Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM

MODUL VI
PENGAMATAN PROSES TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN

DISUSUSUN OLEH :
NAMA : WINDA CAHYANI
STAMBUK : G 701 19 142
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : ELIF FITRIANA

LABORATORIUM BIOSISTEMTIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

OKTOBER, 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam
bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air
prosesnya disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh
tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara
suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan
melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam
bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air
yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan
hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita
jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi, organ
tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena
pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi
tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air
dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam
sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil kerongga antar
sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).

Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan
meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan
transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara
langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari
permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari
ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari
dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada
gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan
akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari system. Pada dasarnya
terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua sel penutup
stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dna menutupnya
stomata menentukan besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan
mempengaruhi proses transpirasi di antaranya adalah radiasi cahaya,
kelembaban, suhu, angin dan keadaan air tanah (Loveless, 1991).

Berdasarkan uraian diatas yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini


ialah karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai proses terjadinya
transpirasi.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini ialah untuk mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi transpirasi pada tumbuhan.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui
stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu transpirasi kutikula
adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan
transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang
melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun
(Wilkins, 1989).

Menurut Heddy (1990) berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga


macam yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Namun
hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. Tipe-tipe transpirasi
yaitu :

Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar
jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah
air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang
terjadi melalui stomata.

Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan
uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di
luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh
uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila
atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.

Transpirasi L.entikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang
dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar
0,1 % dari total transpirasi.

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai


pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman yang sedang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada
jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian
besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara. Pengangkutan garam-
garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi
oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan
tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh
bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi
hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya
permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain
dari suatu tanaman (Lakitan, 2007).

Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan,


karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat
kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan
kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan
banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit. Kegiatan transpirasi
dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung
sebagai faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin
atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada
tumbuhan (Salisbury, 1992).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi
bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar
matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas
matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan
membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman
juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar
kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.


Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan
metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta
potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih
berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi.
Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan
cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah
diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya
transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin
besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa
tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar
stomata berbanding dengan resistensi stomata (Dwijoseputro, 1983).

Menurut Guritno ( 1995 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara


lain:
1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya
stomata
2. Kelembaban udara sekitar
3. Suhu udara
4. Suhu daun tanaman.

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati
permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara
sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi
stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju
transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika
kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu
(Filter, 1991).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Waktu dan tempat praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 15 Oktober
2019, pukul 13.00 WITA sampai selesai. Bertempat Laboratorium
Biosistematika Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu rak dan tabung reaksi, gelas
ukur, alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air, minyak kelapa, dan tiga
tumbuhan yang berbeda morfologinya.

3.3 Prosedur Kerja

1. Dipotong batang atau ranting tumbuhan dibawah permukaan air,


usahakan selalu berada didalam air
2. Dimasukkan potongan atau ranting tumbuhan kedalam gelas ukur
usahakan selalu terendam
3. Digunakan 3 macam tumbuhan untuk dimasukkan kedalam gelas ukur 10
ml dengan 5 ml air, satu gelas tanpa tumbuhan, hanya berisi air saja (
kontrol )
4. Disusun dalam rak tabung reaksi, ketinggian air harus sama dengan air
kontrol
5. Ditetesi dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup
dengan minyak kelapa, agar air tidak menguap dalam tabung reaksi
6. Diletakkan rangkaian gelas ukur di lapangan terbuka
7. Dicatat air yang hilang/ menguap setiap 10 menit selama 1 jam
8. Dihitung jumlah air yang hilang pada setiap 10 menit hitung dengan
menambahkan sejumlah air hingga mencapai ketinggian permukaan
semula.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan
1.  Air
 Gelembung-
gelembung
pada air

2..  Minyak
 Air
 Gelembung-
gelembung
3.  Minyak
 Air
 Gelembung-
gelembung

4.  Minyak
 Air
 Gelembung-
gelembung
Lama pengupan ( Menit )

10 20 30 40 50 60
Kontrol ± 97 ± 194 ± 242 ± 291 ± 291 ± 291
Tumbuhan 5 8 8 ± 100 ± 100 ± 100
1
Tumbuhan 8 13 13 ± 100 ± 150 ± 150
2
Tumbuhan ± 41 ±82 ±123 ± 205 ± 205 ± 255
3

4.2 Pembahasan
Transpirasi merupakan proses hilangnya air berupa uap air melalui stomata yang ada
di daun ataupun melalui lentisel yang terdapat di batang. Fungsi dari transpirasi
sendiri adalah mempercepat pengangkutan unsur hara melalui xilem, membantu
penyerapan air dan unsur hara oleh akar, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap
pada kondisi optimal, dan mempertahankan suhu permukaan daun. Artinya fungsinya
juga sebagai pengatur suhu di dalam tubuh ketika terlalu panas dia akan menguapkan
air yang ada di dalam tubuhnya ketika dalam keadaan dingin dia akan
mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi penguapan (Wilkins,
1989).

Pada praktikum kali ini kami menggunakan minyak kelapa yang di teteskan di atas air
yang terdapat tumbuhan. dan juga untuk kontrol yang tidak di beri tumbuhan. fungsi
dari minyak kelapa itu sendiri adalah untuk mengurangi penguapan yang terjadi
sehingga di harapkan proses transpirasi terhambat dan berkurang.

Menurut Fessenden (1982) asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisa suatu
lemak atau minyak disebut asam lemak. Asam lemak merupakan bahan dasar pada
industri oleo kimia. Dari asam lemak ini dapat diturunkan berbagai turunan asam
lemak seperti : amida asam lemak, alkohol asam lemak dan metil ester asam lemak
yang kemudian dapat diubah kedalam berbagai turunan asam lemak melalui amidasi,
klorinasi, hidrogenasi, sulfasi, sulfonasi dan reaksi lainnya. Karena sifat minyak
seperti yang di sebutkan di atas mengakibatkan minyak tidak dapat menyatu dengan
air dan dapat mengurangi terjadi nya penguapan air.

Berdasarkan hasil pengamatan transpirasi tumbuhan yang dilakukan selama 60 menit,


dari tiga jenis tumbuhan yang memiliki morfologi berbeda di dapatkan data yang
bervarisi dari setiap tabung. Dimana, semakin lama waktu penguapan, maka semakin
banyak gelembung yang dihasilkan. Pada tabung kontrol, terdapat ±97 gelembung di
menit ke 10, ±194 gelembung di menit ke 20, ±242 gelembung di menit ke 30, dan di
menit ke 40,50, dan 60 di dapatkan jumlah gelembung yang sama, yaitu ±291
gelembung. Pada tumbuhan satu, di dapatkan gelembung berturut turut 5, 8, 8, ±100,
±100, ±100. Pada tumbuhan dua, di dapatkan gelembung bertutur turut 8, 13, 13,
±100, ±150, ±150. Dan Pada tumbuhan tiga, di dapatkan gelembung berturur turut,
±41, ±82, ±123, ±205, ±205, dan ±250.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat di simpulkan transpirasi adalah


hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata,
kutukula, atau lintisel. Ada dua tipe transpirasi yaitu tranpirasi kutikula dan
transpirasi stomata. Transpirasi kutikula adalah evaporas air yang terjadi
secara langsung melalui kutikula epidermis dan tranpirasi stomata, yang
dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata.

Tanaman yang mengalami penguapan ditandai dengan adanya gelembung


yang keluar dari tabung reaksi. Pada pengamatan yang dilakukan, pada tabung
A dan B tumbuhan mengalami penguapan masi tetap ditingkat yang sama
yakni 0,5 ml dan pada tabung C baru mulai ada perubahan dari 0,5 ml menjadi
0,4 ml. Sedangan untuk tabung D variable control (air) tidak mengalami
pengupan sama sekali. Hal ini dikarenakan kurangnya sinar matahari yang
mengenai bahan pengujian ( tabung reasi yang berisi tanaman ).

5.2 Saran

Saran pada praktikum ini ialah sebaiknya meningkatkan ketelitian kerja di


dalam melakukan suatu percobaan agar hasil yang di capai lebih maksimal,
serta memperhatikan setiap arahan dari asisten agar praktikum dapat berjalan
dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
A. Wahab, Jufri. 2013. Belajar Dan Pembelajaran SAINS. Bandung : Pustaka Reka
Cipta.
Dwijoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Filter, A. H. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Grafindo Persada.
Jakarta.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik I.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sitompul, S. M. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Tjitrosoepomo, H. S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.
Wilkins, M. B. 1998. Fisiologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

LEMBAR ASISTENSI

NAMA : WINDA CAHYANI


STAMBUK : G 701 19 142
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN : ELIF FITRIANA

NO HARI/TANGGAL KOREKSI PARAF


1

Anda mungkin juga menyukai