Tata Cara Pengukuran Air Limbah
Tata Cara Pengukuran Air Limbah
Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Rumah Tangga Non Kakus ini disusun sebagai acuan/pedoman dalam
pengoperasian dan pemeIiharaan instalasi pengolahan air limbah rurnah tangga non kakus.
Kami menyadari bahwa petunjuk teknis ini masih ada kekurangan dalam penyajiannya untuk
itu kami mohon saran dan masukan kepada para pembaca sekalian bagi penyempurnaan
petunjuk teknis ini.
Dengan tersusunnya petunjuk teknis ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat bagi masyarakat luas dalam penerapan teknologi air
limbah khusunya limbah rumah tangga non kakus.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1 Ruang lingkup
2 Acuan
3 Istilah dan definisi
4 Persyaratan- persyaratan
4.1 Persyaratan umum
4.2 Persyaratan teknis
4.2.1 Diagram alir instalasi
4.2.2 Cara kerja instalasi
4.2.3 Pemeliharaan instalasi
4.2.3.1 Peralatan
4.2.3.2 Tenaga pelaksana
4.2.3.3 Tata cara pemeliharaan
4.2.4 Pemanfaatan effluent
Pendahuluan
Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Tangga Non Kakus ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan operasional dan
pemeliharaan instalasi.
Tata cara ini bertujuan untuk memberikan persyaratan dan ketentuan teknis dalam
Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non
Kakus sehingga effluen yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
1 Ruang lingkup
Tata cara ini memuat persyaratan umum dan persyaratan teknis mengenai tata cara
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi pengolahan air lirnbah non kakus model hybrid
yang berkapasilas 2 m3/hari atau cakupan pelayanan 4 Kepala Keluarga (16 — 20 jiwa).
2 Acuan normatif
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2000 : “Pengembangan Model
Pengendalian Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus di Perkotaam sebelum ke Badan Air
Penerima”, Balitbang PU, Bandung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 1998 : “Pengkajian Baku Mutu Air
Limbah Rumah Tangga”, Balitbang PU, Bandung.
3.2
pencemaran
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
3.3
air limbah non kakus
air limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas mandi, cuci dan masak.
3.4
effluen
aliran air keluar dari suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga.
3.5
media adsorpsi
tempat terjadinya proses penyerapan pada bagian permukaan.
4 Persyaratan-persyaratan
4.1 Persyaratan umum
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengoperasian dan pemeliharaan instalasi
pengolahan air limbah rumah tangga non kakus adalah sebagai berikut:
1) instalasi sudah terpasang dan berfungsi dengan baik;
2) tersedianya tenaga pelaksana;
3) tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan;
4) memiliki jadual pemeriksaan rutin, dan
5) tersedianya perlengkapan yang diperlukan.
SKEMA 1
Cara kerja instalasi pengolahan air limbah rumah tangga non kakus
Tabel 1
Tata cara perawatan dan pemeliharaan
instalasi pengolahan air limbah rumah tangga non kakus
4 Persyaratan-persyaratan
4.1 Persyaratan umum
1) Saluran air hujan ini tidak boleh menerima dan mengalirkan buangan air limbah;
2) Saluran air hujan ini harus dipasang/ditempatkan di atas tanah yang stabil;
3) Saluran air hujan ini sangat cocok diterapkan pada struktur tanah yang mempunyai
nilai permeabilitias tanah > 1 x 10-3 cm/detik;
4) Air masuk kedalam tanah adalah air hujan yang tidak tercemar;
5) Di dalam penerapannya diperlukan pemeliharaan secara berkala.
5 Dasar perencanaan
5.1 Analisa curah hujan
Pada perencanaan saluran air hujan data curah hujan dapat dianalisis dengan metoda
statistik diantaranya dengan metoda Iwai kadoya. Perioda hujan untuk perencanaan
saluran dapat digunakan periode ulang hujan 5 – 10 tahunan.
Menurut metoda Iwai Kadoya :
I
Log (RT + b) = y + ---- z
A
Dimana :
RT = hujan dengan return period (T)
I m
b = ---- Σ bi
m i=1
m = n/10
n = banyaknya pengamatan
__
Rb. Rk – R2
bi = --------------------------------
2R – ( Rb + Rk)
__ I n
Log R = ---- Σ log Ri
n i-1
y = log ( Ri + b )
1
a
=
2n
n −1
(
⋅ y2 − y2 )
Tabel 1 : Standar variable
T (tahun) z
2 0,0000
3 0,3045
5 0,5951
10 0,9062
1) Intensitas hujan ( I )
Pada perencanaan saluran air hujan, metoda yang dapat digunakan untuk
menghitung nilai intensitas hujan diantaranya adalah :
a. Metoda Van Breen :
90 % x R24
I = ------------------
t
dimana : I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan selama 24 jam (mm)
t = Durasi hujan, dapat diambil hujan maksimum selama 4 jam
b. Metoda Mononobe :
R 24
I = ---- x ( ---- ) 2/3
24 t
L
t = -----
V
2) Koefisien limpasan ( C )
Pada perencanaan saluran air hujan, metoda yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai koefisien limpasan diantaranya metoda Der Weduwen atau dapat
pula menggunakan tabel 1 dengan melihat kondisi tata guna lahan.
4,1
C = 1 - --------------
βq + 7
t+1
β = 120 + ( --------- ) . A
t+9
67,65
q = -------------
t + 1,45
Q = 0,00278 . C . I . A
A
R = -------
O
6 Tahap perencanaan
Pada perencanaan saluran air hujan pentahapan yang dapat dilaksanakan adalah seperti
pada diagram berikut.
1. Badan Meteorologi
dan Geofisika Data curah hujan Data Perencanaan
(BMG) 2 Perumahan pada Saturday
2. Puslitbang Sumber lingkungan permukiman
Daya Air 3
3. Dinas Pengairan
4. Stasiun penakar
curah hujan Analisa curah hujan
1 4
Menentukan Data
Menghitung Instensitas Menentukan Koef. Luas tadah Permeabilitas
hujan (I) 5 Limpasan (C) 6 Hujan (A) 7 tanah (k) 9
Menghitung debit 8
Limpasan (Qlimpasan)
Menghitung dimensi
Saluran 10
Contoh perhitungan
Berdasarkan data dari hasil pengamatan pada stasiun penakar hujan, diperoleh data hujan
maksimum untuk periode hujan 10 tahunan seperti berikut.
Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994
Curah 20 32 60 25 52 46 70 92 48 24
hujan
(R mak
mm)
Data curah hujan tersebut, kemudian disusun menurut besar kecilnya menjadi sebagai
berikut :
Tabel 6 : Data curah hujan diurutkan berdasarkan besar dan kecil
Maka : Rb = 92 Rk = 20
Rb = 70 Rk = 24
Rb = 60 Rk = 25 dan seterusnya
Tabel 7 : Logaritma hujan maksimum
__ 1 n=10
log R = ---- Σ log Ri
n i=1
__ 1
log R = ----x 16,2313 = 1,62313
10
__
R = 42
__
__ __ Rb x Rk – R2
R Rb Rk Rb x Rk R2 Rb + Rk bi = -------------------
___
2R – (Rb + Rk)
42 92 20 1840 1764 112 bi = - 2,7
No. Ri Ri + b y = log ( Ri + b ) y2
1 92 89,3 1,9508 3,8056
2 70 67,3 1,8280 3,3416
3 60 57,3 1,7581 3,0909
4 52 49,3 1,6928 2,8656
5 48 45,3 1,6561 2,7427
6 46 43,3 1,6365 2,6781
7 32 29,3 1,4669 2,1518
8 25 22,3 1,3483 1,8179
9 24 21,3 1,3284 1,7646
10 20 17,3 1,2380 1,5326
n=10 n=10
Σ y = 15,09 Σ y2 = 25,791
i=1 i=1
__ __
y = 1,5904 y2 = 2,5791
__
( y )2 = 2,5294
1 __ __
-- = √ 2 n . ((y2) – y2)
a n -1
Maka :
Log ( RT + b) = y + 1/a . z
Dalam contoh perhitungan ini, nilai instensitas dihitung berdasarkan metoda Van Breen
seperti berikut :
90 % x R
I = ------------- t = durasi hujan maksimum = 4 jam
t
90 % x 80 mm
I = -------------------- = 18 mm/jam
4 jam
Nilai koefisien limpasan dihitung berdasarkan metoda Der Weduwen seperti berikut :
t+1
β = 120 + ( ------- ). A A = direncanakan 0,02 km2
t+9
4+1 5
β = 120 + ( -------- ). 0,02 = 120 + ( ------ ) . 0,02
4+9 13
β = 0,923
67,65 67,65
q = ---------------- = --------------- = 12,41
t + 1,45 4 + 1,45
maka
4,1 4,1
C = 1 - ----------------- = 1 - -------------------------- = 0,778
β q + 7 (0,923 x 12,41)+7
Luas tadah hujan yang direncanakan dalam contoh perhitungan perencanaan saluran air
hujan seluas 2,0 ha.
Q = 0,0278 x C x I x A
= 0,00278 x 0,778 x 18 x 2,0
= 0,078 m3/detik
Dalam perencanaan dimensi saluran ini, perhitungan profil hidrolis menggunakan persamaan
seperti berikut :
Q
Q = A x V A = ------
V
0,078 m3/detik
A = -------------------------- = 0,130 m2
0,6 m/detik
Keliling basah ( O ) :
O = 0,33 + 0,10 + 0,26 + 0,10 + 0,33
= 12 m
Maka :
Q saluran = A . V
= 0,1551 m2 x 0,59 m/detik = 0,092 m3/detik
Maka :
Perencanaan dimensi saluran seperti gambar potongan di atas, dimana tinggi (h) = 0,40 m =
Banyaknya air yang meresap kedalam tanah melalui dasar saluran, ditentukan atas dasar
luasan lubang dan angka permeabilitas tanah ( k ) untuk kondisi jenis dan struktur tanah itu
sendiri.
Dari hasil pengujian perlokasi tanah di lokasi uji coba saluran, diperoleh angka permeabilitas
tanah sebesar 4,1 x 10 -4 cm/detik (termasuk jenis tanah lanau).
Pada dasar saluran direncanakan lubang – lubang peresapan yang mempunyai ukuran
panjang = 14 cm, dan lebar lubang = 2,5 cm. Banyaknya lubang setiap meter adalah 10
buah lubang.
= 1,435 x 10 -3 cm/detik
= 1,435 x 10 -9 m/detik
Dengan diperolehnya debit yang meresap kedalam tanah, maka debit pada saluran akan
mengalami pengurangan sebesar 1,435 x 10 -9 m3/detik/m.
Lampiran B
Dari rumus dasar di atas, maka nilai intensitas hujan dapat ditentukan seperti pada tabel 10,
dengan berbagai alternatif nilai curah hujan dan daerah pengaliran (A).
Berdasarkan tabel 2 di atas, bahwa untuk daerah perumahan dengan kepadatan maksimum
30 rumah/ha yang mempunyai nilai koefisien limpasan 0,75 – 0,85 maka dalam perhitungan
ini digunakan nilai c rata-rata = 0,80
3. Perhitungan debit limpasan (Q limpasan)
Tabel 12 : Hasil perhitungan dimensi saluran untuk luas tadah hujan (A) 1 ha