Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TUMOR HIPOFISIS

BLOK SISTEM ENDOKRIN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

Riska Meliyana G1B116009


Siska Hidayanti G1B116010
Marisa Maharti G1B116018
Ayuni Amalina G1B116019
Ria Ramadani W G1B116032
Robbi Mediansyah G1B116033
R Dilha Pradivta G1B116037
Zunnurain G1B116038
Dewi Rara Shinta G1B116039
Mutiarani Mahendra G1B116047
Nelvi Putri G1B116048
Hadi Anggara G1B112031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Tumor Hipofisis” ini dengan baik
walaupun masih terdapat banyak kekurangan didalamnya
Dalam menyelesaikan makalah ini, terdapat beberapa hambatan-hambatan yang kami
alami. Di antaranya, sulitnya mengumpulkan sumber yang akurat . makalah ini, tidak dapat
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalahini masih banyak kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam menyusun makalah
yang akan datang. Kami berharap,makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang tumor hipofisis.

Jambi, 28 Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ...................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ...................................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi ................................................................................................. 3
2.4 Patofisiologi .............................................................................................. 4
2.5 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan ........................................................................................ 7
2.7 Komplikasi ................................................................................................ 9
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................................... 10
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar hipofisis medula merupakan kelenjar yang sangat penting bagi tubuh
manusia, kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium
dan testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang, dan
mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan
di ginjal.

Tumor hipofisis adalah pertumbuhan abnormal yang berkembang di kelenjar pituitari.


Beberapa tumor hipofisis menyebabkan produksi berlebihan pada hormon yang mengatur
fungsi-fungsi penting tubuh. Tumor hipofisis lain dapat membatasi fungsi normal kelenjar
pituitari, menyebabkan kelenjar ini menghasilkan hormon dalam level rendah. Sebagian besar
tumor hipofisis adalah pertumbuhan non-kanker (adenoma). Adenoma tumbuh terbatas pada
kelenjar pituitari atau jaringan sekitarnya dan tidak menyebar ke bagian lain tubuh. Pengobatan
untuk tumor hipofisis bisa ditempuh dengan berbagai pilihan, termasuk menghilangkan tumor,
mengendalikan pertumbuhan dan mengelola kadar hormon dengan obat-obatan.

Penyebab tumor hipofisis masih belum diketahui secara pasti, namun sebagian
besar diperkirakan tumor hipofisis ini merupakan hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel,
sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Sekitar 10% dari seluruh tumor
intrakranial merupakan tumor hipofisis, terutama terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan
insiden yang seimbang pada laki-laki dan wanita. Adenoma hipofisis sering timbul pada lobus
anterior hipofisis, pada lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi, tumor ini biasanya jinak.
Tumor pada kelenjar ini akan memberikan gejala oleh karena adanya efek masa atau
gangguan produksi hormon pada penderitanya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana
konsep dari Tumor Hipofisis dan bagaimana pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien yang menderita Tumor Hipofisis ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah blok persepsi sensori tentang
“Tumor Hipofisis”. Selain itu dari kelompok kami sendiri berharap semoga makalah yang
kami buat ini dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menambahkan pengetahuan bagi
pembaca khususnya pada mahasiswa keperawatan baik dalam ruang lingkup mahasiswa
Universitas Jambi maupun akademika lainnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Adenoma hipofisis adalah tumor jinak yang tumbuh dari sel – sel adenohipofisis yang mengisi
ruang sella dan suprasella. Tumor disebut fungsional bila menyebabkan peningkatan produksi hormon
hipofisis anterior, dan disebut nonfungsional bila tidak terjadi peningkatan hormon hipofisis anterior
atau bahkan terjadi penurunan produksi.

2.2. Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil dari
perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Cacat genetik,
sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat
ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil
penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada
pria merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang
menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma, dan kanker
pencernaan.

2.3. Klasifikasi
Berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan dibedakan menjadi 2
jenis yaitu :

a. Adenoma Hipofisis Non Fungsional (Tidak Memproduksi Hormon)

Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya muncul
pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan
padalaki-laki daripada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell tumor,
undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini tidak
memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala apa-
apa. Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang
sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid
walaupun bisa ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.

3
b. Adenoma Hipofisis Fungsional Yang Terdiri Dari :
1. Adenoma yang beresekresi prolactin
2. Adenoma yang bersekresi Growth Hormon (GH)
3. Adenoma yang bersekresi Glikoprotein (TSH,FSH,LH)
4. Adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormone (ACTH)

Tumor yang berasal dari bagian ini akan memproduksi secara berlebihan beberapa
atau salah satu dari hormon mpoptida, jika ini terjadi maka dinamakan fungsional atau
secreting adenoma. Adanya adenoma kelenjar hipofisis anterior bisa dideteksi dengan
melihat aktifitas endokrin dan dengan immunohisto chemical staining. Ada juga
klasifikasi dari buku medikel bedah yaitu : Eusinofil Basofil Kromopom.

Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology :

1. Grade 0 : Tumor tidak terlihat secara radiologi


2. Grade I & II : Adenoma yang terbatas dalam sella turcica
3. Grade II & IV : Adenoma yang menginveksi daerah sekitarnya

Berdasarkan penyebaran tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam subklasifikasi


sebagaiberikut :

1. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke supracell


2. D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus
3. E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intracranial

2.4.Patofisiologi
Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal, yang timbul
dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis merupakan proses
multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan produksi
hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor.
Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel
tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel.

Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat untuk
mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik ditemukan pada adenoma hipofisis
sesuai dengan proses neoplastik multi step. Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi

4
protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53, 14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang
tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis.

Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya


hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor
transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi dasar bFGF,
sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh
estrogen.

Pathway
Adenoma

(tumor hipofisis jinak)

Sel tumbuh abnormal

Fungsi organ terhambat

Hipotalamus

mensekresikan hormon
pertumbuhan

Pertumbuhan tulang yang


berlebihan

gigantisme

Tulang mengalami Jaringan membesar Kurang pengetahuan Pertumbuhan


kelainan pada tungkai dan berlebihan pada tulang
lengan rahang (mandibula) &
lidah membesar
Tubuh menjadi
MK: Perubahan proses
semakin tinggi keluarga
peradangan tungkai
dan lengan
Kesulitan makan
Perubahan
penampilan fisik
Kelemahan pada
tungkai dan lengan Intake makan

MK: Gangguan body


image
MK: Gangguan MK: pola nutrisi
mobilitas fisik kurang dari kebutuhan

5
2.5.Manifestasi Klinis Sinusitis
1. Adenoma Hipofisis non fungsional:
a. Nyeri kepala
b. Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma optikum,
timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang
terletak pada aspek inferior dari chiasma optikum melayani lapang pandang bagian
temporal superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang
pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil akan menjai atrophi.
c. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang
progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun berupa:
1) Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
2) Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
3) Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan.

2. Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional


a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
1) Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe, kemandulan
dan osteoporosis.
2) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya sexual yang
menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki biasanya
ditemukan jika sudah menimbulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan.
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
1) Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara
kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena
efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya.
2) Lalu timbul visceromegali
3) Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan
subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari,
bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena hubungannya dengan
keganasan pada kolon.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH) Kecuali untuk tumor yang
bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :

6
1) Hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang
spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru
ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya seperti
chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
2) Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves disease,
graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat resistensi
yang efektif terhadap hormon tioid yang menyebabkan pengaruh umpan balik
negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH.
Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, iniyang
membedakan dengan hipertiroid akibat adanya adenoma.
3) Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai wanita,
gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar serum
immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
1) Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
2) Khas ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme
(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne,
striaeabdominal, buffallo hump dan moon facies. Kelainan endokrinologik yang
berat ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan
dalam mendeteksi dan identifikasi sumbernya.

2.6.Penatalaksanaan
1. Pengobatan.
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsidan
penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah spesimen darah diagnostic
telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah sangat penting. Steroid
penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode perioperatif. Tujuan
perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor
endokrinaktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat
penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat
dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara
medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek
massa bertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun
bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal

7
debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko kekambuhan atau
keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi harus
diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala
atau MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan.

2. Pembedahan
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur pilihan
untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,dan
transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan lengkap
bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar.

3. Terapi radiasi
melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau kekambuhan. Standar teknik
radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang menentangsejajar dengan bidang
koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal.
Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum,
pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi
mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya setelah brutototal reseksi,
kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang visual dan menahan
radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth.

8
2.7.Komplikasi
1. Adenoma akan bermetastase pada organ lain yang akan menimbulkan kanker dan organ
yang terdekat dapat diserang adalah otak yang mengakibatkan menjadi tumor ataupun
kanker otak
2. Hypotiroidism : kerusakan kelenjar tiroid dimana kelenjar berhenti memproduksi
jumlah normal hormon
3. Hypoadrenalism : proses patologis hormon korteks adrenal yang tidak memadai untuk
mempertahankan kehidupan normal
4. Hypogonadism : kondisi tubuh (testikel) tidak memproduksi cukup hormon testoteron

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor hipofisis adalah tumor jinak yang tumbuh dari sel-sel adenohipofisis yang
penyebabnya tidak diketahui, dapat karena perubahan DNA pada sat sel. Tumor hipofisis dapat
di bedakan menjadi beberapa antara lain: berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis (adenoma hipofisis fungsional dan non fungsional), berdasarkan gambaran radioogi
(grade 0, grade IdanII, grade III dan IV).

Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa nyeri kepala, gangguan lapang pandang, ganggan
fungsi hipofisis, kemandlan, osteoporosis, adenoma. Penatalaksanaan tumor hipofisis dapat
berupa pengobatan, pembedahan, dan terapi radiasi. Tumor hipofisis dapat menyebabkan
komplikasi seperti kanker, hypotiroidism, hypoadrenalism, hypogonadism.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan.

10
Asuhan Keperawatan Tumor Hipofisis

1. Pengkajian

A. Pengkajian (DS dan DO)

Ds:

 Klien mengeluh nyeri kepala


 Klien mengeluh pandangannya ganda dan kabur
 Klien mengeluh nyeri wajah
 Klien mengeluh cepat lelah
 Klien mengeluh menstruasi berhenti sebelum waktunya
 Klien mengalami penurunan libido
Do:

 Lapang pandang klien berkurang


 Pupil athropi
 Klien tampak lemah
 Klien tampak pucat
 Klien tampak mengalami gigantisme atau akromegali
 Klien mengalami moon face, buffalo hump
 Klien mengalami hipertensi
 Kulit klien tampak gosong
 Tampak striae abdominal
 Tinggi badan klien melebihi normal
 BB klien
 Semua proporsi tubuh klien tampak membesar
 Klien tampak tidak mampu mengangkat tangan dan kaki (kelemahan otot)
 Rambut klien tampak halus dan jarang
 Kulit klen tampak kering dan lunak

11
B. Pengkajian sekunder
a) Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai
insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b) Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur
atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan oleh
tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia,
perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.

c) Riwayat penyakit sekarang


Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan
kabur.
d) Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji
apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
e) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.

C. Pemeriksaan fisik

Inspeksi :

klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh
(jika timbul saat usia dini)

Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada


ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
dewasa)

Kulit klien tampak pucat

Terdapat penumpukan lemak di punggung, wajah.

Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)

12
Tampak atropi pada pupil

Klien tampak susah membedakan warna

Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot

Palpasi:

Terdapat nyeri kepala

Terdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas 444 dan ekstremitas bawah
444

D. Pemeriksaan diasnostik
Adenoma Hipofisis non fungsional:

a. pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik
maka pada lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter
AP dari kelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing,
sedang pada yang lainnya normal < 9 masing-masing.
b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak
lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih
baik.
c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi dari
kelenjar hipofisis.

Adenoma Fungsional
a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml
terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin
berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis
karena operasi).

13
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang berupa
cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1 ng/ml, pada
penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada penderita
biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya,
karena kadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya
0,67 U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH
akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan
penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau
TRH perdarahan infus akan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak.
Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika
dengan MRI tidak terdapat sesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik
dari GH.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoid unit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga
hormon,sedangkan beta subarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit
atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit. Pada tumor ini terdapat peninggian
kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun pada adenoma non fungsional 22% kadar
alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat. MRI dengan gadolinium, pada
pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma yang satu dengan yang
lainnya
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
 CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari
adenihipofisis, ACTH akanmeningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari
adrenal cortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan
ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara
klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya
dalam urine digunakan untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal.
Cushing’s syndroma secara klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan
etiologinya.

14
 Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun
dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa
dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau
sumber keganasan ektopi.
 Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan test
perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada
aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s
disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi
menentukan bagian hipofisis yang mana yang memproduksi hipersereksi
ACTH.

2. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas


a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
b. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor
hipofisis
c. Gangguan sensori penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma
optikum
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolic ( hipermetabolik )
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan
sekresi ADH
f. Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
g. Risiko jatuh berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

15
3. Perencanaan keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus ditandai


dengan klien mengatakan kepalanya nyeri, klien tampak meringis klien mengatakan
skala nyeri 5

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan pasien

 melaporkan nyeri berkurang,

 klien tampak tidak meringis lagi,

 skala nyeri bahkan hilang (skala nyeri 0)

Intervensi Rasional

Mandiri 1. Mengetahui tingkat nyeri yang


dirasakan klien
1. Kaji tingkat nyeri klien
2. Air hangat dapat mengurangi rasa
2. Kompres dengan air hangat
nyeri
3. Anjurkan untuk melakukan aktivitas
3. Mengalihkan Nyeri klien
pengalih
Kolaborasi

1. Pemberian analgesik
1. Mengurangi rasa nyeri

b. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor


hipofisis ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (diatas 36-37,5), kulit tampak
kemerahan, klien mengeluhkan badannya panas.

16
Kriteria hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan klien
tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Dengan kriteria hasil :

 suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 – 37,50 C),

 kulit klien tidak tampak kemerahan,

 klien tidak mengeluhkan panas lagi

Intervensi Rasional

1. Pantau suhu tubuh pasien (derajat 1. Demam biasanya terjadi karena


dan pola) perhatikan adanya proses inflamasi tetapi mungkin
menggigil. merupakan komplikasi dari
kerusakan pada hipotalamus.

2. Pantau suhu lingkungan.Batasi


2. Suhu ruangan/jumlah selimut harus
penggunaan selimut.
diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.

3. Berikan kompres hangat jika ada


demam. Hindari penggunaan 3. Kompres air hangat menyebabkan
alkohol. tubuh dingin melalui proses

4. Pantau masukan dan haluaran. Catat konduksi.

karakteristik urine, turgor kulit, dan 4. Hipertermia meningkatkan

membrane mukosa. kehilangan air tak kasat mata dan


meningkatkan resiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran
menurun /munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui
oral.

5. Kolaborasi :
5. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya pada

17
Berikan antipiretik, misalnya ASA hipotalamus, berguna juga untuk
(aspirin), asetaminofen (Tylenol). membatasi pertumbuhan organism
dan meningkatkan autodestruktif
dari sel-sel yang terinfeksi.

c. Gangguan sensori penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma


optikum ditandai dengan klien mengatakan pandangannya kabar dan ganda
Kriteria Hasil : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan
 Penurunan tajam dan lapang pandang klien tidak semakin memburuk,
 Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan
hilang.

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya ptosis, diplopia, 1. Dapat mengidentifikasi penyebab


gerakan bola mata dan visus. keluhan dan mengetahui besar tajam
serta lapang pandang penglihatan
klien.

2. Kaji fungsi saraf III, IV, VI, VII. 2. Menentukan adekuatnya saraf
cranial yang berhubungan dengan
kemampuan pergerakan mata.

3. Gunakan obat tetes mata dan 3. Memberikan lubrikan dan


pelindung. melindungi mata.
4. Orientasikan pasien pada 4. Mengenali lingkungan.
lingkungan sekitar sebagaimana
kebutuhan.
5. Dapat mengurangi atau
5. Tutup kedipan cahaya yang tidak
menghilangkan factor-factor
penting dengan selotip atau pita,
penunjang dan mengurangi
gunakan cahaya yang redup
pandangan kilauan dari lingkungan
luar.

18
malam hari, dorong menggunakan
penutup mata.

d. Resiko Jatuh
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, mencegah
terjadinya risiko jatuh

Kriteria hasil :

 Mempertahankan keseimbangan ketika berdiri

 Postur mencapai skala 5

Intervensi Rasional

1. Identifikasi kebutuhan 1. Menentukan tingkat safety klien


keamanan pasien dari fisik, 2. Mencegah klien dari bahaya
fungsi kognitif dan kebiasaan 3. Mencegah klien jatuh
perilaku pasien. 4. Meningkatkan safety lingkungan
2. Identifikasi bahaya untuk menurunkan resiko jatuh
keselamatan pasien di 5. Membatasi pergerakan klien yang
lingkungan (ex: fisik, biologis, dapat meningkatkan resiko jatuh
kimia). 6. Mempercepat klien meminta
3. Hilangkan risiko dari bantuan ketika terjadi jatuh
lingkungan jika 7. Agar klien mengetahui keadaan
memungkinkan. lingkungan dan factor yang dapat
4. Modifikasi lingkungan untuk menyebabkan resiko jatuh
meminimalkan resiko dan
bahaya.
5. Gunakan alat pelindung (mis.
Pegangan samping, pintu

19
tertutup, gerbang) untuk
keterbatasan mobilitas fisik.
6. Memberikan pasien nomor
telepon darurat (ex: departemen
kesehatan terdekat, polisi, dll).
7. Edukasi mengenai risiko tinggi
individu dan kelompok tentang
risiko lingkungan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley. 2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku Untuk Perawat
Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.

Rumahoro, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta :
EGC.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosa, dan
Evaluasi. Jakarta : EGC.

Wise, Peter H. 1993. Atlas Bantu Endokrinologi. Jakarta : Hipokrates.

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3. EGC : Jakarta.

Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-
proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI : Jakarta.

21
22

Anda mungkin juga menyukai