Jurnal
Jurnal
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka kami mengambil satu pasien
hemofilia A dengan artropati genu bilateral untuk diikuti selama 18 bulan ke
depan.
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RK Nama ayah : Bp. M
Umur/Tanggal lahir: 13 tahun/15 November 2000 Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SLTP
Alamat : Keputran, Kemalang, Klaten Pekerjaan : Buruh
Masuk RS : 29/01/2014 Nama ibu : Ny. SL
No CM : 01.52.02.xx Umur : 34 tahun
Tanggal diperiksa : 07/03/2014 Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2
rawat jalan. Keluhan dapat membaik namun hanya bersifat sementara, dan
kemudian kambuh lagi.
Saat anak berusai 10 tahun, orang tua membawa anak ke RS Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Anak didiagnosis sebagai hemofilia dan dirujuk ke RSUP Dr
Sardjito untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Dari riwayat penyakit keluarga, tidak didapatkan anggota keluarga lain
yang mempunyai riwayat serupa. Anak adalah anak pertama dari 2 bersaudara,
mempunyai seorang adik laki-laki berusia 5 tahun yang sehat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum anak tampak cukup
baik. Tanda vital dalam batas normal. Untuk anggota gerak bawah ditemukan
kontraktur pada lutut kanan dan kiri yang mengakibatkan anak tidak bisa
meluruskan kaki sehingga tidak bisa berjalan. Hasil rontgen yang dilakukan pada
8 April 2011 mengarah pada gambaran artropati hemofilia stadium III-IV (Arnold
Hilgartner).
Diagnosis akhir pada pasien adalah Hemofilia A sedang (moderate)
dengan artropati genu bilateral stadium III-IV (Arnold Hilgartner). Terapi yang
diberikan adalah konsentrat faktor VIII bila terjadi perdarahan (on demand).
Masalah utama pada pasien adalah artropati genu bilateral yang
menyebabkan anak tidak dapat berjalan dan hal ini membatasi aktifitas fisik anak.
Untuk kegiatan sehari-hari anak lebih sering memakai kursi roda. Anak juga
sudah mempunyai kruk untuk latihan berjalan tetapi penggunaannya belum
optimal.
Masalah lain yang ditemukan adalah masalah psikososial dimana dengan
usia 13 tahun, banyak hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh seorang anak
laki-laki misalnya bermain bersama teman-teman sebaya atau berolahraga, tetapi
anak tidak dapat mengalaminya karena keterbatasan fisiknya. Kondisi penyakit ini
dapat mengganggu kesehatan mental sehingga diperlukan penanganan dan
dukungan dari medis maupun keluarga.
C. Tujuan
3
Tujuan pemantauan kasus panjang ini adalah untuk mengamati luaran
klinis jangka panjang anak dengan artropati genu bilateral dan hemofilia A, dan
melakukan intervensi dini terhadap gejala yang muncul dengan harapan dapat
memperoleh luaran yang lebih baik.
Pemantauan jangka panjang pada penderita hemofilia dapat berupa
pemantauan gejala yang mungkin muncul, intervensi terhadap artropati yang
sudah terjadi sehingga dapat diperlambat progresivitasnya, dan mencegah
terjadinya perdarahan sendi dan artropati di sendi lain.
Pemantauan jangka panjang juga diperlukan untuk masalah psikososial
yang sangat mungkin terjadi dimana keterbatasan fisik yang dialami oleh pasien
dapat mengganggu aktifitas sehari-hari, membuat anak merasa rendah diri dan
minder dalam pergaulan sosial, serta berpengaruh pada proses akademik/sekolah
pasien. Semua ini akan mempengaruhi kualitas hidup anak saat ini maupun di
kemudian hari.
D. Manfaat
4
mungkin terjadi (dimana hemartrosis merupakan komplikasi yang paling sering)
dan melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak
secara menyeluruh.
Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah dapat memberikan informasi
tentang hemofilia secara umum dan artropati genu secara khusus sebagai
komplikasi dari hemofilia, dan mengetahui bagaimana progresivitas yang terjadi
serta upaya apa yang dapat dilakukan untuk menangani hal tersebut.