Potential and Solution Failure Pada CA Serviks Kel 2
Potential and Solution Failure Pada CA Serviks Kel 2
Di Susun Oleh :
Kelompok II
Solusi :
Solusi :
- Adequate Rekruitment
Kegagalan saat deteksi dini suatu penyakit dari segi bagaimana klien tersebut
mau untuk diajak/dirangkul (adequate rekruitment) untuk dilakukan pemeriksaan yakni
Kurangnya komunikasi antara tenaga kesehatan dengan kader desa, sehingga masyarakat
tidak mengerti tentang informasi penting mengenai deteksi penyakit secara dini. Waktu
yang tidak tepat, misalnya pada saat jam kerja.
Solusi :
Solusi :
Tidak hanya tenaga kesahatan yang berperan penting dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, tapi peran pemerintah juga sangat penting untuk
menunjang kemudahan akses masyarakat atau tenaga kesehatan, misalnya di pedalaman
yang jarak ke pelayanan kesehatan jauh sehingga waktu tempuh lama dengan keadaan
jalan yang tidak baik ditambah lagi alat trasnportasi yang tidak memadai, maka perawat
bisa mengusulkan kepada pemerintah untuk perbaikan infrastruktur dan penyediaan alat
transportasi untuk akses ke pelayanan kesehatan untuk mempermudah masyarakat, dan
bisa disediakan puskesmas pembantu di setiap daerah sehingga tidak mempersulit
masyarakat mengakses pelayanan kesehatan.
3. Failure to Detect
Kegagalan dalam deteksi dini (skrining) pada pasien Ca. Serviks
Failure :
Solusi :
1. Dalam penilaian hasil screening test dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas,
dilakukan perhitungan perkiraan nilai kecermatan dengan maksud untuk menafsirkan
banyaknya orang yang benar-benar menderita dari semua hasil tes yang positif. Untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit, maka apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak
menderita penyakit. Sedangkan jika hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap kedua.
Kemudian bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan. Dan jika
hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik)
2. Dilakukan program pencegahan primer, yakni kegiatan pemberian edukasi bagi
masyarakat akan tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku masing-masing individu
khususnya para wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks agar dapat
menurunkan angka risiko terkena dampak dan komplikasi dari penyakit yang akan
ditimbulkan.
3. Dalam menentukan kualitas tes dari hasil pemeriksaan juga harus ada pemeriksaan
lanjutan yang dapat menunjang atau memperkuat penegakan diagnosis dari pemeriksaan
awal. Maka apabila hasil tes dikatakan positif pada IVA selanjutnya harus dilakukan
pemeriksaan lain seperti biopsy agar aplikasi tes yang digunakan dapat dikatakan
berkualitas berdaarkan hasil yang telah diperoleh.
4. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan reliabilitas yaitu pembakuan atau
standarisasi cara screening, peningkatan ketrampilan pengamat, pengamatan yang
cermat pada setiap nilai pengamatan, menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk
setiap pengamatan, serta memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila
kondisi penyakit juga bervariasi atau bertingkat.
5. Dalam membantu mengatasi masalah yang dialami individu, khususnya pada orang yang
akan dilakukan skrining, sebenanrnya masih tetap sama yaitu berfokus pada prinsip
penekanan edukasi agar para wanita dapat terbuka akan pengetahuan yang didapat
dalam hal deteksi dini untuk pencegahan kanker serviks. Sedangkan focus untuk
mengurangi rasa kecemaan tersendiri pada peserta skrining, mungkin dengan dilakukan
atau diberikan teknik terapi relaksasi progresif terlebih dahulu agar setidaknya dapat
mengurangi rasa cemas sebelum dilakukan skrining dan sehingga dapat meminimalkan
adanya positif palsu pada hasil pemeriksaan.
1. Melakukan penekanan pada promotif dan preventif tentang ca servick yang diberikan
oleh tenaga medis sehingga masyarakat lebih peduli pada tanda-tanda dan gejala awal
yang muncul pada kanker serviks, sehingga masyarakat dapat segera melakukan
pemeriksaan deteksi dini untuk menegakkan diagnosis.
2. Pemerintah perlu melakukan pemerataan jaminan kesehatan pada semua kalangan,
khususnya pada kalangan ekonomi menengah kebawah dan pemerataan fasilitas
pemeriksaan pada faskes akan membantu mempermudah diagnosis pada pasien ca
serviks, selain itu juga perlu adanya pelatihan-pelatihan yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan guna untuk mengurangi kesalahan dalam mendiagnosa ca servick.
3. Pembuatan standarisasi untuk sensitivitas alat (perawatan alat, pengecekan berkala dst)
atau dengan menggunakan metode pemeriksaan lain, misal seperti IVA yang jauh lebih
mudah dan terjangkau.
7. Treatment Failure
- Treatment Efficacy (Keberhasilan Pengobatan)
Faktanya setiap tahun pasien kanker terutama kanker Serviks di Indonesia meningkat.
Sementara, penanganan kanker masih sangat mahal. Salah satu alasanya karena sekitar
60-70% pasien datang ke dokter dalam kondisi stadium lanjut. Pada pasien kanker Serviks
dengan stadium lanjut maka paling tidak ia akan menjalani tiga pilar pengobatan kanker
yaitu bedah, radiasi dan kemoterapi. Sebanyak 50-60% pasien kanker pasti butuh radiasi.
Sedangkan penyebaran alatnya di Indonesia belum merata. Selain itu kesadaran
masyarakat soal kanker memang masih kurang. Ketidaktahuan inilah yang menjadi
penyebab keterlambatan pengobatan. Dan keterlambatan itu juga berujung pada
pembiayaan yang mahal.
Solusi :
Berdasarkan data prevalensi kanker serviks di Indonesia menduduki peringkat kedua
setelah kanker payudara. Sehingga dalam hal ini Kementerian Kesehatan sebagai induk
sedang genjar menggalakkan kegiatan promotif, preventif, deteksi dini dan tindak lanjut
diseluruh Indonesia. Upaya pencegahan ini adalah menjaga pola hidup sehat dengan
CERDIK, C Cek kesehatan secara teratur E= Enyahkan asap rokok R=Rajin aktifitas fisik
D=Diet sehat dengan kalori seimbang I=Istirahat cukup K=Kelola stres . langkah kedua
dengan melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat IVA ataupun Pap Smear.
- Patient Aherence (Kepatuhan Pasien )
Pengobatan kanker yang umumnya terlambat karena kurangnya deteksi dini,
menyebabkan banyak pasien kanker yang harus menjalani pengobatan kemoterapi.
Kemoterapi sangat efektif dalam sel kanker, mengecilkan ukuran tumor, dan memberikan
prognosis yang baik pada pasien.
Hasil penelitian terhadap pasien kanker di rumah sakit khusus kanker
memperlihatkan kurang dari separuh pasien mengalami gangguan emosional terkait
penyakitnya, gangguan itu antara lain emosi yang kurang terkendali, gangguan mood,
cemas dan depresi. Walaupun demikian psikolog menyatakan bahwa gangguan
kecemasan dan depresi pada pasien kanker adalah wajar (Sarafino, 1998, hal. 436-437).
Perasaan-perasaan negatif ini membawa pasien pada kepercayaan diri yang
rendah dan keputusasaan. Padahal keadaan ini dapat mengganggu pengobatan pasien.
Salah satu dokter Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta mengatakan pasien kanker
seringkali tidak patuh terhadap pengobatan dengan berbagai alasan, antar lain masalah
biaya, ingin mencoba pengobatan alternatif serta tidak tahan terhadap efek samping
seperti kerontokan rambut, daya tahan tubuh yang menurun, sariawan, mual dan
muntah. Di samping itu, proses pengobatan kanker yang memakan waktu lama, takut
akan kematian serta tidak adanya dukungan keluarga seringkali juga membuat pasien
frustrasi dan akhirnya berhenti berobat (drop-out). Komunikasi yang baik dengan
perawat serta dukungan keluarga dalam hal ini sangat dibutuhkan agar pasien mau patuh
menjalani pengobatan (Yahya, 2011, hal. 1).
Solusi :
Kepatuhan merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan
atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Pengobatan merupakan tatalaksana
dalam penyembuhan suatu penyakit. Pengobatan membutuhkan kepatuhan dari setiap
pasien, baik itu pengobatan jangka pendek ataupun jangka panjang. Pengobatan jangka
panjang lebih rentan terhadap masalah kepatuhan pasien, seringkali pasien merasa jenuh
untuk melakukan pengobatan terus menerus dan kemudian tidak patuh pada
pengobatan. Masalah tersebut dapat membawa banyak dampak bagi pasien yaitu
memperlambat proses kesembuhan, memperburuk keadaan pasien dan kematian.
Sehingga dalam hal ini pendamping pasien kanker (keluarga) diharapkan untuk
bisa memberikan dukungan berupa semangat dan hiburan bagi pasien kanker. Penelitian
ini dapat dikembangkan untuk melihat kepatuhan pasien kanker di wilayah perkotaan
dengan variasi usia, jenis kelamin serta jenis kanker yang berbeda. Para psikolog
diharapkan mampu membantu meningkatkan kepercayaan diri pasien, menurunkan rasa
khawatir pasien dengan beberapa teknik relaksasi. Para pasien kanker diharapkan lebih
terbuka kepada tenaga profesional kesehatan dan juga keluarga mengenai perasaan-
perasaan dalam menjalani pengobatan serta terbuka mengungkapkan ketidaknyamanan
dalam jalannya pengobatan.
- Provider Error (Kesalahan Penyedia)
Wanita dewasa yang melakukan deteksi dini Kanker Serviks dengan Pap Smear,
seperti halnya tes pemeriksaan lainnya, tes pemeriksaan serviks tidak 100% akurat.
Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan perbedaan sebesar 5-20%. Tes ada
kalanya tidak menemukan kelainan nyata (negatif palsu) atau keliru mengklasifikasikan
sel-sel normal sebagai sel yang abnormal (positif palsu). Hal ini akan mempengaruhi
persepsi, perubahan perasaan pada klien dengan ketidakakuratan hasil pemeriksaan Pap
Smear
Solusi :
Dikarenakan kualitas sampel dipengaruhi berbagai hal, sehingga sebelum
pelaksanaan deteksi dini Kanker Serviks dengan Pap Smear hendaknya yang perlu
diinfokan atau ditanyakan oleh petugas terhadap klien diantaranya adalah: Sebelum tes:
berhubungan seks; memakai pesarium atau spermisida; menyemprotkan air ke dalam
vagina saat mandi (mandi dengan shower atau gayung tidak akan mempengaruhi
kualitas); dan selama tes :apakah keputihan disebabkan oleh infeksi vagina; darah
menstruasi. Selain itu juga petugas kesehatan perlu memahami betul-betul penanganan
sampel karena bisa jadi kesalahan pada petugas mempengaruhi hasil.
Pada klien juga perlu diinfokan bahwa meskipun pemeriksaan serviks tidak
memiliki akurasi 100%, hal ini bukan merupakan alasan untuk khawatir. Kanker serviks
biasanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 tahun untuk berkembang, Pemeriksaan
serviks TERATUR dapat mencegah 90% perkembangan atau lebih kanker serviks.Bahkan
jika smear sebelumnya normal, perempuan harus tetap melanjutkan pemeriksaan serviks
teratur.