Anda di halaman 1dari 13

POTENTIAL AND SOLUTION FAILURE

PADA PENYAKIT CA SERVIKS

Di Susun Oleh :

Kelompok II

1. Bella Cendie Asteria (195070209111006)


2. Iin Eka Safitri (195070209111007)
3. Dinda Amalia Okvie Putri (195070209111022)
4. Sunarmi (195070209111023)
5. Dewi Luberty Warashinta (195070209111024)
6. Alvin Fitri Hendika (195070209111025)
7. Wenda Dwi Asmoko (195070209111031)
8. Devi Mega Wahyuni (195070209111032)
9. Victoria Ingmadia (195070209111035)
10. Eprillia Adisti (195070209111036)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
POTENTIAL AND SOLUTION FAILURE

1. Failure to Identify Need To Screen


Failure :
Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur didapatkan data penderita kanker serviks
pada tahun 2009 sebanyak 671 orang, pada tahun 2010 sebanyak 868 orang. Sedangkan pada
tahun 2011 didapatkan data 1028 orang menderita kanker servik dan pada tahun 2012
mencapai angka 1224 orang. Angka tersebut menjadikan Jawa Timur sebagai peringkat
pertama kasus kanker serviks tingkat nasional. Dan menjadi musuh utama pada wanita karena
penderita kanker yang semakin banyak dari tahun ke tahunnya (Dinkes Jatim Pemprov, 2012).
Berarti Kejadian Ca servik mengalami Peningkatan setiap tahunya, dengan Begitu Kita Sebagai
tenaga Kesehatan Harus Menanamkan Kepekaan Masyarakat Terhadap kejadian Tersebut
dengan Memberikan Pendidikan kesehatan pada Masyarakat atau Memberikan Informasi
tentang pap Semear untuk mendeteksi Kejadian Ca Servik.
Kegagalan dalam mendapatkan Data Yang Akurat Itu bisa Juga data yang di dapat
dari puskesmas tidak lengkap disebabkan karena tidak adanya kepedulian masyakat untuk
melakukan screening awal untuk screening awal terkait dengan ca servik bisa juga karena
pasien tidak mau berobat ke suatu pelayanan kesehatan sehingga data yang di dapat tidak
sesuai Di sebabkan Karena:
1. Ketidaktahuan pasien terhadap Penyakit
2. Pasien Tidak Memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan
3. Tidak Ada Dukungan Dari Keluarga Dalam Melakukan pemeriksaan kesehatan secara dini
4. Karena Usia Tua

Solusi :

Memberikan Pendidikan kesehatan Kepada Pasien dan keluarga dengan Bekerja


Sama Dengan kader kesehatan Untuk mengidentifikasi pasien Yang belum di Screening serta
memberikan Informasi Mengenai Ca Servik. Dukungan Keluarga Sangat penting keluarga
memiliki peran penting bagi individu dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari termasuk
pada pasien. Adapun faktor yang mempengaruhi dukungan pendidikan/tingkat pengetahuan,
emosio- nal, spiritual dan faktor eksternal yang terdiri dari praktik di keluarga, Sosial ekonomi,
latar belakang budaya. Pada Orang Tua Biasanya Sulit Untuk Di Ajak Komunikasi Sehingga Bisa
Melibatkan Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Sehat Dan memberikan Pengarahan
Oleh Tenaga Kesehatan.
2. Failure to Screen
Pada sistem pelayanan di Indonesia, sering terjadi masalah atau kegagalan saat
menskrining suatu penyakit, sehingga penatalaksanaan lebih lanjut untuk pengobatan suatu
penyakit akan tertunda yang mungkin saja akan mengakibatkan mortalitas atau morbiditas
klien tinggi. Salah satu contoh skrining pada penyakit ca serviks, banyak kendala saat skrining
atau pemeriksaan pada penyakit ini, dengan berbagai maasalah.Salah satu contoh kegagalan
pada saat deteksi dini penyakit:
- Patient participation
Dari segi klien (patient participation) yakni kurang kesadaran, klien sering tidak
peduli akan pentingnya deteksi kesehatan dini sehingga saat penyakit tersebut sudah
parah barulah klien mau untuk memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan. Kemudian
klien merasa takut untuk memeriksakan dirinya karena jika dia tau penyakitnya parah
maka keluarganya akan khawatir. Kurang dukungan dari keluarga sehingga keinginan klien
untuk memeriksakan dirinya tidak ada. Klien merasa biaya pengobatan mahal.

Solusi :

Pada penyakit, khususnya ca cerviks harus ada pendekatan pada masyarakat,


memberikan informasi tentang pentingnya deteksi dini suatu penyakit. Karena bagi
masyarakat itu adalah suatu penyakit yang sulit atau mungkin tidak bisa disembuhkan.
Sehingga jika masyarakat mendapatkan informasi yang baik, maka klien akan sadar akan
pentingnya deteksi dini penyakit dan mau untuk dilakukan skrining.

- Adequate Rekruitment
Kegagalan saat deteksi dini suatu penyakit dari segi bagaimana klien tersebut
mau untuk diajak/dirangkul (adequate rekruitment) untuk dilakukan pemeriksaan yakni
Kurangnya komunikasi antara tenaga kesehatan dengan kader desa, sehingga masyarakat
tidak mengerti tentang informasi penting mengenai deteksi penyakit secara dini. Waktu
yang tidak tepat, misalnya pada saat jam kerja.

Solusi :

pendekatan masyarakat, tidak semerta-merta langsung turun menghadapi


masayarakat, tapi kita harus bekerja sama dengan kader desa maupun kepala desa untuk
mempermudah kita bisa berinteraksi dengan masyarakat dan mengetahui waktu kapan
yang tepat untuk dilakukan skrining.
- Adequate Acces To Test
Kegagalan saat deteksi dini suatu penyakit dari segi akses (adequate acces to test)
yakni, Keterbatasan jarak dan waktu, sehingga klien merasa malas untuk pergi ke
pelayanan kesehatan dengan jarak yang jauh yang membutuhkan waktu lama untuk
sampai di pelayanan kesehatan. Dibeberapa daerah misalnya pedalaman, akses jalan
kurang memadai seperti jalan yang curam atau harus melewati bukit/sungai untuk sampai
ke tempat pelayanan kesehatan, kemudian alat transportasi, misalnya dipedalaman untuk
sampai ke pelayanan kesehatan yang terkendala jarak dan waktu maka membutuhkan alat
transportasi sedangkan bagi mereka yang tidak punya harus jalan kaki atau bagi mereka
yang menyebrangi sungai harus menunggu ada perahu/kapal.

Solusi :

Tidak hanya tenaga kesahatan yang berperan penting dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, tapi peran pemerintah juga sangat penting untuk
menunjang kemudahan akses masyarakat atau tenaga kesehatan, misalnya di pedalaman
yang jarak ke pelayanan kesehatan jauh sehingga waktu tempuh lama dengan keadaan
jalan yang tidak baik ditambah lagi alat trasnportasi yang tidak memadai, maka perawat
bisa mengusulkan kepada pemerintah untuk perbaikan infrastruktur dan penyediaan alat
transportasi untuk akses ke pelayanan kesehatan untuk mempermudah masyarakat, dan
bisa disediakan puskesmas pembantu di setiap daerah sehingga tidak mempersulit
masyarakat mengakses pelayanan kesehatan.

3. Failure to Detect
Kegagalan dalam deteksi dini (skrining) pada pasien Ca. Serviks

Failure :

1. Test Sensitivity / Specificity (Uji Sensitivitas / Spesifisitas)


Uji screening tidak dimaksudkan sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali digunakan
sebagai tes diagnosis. Dalam melakukan skrining harus ada uji sensitivitas dan spesifitas,
namun dalam tahap ini tidak jarang terjadi kesalahan salah satunya didapatkan hasil
semu pada hasil pemeriksaan. Hasil yang kurang akurat dapat disebabkan karena
beberapa factor diantaranya tes hanya dilakukan satu kali yang mengakibatkan hasil
kurang maksimal, sehingga kesimpulan yang didapatkan menimbulkan ambigu. Tidak
semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “ya” atau “tidak”. Perhitungan
yang tidak sesuai dengan kenyataan dikarenakan perhitungan sensitivitas dan spesifisitas
dilakukan setelah penyakit diketahui atau didiagnosis, sedangkan tujuan screening adalah
untuk mendeteksi penyakit yang belum tampak dan bukan untuk menguji kemampuan
alat tes yang digunakan.
2. Technologogy Resources (Sumber Daya Teknologi)
Metode ataupun alat skrining yang paling banyak dapat digunakan untuk mendeteksi
kanker serviks adalah pap smear dan IVA. Namun, dengan adanya teknologi ini bukan
berarti semua orang dapat terdeteksi gejala penyakit dengan mudah. Sisi lain yang dapat
menimbulkan masala dari adanya teknologi ini, adalah karena biayanya yang mahal
sehingga beberapa orang dengan kebutuhan financial yang kurang memadai menjadi
enggan untuk melakukan pemerikasaan. Sehingga menjadi salah satu factor yang
menyebabkan akan kegagalan dalam deteksi dini suatu penyakit khususnya kanker
serviks yang sedang berkembang di masyarakat.
3. Quality Application of the Test (Aplikasi Tes yang Berkualitas)
Seperti yang telah disebutkan metode yang digunakan dalam deteksi dini kanker serviks
adalah pap smear dan IVA. Tes Pap smear merupakan pilihan utama metode skrining
kanker cerviks. Namun dalam penerapan di pelayanan primer yang lebih luas, metode IVA
direkomendasikan menjadi metode alternatif pada kondisi yang tidak memungkinkan
dilakukan untuk pemeriksaan sitologi. Tetapi disisi lain, tes IVA saja juga tidak cukup
dijadikan patokan seseorang dapat dikatakan terkena kanker serviks atau tidak. Karena
masalah yang dapat ditemukan dalam suatu hasil pemeriksaan adalah kurang adanya alat
yang dapat digunakan untuk menunjang hasil pemeriksaan, sehingga dapat dikatakan tes
tersebut berkualitas atau tidak.
4. Quality of Reading / Interpretation (Kualitas Bacaan / Interpretasi)
Kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama atau dapat dikatakan konsisten bila
test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan dalam kondisi yang sama
pula. Dalam hal ini untuk menentukan kualitas bacaan atau interpretasi dari suatu hasil
pemeriksaan juga tidak sedikit yang dapat menimbulkan kendala tersendiri, yaitu
kesalahan atau perbedaan pada persepsi pengamat yang artinya berbeda pengamat
maka berbeda pula hasilnya. Sehingga akan mengakibatkan hasil yang dapat dikatakan
tidak reliable.
5. Biologic Characteristics (Karakteristik Biologis)
Seperti halnya tes medis, tes yang digunakan dalam skrining tidak selalu mendapatkan
hasil yang sempurna. Hasil tes dapat keliru menunjukkan positif untuk mereka yang tidak
memiliki penyakit, atau negatif untuk orang-orang yang memiliki kondisi tertentu. Dalam
melakukan skrining tidak akan pernah lepas dari karakteristik masing- masing individu
yang berbeda. Oleh karena itu, terkadang hasil yang didapatkan menjadi tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena dari factor biologis seperti
kecemasan, ketidaknyamanan, stress, dan kegelisahan yang dapat mempengaruhi hasil
skrining menjadi positif palsu.

Solusi :

1. Dalam penilaian hasil screening test dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas,
dilakukan perhitungan perkiraan nilai kecermatan dengan maksud untuk menafsirkan
banyaknya orang yang benar-benar menderita dari semua hasil tes yang positif. Untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit, maka apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak
menderita penyakit. Sedangkan jika hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap kedua.
Kemudian bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan. Dan jika
hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik)
2. Dilakukan program pencegahan primer, yakni kegiatan pemberian edukasi bagi
masyarakat akan tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku masing-masing individu
khususnya para wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks agar dapat
menurunkan angka risiko terkena dampak dan komplikasi dari penyakit yang akan
ditimbulkan.
3. Dalam menentukan kualitas tes dari hasil pemeriksaan juga harus ada pemeriksaan
lanjutan yang dapat menunjang atau memperkuat penegakan diagnosis dari pemeriksaan
awal. Maka apabila hasil tes dikatakan positif pada IVA selanjutnya harus dilakukan
pemeriksaan lain seperti biopsy agar aplikasi tes yang digunakan dapat dikatakan
berkualitas berdaarkan hasil yang telah diperoleh.
4. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan reliabilitas yaitu pembakuan atau
standarisasi cara screening, peningkatan ketrampilan pengamat, pengamatan yang
cermat pada setiap nilai pengamatan, menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk
setiap pengamatan, serta memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila
kondisi penyakit juga bervariasi atau bertingkat.
5. Dalam membantu mengatasi masalah yang dialami individu, khususnya pada orang yang
akan dilakukan skrining, sebenanrnya masih tetap sama yaitu berfokus pada prinsip
penekanan edukasi agar para wanita dapat terbuka akan pengetahuan yang didapat
dalam hal deteksi dini untuk pencegahan kanker serviks. Sedangkan focus untuk
mengurangi rasa kecemaan tersendiri pada peserta skrining, mungkin dengan dilakukan
atau diberikan teknik terapi relaksasi progresif terlebih dahulu agar setidaknya dapat
mengurangi rasa cemas sebelum dilakukan skrining dan sehingga dapat meminimalkan
adanya positif palsu pada hasil pemeriksaan.

4. Failure During Follow Up Of Abnormal (Kegagalan Selama Tindak Lanjut)


- Sistem Pemberitahuan
Masalah yang sering dihadapi dengan setting pelayanan yang ada di Indonesia yang
sebagian besar merupakan pengguna BPJS yaitu adanya sistem pelayanan rujukan
bertingkat dari faskes primer ke faskes satu tingkat diatasnya. Pada pasien yang tidak
paham mengenai sistem rujukan BPJS terkadang mereka terkendala surat rujukan yang
telah habis masa berlakunya dan sebagian besar dari mereka tidak tahu bagaimana alur
pengurusan untuk memperpanjang sistem rujukan. Tidak adanya waktu pengingat untuk
kontrol, terkadang dari faktor keluarga jarang mengingatkan pasien untuk melakukan
kontrol lebih lanjut sehingga sistem pemberitahuan pasien untuk kontrol sering terlewat.
Solusi :
Pihak rumah sakit memberikan edukasi kepada pasien BPJS cara pengurusan mengenai
rujukan berjenjang pada faskes mitra BPJS, tenaga kesehatan dapat melakukan
pendekatan kepada pasien beserta keluarga pasien untuk tetap memberikan support
kepada setiap anggota keluarga yang mengalami ca cervix untuk melakukan kontrol rutin.
Karena kesembuhan pasien membutuhkan dukungan dari keluarga.
- Kepatuhan pasien
Pasien dengan stadium awal ca cervix setelah terdiagnosa terkadang mereka sudah
enggan untuk melakukan kontrol selanjutnya dikarenakan menurut mereka jika sudah
terkena kanker maka usia kehidupan mereka tinggal sesaat tidak ada lagi harapan hidup.
Selain itu pola pikir masyarakat Indonesia jika diharuskan minum obat terus menerus
selama masa kehidupannya mereka berfikiran bahwa akan menimbulkan efek samping
pada tubuh dari pengkonsumsian obat selama hidup.
Solusi :
Tenaga Kesehatan harus merangkul pasien yang baru terdiagnosa, carier, maupun yang
perawatan lanjutan untuk memberikan edukasi mengenai penyakit yang diderita akan
sembuh dengan berbagai treatmen atau tindakan medis yang sesuai dengan indikasi dan
harus tetap berada dibawah pengawasan dokter.
- Pemberi Pelayanan Kesehatan atau Komunikasi
Pegawai PKM kurang dapat memonitor atau jarang melakukan kunjungan atau visite
pada penderita ca servix sehingga jumlah penderita atau penderita carier ca servix kurang
tercover sehingga meningkatkan angka kematian penderita ca cervix pada ranah
komunitas. Kurangnya komunikasi lintas lini dalam penanggulangan ca cervix juga dapat
meningkatkan mortalitas penderita ca cervix.
Solusi :
pegawai PKM yang fokusnya kepada pelayanan komunitas (primer/preventif) harus tetap
menjaring atau mendata pendeirita ca servix agar perkembangan riwayat penyakitnya
dapat terpantau dengan baik dan benar sehingga angka morbilitas dan mortalitas pasien
ca cervix dapat menurun dan peran pelayanan komunitas dapat memberikan jalan keluar
untuk setiap masalah yang ditemui pada penderita ca cervix. Komunikasi lintas lini dalam
pemerintahan untuk menanggulangi ca cervix harus ditingkatkan lagi.

5. Failure During Diagnostic Evaluations


Penegakkan diagnosis pada pasien kangker serviks didapatkan atas dasar anamnesis dan
pemeriksaan klinis
Failure :
1. Masyarakat sering enggan untuk diperiksa secara spesifik oleh karena ketidaktahuan, rasa
malu, rasa takut, dan faktor biaya. Sedikit wanita yang menyadari dirinya terkena kanker
serviks pengabaian tanda dan gejala. Hal ini umumnya disebabkan oleh masih rendahnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk di Indonesia, sehingga pasien baru
menyadari bahwa dia memerlukan pengecekan kesehatan saat sudah memasuki stadium
lanjut atau bahkan sel kanker sudah metastase ke organ lain.
2. Masyarakat masih berfikir bahwa penyakit kanker serviks tidak dapat disembuhkan dan
tidak dapat dicegah, sehingga pemeriksaan rutin kerap kali diabaikan.
3. Dari hasil penelitian pendiagnosaan menggunakan pap smear memiliki variasi dalam
sensitivitas, sehingga tidak semua pemeriksaan pap smear efektif dalam mendiagnosa
kanker serviks, selain itu pada pemeriksaan pap smear memerlukan tenaga ahli, selain itu
masih banyaknya ketidakmerataan tenaga kesehatan di Indonesia, sehingga deteksi dini
dan penegakan diagnose tidak bisa dilakukan secara maksimal.
4. Sumberdaya tenaga kesehatan mengenai pemeriksaan deteksi dini, diagnose kanker
serviks dan kemampuan kewaspadaannya terhadap kanker serviks masih kurang
memadai, sehingga masyarakat masih kurang mendapatkan informasi mengenai deteksi
dini kanker.
Solusi :

1. Melakukan penekanan pada promotif dan preventif tentang ca servick yang diberikan
oleh tenaga medis sehingga masyarakat lebih peduli pada tanda-tanda dan gejala awal
yang muncul pada kanker serviks, sehingga masyarakat dapat segera melakukan
pemeriksaan deteksi dini untuk menegakkan diagnosis.
2. Pemerintah perlu melakukan pemerataan jaminan kesehatan pada semua kalangan,
khususnya pada kalangan ekonomi menengah kebawah dan pemerataan fasilitas
pemeriksaan pada faskes akan membantu mempermudah diagnosis pada pasien ca
serviks, selain itu juga perlu adanya pelatihan-pelatihan yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan guna untuk mengurangi kesalahan dalam mendiagnosa ca servick.
3. Pembuatan standarisasi untuk sensitivitas alat (perawatan alat, pengecekan berkala dst)
atau dengan menggunakan metode pemeriksaan lain, misal seperti IVA yang jauh lebih
mudah dan terjangkau.

6. Failure During Follow-up of Diagnostic Recommendations


- Notification system
Masalah yang sering dihadapi penderita Ca serviks adalah kurangnya pengetahuan
tentang perjalanan penyakit yang diderita. Sehingga untuk memeriksakan kembali
dengan rutin kesehatannya tidak dilakukan. Namun ada pula klien yang sudah menerima
informasi namun kesulitan dengan permasalahan pembiayaan dan tidak memiliki jaminan
kesehatan seperti BPJS.
Solusi :
Dari tingkat pelayanan di rumah sakit, sebaiknya saat klien pulang dari rumah sakit sudah
diberi edukasi mengenai penyakit klien yang masa pengobatannya harus dilakukan secara
terus-menerus dengan rutin untuk memeriksa kembali kondisi kesehatannya. Oleh sebab
itu perlu mengkaji permasalahan yang dihadapi klien dan keluarga dalam menjalani
proses pengobatan tersebut terutama dalam hal pembiayaan. Untuk tingkat pelayanan
primer diperlukan keaktifan petugas pelayanan kesehatan dalam mendata dan mengkaji
apabila ada pasien yang diketahui menderita Ca serviks. Terkait edukasi penyakit yang
diderita klien serta permasalahan yang dihadapi terutama masalah pembiayaan. Untuk
itu perlu keaktifan atau kerjasama masyarakat terutama kader kesehatan dan ketua RT
setempat.
- Patient Adherence
Masalah yang dihadapi pasien adalah keputusasaan dalam menerima atau menghadapi
penyakit yang diderita karena berpikir bahwa bila seseorang menderita kanker sulit untuk
sembuh, kurangnya motivasi untuk sembuh, tidak adanya dukungan keluarga dan
support sistem yang tidak mendukung misalnya memikirkan anak-anaknya yang sekolah
dan membutuhkan biaya pendidikan membuat klien lebih mementingkan pendidikan
anak-anaknya dan memilih untuk tidak memeriksakan kesehatannya karna terkait kurang
biaya untuk berobat.
Solusi :
Terkait dengan masalah pembiayaan pada poin 1 yaitu perlunya kerjasama masyarakat
setempat seperti ketua RT yaitu dengan mendaftarkan klien jaminan kesehatan untuk
keluarga tidak mampu (BPJS PBI), bila keluarga tersebut adalah keluarga yang tidak
mampu. Dalam keputusasaan klien menghadapi penyakit perlu edukasi dan evaluasi rutin
kunjungan petugas kesehatan dipelayanan primer. Diperlukan pula edukasi kepada
keluarga klien, karena peran keluarga begitu penting selama mendampingi proses
pengobatan klien. Agar keluarga yang mendampingi klien memahami proses pengobatan
yang diharus dijalani, serta membantu mencari solusi dari permasalahan yang
menghambat proses pengobatan klien.
- Provider Interpretation or communication
Pada penderita Ca serviks cenderung terdeteksi pada saat stadium akhir, kurangnya
kesadaran akan pemeriksaan dini. Kunjungan pelayanan primer belum menyeluruh pada
semua penyakit terutama Ca serviks.
Solusi :
Perlunya peningkatan kunjungan dengan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, tidak
hanya pada penyakit yang dinilai angka kejadian tinggi saja seperti TBC. Namun perlu
edukasi dan screening secara dini kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit Ca serviks. Perlunya komunikasi dari pimpinan Puskesmas kepada pihak
pemerintah Dinas Kesehatan untuk penanggulang secara dini atau pencegahan primer
pada Ca serviks.

7. Treatment Failure
- Treatment Efficacy (Keberhasilan Pengobatan)
Faktanya setiap tahun pasien kanker terutama kanker Serviks di Indonesia meningkat.
Sementara, penanganan kanker masih sangat mahal. Salah satu alasanya karena sekitar
60-70% pasien datang ke dokter dalam kondisi stadium lanjut. Pada pasien kanker Serviks
dengan stadium lanjut maka paling tidak ia akan menjalani tiga pilar pengobatan kanker
yaitu bedah, radiasi dan kemoterapi. Sebanyak 50-60% pasien kanker pasti butuh radiasi.
Sedangkan penyebaran alatnya di Indonesia belum merata. Selain itu kesadaran
masyarakat soal kanker memang masih kurang. Ketidaktahuan inilah yang menjadi
penyebab keterlambatan pengobatan. Dan keterlambatan itu juga berujung pada
pembiayaan yang mahal.
Solusi :
Berdasarkan data prevalensi kanker serviks di Indonesia menduduki peringkat kedua
setelah kanker payudara. Sehingga dalam hal ini Kementerian Kesehatan sebagai induk
sedang genjar menggalakkan kegiatan promotif, preventif, deteksi dini dan tindak lanjut
diseluruh Indonesia. Upaya pencegahan ini adalah menjaga pola hidup sehat dengan
CERDIK, C Cek kesehatan secara teratur E= Enyahkan asap rokok R=Rajin aktifitas fisik
D=Diet sehat dengan kalori seimbang I=Istirahat cukup K=Kelola stres . langkah kedua
dengan melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat IVA ataupun Pap Smear.
- Patient Aherence (Kepatuhan Pasien )
Pengobatan kanker yang umumnya terlambat karena kurangnya deteksi dini,
menyebabkan banyak pasien kanker yang harus menjalani pengobatan kemoterapi.
Kemoterapi sangat efektif dalam sel kanker, mengecilkan ukuran tumor, dan memberikan
prognosis yang baik pada pasien.
Hasil penelitian terhadap pasien kanker di rumah sakit khusus kanker
memperlihatkan kurang dari separuh pasien mengalami gangguan emosional terkait
penyakitnya, gangguan itu antara lain emosi yang kurang terkendali, gangguan mood,
cemas dan depresi. Walaupun demikian psikolog menyatakan bahwa gangguan
kecemasan dan depresi pada pasien kanker adalah wajar (Sarafino, 1998, hal. 436-437).
Perasaan-perasaan negatif ini membawa pasien pada kepercayaan diri yang
rendah dan keputusasaan. Padahal keadaan ini dapat mengganggu pengobatan pasien.
Salah satu dokter Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta mengatakan pasien kanker
seringkali tidak patuh terhadap pengobatan dengan berbagai alasan, antar lain masalah
biaya, ingin mencoba pengobatan alternatif serta tidak tahan terhadap efek samping
seperti kerontokan rambut, daya tahan tubuh yang menurun, sariawan, mual dan
muntah. Di samping itu, proses pengobatan kanker yang memakan waktu lama, takut
akan kematian serta tidak adanya dukungan keluarga seringkali juga membuat pasien
frustrasi dan akhirnya berhenti berobat (drop-out). Komunikasi yang baik dengan
perawat serta dukungan keluarga dalam hal ini sangat dibutuhkan agar pasien mau patuh
menjalani pengobatan (Yahya, 2011, hal. 1).
Solusi :
Kepatuhan merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan
atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Pengobatan merupakan tatalaksana
dalam penyembuhan suatu penyakit. Pengobatan membutuhkan kepatuhan dari setiap
pasien, baik itu pengobatan jangka pendek ataupun jangka panjang. Pengobatan jangka
panjang lebih rentan terhadap masalah kepatuhan pasien, seringkali pasien merasa jenuh
untuk melakukan pengobatan terus menerus dan kemudian tidak patuh pada
pengobatan. Masalah tersebut dapat membawa banyak dampak bagi pasien yaitu
memperlambat proses kesembuhan, memperburuk keadaan pasien dan kematian.
Sehingga dalam hal ini pendamping pasien kanker (keluarga) diharapkan untuk
bisa memberikan dukungan berupa semangat dan hiburan bagi pasien kanker. Penelitian
ini dapat dikembangkan untuk melihat kepatuhan pasien kanker di wilayah perkotaan
dengan variasi usia, jenis kelamin serta jenis kanker yang berbeda. Para psikolog
diharapkan mampu membantu meningkatkan kepercayaan diri pasien, menurunkan rasa
khawatir pasien dengan beberapa teknik relaksasi. Para pasien kanker diharapkan lebih
terbuka kepada tenaga profesional kesehatan dan juga keluarga mengenai perasaan-
perasaan dalam menjalani pengobatan serta terbuka mengungkapkan ketidaknyamanan
dalam jalannya pengobatan.
- Provider Error (Kesalahan Penyedia)
Wanita dewasa yang melakukan deteksi dini Kanker Serviks dengan Pap Smear,
seperti halnya tes pemeriksaan lainnya, tes pemeriksaan serviks tidak 100% akurat.
Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan perbedaan sebesar 5-20%. Tes ada
kalanya tidak menemukan kelainan nyata (negatif palsu) atau keliru mengklasifikasikan
sel-sel normal sebagai sel yang abnormal (positif palsu). Hal ini akan mempengaruhi
persepsi, perubahan perasaan pada klien dengan ketidakakuratan hasil pemeriksaan Pap
Smear
Solusi :
Dikarenakan kualitas sampel dipengaruhi berbagai hal, sehingga sebelum
pelaksanaan deteksi dini Kanker Serviks dengan Pap Smear hendaknya yang perlu
diinfokan atau ditanyakan oleh petugas terhadap klien diantaranya adalah: Sebelum tes:
berhubungan seks; memakai pesarium atau spermisida; menyemprotkan air ke dalam
vagina saat mandi (mandi dengan shower atau gayung tidak akan mempengaruhi
kualitas); dan selama tes :apakah keputihan disebabkan oleh infeksi vagina; darah
menstruasi. Selain itu juga petugas kesehatan perlu memahami betul-betul penanganan
sampel karena bisa jadi kesalahan pada petugas mempengaruhi hasil.
Pada klien juga perlu diinfokan bahwa meskipun pemeriksaan serviks tidak
memiliki akurasi 100%, hal ini bukan merupakan alasan untuk khawatir. Kanker serviks
biasanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 tahun untuk berkembang, Pemeriksaan
serviks TERATUR dapat mencegah 90% perkembangan atau lebih kanker serviks.Bahkan
jika smear sebelumnya normal, perempuan harus tetap melanjutkan pemeriksaan serviks
teratur.

Anda mungkin juga menyukai