Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Irigasi

Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang

tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman (Linsley, Franzini,

1992).

Secara umum pengertian irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk

keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman

(Hansen, dkk, 1990).

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi,

bangunan irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut :

a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk

menunjang pertanian.

b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu

kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari

penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya.

c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu

jaringan irigasi.

d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

2.2 Pola Tanam

Pada umumnya, pola tanam di suatu daerah irigasi harus di atur sedemikian

rupa agar waktu panen dan menanam menjadi teratur. Pola tanam ialah susunan

rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun. Terbatasnya


persediaan air adalah alasan yang mempengaruhi penyusunan pola tanam dalam

satu tahun (Suryadi, 2011).

Pada saat ini sebagian besar area lahan pertanian di daerah studi merupakan

lahan yang kurang produktif. Pola penanaman yang ada hanya berdasarkan

pengalaman petani, padi di tanamam dua kali setahun dan palawija sekali setahun

karena menggunakan varietas lokal dengan cara penanaman tradisional dengan

produksi 6 ton per hektar.

2.3 Waduk

Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang

memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan

berhubungan langsung dengan sungai utama yang mengairinya. Waduk umumnya

memiliki kedalaman 16 sampai 23 kaki (5-7 m) (Shaw et al., 2004). Menurut

Perdana (2006) waduk merupakan badan air tergenang (lentik) yang dibuat dengan

cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk awal

dasar sungai. Berdasarkan pada tipe sungai yang dibendung dan fungsinya, dikenal

tiga tipe waduk, yaitu waduk irigasi, waduk lapangan dan waduk serbaguna.

Waduk irigasi berasal dari pembendungan sungai yang memiliki luas antara

10–500 ha dan difungsikan untuk kebutuhan irigasi. Waduk lapangan berasal dari

pembendungan sungai episodik dengan luas kurang dari 10 ha, dan difungsikan

untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar waduk.

2.4 Kondisi Eksisting

Daerah irigasi Bruwok Bawah adalah salah satu daerah irigasi yang berada di

Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Daerah irigasi

Bruwok Bawah memiliki luas 990 ha. Pengamatan daerah irigasi Bruwok Bawah

berada dalam pengawasan UPT Wilayah Pilangkenceng.


Daerah irigasi Bruwok Bawah dalam realitanya menggunakan pengairan yang

bersumber dari waduk Saradan. Waduk Saradan rata-rata dialiri dengan debit 0.132

m3/dtk yang nantinya debit ini akan digunakan untuk mengaliri seluruh petak sawah

yang ada di Daerah Irigasi Bruwok Bawah. Adaput detail debit tersedia sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Debit Tersedia Tahun 2016 (m3/dtk)

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Data 0.1 0.1 0.14 0.14 0.13 0.13 0.11 0.11 0.11 0.12 0.13 0.13
45 46 6 2 7 7 7 3 7 1 0 0
Sumber: Hasil Perhitungan

Pola tata tanam yang akan dilaksanakan harus berdasarkan rencana tata tanam

yang telah ditetapkan oleh Panitia Irigasi Kabupaten Madiun. Diusahakan dalam

satu petak kwarter/blok ditanam satu jenis tanaman, dengan waktu mulai tanam

serta tutup tanamnya serentak.

Macam pola tanam adalah sebagai berikut:

- Bila air yang tersedia cukup: Padi – Padi – Padi, atau Padi – Padi – Palawija.

- Bila air yang tersedia sedang: Padi – Padi – Bero, atau Padi – Palawija I –

Palawija II.

- Bila air yang tersedia kurang: Padi – Palawija – Bero

Pada irigasi yang airnya cukup dan sedang, sering dijumpai tanaman tebu,

maka pola tanamnya mengikuti pola tanam tiga tahun yaitu: Padi – Tebu I – Tebu II

– Palawija. Biasanya luas tanaman tebu baru (Tebu I) setiap tahunnya dibatasi

hanya 1/3 dari areal masing-masing daerah irigasi kecil/petak tersier sehingga

terjadi perputaran/rotasi tanaman tebu yang disebut “glebagan”.


2.1 Ketersediaan Air

2.1.1 Umum

Debit andalan merupakan debit dari suatu sumber air (misalnya: sungai) yang

diharapkan dapat disadap untuk keperluan irigasi (SPI KP-1 : 1986). Misalnya

ditetapkan debit andalan 80% berarti akan dihadapi resiko adanya debit-debit yang

lebih kecil dari debit andalan sebesar 20% pengamatan (Soemarto, CD : 1987).

Dengan demikian diharapkan debit tersebut cukup untuk keperluan penyediaan air.

Debit andalan pada tugas akhir ini dihitung berdasarkan data yang tersedia

ialah data debit waduk saradan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2016. Data

debit tersebut akan digunakan sebagai patokan ketersediaan debit yang masuk ke

jaringan irigasi.

2.1.2 Analisis Basic Years dan Basic Months

Analisis Basic Months adalah analisa perhitungan debit dengan menggunakan

data minimum bulanan dan analisis Basic Years adalah analisa perhitungan debit

menggunakan data rata-rata tahunan (Ir. Tuti Sutiarsih. 2010), dalam penerapan

dapat digunakan antara analisis basic months atau analisis basic years. Dan di

penelitian ini, peneliti menggunakan analisis Basic Months, sehingga debit

minimum perbulan pertahun yang akan di analisis guna menentukan bulan dalam

tahun acuan adapun langkah yang harus di lakukan yaitu:

a. Menentukan data debit debit perbulan pertahun

b. Urutkan data dari besar ke kecil

c. Hitung Probabilitasnya
Dalam menentukan probabilitas debit, akan digunakan metode Weibull yang

secara matematis probabilitas dirumuskan sebagai berikut :


𝑚
𝑃(%) = 𝑥 100%…..……………………………………………..(2.1)
𝑛+1

Dengan :
P(%) = Probabilitas Keandalan (%)
m = Nomor urut data
N = Jumlah data dalam analisis

Debit andalan dalam analisis Irigasi digunakan debit andalan 70% sampai

dengan 90%. Di dalam penelitian ini digunakan debit andalan 80% dari debit

inflow yang tersedia bendung Kedung Kandang berarti mempunyai resiko adanya

debit-debit lebih kecil dari debit andalan tersebut sebesar 20% banyaknya

pengamatan. Dalam studi ini pengolahan debit andalan berdasarkan debit inflow

pada bendung Kedung Kandang, sehingga dalam studi ini nilai debit yang memiliki

probabilitas 80% dijadikan debit andalan pada tahun perencanaan.

2.5 Kebutuhan Air

2.5.1 Umum

Kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi dapat ditentukan oleh factor -

faktor sebagai berikut (Mawardi Erman 2007:103) :

a. Cara penyiapan lahan.

b. Kebutuhan air untuk tanaman.

c. Perlokasi dan rembesan.

d. Pergantian lapisan air.

e. Curah hujan efektif.


Besarnya kebutuhan air dapat ditentukan berdasarkan tenaga kerja yang

menangani usaha tani. Keterampilan kerja petani diperoleh melalui pendidikan dan

keterampilan turun menurun. Dengan adanya tenaga kerja yang terampil, petani

diharapkan dapat mengerjakan lahan pertaniannya dengan baik. Besarnya

kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman dan

bergantung pada cara pengelolaan lahan.

2.5.2 Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan

maksimum air pada suatu proyek irigasi. Faktor penting yang menentukan besarnya

kebutuhan air untuk penyiapan lahan ialah:

a) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan

b) Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan

Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan, digunakan

metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode ini

didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama penyiapan lahan dan

menghasilkan rumus berikut :

𝐼𝑅 = 𝑀 . 𝑒 𝑘 /(𝑒 𝑘 − 1) ........................................................................... (2.2)

Dimana:

LP : Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah (mm/hari)

M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di

sawah yang telah dijenuhkan : M = Eo + P

Eo : Evaporasi air terbuka (mm/hari) = ETo x 1,10

P : Perkolasi (mm/hari) (Tergantung tekstur tanah)


k : MT/S

T : Jangka waktu penyiapan tanah ( hari )

S : Kebutuhan air (untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200

+ 50 = 250 mm)

Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan

lahan diambil 200 mm. Setelah transplantasi selesai, lapisan air disawah akan

ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan

menjadi 250 mm unutk penyiapan lahan dan lapisan air awal setelah transplantasi

selesai. Bila lahan telah dibiarkan bera selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan

atau lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300

mm, termasuk 50 mm untuk pengenangan setelah transplantasi (SPI KP-1:1986).

2.6.3 Evapotranpirasi

Peristiwa evaporasi dan transpirasi yang terjadi bersama-sama disebut

evapotranspirasi. (Wiyono, Agung : 2000). Evapotranspirasi tanaman acuan

adalah evapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan, yakni rerumputan pendek,

ET0 adalah kondisi evaporasi berdasarkan keadaan-keadaan meteorology seperti:

a. Temperature

b. Sinar matahari (radiasi)

c. Kelembaban

d. Angin

Sendainya data-data meteorology untuk daerah tersebut tidak tersedia maka,

harga-harga ET0 boleh diambil sesuai dengan daerah disebelahnya. Keadaan-

keadaan meteorology hendaknya diperiksa dengan seksama agar transposisi data


demikian dapat dijamin keandalannya. Keadaan-keadaan temperature,

kelembapan, angina dan sinar matahari diperbandingkan.

Penggunaan konsumtif dihitung secara tengah-bulanan, demikian pula

harga-harga evapotranspirasi acuan. Setiap jangka waktu setengah bulan harga

ET0 ditetapkan dengan analisis frekuensi. Untuk ini distribusi normal akan

diasumsikan.

2.6.4 Koefisien Tanaman

Harga-harga koefisien tanaman akan di sajikan pada tabel dibawah ini

Tabel 2.2 Koefisien tanaman padi

Nedco/Prosida FAO
Bulan
Varietas Varietas Varietas Varietas
Biasa Unggul Biasa Unggul

0,5 1,20 1,20 1,10 1,10


1 1,20 1,27 1,10 1,10
1,5 1,32 1,33 1,10 1,05
2 1,40 1,30 1,10 1,05
2,5 1,35 1,30 1,10 0,95
3 1,24 0 1,05 0
3,5 1,12 0,95
4. 0 0

Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi, KP – 01


Tabel 2.3 Koefisien tanaman palawija

Setengah Koefisien Tanaman


Bulan ke Kedelai Jagung Kac. Tanah Bawang Buncis Kapas
1 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
2 0,75 0,59 0,51 0,51 0,64 0,50
3 1,00 0,96 0,66 0,69 0,89 0,58
4 1,00 1,05 0,85 0,90 0,95 0,75
5 0,82 1,02 0,95 0,95 0,88 0,91
6 0,45 0,95 0,95 1,04
7 0,55 1,05
8 0,55 1,05
9 1,05
10 0,78
11 0,65
12 0,65
13 0,65
Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi, KP - 01

Tabel 2.4 Koefisien tanaman tebu

Umur Tanaman Tahap RH < 70% (min) RH < 20% (min)


12 24 Pertumbuhan Angin Angin Angin Angin
Bulan Bulan kecil – kencang kecil – kencang
sedang sedang
0-1 0-2,5 Saat tanam s.d 0,35 0,60 0,40 0,45
0,25 rimbun*)
1-2 2,5-3,5 0,25-0,5 0,8 0,85 0,75 0,80
rimbun
2-2,5 3,5-4,5 0,5-0,75 0,90 0,95 0,95 1,00
rimbun
2,5-4 4,5-6 0,75 – rimbun 1,00 1,10 1,10 1,20
4-10 6-17 Penggunaan air 1,05 1,25 1,25 1,30
puncak
10-11 17-22 Awal berbunga 0,80 0,95 0,95 1,05
11-12 22-24 Menjadi masak 0,60 0,70 0,70 0,75
Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi, KP – 01
Keterangan
*) rimbun = full canopy = mencapai tahap berdaun rimbun
2.6.5 Perkolasi

Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Dari hasil

penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi

serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan

dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah

juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui

tanggul sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan

genangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Di daerah dengan kemiringan diatas

5 %, paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.

2.6.6 Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan

dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhannya. Curah hujan efektif ini

dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi

tanaman, perkolasi dan lain-lain. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh

tanaman tergantung pada jenis tanaman.

Besarnya curah hujan yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan air, sehingga dapat memperkecil debit yang diperlukan dari pintu

pengambilan. Mengingat bahwa jumlah curah hujan yang turun tersebut tidak

semuanya dapat dipergunakan untuk tanaman dalam pertumbuhannya, maka disini

perlu diperhitungkan dan dicari curah hujan efektifnya.

Untuk irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah

hujan minimum tengah-bulanan dengan periode ulang 5 Tahun.

1
𝑅𝑒 = 0,7 𝑥 10
𝑅 (𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛)5………………….....………….(2.3)
Dengan
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
R (setengah = curah hujan minimum tengah bulanan dengan
bulanan)5 periode ulang 5 tahun./mm

2.7 Neraca Air

Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan untuk

pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan untuk setiap

setengah bulan dan luas areal sawah yang bisa diairi.

Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah irigasi adalah tetap, karena

luas maksimum daerah layanan dan perencanaan akan direncanakan sesuai dengan

pola tanam yang dipakai,

Kondisi yang ada di daerah Kedung Kandang pada sat ini adalah ketersediaan

debit air melebihi dari kebutuhan air yang direncanakan sehingga terjadi

pelimpahan air pada bendung intake. Sehingga perlu dimaksimalkan dalam

penggunaan air yang nanti diharapkan ketersediaan air dapat mendekati kebutuhan

air.

2.6 Pola Tanam

Pola tanam adalah pembakuan dari pada jenis tanaman yang harus ditanam

pada suatu lahan serta periode musim tanam tertentu. Tanaman dalam suatu areal

dapat diatur menurut jenisnya yaitu monokultur, campuran, dan bergilir. Pola tanam

monokultur yaitu menanam tanaman sejenis pada satu areal tanam. Pola tanam

campuran yaitu beragam tanaman ditanam pada satu areal. Pola tanam bergilir yaitu

menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis tanaman pada berbeda di areal

yang sama.
Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan

produktivitas lahan. Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan ketrampilan yang

baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Pola

tanam merupakan gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan

dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang

mempengaruhi pola tanam:

a. Ketersediaan air dalam satu tahun

b. Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut

c. Jenis tanah setempat

d. Kondisi umum daerah tersebut

e. Kebiasaan dan kemampuan petani setempat

Tujuan pola tanam adalah memanfaatkan persediaan air irigasi seefektif

mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan tujuan dari

penerapan pola tanam adalah sebagai berikut:

a. Menghindari ketidak seragaman tanaman.

b. Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha

pengelolaan air irigasi.

c. Peningkatan efisiensi irigasi.

d. Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu.

e. Peningkatan hasil produksi pertanian.

Penentuan jenis pola tanam disesuaikan dengan debit air yang tersedia pada

setiap musim tanam. Jenis pola tanam suatu daerah irigasi dapat digolongkan

menjadi:

a. Padi – Padi

b. Padi – Padi – Palawija


c. Padi – Palawija – Palawija

2.7 Pemberian Air

Pemberian air irigasi adalah penyaluran alokasi air dari jaringan utama ke

petak tersier dan kuarter (Peraturan Pemerintah tahun 2001). Ditinjau dari cara

pemberian air, jaringan irigasi dibedakan menjadi empat macam cara yaitu :

a. Jaringan irigasi permukaan (aliran yang diambil melalui sungai, danau,

dan sumber air lainnya kemudian dialirkan ke petak-petak sawah).

b. Jaringan irigasi air tanah dalam (menggunakan sumur bor/resapan,

dengan cara memompa air tersebut dengan pompa air kemudaian

dialirkan ke petak-petak sawah).

c. Jaringan irigasi sistem pantek atau pancaran dengan menggunakan alat

sprinkler.

d. Jaringan irigasi dengan cara tetesan (trickle irrigation), yaitu sistem

irigasi dengan memakai pipa-pipa yang ditempatkan pada tempat

tertentu sebagai jalan keluarnya air dengan cara menetes di atas tanah.

Walaupun pada kenyataannya irigasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat,

tetapi masyarakat sering mengabaikan pemeliharaan akan bangunan fisik irigasi,

sehingga sering timbul permasalahan-permasalahan. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini akan diupayakan peningkatan efisiensi jaringan irigasi air

permukaan dalam memenuhi kebutuhan air pada areal pertanian.

Keberadaan jaringan irigasi dari memberikan beberapa keuntungan bagi

penduduk di Daerah Irigasi Kedung Kandang, yaitu :

a. Memudahkan petani dalam mengairi lahan pertanian tanpa harus

menunggu musim penghujan.


b. Mendukung program intensifikasi pertanian tanaman padi atau tanaman

palawija yang peningkatannya sangat signifikan dalam bentuk tabel

prosentase.

2.8 Saluran Irigasi


Berdasarkan Erman Mawardi (2007:10) pada sistem irigasi teknis, menurut

letak dan fungsinya, saluran dibagi menjadi empat :

a. Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan utama

sampai bangunan akhir.

b. Saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari saluran pembagi

pada saluran primer sampai bangunan akhir.

c. Saluran tersier adalah saluran yang berfungsi mengairi satu petak tersier,

yang mengambil airnya dari saluran sekunder atau saluran primer.

d. Saluran kuarter yaitu saluran di petak sawah dan mengambil air secara

langsung dari saluran tersier.

2.9 Efisiensi Irigasi


Efisiensi merupakan persentase perbandingan antara jumlah air yang dapat

digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang dikeluarkan dari

pintu pengambilan. Air yang diambil dari sumber air yang dialirkan ke areal irigasi

tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi

kehilangan air. Agar air yang sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang

direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih besar

dari kebutuhan. Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya jumlah air

yang hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.


Tabel 2.2 Tabel Efisiensi

Jaringan Efisiensi Irigasi (%)


Primer 80
Sekunder 90
Tersier 90
Total EI 65
3 Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP – 01 : 1986

Rumus yang digunakan untuk menentukan efisiensi pemberian air (water

aplicatiaon efficiency) dari saluran primer ke petak sawah, sebagai berikut :

E = Asa/Adb x 100%............................................................................ (2.4)

Dengan :

E = Efisiensi pemberian air

Asa = Air yang sampai di areal irigasi, dan

Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap

2.11 Produktivitas Tanaman

Dalam upaya meningkatkan produktivitas pemerintah membuat kebijaksanaan

perangsang berproduksi, yaitu dengan kebijakan harga dan non harga. Kebijakan

harga seperti penetapan harga dasar yang dimaksudkan untuk merangsang petani

melakukan usaha taninyadengan baik. Sedangkan kebijaksanaan non harga yaitu

dengan membangun Koperasi Unit Desa (KUD) atau kios-kios saprodi di sentra-

sentra produksi atau dekat dengan tempat tinggal petani agar sarana produksi seperti

pupuk, bibit dan obat-obatan (pestisida) lebih cepat tersedia pada saat dibutuhkan

serta memudahkan petani untuk memasarkan produksinya.


Tersedianya sarana atau faktor produksi atau input belum berarti produktivitas

yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usaha

taninya secara efisien adalah upaya yang sangat penting (Soekartawi, 1993).

Secara umum produktivitas dipengaruhi oleh kendala biologi dan kendala

sosial ekonomi. Kendala biologi yaitu disebabkan perbedaan varitas, adanya

tumbuhan pengganggu, serangan hama dan penyakit, perbedaan kesuburan tanah

dan sebagainya. Kendala sosial ekonomi yaitu perbedaan besarnya biaya dan

penerimaan usaha tani, kurangnya biaya usaha tani yang diperoleh dari kredit, harga

produksi, kebiasaan dan sikap, kurangnya pengetahuan, tingkat pendidikan petani,

adanya faktor ketidakpastian, resiko berusaha tani dan sebagainya.

Produktifitas tanaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

menurut bentik produk dari setiap tanaman padi, jagung, dan tebu yang diambil

berdasarkan luasan yang dipanen/ditanam yang menghasilkan pada tiap

periodenya. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwasanya untuk menghitung

produktifitas tanaman perlu diketahui luasan petak sawah yang digunakan untuk

menentukan jumlah hasil panen dan nantinya dari hasil panen itu akan diketahui

nilai rupiah (Rp) dari masing-masing produk.

Untuk masing-masing produktifitas tanaman, Daerah Irigasi Bruwok Bawah

mengambil acuan di kecamatan terdekat yaitu kecamatan Saradan. produktifitas

tanaman disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.6 produktifitas dan harga jual pertanian


Tanaman Produktifitas Harga Jual
Padi 7.78 ton/ha Rp 4.500/kg
Jagung 5.08 ton/ha Rp 3.500/kg
Kedelai 15.81 ton/ha Rp 6.000/kg

Anda mungkin juga menyukai