Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DI RUANG


MARWAH RUMAH SAKIT PARU SURABAYA

OLEH :
HIJRI ALAUDDIN, S.KEP
NIM : 191108010

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2019
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA TN. S DI RUANG MARWAH RUMAH SAKIT PARU
SURABAYA

Surabaya, Oktober 2019


Mahasiswa

HIJRI ALAUDDIN, S.Kep


NIM : 191108010

Clinical Instructure Pembimbing Akademik

------------------------------------
---------------------------------------
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENSASI

A. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada
tekanan 1 atmosfir, sehingga konsentrasi oksigen dalam tubuhmeningkat.
B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENSASI
 Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat di dalam paru & jaringan
 Untuk menurunkan kerja paru paru
 Untuk menurunkan kerja jantung.
C. ANATOMI SALURAN NAFAS
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan
pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang
bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan memungkinkan setiap
sel melangsungkan sendiri proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan
selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Pernafasan merupakan prose ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam
jaringan atau pernafasan dalam dan di dalam paru paru atau pernafasan luar.
Udara ditarik ke dalam paru pada waktu menarik nafas dan didorong keluar
paru paru pada waktu mengeluarkan nafas.
Nares Anterior adalah saluran saluran di dalam lubang hidung. Saluran saluran
itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai Vestibulum (rongga)
hidung. Vestibulum ini dilapisi epithelium bergaris yang bersambung dengan
kulit. Lapisan nares anterior memuat kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu
kasar. Kelenjar kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.
Rongga Hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring semua sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi epithelium
silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender.
Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum
nasalis dan konka, selaput lender ini yang paling tebal. Tiga tulang kerang
(konka) yang diseliputi epithelium pernafasan, yang menjorok dari dinding
lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir
tersebut.
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu bulu yang terdapat
pada vestibullum. Karena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya,
maka udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan
selaput lendir, udara menjadi lembab. Hidung menghubungkan lubang lubang
sinus udara paranasalis yang masuk.ke dalam rongga-rongga hidung, dan juga
menghubungkan lubang-lubang nasolakrimal yang menyalurkan air mata dari
mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring)
dan di belakang laring (faring-laringeal).
Nares posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke nasofaring.
Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya. Laring terdiri
atas kepingan tulang rawan yg diikat bersama oleh ligament dan membrane.
Yang terbesar diantaranya adalah tulang rawan tiroid dan disebelah depannya
terdapat benjolan subcutaneusyang dikenal sebagai jakun (adam’s apple).
Laring terdiri atas dua lempeng (lamina) yg bersambung di garis tengah, ditepi
atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid
dan berbentuk seperti cincin.
Terkait dipuncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yg berupa katup
tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi
selaput lender yang sama dengan yang ada di trachea, kecuali pita suara dan
bagian epiglottis yg dilapisi sel epitil berlapis.
Pita Suara (Plika Vocalis) terletak disebelah dalam laring. Pita suara ini dapat
ditegangkan ataupun dikendorkan dengan demikian lebar sela antara pita (rima
glotidis) dapat berubah ubah sewaktu berbicara / menyanyi. Suara dihasilkan
karena getaran pita yg disebabkan udara yang masuk melalui glottis.
Trakhea, atau batang tenggorok kira kira (9) cm panjangnya. Trakhea berjalan
dari laring sampai kira kira ketinggian vertebra thorakalis kelima dan di
tempat ini bercabang menjadi 2 bronkus. Oesophagus terletak dibelakang
trachea.
Bronkhus. Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan 2 trakhea mempunyai
struktur yang serupa dng trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Brnkus
kanan lebih pendek dan lebid lebar daripada bronkus kiri. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih langsing disbanding dengan bronkus kanan.
Paru paru
Paru paru ada 2, merupakan alat pernafasan utama, paru paru terletak di dalam
rongga dada. Paru paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak
(apeks) diatas.
Lobus Paru paru (Belahan Paru paru). Paru paru dibagi menjadi beberapa
belahan (lobus) oleh fisura. Paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru kiri
mempunyai 2 lobus.
Pembuluh darah dalam paru paru.
Arteria Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen
dari ventrikel kanan jantung ke paru paru, kemudian dibawa melalui Vena
Pulmonalis menuju ke atrium kiri untuk didistribusikan ke seluruh tubuh
dengan membawa darah yang berisi oksigen menuju atrium kiri melalui aorta.
Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic.
Terbagi menjadi 2 :
1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2. Pleura viseralis yaitu yang melekat erat di setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
D. FISIOLOGI PERNAPASAN
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
Pernapasan melalui Paru-paru atau Pernapasan Externa, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut, pada waktu pernapasan, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan
oksigen dari darah. Oksigen menembus membrane ini dan di pungut oleh
hemoglobin sel sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada
tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen
jenuh oksigen.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau
pernapasan externa :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari
setiapnya dapat mencapai semua bgian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler.CO2
lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-
paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih
banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu bayak CO2 dan terlampau
sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya
dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam
otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan
ventilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2.
Pernapasan Jaringan atau Pernapasan Interna
Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oxihemoglobin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mncapai kapiler ,
dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima,
sebagai gantinya, hasil buangan oksigenasi, yaitu karbon di oksida.
Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli,
yang disebabkan pernapasan externa dan pernapasan interna atau pernapasan
jaringan.
Udara yang di hembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang
sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara
yang dikeluarkan).
Daya Muat Udara oleh Paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru-paru
ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4½ sampai 5 liter udara. Hanya sebagian
kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut
(tidal air). Yaitu yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar pada
pernapasan bisaa dengan tenang.
Kapasitas vital. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru
pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat , disebut kapasitas
vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki,
normal 4-5 liter dan seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang
pada penyakit paru-paru, pada peyakit jantung (yang menimbulkan kongesti
paru) dan kelemahan otot pernapasan.

KECEPATAN DAN PENGENDALIAN PERNAPASAN


Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua factor tertentu (a)
kimiawi, dan (b) pengendalian oleh saraf. Beberapa factor tertentu
merangsang pusat pernapasan yang terletak didalam medulla omblagata, dan
kalaw dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang di slurkan oleh
saraf spinalis ke otot pernapasan – yaitu otot diaafragma interkostalis.
Pengendalian oleh saraf. Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam
medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan.
Melalui beberapa radix saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diagfragma
oleh saraf frenikus: Dan di bagian yang lebih rendah pada sumsum
belakang,impuls ini menimbulkankontraksi ritmik pada otot diafragma dan
interkostal yang kecepatan kira-kira lima belas kali setiap menit.
Pengendalian secara kimiawi. Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam
pengendalian dan pengaturan frekwensi, kecepatan dan dalamnya gerakan
pernapasan.Pusat perapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi; kadar
alkali darah harus di pertahankan . Karbon dioksida adalah prodok asam dari
metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan
untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
Kedua pengendalian, melalui saraf dan secara kimiawi, adalah penting. Tanpa
salah satunya orang tak dapat bernapas trus. Dalam hal otot pernapasan
(interkostal, dan diafragmagma), digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat
pernapasan buatan lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus
bergerak supaya udara dapat dikeluarmsukkan paru-paru.
Emosi, rasa sakit dan takut misalnya, manyebabkan impuls yang merangsang
pusat pernapasan dan menimbulkan penghirup udara secara kuat, hal yang kita
ketahui semua.
Impuls aferen dari kulit menghasilkan efek serupa- bila badan dicelup dalam
air dingin atau menerima gunyuran air dingin, maka penarikan napas kuat
menyusul.
Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak
dapat di jalankan lama, oleh sebab gerakannya adalah otomatik.
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Kalaw
bernapas secara normal maka espirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar.
Inspirai-eksipirasi-istrahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya
terbalik dan urutannya menjadi: ispirasi-istrahat-eksipirasi. Hal ini disebut
pernapasan terbalik. Kecepatan normal setiap menit:
Bayi bari lahir : 30-40
Dua belas bulan : 30
Dari dua sampai lima tahun : 24
Orang dewasa : 10-20
Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh
kerja otot. Kontraksi diagfragma meluaskan rogga dada dari atas sampai ke
bawah, yaitu vertical. Penaikan iga-iga dan sternum, yang di dua sisi dan dari
belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastik masuk ke dalam saluran
udara. Otot interkostal externa diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila
ispirasi mnjadi gerak sadar.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu
membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan
abdomen juga di bawa bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung)
dapat kembang-kempis.
Kebutuhan tubuh akan Oksigen. Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah
disebut, oksigen dapat diatur menurut keperluan. Orang tergantung pada
oksigen untuk hidupnya; kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat di perbaiki dan
bisaanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya seorang
anak menudungi kepala dan mukanya dengan kantong plastic dan menjadi
mati lemas. Tetapi bila penyediaan oksigen hanya berkurang, maka pasien
akan menjadi kacau pikiran- ia menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi
pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruangan
kapal, di dalam tank dan ruang ketel uap: oksigen yang ada, mereka habiskan
dan kalu mereka tidak diberi oksigen untuk pernapasan atau tidak dipindahkan
keudara yang normal, maka mereka akan meniggal karena anoxemia atau
disingkat anoxia. Istilah lainya ialah hypoxemia, atau hypoxia.
Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang
dan menjadi kebiru-biruan dan ia di sebut menderita sianosis.
Catatan Klinik
Ventilasi atau pertukaran udara yang baik adalah penting, khususnya
tempat orang muda berkumpul seperti ruangan sekolah, kantor ,perusahaan,
(a) uuntuk menghindarkan peyebaran infeksi pernapasan,seperti pilek,
influenza, dan bronchitis atau penyakit menular lainya yang mudah menyebar
dari yang satu pada yang lainnya. Dan (b) untuk menghindarkan rasa tak segar
karna panas, lembab dan pengap dan untuk mempertahankan hawa
“segar”yang dapat digunakan untuk konsentrasi pada pekerjaan atau belajar.
Ventilasi pulmoner, atau jumlah udara yang masuk dan kelur paru-paru,
dapat terlalu kecil bila pernapasan lemah sebab kerusakan otak, sumsum
tulang belakang, serabut-serabut sara, otot atau iga-iaga, atau bila pernapasan
tersumbat karena ada halangan dalam saluran udara seperti pada asma.
Ventilasi yang terlalu sedikit menyebabkan anoxia dan penimbunan CO2.
Pengobatan bertujuan membantu pernafasan dengan ventilasi buatan atau
dengan inhalasi untuk menghilangkan obsturuksi pada saluran udara
bronkhial. Penyakit pada jaringan paru-paru seperti dalam pecumonia, tidak
menyebabkan ventilasi pulmoner yang berkurang tetapi menyebabkan anoxia.
Dispnea, atau kesukaran bernapas, dapat disebabkan kelemahan saraf atau
otot, kerusakan pada iga-iga atau ruang pleural, paru-paru kaku yang
disebabkan pneumonia, atau udema paru-paru dalam payah jantung atau
obstruksi dalam saluran udara pada asma atau bronkhitis. Sianosis sering
mengiringi keadaan tersebut.
Pada pneumonia lobaris daerah yang terkena tampak terbendung dan
difusi oksigen tak berjalan. Kecapatan pernapasan bertambah dalam usaha
jaringan paru-paru untuk mengisi kekerungan dari kegagalan-kegagalan pada
bagian yang terkena kongesti.
Pada bronchitis seperti juga pada pneumonia, baik ventilasi maupun difusi
gas tak berjalan, karena pembengkakan lapisan membran menghalangi udara
masuk ke dalam paru-paru. Bronchitis kronika bisa menimbulkan komplikasi
emfisema bila udara tertahan di dalam jaringan paru-paru, karena jaringan
yang bersifat elastis dari sel udara yang halus, mengalami degenarasi alveoli,
tetap mekar dan permukaannya yang seperti membrane, juga tak dapat
menjalankan difusi gas. Pada asma saluran udara mnyempit dan sebagian
terhalang oleh spasmu otot. Khususnya eksipirasi sukar. Pada bronkhiektasi
pipa bronchi mekar dan sering kena infeksi.
Kegagalan pernapasan ialah kegagalan fungsi pernapasan untuk
mempertahankan isi oksigen dan karbon dioksida normal. Terdapat dua jenis
pertama: pertama ada kegagalan ventilasi pulmoner yang disebabkan
kegagalan pengendalian saraf pusat seperti pada pemakaian terlalu bayak obat
penenang; kegagalan pengendali saraf tepi, seperti pada
poliomielitis;kegagalan dada untuk kembang-kempis seprti pada pata yang
luas pada iga-iga, atau pada pneumotorax, atau peyumbatan larix. Dalam
keadaan ini terdapat baik kekurangan oksigen maupun kelebihan karbon
dioksida.
Dalam operasi paru-paru termasuk pneumektomi, yaitu bila sebua paru-
paru dikeluarkan dan lobektomi, bila sebua atau lebih bayak lobus
dikeluarkan. Sejumlah operasi lainya mencakup pengeluaran sebua segmen
jaringan paru-paru, disebut reseksi kepingan.
Persiapan untuk operasi toraks sama seperti untuk operasi besar lainnya,
mencakup pemeriksaan rutin foto rotgen dad, fisioterapi dan kemungkinan
bronkhoskopi untuk penentuan diagnosa. Bila ada infeksi akut pada saluran
pernapasan maka operasi akan ditunda sampai terobati benar.
Operasi usofagus kalau ada anomaly congenital (kelaianan bawaan),
striktur (penyempitan) dan kalau ada pertumbuhan jenis karsinoma, dapat
dilakukan melalui sebua insisi torakotomi.
Pengamatam perawatan yang penting ialah mencatat bahwa pipa drainnya
tetap tidak lepas dan melaporkan bayaknya dan jenis cairan yang keluar
selama masa dua puluh empat jam. Hal ini menjadi bagian dari laporan
keseimbangan cairan yang harus dilakukan dengan teliti dari hari ke hari.

E. PERUBAHAN FUNGSI PERNAPASAN


Hiperventilasi. Tujuan ventilasi adalah menghasilkan tegangan karbon
dioksida di arteri yang normal (PaCO2) dan mempertahankan tegangan
oksigen di arteri yang normal (PaO2). Hiperventilasi dan hipoventilasi
berkaitan dengan ventilasi alveolar dan bukan berkaitan dengan frekuensi
pernapasan klien.
Hiperventilasi merupakan kondisi ventilasi yang berlebih untuk
mengeliminasi karbon dioksida normal di vena yang di produksi melalui
metabolism selular. Penyebabnya ansietas (menyebabkan kehilangan
kesadaran akibat CO2 yang berlebihan), infeksi, obat-obatan,
ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia (syok).
Keracunan aspirin menyebabkan kelebihan stimulasi pusat pernapasan karena
tubuh mengonpensasi kelabihan CO2.
Hipoventilasi. Terjadi ketika ventilasi alveoral tidak adekuat memenuhi
kebetuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat.Jika
ventilasi alveolar menurun maka PaCO2 meningkat. Atelektasis (kolaps
alveoli yang mencegah pertukaran O2 dan CO2) akan menghasilkan
hipoventilasi. Karena alveoli kolaps, paru yang diventilasi lebih sedikit dan
menyebabkan hipoventilasi. Pada klien yang menderita obstruksi paru,
pemberian O2 berlebih menyebabkan hipoventilasi. Terapi menangani
hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang
mendasari gangguan tersebut, meningkatkan oksigenasi jaringan, perbaiki
fungsi ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.
Hipoksia. Adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Terjadi akibat devisiensi penghantaran O2 atau penggunaan O2 di
seluler. Hipoksia disebabkan:
1. Penurunan kadar Hb dan penurunan kapasitas darah yang membawa O2.
2. Penururnan konsentrasi O2 yang diinspirasi.
3. Ketidak mampuan jariangan mengambil O2 dari darah
4. Penurunan difusi O2 dari alveoli kedarah
5. Perfusi darah yang mengandung O2 dijaringan yang bururk seperti syok.
6. Kerusakan ventilasi .
Tanda dan gejala hipoksia seperti rasa cemas, gelisah, tidak konsentrasi,
penururnan tingkat kesadaran, dan pusing. Perubahan tanda vital seperti
peningkatan frekuensi nadi dan peningkatan frekuensi dan kedalamamn
pernapasan.
Sianosis , suatu perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi
kebiruan kerena Hb dikapiler sebagai tanda hipoksia tahap lanjut.

PROSES OKSIGENASI DALAM SEL


Ventilasi Paru. Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan
keluar paru- paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang
elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah
diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla
spinalis pada vertebra servical keempat.
Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer.
Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :
a. Tekanan O2 atmosfer
b. Jalan nafas
c. daya kembang toraks dan paru)
d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam
darah
Difusi Gas. Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.Difusi gas
pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipengaruhi oleh ketebalan membran
Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal
tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membrane
tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi pulmonar Membrane
memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat akan
mengakibatkan proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat
dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan.
Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu
penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang
berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli
berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli. Faktor yang
mempengaruhi difusi :
· Luas permukaan paru
· Tebal membrane respirasi
· Jumlah eryth/kadar Hb
· Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
· Waktu difusi
· Afinitas gas
Transportasi Gas. Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler
jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan
tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer
dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat
jarinagn, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer
dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan.Transfer ini
bergantung pada proses difusi.
Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular.
Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru
(ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan
kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin
dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990).
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.
Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi
sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur
dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi
hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan
hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga
oksigen ini bisa masuk ke dalam jaringan.
Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di
hidrasi menjadi asam karbonat(H 2 CO 3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat.
Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen(H + )dan ion bikarbonat
(HCO 3 - ) berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada
dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk
senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim.
Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan
karbon dioksida dengan lebih midah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian
darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon doiksida.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI
· Faktor Fisiologis : Setiap kondisi yang mempengaruhi kardiopulmonar secara
langsung akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
okigen. Proses fisiologi selain yang mempengaruhi proes oksigenasi pada
klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk
membawa oksigen, seperti anemia: peningkatan kebutuhan metabolisme,
seprti kehamilan dan infeksi.
· Faktor Perkembangan : Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang
normal mempengaruhi oksigenasi jaringan.
· Faktor Perilaku : Perilaku atau gaya hidup baik secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan
oksigen. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pernafasan meliputi:
nutrisi, latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi dan stress.
· Faktor Lingkungan

F. PERUBAHAN FUNGSI JANTUNG


Perubahan fungsi jantung disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang
mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran-aliran darah melalui
kamar-kamar pada janrung, aliran darah miokard, dan sirkulasi perifer.
Penyimpangan pada irama jantung (Distrimia) dapat terjadi sebagai gangguan
konduksi primer. Distrimia clarified response perdasarkan heart and home
impulse. Distrimia diklarifikasi perdasarkan respon jantung dan tempat asal
impuls. Respon jantung dapat berupa takikardia (> 100 kali/menit), bradikardia (<
60 kali/menit), denyut premetur, blok jantung (denyut jantung tertunda atau tidak
ada)
Perubahan Curah Jantung
Gagal jantung kiri merupakan kondisi abnormal, ditandai kerusakan fungsi
ventrikal kiri akibat tekanan dan kongesti pulmonary yang meningkat. Jumlah
darah yang dipompa dari ventrikel kiri menurun drastic sehingga menyebabkan
penurunan jumlah jantung. Gagal jantung kanan disebabkan kerusakan fungsi
ventrikal kanan, ditandai kongesti vena pada sirkulasi sistemik dan disebabkan
gagal jantung kiri (pulmonary).
Kerusakan Fungsi Katup
Penyakit katup jantung merupakan gangguan katup jantung yang didapat, ditandai
stenosis dan obstruksi aliran darah atau degenerasi katup dan regurgitasi darah.
Saat stenosis ventrikal yang berhubungan bekerja lebih keras. Stenosis
menyebabkan ventrikal membesar sehingga terjadi gagal jantung kiri ataupun
gagal jantung kanan. Saat regurgitasi terdapat aliran balik darah kekamar jantung
yang berhubungan.

Iskemia Miokard
Iskemia miokard terjadi jika suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak
cukup memenuhi kebutuhan oksigen pada organ. Dua manifestasi umum pada
iskemia adalah angina pectoris dan infarka miokard. Angina pectoris merupakan
ketidakseimbangan sementara antara suplai dan kebutuhan oksigen pada miokard,
sehingga menimbulkan nyeri dada, rasa sakit, kesemutan, terbakar, atau terasa
seperti tekanan. Nyeri hilang dengan beristirahat. Infark miokard disebebkan
penurunan aliran darah koroner tiba-tiba atau peningkatan kebutuhan oksigen
miokard tnpa disertai perfusi koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia
dan nekrosis jaringan miokard dan bersifat tidak refersible. Infark miokard
menyebabkan nyeri dada seperti sensasi pukulan, sensasi diperas atau sensasi
tusukan. Yang berlangsung lebih dari 30 menit dan tidak hilang dalam istirahat.

G. PROSES KEPERAWATAN DAN OKSIGENASI


Pengkajian
Harus mencakup data dari sumber :
1. Riwayat keperawatan fungsi kardiopulmonal normal klien dan saat ini.
Kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernapasan masa lalu serta tindakan
klien untuk mengoptimalkan oksigenasi.
2. Pemerikasaan fisik status kardiopulmonal klien
3. Peninjauan kembali hasil pemerikasaan laboratorium dan diagnostic
hitung darah lengkap, EKG dan pemerikasaan fungsi pulmonal, sputum
dan oksigenasi

RIWAYAT KEPERAWATAN
Keletihan; sensasi subjektif yaitu kehilangan daya tahan. Keletihan merupakan
tanda awal perburukan proses kronik yang mendasari perubahan.
Dispnea; tanda klinis hipiksia dan termanifestasi dengan sesak nafas dn sensasi
subjektif pada pernapasan yang sulit dan tidak nyaman. Dispnea fisiologis ialah
nafas pendek akibat latihan fisik atau perasaan gembira. Dispnea patologis ialah
kemampuan individu tidak mampu bernapas walau tidak beraktivitas ataupun
latihan fisik. Tanda-tanda dispnea seperti usaha napas yang berlebih,
penggunanaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, dan peningkatan
frekuensi dan kedalam pernapasan yang menyolok
Riwayat keperawatan untuk mengkaji dispnea meliputi lingkungan saat dispnea
terjadi, misalnya dispnea saat klien bernapas disertai usaha napas, saat klien sters
atau mengalami infeksi saluran pernapasan. Perawat harus menentukan apakah
persepsai klien tentang dispnea mempengaruhi kemampuannya berbaring datar.
Ortopnea adalah kondisi abnormal saat klien harus menggunakan banyak bantal
saat berbaring atau duduk saat bernapas.
Batuk merupakan reflex untuk membersihkan trakea, bronkus, dan paru-paru
untuk melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Karina, titik bifukasi pada
batang utama bronkus kanan dan kiri, merupakan daerah yang paling peka
memproduksi batuk. Klien yang mendertia sinusitis kronik dapat batuk hanya
pada awal pagi hari atau segera setelah bangun tidur. Batuk ini membersihkan
jalan napas dari lendir yang berasal dari drainase sinus. Klien yang mengalami
bronchitis kronik memproduksi sputum sepanjang hari dan paling banyak
dihasilkan setelah bangun posisi terlentang datar akibat akumulasi sputum yang
menempel di jalan napas dan disebabkan penurunan mobilitas. Perawat harus
mengidentifikasi apakah batuk tersebut produktif atau tidak produktif dan juga
harus mengkaji frekuensi batuk. Perawat harus mengumpulkan data tentang jenis
dan jumlah sputum lalu menginspeksi warna, konsistensi, bau, dan jumlah
sputum. Jika sputum mengandung darah (hemoptisis), perawat harus menetapkan
apakah hemoptisis itu berhubungan dengan batuk dan pendarahan dari saluran
pernapasan atas, dari drainase sinus, atau dari saluran pencernanaan.
Mengi, ditandai bunyi music yang bernada tinggi karena gerakan udara
berkecepatan tinggi melalui jalan napas yang sempit. Mengi dikaitkan dengan
asma, bronchitis akut, atau pneumonia. Mengi terjadi saat inspirasi, ekspirasi, atau
keduanya. Perawat harus menetapkan setiap factor presipitasi, seperti infeksi
pernapasan, allergen, latihan fisik, atau stress.
Nyeri dada dievaluasi dengan memperhatikan lokasi, durasi, radiasi, dan
frekuensi. Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri terjadi disisi
kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium akibat inflamasi kantong pericardium
biasanya tidak menyebar dan terjadi saat inspirasi. Nyeri dada pleuritik hanya
terjadi di perifer dan beradiasi ke region skapula. Nyeri diperburuk jika klien
melakukan manufer inspirasi seperti batuk, menguap, dan menghela napas. Hal ini
disebabkan infeksi di pleura dan dideskripsikan sebagai sensasi seperti irisan
pisau yang berlangsung satu menit hingga beberapa jam dan dikaitkan dengan
inspirasi.
Nyeri musculoskeletal timbul setelah latihan fisik, trauma iga, dan rangkaian
batuk yang berlangsung lama. . Nyeri diperburuk gerakan inspirasi dan dengan
mudah dipersepsikan sebagai nyeri dada pleuritik.
Pemaparan geografi atau pemaparan lingkungan. Perawat harus memeriksa
pemaparan dirumah dan ditempat kerja klien. Contoh pemaparan lingkungan
dirumah ialah asap rokok dan karbon monoksida. Perawat menetapkan apakah
klien bukan perokok tetapi secara pasif terpapar asap .
Riwayat pekerjaan diperoleh untuk mengkaji pemapasan individu terhadap seperti
substansi seperti batu bara, serat kapas, atau uap, terutama untuk lansia.
Riwayat keperawatan harus berisi informasi tentang frekuensi dan durasi infeksi
saluran pernapasan.
Perawat harus memeriksa factor risiko lingkungan dan keluarga seperti riwayat
keluarga dengan penyakit kardiovaskular. Infeksius or disease (tuberculosis). Atau
penyakit infeksius (tuberculosis). Obat-obatan. Komponen terakhir riwayat
keperawatan harus memuat uraian obat-obatan yang klien gunakan.

TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN


1. LATIHAN NAFAS
Latihan nafas merupakan cara bernafas untuk memperbaiki ventilasi atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi
batuk, dan dapat digunakan untukmengurangi stress.
Prosedur kerja:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi (duduk atau tidur terlentang)
d. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik nafas dahulu melalui
hidung dengan mulut tertutup
e. Kemudian anjurkan untuk menahan nafas selama 1 -1.5 detik dan disusul
dengan menghembuskan nafas melalui bibir.
f. Catat respon yang terjadi
g. Cuci tangan
2. LATIHAN BATUK EFEKTIF
Suatu cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara
efektif dengan tujuan untuk membersihkan jalan nafas.
Prosedur kerja:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi pasien dengan duduk tepi tempat tidur membungkuk kedepan
d. Anjurkan untuk menarik nafas secara pelan dan dalam dengan
menggunakan pernfasan diafragma.
e. Setelah itu tahan nafas kurang lebih 2 detik
f. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
g. Tarik nafas dengan ringan dan istirahat
h. Catat respon pasien dan cuci tangan
3. FISIOTERAPI DADA
Suatu tindakan dengan melakukan postural drainage, clapping dan vibrating
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan dengan tujuan meningkatkan
efesiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas
4. PENGHISAPAN LENDIR
Suction merupakan tndakan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri dengan melakukan penghisapan
lendir untuk membersihkan jalan nafas
Alat dan bahan:
a. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan
b. Kateter penghisap lendir
c. Pincet steeril

TERAPI OKSIGEN
A. PENDAHULUAN
Terapi oksigen merupakan salah satu tindakan dalam menangani masalah
gangguan oksigen. Namun karena oksigen termasuk suatu obat maka dalam
pemakaianya tenaga kesehatan harus mengetahui:tujuan, indikasi, dosis cara
pemberian sertaefek sampingnya.
Oksigen adalah zat/gas yang tidak berwarna, tidak berbau tidak ada rasa dan
mudah terbakar sehingga dalam pemakaiannya harus hati – hati.
B. TUJUAN TERAPI OKSIGEN
 Mencegah atau mengatasi hipoksemia / hipoksia
Untuk menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama jantung dan otak
 Mengurangi respon kompensasi
1. Menurunkan kerja nafas
2. Menurunkan kerja jantung
3. Menurunkan aktivitas simpatis perifer
 Menegakan diagnosa dari fungsi pertukaran gas
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Ketinggian
2. Lingkungan
3. Latihan
4. Emosi
5. Status kesehatan
6. Gaya hidup
D. INDIKASI
1. Pada keadaan hipoksemia / hipoksia apapun penyebabnya
2. Fase akut penyakit jantung dan pernafasan
3. Gagal nafas akut
4. Syok
5. Selama atau sesudah operasi
6. Anemia yang berat
7. Peningkatan kebutuhan oksigen / metabolisme seperti: luka bakar >25%,
multi trauma,infeksi berat,peningkatansuhu tubuh.
8. Sebelum, selama dan sesudah tindakan suction entrotracheal
E. DOSIS
 Didasarkan pada hasil pemeriksaan gas darah, minimal gejala klinis.
 Respon terhadap terapi oksigen harus dievaluasi juga dengan pemeriksaan
analisa gas darah (PaO2)
F. CARA PEMBERIAN
Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan dengan cara:
Meningkatkan kadar oksigen inspirasi (fio2)
Meningkatkan tekanan oksigen (hiperbarik)
G. METODE PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN
1. Kanula (Nasal prong)
Keuntungan:
a. Pemasangan mudah dilakukan
b. Ringan, relaif lebih yaman
c. Selama pemberian terapi oksigen pasien dapat berbicara dan makan
Kerugian
a. Mudah lepas
b. Bila aliran tinggi pasien merasa tidak nyaman, dan iritasi ukosa hidung
Cara Penggunaan
a. Menerangkan prosedur pemasangan kepada pasien
Rasional: Pasien memahami maksud dan tujuan pemasangan
b. Hubungkan slang kanula ke humidifier out let, yakinkan humidifier berisi
aqua sampai batas yang sudah ditentukan
Rasional: Aqua yang tidak cukup, mengakibatkan berkurangnya
kelembaban udara inspirasi
c. Beri pelicin pada ujung kanula, dan masukkan kedua ujung kanula
kedalam lubang hidung
Rasional: Mencegah iritasi mukosa hidung
d. Fiksasi slang oksigen
Rasional: Mencegah terlepasnya slang oksigen
e. Set aliran oksigen sesuai yang dikehendaki
Estimasi FiO2: 1 Liter : 24% 4 Liter : 36%
2 Liter : 28% 5 Liter : 44%
3 Liter : 32 %
f. Berikan aliran oksigen tidak lebih dari 4 liter
Rasional: Bila diberikan lebih dari 4 liter dapat mengakibatkan iritasi
mukosa hidung dan menelan udara (kembung)
2. Nasal kateter
Gambaran:
a. Tidak dianjurkan untuk orang dewasa
b. Teknik pemasangan sukar
c. Kerugian : bisa terjadi distensi lambung dan trauma nasopharing
d. Teknik ini jarang digunakan
Cara penggunaan:
a. Menerangkan prosedur pemasangan
b. Hubungkan kateter pada slang oksigen dan humidifier
c. Beri pelicin/ jeli pada ujung kateter
d. Kateter dimasukkan hidung, sampai ujung kateter tampak sedikit melewati
langit-langit rongga mulut.
Bila kateter dimasukkan terlalu jauh dapat mengganggu proses menelan, dan
oksigen dapat masuk ke lambung.
a. Set aliran oksigen antara 6-8 liter/ menit
b. Estimasi FiO2 : 24%-44%
3. Masker sederhana (Masker plastik transparan)
Gambaran:
a. Dibutuhkan tali pengikat yang ketat untuk mendapatkan konsentrasi
oksigen yang lebih tinggi.
b. FiO2 bisa tepat bila menggunakan venturi
c. Kerugian: Tidak nyama, bila makan masker harus dilepas, Potensi terjadi
perlukaan pada daerah muka
Cara Penggunaan
a. Menerangkan prosedur pemasangan
b. Hubungkan masker pada slang oksigen dan humidifier
c. Atur tali pengikat sangkup sehingga menutup rapat daerah hidung dan
pasien merasa nyaman, bila perlu beri kain kasa pada derah yang tertekan
d. Set/ atur aliran oksigen : 5-8 liter/ menit
e. Estimasi/ perkiraan FiO2 : 5 Liter : 40%
6 Liter : 45%-50%
8 Liter : 55%-60%
Aliran tidak boleh kurang dari 5 liter/menit (untuk mendorong CO2 keluar
dari masker). Bila kurang dari 5 liter/menit udara expirasi yang banyak
mengandung CO2 bisa terhirup kembali.
Bila menggunakan venturi FiO2 bisa ditentukan dengan pasti 24%, 28%,
35%, 40%, dan 50%. Sesuai warna venturi dan aliran oksigen yang harus
dialirkan ke masing-masing venturi
4. Bag and Mask
Gambaran:
a. Konsentrasi oksigen tidak dipengaruhi oleh pola nafas pasien
b. FiO2 dapat dikontrol dengan baik
c. Perlu masker fit, endotrakeal tube atau diberikan lewat tracheostomi
kanul
d. Kerugianya mahal
Penggunaan:
a. Biasa digunakan pada pasien:
 Sebelum, selama dan sesudah suction endotraceal
 Pasien gagal nafas
 Pasien cardiac arest
b. Aliran oksigen : 12 – 15 liter
c. FiO2 : Bila masker ketat atau lewat endotrakeal tube / tracheastomi
bisa mencapai FiO2 100%
d. Bila diberikan melalui jalan nafas buatan : EET / tracheostom
humidifier harus hangat (karena fungsi hidung sebagai pelembab,
penghangat, dan penyaring di by pas)
5. Ventilator
Terapi oksigen menggunakan ventilator diberikan kepada pasien yang
memerlukan bantuan nafas dalam jangka panjang. FiO2 bisa diatur sesuai
yang diinginkan mulai dari 21%-100%
6. Inkubator
Digunakan untuk bayi, aliran oksigen: 3-8 liter/ menit dengan perkiraan FiO2
yang diberikan: kurang lebih 40%.
7. Anestesi circuit
Digunakan untuk memberi oksigen selama pasien dilakukan tindakan operasi
FiO2 bisa diatur sesuai kondisi pasien: 21-100%

PRINSIP PEMILIHAN TERAPI OKSIGEN


a. Fio2 dapat diatur sesuai kebutuhan
b. Tidak terjadi rebreating – penumpukan CO2
c. Resistensi minimal
d. Effisiensi dan ekonomis
e. Nyaman untuk pasien

EFEK SAMPING TERAPI OKSIGEN


1. Keracunan Oksigen
2. Depresi Pernafasan
3. Mikro atelktasis. Akibat hilangnya gas nitrogen dan surfactant di alveoli
4. Fibrolasia retrolental. Kebutaan dapat terjadi pada bayi terutama pada bayi
premature dengan berat badan dibawah 1200 gr (dibawah 28 minggu).
Konsentrasi oksigen atau PaO2 yang tingi merangsang pembuluh darah
retina yang masih immature untuk spasme dan proliferasi.
5. Barotrauma. Trauma yang disebabkan tekanan udara yang terlalu tinggi
sehingga terjadi rupture alveoli dengan berbagai akibatnya.
6. Kebakaran dan peledakan
7. Infeksi. Alat terapi oksigen merupakan media yang dapat menularkan
penyakit dari satu pasien ke pasien lainya.
8. Terjadi aspirasi bila muntah. Penumpukan CO2 bila aliran oksigen
diberikan lebih rendah dari ketentuan masing – masing alat.

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA TN. S DI RUANG MARWAH RUMAH SAKIT PARU
SURABAYA

1. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 52 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Status marital : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Dagang
Bahasa yang dig : Jawa
Alamat : Pesuwan Porong

Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Hub. Dg klien : Istri
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pesuwan Porong

Alasan Masuk Rumah Sakit


Sesak nafas dan batuk sejak dua bulan yang lalu dan dirasakan makin lama makin
bertambah berat. Setelah periksa ke dokter dianjurkan untuk dirujuk ke RSP
Surabaya

Keluhan Utama: Sesak Nafas


Klien mengeluh seak sejak 2 bulan yang lalu dan dirasakan makin hari makin
memberat, sesak dirasakan bertambah bila klien jalan sekitar 10 meter dan timbul
nyeri pada dada serta saat klien berbaring terlentang. Sessak dirasa berkurang bila
klien duduk. Untuk mengurangi rasa sesak klien hanya tidur dengan posisi duduk
dan sulit tidur.
Sesak yang timbul dirasakannya menekan pada dada bagian bawah dan hingga
membuat klien merasa kepayahan untuk melakukan kegiatan sehingga klien hanya
di tempat tidur dan jarang tidur terlentang.

Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Klien tidak pernah sakit berat sebelum ini. Hanya demam biasa dan sembuh
setelah minum obat dari warung. Klien tidak pernah MRS sebelumnya, klien
mengatakan tidak pernah alergi obat / makanan tertentu. Klien sebelumnya biasa
menggunakan rokok sekitar 2 bungkus tiap harinya selama sekitar 35 tahun.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kien saat ini mengalami batuk-batuk ringam nulai 2 bulan yang lalu, gejala
menjadi lebih berat sekitar satu bulan. Awalnya klien berobat ke dokter swasta
sebanyak dua kali namun tidak sembuh. Satu bulan terakhir klien menjadi sesak
dan rasa sesak meningkat. Lalu klien berobat ke dokter dan karena pengobatan
tidak sembuh dianjrukan untuk dibawa ke RS.

Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
jantung, asma, kening manis, gondok dam tidak ada yang mengalami sakit batuk-
batuk selama satu tahun terakhir.

Aktivitas Hidup Sehari-hari


Aktivitas Sehari-hari Sebelum MRS Saat MRS
Makan dan Minum
a. Pola Makan 3 X/hari satu porsi 7 sendok
b. Makanan disukai nasi pecel -
c. MakananPantang Minuman - -
a. Jenis minuman air putih air putih
b. Jumlah (24 jam) 2000 cc 1500 cc
c. Minuman disukai kopi teh
Eliminasi
BAB
a. Frekuensi 1 x/hari 1 x/hari
b. Jumlah normal normal
c. Warna normal normal
d. Kelainan dan Bau normal normal
BAK
a. Frekuensi 8 – 10 X/hari 7-8 X/hari
b. Banyak 1500 cc 1500 cc
c. Warna normal normal
d. Kelainan dan bau normal normal
KERINGAT
a. Banyaknya
b. Kelainan dan bau
Istirahat dan Tidur
ISTIRAHAT
Siang 2 jam 9 jam
Malam 3 jam 3 jam
Lain-lain
TIDUR
Siang 5 jam 3 jam
Malam 7 jam 9 jam
Kesulitan tidur tidak ada sesak nafas
Cara mengatasi tidur dengan duduk
AKTIVITAS
Pekerjaan harian Dagang Tidak ada
Lama kerja 7 jam -
Perjalanan ½ jam -
Kendaraan sepeda motor -
KEBERSIHAN DIRI
Mandi Mandiri Di tempat tidur
Gosok gigi Mandiri Di tempat tidur
Cuci rambut Mandiri -
Potong kuku Mandiri mandiri
Hambatan dalam PH - Sesak nafas
REKREASI
a. Mendengarkan radio Tidak Tidak
b. Menonton televisi 4 jam Tidak
c. Olah raga tidak pernah Tidak
d. Tempat hiburan tidak pernah Tidak

Psikososial
Klien menganggap penyakit yang dialami adalah ujian dari Tuhan dan akibat
kecerobohan dirinya karena banyak merokok semasa muda. Klien mengatakan
bahwa ia sekarang sudah tua sehingga saatnya berhenti merokok.

Sosial
Klien selalu dijenguk oleh keluarga, tetangganya dan menyatakan biasa ikut
perkumpulan RT yang dilakukan di lingkungannnya.

Spiritual
Klien mengatakan ia idak shalat karena sekarang sedang mengalami sakit. Klien
mengatakan bahwa iaakan istirahat selama sakit.

Pemeriksaan Fisik
 Umum
Kesadaran Composmentis, GCS = 15 Penampilan Kurus, TB 170 Cm BB
43 Kg, TD = 120/80 mmHg, Nadi 92 X/mnt, RR 28 X/mnt, S : 37,2OC
 Kepala
Bentuk oval, ukuran relatif proporsional dengan tubuh, kulit kepala lesi (-)
tumor (-)
 Rambut
Lurus, tebal, hitam, dan bersih
 Mata
Mampu menghitung jari dengan baik pada jarak 5 meter, icterus (-)
conjungtiva tidak anemis, pupil isokhor reflek baik +/+ posisi okular
simetris, tidak menggunakan kacamata.
 Hidung
Simetris, sekret tidak ada, penciuman baik, tidak ditemukan
polip/peradangan mukosa.
 Telinga
Pendengaran baik, posisi simetris, tidak ada serumen/cairan

 Mulut dan Gigi


Bibir simetris, bau mulut tidak sedap, perdarahan gusi (-) halitosis (-),
kerusakan mukosa (-), Jumlah gigi 32 Caries (-) kebersihan gigi kurang,
hiperemis tepi lidah (-) fungsi pengecapan baik, peradanngan faring (-)
 Leher
Pembesaran KGB (-) Pembesaran Thiroid (-) Peningkatan VJP (-), kaku
kuduk (-)

 Thoraks
Dada simetris, pergerakan simetris, retraksi intercostal (+)supralavicula
(+), Terpasang selang WSD pada ICS 4-5 midaxila dekstra, Keluaran (+)
Vocal Fremitus kanan kiri dan depan belakang sama (merata)
Perkusi sonor simetris kanan kiri
Whezing (-) Ronchii (-)
 Abdomen
Meteorismus (-) tidak teraba adanya massa distensi (+) BU 10 X/mnt,
intensitas lemah
 Genital
Tidak ada keluhan berkemih
 Ekstremitas
Simetris, deformitas (-), lessi (-) oedema (-) cyanosis (-)
Teraba keringat dingin pada akral
 Integumen
Bersih, terdapat luka pemasangan drainage WSD pada thoraks
Palpasi lembab, turgor relatif elastis

2. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
dada nyeri sebelah kiri bila untk Penumpukan Pus
bernafas
DO : Tekanan Intrapleural Gangguan rasa
Sering mengusap dada kiri Nyaman : Nyeri
Perilaku distraksi Rangsang saraf nyeri
N : 92 X/mnt
T : 140/90 mmHg
DS :
Mengatakan nafsu makan menurun
Sesak Psikologis
dan terasa mual
Nutrisi
DO :
Anoreksia Mual
Makan habis 6 – 7 sendok makan,
Turgor cukup, BB 49 Kg,TB 170 Cm

3. PERENCANAAN
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d proses infeksi pada paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam nyeri berkurang dan klien
dapat beradaptasi dengan nyeri yang ada
Kriteria hasil :
 Mengungkapkan rasa nyeri di dada kiri berkurang
 Dapat bernafas tanpa rasa nyeri
 Tanda vital dalam batas normal
 Hasil laborat : Leukosit dalam batas normal

IMPLEMENTASI
Tgl Intervensi Rasional
22/10 Pantau nadi dan tekanan darah Identifikasi kemajuan/penyimpangan
tiap 3 – 4 jam dari hasil yang diharapkan
Kaji tingkat nyeri dan Memantau tingkat nyeri dan respon
kemampuan adaptasi klien terhadap nyeri yang timbul
Berikan tindakan untuk Berupa relaksasi, distraksi visual,
memberikan rasa distraksi motorik, pengaturan posisi
nyaman/menurangi nyeri
Kolaborasi : pemberian analgetik Mengontrol nyeri dan memblok jalan
rangsang nyeri
Konsultasi ke dokter bila nyeri Merupakan gejala yang berat yang
bertambah mungkin timbul

Diagnosa Keperawatan
Resiko Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan :
Dalam waktu 5 X 24 Jam nafsu makan klien meningkat
Kriteria hasil :
- Rasa mual berkurang /tidak ada
- Turgor meningkat
- Diit dari RS habis

Tgl Intervensi Rasional


22/10 Berikan penjelasan tentang Meningkatkan pengetahuan dan
pentingnya makanan yang adekuat kepatuhan untuk menjalankan program
dan bergizi diet sesuai aturan
Dorong klien untuk makan diet Peningkatan pemenuhan kebutuhan dan
TKTP kebutuhan pertahanan tubuh
Anjurkan makan dalam prosi kecil Distensi abdomen akibat makanan
dan sering banyak mungkin menriger adanya nyeri
Pertahankan higiene mulut Akumulasi partikel makanan di mulut
menambah rasa ketidaknyamanan pada
mulut dan menurunkan nafsu makan
Kolaborasi dengan tim gizi untuk Meninkatkan kemampuan asupan sesuai
mengganti bubur mulai makan dengan kemampuan klien
siang (14/02/02)

CATATAN KEPERAWATAN

TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


23/10/19 08.00 Membersihkan lingkungan
Dx. I 09.00 Observasi tanda-tanda vital
09.45 Mengajarkan klien nafas dalam
10.00 Memberikan minuman hanggat
13.00 Melakukan injeksi Cefotaxim 3 X 1 gram IV
13.15 Menganjurkan untuk menghirup uap air panas
14.00 Observasi tanda vital
Mengganti cairan infus RL
23/10/19 08.00 Memberikan penjelasan tentang pentingnya
Dx.09.15 nutrisi
2 10.00 Observasi tanda vital TD 130/90mmHg N 90
10.15 X/mnt
Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering
12.30 Menyuruh klien untuk berkumur terlebih dahulu
sebelum dan sesudah makan
Membantu klien makan ; habis 12 sendok ( ½
porsi)

Anda mungkin juga menyukai