OLEH :
HIJRI ALAUDDIN, S.KEP
NIM : 191108010
------------------------------------
---------------------------------------
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENSASI
A. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada
tekanan 1 atmosfir, sehingga konsentrasi oksigen dalam tubuhmeningkat.
B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENSASI
Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat di dalam paru & jaringan
Untuk menurunkan kerja paru paru
Untuk menurunkan kerja jantung.
C. ANATOMI SALURAN NAFAS
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan
pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang
bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan memungkinkan setiap
sel melangsungkan sendiri proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan
selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Pernafasan merupakan prose ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam
jaringan atau pernafasan dalam dan di dalam paru paru atau pernafasan luar.
Udara ditarik ke dalam paru pada waktu menarik nafas dan didorong keluar
paru paru pada waktu mengeluarkan nafas.
Nares Anterior adalah saluran saluran di dalam lubang hidung. Saluran saluran
itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai Vestibulum (rongga)
hidung. Vestibulum ini dilapisi epithelium bergaris yang bersambung dengan
kulit. Lapisan nares anterior memuat kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu
kasar. Kelenjar kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.
Rongga Hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring semua sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi epithelium
silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender.
Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum
nasalis dan konka, selaput lender ini yang paling tebal. Tiga tulang kerang
(konka) yang diseliputi epithelium pernafasan, yang menjorok dari dinding
lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir
tersebut.
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu bulu yang terdapat
pada vestibullum. Karena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya,
maka udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan
selaput lendir, udara menjadi lembab. Hidung menghubungkan lubang lubang
sinus udara paranasalis yang masuk.ke dalam rongga-rongga hidung, dan juga
menghubungkan lubang-lubang nasolakrimal yang menyalurkan air mata dari
mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring)
dan di belakang laring (faring-laringeal).
Nares posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke nasofaring.
Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya. Laring terdiri
atas kepingan tulang rawan yg diikat bersama oleh ligament dan membrane.
Yang terbesar diantaranya adalah tulang rawan tiroid dan disebelah depannya
terdapat benjolan subcutaneusyang dikenal sebagai jakun (adam’s apple).
Laring terdiri atas dua lempeng (lamina) yg bersambung di garis tengah, ditepi
atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid
dan berbentuk seperti cincin.
Terkait dipuncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yg berupa katup
tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi
selaput lender yang sama dengan yang ada di trachea, kecuali pita suara dan
bagian epiglottis yg dilapisi sel epitil berlapis.
Pita Suara (Plika Vocalis) terletak disebelah dalam laring. Pita suara ini dapat
ditegangkan ataupun dikendorkan dengan demikian lebar sela antara pita (rima
glotidis) dapat berubah ubah sewaktu berbicara / menyanyi. Suara dihasilkan
karena getaran pita yg disebabkan udara yang masuk melalui glottis.
Trakhea, atau batang tenggorok kira kira (9) cm panjangnya. Trakhea berjalan
dari laring sampai kira kira ketinggian vertebra thorakalis kelima dan di
tempat ini bercabang menjadi 2 bronkus. Oesophagus terletak dibelakang
trachea.
Bronkhus. Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan 2 trakhea mempunyai
struktur yang serupa dng trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Brnkus
kanan lebih pendek dan lebid lebar daripada bronkus kiri. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih langsing disbanding dengan bronkus kanan.
Paru paru
Paru paru ada 2, merupakan alat pernafasan utama, paru paru terletak di dalam
rongga dada. Paru paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak
(apeks) diatas.
Lobus Paru paru (Belahan Paru paru). Paru paru dibagi menjadi beberapa
belahan (lobus) oleh fisura. Paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru kiri
mempunyai 2 lobus.
Pembuluh darah dalam paru paru.
Arteria Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen
dari ventrikel kanan jantung ke paru paru, kemudian dibawa melalui Vena
Pulmonalis menuju ke atrium kiri untuk didistribusikan ke seluruh tubuh
dengan membawa darah yang berisi oksigen menuju atrium kiri melalui aorta.
Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic.
Terbagi menjadi 2 :
1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2. Pleura viseralis yaitu yang melekat erat di setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
D. FISIOLOGI PERNAPASAN
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
Pernapasan melalui Paru-paru atau Pernapasan Externa, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut, pada waktu pernapasan, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan
oksigen dari darah. Oksigen menembus membrane ini dan di pungut oleh
hemoglobin sel sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada
tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen
jenuh oksigen.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau
pernapasan externa :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari
setiapnya dapat mencapai semua bgian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler.CO2
lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-
paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih
banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu bayak CO2 dan terlampau
sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya
dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam
otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan
ventilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2.
Pernapasan Jaringan atau Pernapasan Interna
Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oxihemoglobin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mncapai kapiler ,
dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima,
sebagai gantinya, hasil buangan oksigenasi, yaitu karbon di oksida.
Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli,
yang disebabkan pernapasan externa dan pernapasan interna atau pernapasan
jaringan.
Udara yang di hembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang
sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara
yang dikeluarkan).
Daya Muat Udara oleh Paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru-paru
ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4½ sampai 5 liter udara. Hanya sebagian
kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut
(tidal air). Yaitu yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar pada
pernapasan bisaa dengan tenang.
Kapasitas vital. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru
pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat , disebut kapasitas
vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki,
normal 4-5 liter dan seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang
pada penyakit paru-paru, pada peyakit jantung (yang menimbulkan kongesti
paru) dan kelemahan otot pernapasan.
Iskemia Miokard
Iskemia miokard terjadi jika suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak
cukup memenuhi kebutuhan oksigen pada organ. Dua manifestasi umum pada
iskemia adalah angina pectoris dan infarka miokard. Angina pectoris merupakan
ketidakseimbangan sementara antara suplai dan kebutuhan oksigen pada miokard,
sehingga menimbulkan nyeri dada, rasa sakit, kesemutan, terbakar, atau terasa
seperti tekanan. Nyeri hilang dengan beristirahat. Infark miokard disebebkan
penurunan aliran darah koroner tiba-tiba atau peningkatan kebutuhan oksigen
miokard tnpa disertai perfusi koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia
dan nekrosis jaringan miokard dan bersifat tidak refersible. Infark miokard
menyebabkan nyeri dada seperti sensasi pukulan, sensasi diperas atau sensasi
tusukan. Yang berlangsung lebih dari 30 menit dan tidak hilang dalam istirahat.
RIWAYAT KEPERAWATAN
Keletihan; sensasi subjektif yaitu kehilangan daya tahan. Keletihan merupakan
tanda awal perburukan proses kronik yang mendasari perubahan.
Dispnea; tanda klinis hipiksia dan termanifestasi dengan sesak nafas dn sensasi
subjektif pada pernapasan yang sulit dan tidak nyaman. Dispnea fisiologis ialah
nafas pendek akibat latihan fisik atau perasaan gembira. Dispnea patologis ialah
kemampuan individu tidak mampu bernapas walau tidak beraktivitas ataupun
latihan fisik. Tanda-tanda dispnea seperti usaha napas yang berlebih,
penggunanaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, dan peningkatan
frekuensi dan kedalam pernapasan yang menyolok
Riwayat keperawatan untuk mengkaji dispnea meliputi lingkungan saat dispnea
terjadi, misalnya dispnea saat klien bernapas disertai usaha napas, saat klien sters
atau mengalami infeksi saluran pernapasan. Perawat harus menentukan apakah
persepsai klien tentang dispnea mempengaruhi kemampuannya berbaring datar.
Ortopnea adalah kondisi abnormal saat klien harus menggunakan banyak bantal
saat berbaring atau duduk saat bernapas.
Batuk merupakan reflex untuk membersihkan trakea, bronkus, dan paru-paru
untuk melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Karina, titik bifukasi pada
batang utama bronkus kanan dan kiri, merupakan daerah yang paling peka
memproduksi batuk. Klien yang mendertia sinusitis kronik dapat batuk hanya
pada awal pagi hari atau segera setelah bangun tidur. Batuk ini membersihkan
jalan napas dari lendir yang berasal dari drainase sinus. Klien yang mengalami
bronchitis kronik memproduksi sputum sepanjang hari dan paling banyak
dihasilkan setelah bangun posisi terlentang datar akibat akumulasi sputum yang
menempel di jalan napas dan disebabkan penurunan mobilitas. Perawat harus
mengidentifikasi apakah batuk tersebut produktif atau tidak produktif dan juga
harus mengkaji frekuensi batuk. Perawat harus mengumpulkan data tentang jenis
dan jumlah sputum lalu menginspeksi warna, konsistensi, bau, dan jumlah
sputum. Jika sputum mengandung darah (hemoptisis), perawat harus menetapkan
apakah hemoptisis itu berhubungan dengan batuk dan pendarahan dari saluran
pernapasan atas, dari drainase sinus, atau dari saluran pencernanaan.
Mengi, ditandai bunyi music yang bernada tinggi karena gerakan udara
berkecepatan tinggi melalui jalan napas yang sempit. Mengi dikaitkan dengan
asma, bronchitis akut, atau pneumonia. Mengi terjadi saat inspirasi, ekspirasi, atau
keduanya. Perawat harus menetapkan setiap factor presipitasi, seperti infeksi
pernapasan, allergen, latihan fisik, atau stress.
Nyeri dada dievaluasi dengan memperhatikan lokasi, durasi, radiasi, dan
frekuensi. Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri terjadi disisi
kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium akibat inflamasi kantong pericardium
biasanya tidak menyebar dan terjadi saat inspirasi. Nyeri dada pleuritik hanya
terjadi di perifer dan beradiasi ke region skapula. Nyeri diperburuk jika klien
melakukan manufer inspirasi seperti batuk, menguap, dan menghela napas. Hal ini
disebabkan infeksi di pleura dan dideskripsikan sebagai sensasi seperti irisan
pisau yang berlangsung satu menit hingga beberapa jam dan dikaitkan dengan
inspirasi.
Nyeri musculoskeletal timbul setelah latihan fisik, trauma iga, dan rangkaian
batuk yang berlangsung lama. . Nyeri diperburuk gerakan inspirasi dan dengan
mudah dipersepsikan sebagai nyeri dada pleuritik.
Pemaparan geografi atau pemaparan lingkungan. Perawat harus memeriksa
pemaparan dirumah dan ditempat kerja klien. Contoh pemaparan lingkungan
dirumah ialah asap rokok dan karbon monoksida. Perawat menetapkan apakah
klien bukan perokok tetapi secara pasif terpapar asap .
Riwayat pekerjaan diperoleh untuk mengkaji pemapasan individu terhadap seperti
substansi seperti batu bara, serat kapas, atau uap, terutama untuk lansia.
Riwayat keperawatan harus berisi informasi tentang frekuensi dan durasi infeksi
saluran pernapasan.
Perawat harus memeriksa factor risiko lingkungan dan keluarga seperti riwayat
keluarga dengan penyakit kardiovaskular. Infeksius or disease (tuberculosis). Atau
penyakit infeksius (tuberculosis). Obat-obatan. Komponen terakhir riwayat
keperawatan harus memuat uraian obat-obatan yang klien gunakan.
TERAPI OKSIGEN
A. PENDAHULUAN
Terapi oksigen merupakan salah satu tindakan dalam menangani masalah
gangguan oksigen. Namun karena oksigen termasuk suatu obat maka dalam
pemakaianya tenaga kesehatan harus mengetahui:tujuan, indikasi, dosis cara
pemberian sertaefek sampingnya.
Oksigen adalah zat/gas yang tidak berwarna, tidak berbau tidak ada rasa dan
mudah terbakar sehingga dalam pemakaiannya harus hati – hati.
B. TUJUAN TERAPI OKSIGEN
Mencegah atau mengatasi hipoksemia / hipoksia
Untuk menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama jantung dan otak
Mengurangi respon kompensasi
1. Menurunkan kerja nafas
2. Menurunkan kerja jantung
3. Menurunkan aktivitas simpatis perifer
Menegakan diagnosa dari fungsi pertukaran gas
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Ketinggian
2. Lingkungan
3. Latihan
4. Emosi
5. Status kesehatan
6. Gaya hidup
D. INDIKASI
1. Pada keadaan hipoksemia / hipoksia apapun penyebabnya
2. Fase akut penyakit jantung dan pernafasan
3. Gagal nafas akut
4. Syok
5. Selama atau sesudah operasi
6. Anemia yang berat
7. Peningkatan kebutuhan oksigen / metabolisme seperti: luka bakar >25%,
multi trauma,infeksi berat,peningkatansuhu tubuh.
8. Sebelum, selama dan sesudah tindakan suction entrotracheal
E. DOSIS
Didasarkan pada hasil pemeriksaan gas darah, minimal gejala klinis.
Respon terhadap terapi oksigen harus dievaluasi juga dengan pemeriksaan
analisa gas darah (PaO2)
F. CARA PEMBERIAN
Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan dengan cara:
Meningkatkan kadar oksigen inspirasi (fio2)
Meningkatkan tekanan oksigen (hiperbarik)
G. METODE PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN
1. Kanula (Nasal prong)
Keuntungan:
a. Pemasangan mudah dilakukan
b. Ringan, relaif lebih yaman
c. Selama pemberian terapi oksigen pasien dapat berbicara dan makan
Kerugian
a. Mudah lepas
b. Bila aliran tinggi pasien merasa tidak nyaman, dan iritasi ukosa hidung
Cara Penggunaan
a. Menerangkan prosedur pemasangan kepada pasien
Rasional: Pasien memahami maksud dan tujuan pemasangan
b. Hubungkan slang kanula ke humidifier out let, yakinkan humidifier berisi
aqua sampai batas yang sudah ditentukan
Rasional: Aqua yang tidak cukup, mengakibatkan berkurangnya
kelembaban udara inspirasi
c. Beri pelicin pada ujung kanula, dan masukkan kedua ujung kanula
kedalam lubang hidung
Rasional: Mencegah iritasi mukosa hidung
d. Fiksasi slang oksigen
Rasional: Mencegah terlepasnya slang oksigen
e. Set aliran oksigen sesuai yang dikehendaki
Estimasi FiO2: 1 Liter : 24% 4 Liter : 36%
2 Liter : 28% 5 Liter : 44%
3 Liter : 32 %
f. Berikan aliran oksigen tidak lebih dari 4 liter
Rasional: Bila diberikan lebih dari 4 liter dapat mengakibatkan iritasi
mukosa hidung dan menelan udara (kembung)
2. Nasal kateter
Gambaran:
a. Tidak dianjurkan untuk orang dewasa
b. Teknik pemasangan sukar
c. Kerugian : bisa terjadi distensi lambung dan trauma nasopharing
d. Teknik ini jarang digunakan
Cara penggunaan:
a. Menerangkan prosedur pemasangan
b. Hubungkan kateter pada slang oksigen dan humidifier
c. Beri pelicin/ jeli pada ujung kateter
d. Kateter dimasukkan hidung, sampai ujung kateter tampak sedikit melewati
langit-langit rongga mulut.
Bila kateter dimasukkan terlalu jauh dapat mengganggu proses menelan, dan
oksigen dapat masuk ke lambung.
a. Set aliran oksigen antara 6-8 liter/ menit
b. Estimasi FiO2 : 24%-44%
3. Masker sederhana (Masker plastik transparan)
Gambaran:
a. Dibutuhkan tali pengikat yang ketat untuk mendapatkan konsentrasi
oksigen yang lebih tinggi.
b. FiO2 bisa tepat bila menggunakan venturi
c. Kerugian: Tidak nyama, bila makan masker harus dilepas, Potensi terjadi
perlukaan pada daerah muka
Cara Penggunaan
a. Menerangkan prosedur pemasangan
b. Hubungkan masker pada slang oksigen dan humidifier
c. Atur tali pengikat sangkup sehingga menutup rapat daerah hidung dan
pasien merasa nyaman, bila perlu beri kain kasa pada derah yang tertekan
d. Set/ atur aliran oksigen : 5-8 liter/ menit
e. Estimasi/ perkiraan FiO2 : 5 Liter : 40%
6 Liter : 45%-50%
8 Liter : 55%-60%
Aliran tidak boleh kurang dari 5 liter/menit (untuk mendorong CO2 keluar
dari masker). Bila kurang dari 5 liter/menit udara expirasi yang banyak
mengandung CO2 bisa terhirup kembali.
Bila menggunakan venturi FiO2 bisa ditentukan dengan pasti 24%, 28%,
35%, 40%, dan 50%. Sesuai warna venturi dan aliran oksigen yang harus
dialirkan ke masing-masing venturi
4. Bag and Mask
Gambaran:
a. Konsentrasi oksigen tidak dipengaruhi oleh pola nafas pasien
b. FiO2 dapat dikontrol dengan baik
c. Perlu masker fit, endotrakeal tube atau diberikan lewat tracheostomi
kanul
d. Kerugianya mahal
Penggunaan:
a. Biasa digunakan pada pasien:
Sebelum, selama dan sesudah suction endotraceal
Pasien gagal nafas
Pasien cardiac arest
b. Aliran oksigen : 12 – 15 liter
c. FiO2 : Bila masker ketat atau lewat endotrakeal tube / tracheastomi
bisa mencapai FiO2 100%
d. Bila diberikan melalui jalan nafas buatan : EET / tracheostom
humidifier harus hangat (karena fungsi hidung sebagai pelembab,
penghangat, dan penyaring di by pas)
5. Ventilator
Terapi oksigen menggunakan ventilator diberikan kepada pasien yang
memerlukan bantuan nafas dalam jangka panjang. FiO2 bisa diatur sesuai
yang diinginkan mulai dari 21%-100%
6. Inkubator
Digunakan untuk bayi, aliran oksigen: 3-8 liter/ menit dengan perkiraan FiO2
yang diberikan: kurang lebih 40%.
7. Anestesi circuit
Digunakan untuk memberi oksigen selama pasien dilakukan tindakan operasi
FiO2 bisa diatur sesuai kondisi pasien: 21-100%
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 52 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Status marital : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Dagang
Bahasa yang dig : Jawa
Alamat : Pesuwan Porong
Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Hub. Dg klien : Istri
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pesuwan Porong
Psikososial
Klien menganggap penyakit yang dialami adalah ujian dari Tuhan dan akibat
kecerobohan dirinya karena banyak merokok semasa muda. Klien mengatakan
bahwa ia sekarang sudah tua sehingga saatnya berhenti merokok.
Sosial
Klien selalu dijenguk oleh keluarga, tetangganya dan menyatakan biasa ikut
perkumpulan RT yang dilakukan di lingkungannnya.
Spiritual
Klien mengatakan ia idak shalat karena sekarang sedang mengalami sakit. Klien
mengatakan bahwa iaakan istirahat selama sakit.
Pemeriksaan Fisik
Umum
Kesadaran Composmentis, GCS = 15 Penampilan Kurus, TB 170 Cm BB
43 Kg, TD = 120/80 mmHg, Nadi 92 X/mnt, RR 28 X/mnt, S : 37,2OC
Kepala
Bentuk oval, ukuran relatif proporsional dengan tubuh, kulit kepala lesi (-)
tumor (-)
Rambut
Lurus, tebal, hitam, dan bersih
Mata
Mampu menghitung jari dengan baik pada jarak 5 meter, icterus (-)
conjungtiva tidak anemis, pupil isokhor reflek baik +/+ posisi okular
simetris, tidak menggunakan kacamata.
Hidung
Simetris, sekret tidak ada, penciuman baik, tidak ditemukan
polip/peradangan mukosa.
Telinga
Pendengaran baik, posisi simetris, tidak ada serumen/cairan
Thoraks
Dada simetris, pergerakan simetris, retraksi intercostal (+)supralavicula
(+), Terpasang selang WSD pada ICS 4-5 midaxila dekstra, Keluaran (+)
Vocal Fremitus kanan kiri dan depan belakang sama (merata)
Perkusi sonor simetris kanan kiri
Whezing (-) Ronchii (-)
Abdomen
Meteorismus (-) tidak teraba adanya massa distensi (+) BU 10 X/mnt,
intensitas lemah
Genital
Tidak ada keluhan berkemih
Ekstremitas
Simetris, deformitas (-), lessi (-) oedema (-) cyanosis (-)
Teraba keringat dingin pada akral
Integumen
Bersih, terdapat luka pemasangan drainage WSD pada thoraks
Palpasi lembab, turgor relatif elastis
2. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
dada nyeri sebelah kiri bila untk Penumpukan Pus
bernafas
DO : Tekanan Intrapleural Gangguan rasa
Sering mengusap dada kiri Nyaman : Nyeri
Perilaku distraksi Rangsang saraf nyeri
N : 92 X/mnt
T : 140/90 mmHg
DS :
Mengatakan nafsu makan menurun
Sesak Psikologis
dan terasa mual
Nutrisi
DO :
Anoreksia Mual
Makan habis 6 – 7 sendok makan,
Turgor cukup, BB 49 Kg,TB 170 Cm
3. PERENCANAAN
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d proses infeksi pada paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam nyeri berkurang dan klien
dapat beradaptasi dengan nyeri yang ada
Kriteria hasil :
Mengungkapkan rasa nyeri di dada kiri berkurang
Dapat bernafas tanpa rasa nyeri
Tanda vital dalam batas normal
Hasil laborat : Leukosit dalam batas normal
IMPLEMENTASI
Tgl Intervensi Rasional
22/10 Pantau nadi dan tekanan darah Identifikasi kemajuan/penyimpangan
tiap 3 – 4 jam dari hasil yang diharapkan
Kaji tingkat nyeri dan Memantau tingkat nyeri dan respon
kemampuan adaptasi klien terhadap nyeri yang timbul
Berikan tindakan untuk Berupa relaksasi, distraksi visual,
memberikan rasa distraksi motorik, pengaturan posisi
nyaman/menurangi nyeri
Kolaborasi : pemberian analgetik Mengontrol nyeri dan memblok jalan
rangsang nyeri
Konsultasi ke dokter bila nyeri Merupakan gejala yang berat yang
bertambah mungkin timbul
Diagnosa Keperawatan
Resiko Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan :
Dalam waktu 5 X 24 Jam nafsu makan klien meningkat
Kriteria hasil :
- Rasa mual berkurang /tidak ada
- Turgor meningkat
- Diit dari RS habis
CATATAN KEPERAWATAN