalan darah (koagulasi artinya penggumpalan).
Obat ini diperlukan jika gumpalan darah terlalu banyak, karena gumpalan darah dapat
menghalangi pembuluh darah dan menyebabkan kondisi seperti stroke atau serangan jantung.
Salah satu contoh obat koagulan adalah termasuk warfarin.
Pada percobaan in vitro didapatkan hasil kalsium=1menit,aspirin=1menit,walfarin=3menit
dan pada heparin dalam jangka waktu 15 menit belum terjadi penjendalan/penggumpalan
darah.
Lalu pada percobaan in vivo didapatkan hasil cmc=42detik,heparin=7menit
5detik,walfarin=1menit 10 detik,dan aspirin=1 menit 30 detik.
Pada percobaan in vivo dan in vitro dosis obat paling efektif terdapat pada heparin karena
Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan antitrombin-III. Antitrombin-III
berfungsi menghambat protease faktor pembekuan termasuk faktor IIa (thrombin), Xa dan IXa,
dengan cara membentuk kompleks yang stabil dengan protease faktor pembekuan. Heparin
yang terikat dengan antitrombin-III mempercepat pembentukan kompleks tersebut sampai
1000 kali. Bila kompleks antitrombin-III-protease sudah terbentuk, heparin dilepaskan untuk
selanjutnya membentuk ikatan baru dengan antitrombin.
Heparin adalah suatu campuran hererogen dari sulfated mucopolysaccharide. Obat ini
terikat ke permukaan sel endotel aktivitas biologinya bergantung pada penghambat protease
plasma antitrombin III.Dalam keadaan normal, heparin terdapat sebagai kompleks
makromolekul bersama histamine dan sel mast. Peranan fisiologik heparin belum diketahui
seluruhnya, akan tetapi pelepasannya ke dalam darah yang tiba-tiba pada syok anafilaktik
menunjukkan bahwa heparin mungkin berperan dalam reaksi imunologik sehingga ada yang
menyebutkan bahwa selain daripada sebagai antikoagulan, tujuan utama dari sekresi heparin
adalah untuk pertahanan terhadap bakteri dan benda asing.
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan
merupakan obat pilihan bila diperlukan efek yang cepat, misalnya untuk emboli paru dan TVD,
oklusi arteri akut atau infark miokard akut. Obat ini juga digunakan untuk profilaksis
tromboemboli vena selama operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstrakorporal
(misalnya mesin dialisis) untuk mencegah trombosis. Penggunaan heparin jangka panjang juga
dapat bermanfaat bagi pasien yang mengalami tromboemboli berulang meskipun telah
mendapat antikoagulan oral.

VI.KESIMPULAN
Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah
yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian
pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah
yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya
efek antiagregasi platelet.
VII.DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Nurcahyo, Heru. 1998. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Yogyakarta : UNY.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Hart, Herolt. (1990). Kimia Organik Edisi Keenam. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Kristian, Rieko. (2007). Asam Salisilat dari Phenol. Skripsi Fakultas Teknik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa :Banten

Anda mungkin juga menyukai