Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
MahaEsa. Karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-NYA dan kesempatan yang
ia berikan, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bentuk
Penyelesain Sengketa Bisnis’’.

Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah Hukum
Bisnis.Dalam penuyusunannya, kami memperoleh bantuan dari berbagai
pihak.Karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih. Makalah ini dibuat
dengantujuan memperdalam pelajaran tentang mata kuliah Hukum Bisnis dengan
bab:Sengketa Bisnis. Dengan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan


dankekurangan baik isi maupun pada pengantarnya. Hal ini karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kam
imengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akandatang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun
bagi pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jember, 1 November 2019

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGATAR...........................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3

1.3 Tujuan..........................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sengketa Bisnis.............................................................................................4

2.2 Cara Penyelesaian Sengketa Bisni.................................................................5

2.3 Penyelesaian Melalui Proses Non Ligitasi....................................................6

1. Arbitrase..............................................................................................6

2. Negosiasi.............................................................................................9

3. Mediasi..............................................................................................11

4. Konsiliasi...........................................................................................13

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan.................................................................................................14

Daftar Pustaka.............................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman modern seperti saat ini bangsa Indonesia banyak mengalami


berbagai polemic yang beredar di dalam masyarakat yang menimbulkan suatu
pertentang bahkan sampai menimbulkan perikaian diantara masyarakat.
Pertikaianyang ada muncul dari berbagai masalah yang biasanya timbul karena
perbedaan pendapat atau paham yang mereka anut. Pertikaian bermula dari suatu
persoalanyang kecil karena tidak cepat diselesaikan maka persoalan tersebut
menjadi besar.Persoalan ini sebaiknya cepat diselesaikan agar tidak menjadi besar.
Di dalam suatu pertikaian biasanya memerlukan perantara atau biasa disebut
pihak ketiga yang dapat membantu menyelesaikan persoalan tersebut.

Banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu dengan


Negosiasi, Mediasi, dan Arbitrase. Ketiga cara penyelesaian ini bisa digunakan
agar pertikaian dapat segera teratasi.bermula dari penyelesaian dengan
membicarakan baik – baik diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut bila
pertikaian tidak dapatdiselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan pihak ketiga
yaitu sebagai mediasi,selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka
dibutuhkan pihak yang tegasuntuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika
tidak dapat diselesaikan jugamaka membutuhkan badan hokum seperti pengadilan
untuk menyelesaikan masalahtersebut, cara ini bisa disebut dengan Ligitasi.
Secara keseluruhan cara – cara tersebut dapat digunakan sehingga pertikaian dapat
terselesaikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu sengketa bisnis?

2. Bagaimana cara Penyelesaian sengketa bisnis, dan prosedur apa saja yang
digunakan dalam penyelesaian sengketa bisnis tersebut?

1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang sengketa bisnis dan mengetahui


bagaimana cara penyelesaian sengketa bisnis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sengketa Bisnis

Pengertian sengketa bisnis :

Menurut Maxwell J. Fulton “a commercial disputes is one which arises


during the course of the exchange or transaction processis central to market
economy”. Dalam kamus Bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau
konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan antarakelompok atau
organisasi terhadap satu objek permasalahan.

Menurut Winardi Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu


- individu atau kelompok - kelompok yang mempunyai hubungan
atau kepentinganyang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan
akibat hukum antarasatu dngan yang lain.

Menurut Ali Achmad sengketa adalah pertentangan antara dua pihak


ataulebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau
hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum antara keduanya. Dari pendapat
diatas dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku pertentangan antara
kedua orang atau lembaga atau lebih yang menimbulkan suatuakibat hukum dan
karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai


macam bentuk kerjasama bisnis. Mengingat kegiatan bisnis yang semakin
meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa diantara para pihak
yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang
melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara
para pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai
macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis.

Secara rinci sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis dapat


berupasengketa sebagai berikut:

1. Sengketa perniagaan 2. Sengketa Kontrak

3. Sengketa perbankan 4. Sengketa pekerjaan

5. Sengketa Keuangan 6. Sengketa perburuhan

4
7. Sengketa Penanaman Modal 8. Sengketa perusahaan

9. Sengketa Perindustrian 10. Sengketa hak

11. Sengketa HKI 12. Sengketa property

13. Sengketa Konsumen

2.2 Cara penyelesaian Sengketa Bisnis

1. Dari sudut pandang pembuat keputusan

a). Adjudikatif: mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana


kewenangan pengambilan keputusan pengambilan dilakukan oleh pihak
ketiga dalam sengketadiantara para pihak. b). Konsensual/Komprom:
cara penyelesaian sengketa secara kooperatif/kompromiuntuk mencapai
penyelesaian yang bersifat win-win solution.c) Quasi Adjudikatif: merupakan
kombinasi antara unsur konsensual danadjudikatif.

2. Dari sudut pandang prosesnya

1. Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui


jalur pengadilandengan menggunakan pendekatan hukum. Lembaga
penyelesaiannya:

a. Pengadilan Umum

b. Pengadilan Niaga

2. Non Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar


pengadilandan tidak menggunakan pendekatan hukum formal.

Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme:

a. Arbitrase

Merupakan penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum


yangdidasrkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa (pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999)

5
b. Negosiasi

Sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk


salingmenyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan untuk
mendapatkan solusi dari yang dipertentangkan.

c. Mediasi

Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi yang memainkan


peran utama adalah pihak- pihak yang bertikai. Pihak ketiga ( Mediator )
berperan sebagai pendamping dan penasihat

d. Konsiliasi

Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk


mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut.

2.3 Penyelesaian Melalui proses Non Litigasi

Cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitudengan Arbitrase,


Negosiasi, Mediasi, dan Konsiliasi. Ketiga cara penyelesaian
ini bisa digunakan agar pertikaian dapat segera teratasi.bermula dari penyelesai
andengan membicarakan baik – baik diantara kedua pihak yang
bertikai, berlanjut bila pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara mereka
maka dibutuhkan pihak ketiga yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika tidak
dapat melalui mediasi makadibutuhkan pihak yang tegas untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Jika tidak dapat diselesaikan juga maka membutuhkan
badan hukum seperti pengadilan untuk menyelesaikan masalah tersebut, Cara
ini bisa disebut dengan Ligitasi. Secara keseluruhan cara-cara tersebut dapat
digunakan sehingga pertikaian dapat terselesaikan.

Macam-macam penyelesaian secara non legimitasi antara lain:

1. Arbitrase

Pengertian Arbitrase

Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti“
kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”.

1) Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk


menunjuk seorangatau beberapa oramg arbiter.

6
2) Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk
diselesaikansecara musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak
maupun antaraarbiter itu sendiri;

3) Asas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian


perselisihanmelalui arbirase, yaiu terbatas pada perselisihan-
perselisihan di bidang perdagangan dan hak-hak yang dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak;

4) Asas final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan
akhirdan mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum
lain, seperi banding atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah
disepakati oleh para pihakdalam klausa atau perjanjian arbitrase.

Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu sendiri adalah


untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan yang cepat
dan adil. Tanpa adanya formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat
yang menghambat penyelisihan perselisihan.Selain itu Pengertian arbitrase
juga termuat dalam pasal 1 angka 8 UndangUndang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian sengketa Nomor 30 tahun 1999:

“Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketauntuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga
tersebut jugadapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu
hubungan hukumtertentu dalam hal belum timbul sengketa.”

Dalam Pasal 5 Undang-undang No.30 tahun 1999 disebutkan bahwa:

”Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa di


bidang perdagangan dan hak yang menurut hukum makalahadedidiikirawandan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.”

Dengan demikian arbitrase tidak dapat diterapkan untuk masalah-


masalahdalam lingkup hukum keluarga. Arbitase hanya dapat diterapkan untuk
masalah-masalah perniagaan. Bagi pengusaha, arbitrase merupakan pilihan
yang paling menarik guna menyelesaikan sengketa sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan mereka.

7
Objek Arbitrase

Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di


luar pengadilan melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyeles
aiansengketa lainnya) menurut Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun
1999 (“UU Arbitrase”) hanyalah sengketa di bidang perdagangan.

Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain:


perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik int
elektual.Sementara itu Pasal 5 (2) UU Arbitrase memberikan perumusan
negatif bahwa sengketa-sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan
melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan
tidak dapat diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata
Buku III bab kedelapan belasPasal 1851 s/d 1854.

Jenis-jenis Arbitrase

Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase


melalui badan permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan
berdasarkan aturan-aturan yang sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase. Pada
umumnya arbitrase ad-hoc ditentukan berdasarkan perjanjian yang
menyebutkan penunjukanmajelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang
disepakati oleh para pihak. Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan
dalam sebuah klausul arbitrase.

Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola


oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka
tentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan
oleh badan-badanarbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

Keunggulan dan Kelemahan Arbitrase

Keunggulan arbitrase dapat disimpulkan melalui Penjelasan Umum


UndangUndang Nomor 30 tahun 1999 dapat terbaca beberapa keunggulan
penyelesaiansengketa melalui arbitrase dibandingkan dengan pranata peradilan.
Keunggulan ituadalah:

a) Kerahasiaan sengketa para pihak terjamin.

b) Keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif


dapat dihindari.

c) Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian


masalahnya ;

8
d) Para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase.

Disamping keunggulan arbitrase seperti tersebut diatas, arbitrase juga


memiliki kelemahan arbitrase. Dari praktek yang berjalan di Indonesia,
kelemahan arbitrase adalah masih sulitnya upaya eksekusi dari suatu putusan
arbitrase, padahal pengaturan untuk eksekusi putusan arbitrase nasional
maupun internasional sudah cukup jelas.

2. Negosiasi

Pengertian Negosiasi

 Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak


mengubah)sikap dan perilaku orang lain.
 Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan
timbal balikdari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang,
dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
 Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak
kita dan pihallawan dimana kedua belah pihak bersama-sama
mencari hasil yang baik, demikepentingan kedua pihak.

Pola Perilaku dalam Negosiasi:

 Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang,


takmenyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
 Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan,
menyetujui,membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
 Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik
kembali isi pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
 Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan
perhatian pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel,
beradaptasi dengan situasi.

Ketrampilan Negosiasi:

1) Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak


lainmengamatinya.
2) Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga
pihak-pihak yangterlibat dalam negosiasi bersedia mengubah
pendiriannya.

9
3) Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang
tak pasti dantuntutan di luar perhitungan.
4) Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak
lain akanmemahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
5) Memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha
menyesuaikan diridengan keinginan pihak lain untuk mengurangi
kendala.

Negosiasi dan Hiden Agenda:

Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak


memiliki hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi / niat
terselubung yang tak diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru hakikatnya
merupakan hal yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang
bersangkutan.

Negosiasi dan Gaya Kerja

1) Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat


dipengaruhi oleh gaya kerjanya.
2) Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya
dalam memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.

Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi

1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih


banyak memiliki informasi biasanya berada dalam posisi yang
lebih menguntungkan.
2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan
sebaiknya dipertimbangkan lebih dulu.
3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari
salah satu/kedua pihak, maka lobbying dapat dipilih untuk
menggali hiden agenda yang ada, sehingga negosiasi dapat berjalan
lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.

Teknik Negoisasi

Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang dikenal


dapat dibagikedalam:

1) Tahap negoisasi kompetitip,


2) Tahap negoisasi koperatif,
3) Tahap negoisasi lunak dan keras, dan
4) Tahap negoisasi interest based

10
3. Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses


perundinganatau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak
memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri
utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses
musyawarah atau consensus, Maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima
atau menolak sesuat ugagasan atau penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.

Prosedur Untuk Mediasi

 Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh


ketua,kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator
supayadilaksanakan mediasi.
 Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepadamediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
 Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang
berperkarasupaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan
berusaha mengurangikerugian masing-masing pihak yang
berperkara.
 Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian
atau tidak padahari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada
majelis yang memberikan penetapan. Jika terdapat perdamaian,
penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.

Mediator

Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa
tanpamenggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Ciri-ciri penting dari mediator adalah:

1) Netral
2) Membantu para pihak
3) Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian.

Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak
memutusatau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-
masalah selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak.

11
Tugas Mediator

1) Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi


kepada para pihakuntuk dibahas dan disepakati.
2) Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berpe
ran dalam proses mediasi.
3) Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau
pertemuan terpisah selama proses mediasi berlangsung.
4) Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri
dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan
penyelesaian yang terbaik bagi para pihak

Daftar Mediator

Demi kenyamanan para pihak dalam menempuh proses mediasi,


mereka berhakuntuk memilih mediator yang akan membantu menyelesaikan
sengketa.

1) Untuk memudahkan para pihak memilih mediator, Ketua


Pengadilan menyediakan daftar mediator yang sekurang-kurangnya
memuat 5(lima) nama dan disertai dengan latar belakang
pendidikan atau pengalaman dari para mediator.
2) Ketua Pengadilan menempatkan nama-nama hakim yang telah
memiliki sertifikat dalam daftar mediator.
3) Jika dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan tidak ada hakim
dan bukanhakim yang bersertifikat, semua hakim pada
pengadilanyang bersangkutan dapatditempatkan dalam daftar
mediator.
4) Kalangan bukan hakim yang bersertifikat dapat mengajukan
permohonan kepada ketua pengadilan agar namanya ditempatkan
dalam daftar mediator pada pengadilan yang bersangkutan.
5) Setelah memeriksa dan memastikan keabsahan sertifikat, Ketua
Pengadilan menempatkan nama pemohon dalam daftar mediator.
6) Ketua Pengadilan setiap tahun mengevaluasi dan memperbarui
daftar mediator.
7) Ketua Pengadilan berwenang mengeluarkan nama mediator dari
daftar mediator berdasarkan alasan-alasan objektif, antara lain
karena mutasi tugas, berhalangan tetap, ketidakaktifan setelah
penugasan dan pelanggaran atas pedoman perilaku.

12
Honorarium Mediator

1) Penggunaan jasa mediator hakim tidak dipungut biaya.


2) Uang jasa mediator bukan Hakim ditanggung bersama oleh
para pihak berdasarkan kesepakatan para pihak.

4. Konsiliasi

Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang


berselisihuntuk mencapai persetujuan dan penyelesaian. Namun, undang-
undang nomor 30 tahun 1999 tidak memberikan suatu rumusan yang eksplisit
atas pengertian darikonsiliasi. Akan tetapi, rumusan itu dapat ditemukan dalam
pasal 1 angka 10 danalinea 9 penjelasan umum, yakni konsiliasi merupakan
salah satu lembaga untuk mennyelesaikan sengketa. Dalam menyelesaikan
perselisihan, konsiliator memiliki hak dan kewenangan untuk menyampaikan
pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada yang bersengketa. Selain
itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan dalam sengketa untuk
dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan proses
konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang
dituangkan dalam bentuk kesepakatan di antara mereka. Konsiliator dapat
menyarankan syarat-syarat penyelesaian dan mendorong para pihak untuk
mencapai kesepakatan. Berbeda dengan negosiasi dan mediasi,dalam proses
konsiliasi konsiliator mempunyai peran luas. Ia dapat memberikan saran
berkaitan dengan materi sengketa, maupun terhadap hasil perundingan. Dalam
menjalankan peran ini konsiliator dituntut untuk berperan aktif.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap


hari,tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa (dispute/ difference) antar
pihak yangterlibat. Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut
pemecahan dan penyelesaian yang cepat. Makin banyak dan luas
kegiatan perdagangan, frekuensiterjadi sengketa makin tinggi, hal ini berarti
sangat mungkin makin banyak sengketa yang harus diselesaikan.
Membiarkan sengketa bisnis terlambat diselesaikan akan
mengakibatkan perkembangan pembangunan tidak efesien, produktifitas
menurun, dunia bisnis mengalami kemunduran dan biaya produksi
meningkat. Konsumen adalah pihak yang paling dirugikan di samping itu,
peningkatan kesejahteraan dan kemajuansosial kaum pekerja juga
terhambat. Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyatamenimbulkan
sengketa diantara para pihak yang terlibat, peranan penasihat
hukum,konsultan dalam menyelesaikan sengketa itu dihadapkan pada
alternatif penyelesaian yang dirasakan paling menguntungkan kepentingan
kliennya.

Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan


secaraLitigasi atau penyelesaian sengketa di muka pengadilan. Selain
melalui cara ligitasi juga ada cara yaitu melalui metode non litigasi. Cara
yang dimaksud adalah melalui Arbitrase,Negosiasi,Mediasi dan Konsoliasi.

Penyelesaian sengketa secara litigasi tetap dipergunakan


manakala penyelesaian secara nonlitigasi tersebut tidak membuahkan hasil.
Jadi penggunaan metode non ligitasi adalah sebagai salah satu mekanisme
penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan mepertimbangkan segala
bentuk efesiensinya dan untuk tujuan masa yang akan datang sekaligus
menguntungkan bagi para pihak yang bersengketa.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://ai-hendriani.blogspot.com/p/t-makalah-penyelesaian-sengketa-
bisnis_6846.html

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/penyelesaian-sengketa-
ekonomi-makalah-aspek-hukum-dalam-ekonomi/

http://www.ekomarwanto.com/2011/05/arbitrase-dan-alternatif-
penyelesaian.html

http://forumhukumdanbisnis.blogspot.com/

http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2012/11/penyelesaian-sengketa-
bisnis.html

http://www.gresnews.com/berita/tips/1461012-tips-penyelesaian-sengketa-
bisnis-internasional/

15

Anda mungkin juga menyukai