Anda di halaman 1dari 19

Referat

Arthritis Gout

Oleh :

Gangeswary 1740312606
Muhammad Ferdiansyah 1740312451
Tania Ratna Putri 1840312424

Preseptor :

Dr. dr. Hj. Arina Widya Murni, SpPD-K Psi, FINASIM

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP DR. M DJAMIL PADANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan atas kehadirat-Nya

yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran, dan waktu, sehingga penulis dapat

menyelesaikan referat yang berjudul “Arthritis Gout”. Referat ini merupakan

salah satu syarat untuk menyelesaikan tahap kepaniteraan klinik ilmu penyakit

dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Rumah Sakit Dr. M. Djamil

Padang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Hj. Arina Widya Murni,
Sp.PD-K Psi, FINASIM, selaku preseptor dari referat yang telah memberikan
saran, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan referat ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak
yang banyak membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulisan referat ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Padang, Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
Daftar Isi
3
Daftar Gambar
4
BAB 1 5
PENDAHULUAN 5
1.1 Latar belakang 5
1.2 Batasan Masalah 6
1.3 Tujuan penulisan 7
1.4 Metode penulisan 7
BAB 2 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Definisi 8
2.2 Etiologi 8
2.3 Klasifikasi 9
2.4 Patofisiologi 10
2.5 Manifestasi Klinis 11
2.6 Diagnosis 14
2.7 Pemeriksaan Penunjang 15
2.8 Terapi 16
2.9 Komplikasi 17
BAB 3 KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 1
9

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1……………………………………………………………………..6

Gambar 2……………………………………………………………………..9

Gambar 3…………………………………………………………………….10

Gambar 4…………………………………………………………………….11

Gambar 5…………………………………………………………………….11

Gambar 6…………………………………………………………………….14

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arthritis gout terjadi akibat peningkatan kronis konsentrasi asam urat di

dalam plasma(hiperusemia : >7 mg/dl). Adanya penurunan ekskresi asam urat.

Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat

yangberlebihan dan penurunan ekskrsi. Arthritis gout dapat mengenai laki-laki

maupun wanita, hanya saja gout memang lebih sering mengenai laki-laki.

Dikatakan bahwa kemungkinan arthritis gout menyerang laki-laki adalah 1 sampai

3 per 1.000 laki-lakisedangkan pada wanita adalah 1 per 5.000 wanita.Arthritis

gout dapat menyebabkan sakit kepala dan nyeri khususnya pada sendi.Nyeri

tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak

nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri

dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman

masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan

seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan

(Suratun, 2008).

Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan

mengganggu proses penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan

mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan

nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua manajemen untuk

mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.

Salah satu cara untuk menurunkan nyeri pada pasien gout secara non farmakologi

adalah diberikan kompres hangat pada area nyeri.

5
Berdasarkan World Health Organization WHO prevelensi asam urat (gout)

di Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per 1000

perempuan pervelensi ini berbeda di tiap negara, berkisar antara 0,27% di

Amerika hingga 10,3% Selandia Baru. Peningkatan insidens gout dikaitkan

dengan peruubahan pola diet dan gaya hidup, peningkatan kasus obesitas dan

sindrom metaboli. Kejadian hiperurisemia di indonesia banyak terjadi pada suku

Minahasa dan Tapanuli, karena mereka banyak yang mengonsumsi alkohol dan

ikan. sedangkan di Jawa Tengah Prevalensi penderita gout hiperurisemia kira-kira

2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Sedangkan prevalensi gout

juga bervariasi antara 1-15,3%. Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9%

pada kadar asam urat darah >9 mg/dL, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada

kadar <7 mg/dL. Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun,

pada kadar asam urat >9 mg/dL (Hidayat,2009). Kasus kejadian gout di indonesia

mencapai 65% dan di jawa tengah mencapai 35,7%, khususnya di wilayah kerja

Puskesmas Kartasuramencapai 23% pada bulan Maret-April 2015 mencapai 48

kasus. Yang di bagi dalam kasus lama sebanyak 3 kasus lama dan 45 kasus baru.

Penderita yang mengidap asam urat antara perempuan lebih banyak di bandingkan

laki-laki.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam referat ini adalah pembahasan mengenai definisi,

epidemiologi, etiologi, faktor resiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,

tatalaksana, prognosis, dan pencegahan pada arthritis gout.

6
1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahamn tentang aspirasi arthritis gout.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan referat ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk

berbagai literatur.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gout adalah penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh
secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui
ginjal yang menurun, maupun akibat tingginya asupan makanan kaya purin. Gout
ditandai dengan serangan arthritis akut berulang, kadang-kadang disertai
pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus, deformitas sendi
secara kronis, dan cedera pada ginjal.1

Gambar 1. Penumpukan Asam Urat di Sendi Tungkai

2.2. Etiologi
Penyebab timbulnya gejala artritis akut adalah reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembentukan kristal monosium urat monohidrat atau akibat
supersaturnasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Sehingga dari
penyebabnya, penyakit ini digolongan sebagai kelainan metabolik. Asam urat
merupakan produk akhir dari metabolik purin.
Penyakit asam urat ditandai dengan serangan mendadak dan berulang yang
terasa sangat nyeri. Penyakit ini umumnya menyerang pria dari pada perempuan.
Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu
pembuangan asam urat melalui urin.2

8
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena :
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan.
a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang
bertambah.
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan oleh pembentukan asam
urat yang berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia,
terutama bila diobati dengan sitostatika, psoriasis,polisitemia
vera, dan mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di
tubuli distal ginjal yang sehat.
b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya
gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang, namun secara klinis hal ini
tidak begitu penting.3

2.3. Klasifikasi
Penyakit Gout digolongkan menjadi 2, yaitu :
1. Penyakit Gout Primer
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik/ keturunan dan faktor hormonal yang
mengakibatkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
2. Penyakit Gout Sekunder
Disebabkan meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah
satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat asam inti dari sel
dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.

9
2.4. Patofisiologi
2.4.1 Patofisiologi Gout Akut
Hiperurikemia

Presipitasi kristal asam urat di sendi

Fagosit oleh neutrofil Aktivasi faktor


Hageman

Merusak lisosom Produksi Kinin

Lisis neutrofil Aktivasi Hageman

Melepaskan kristal dan enzim lisosom Inflamasi akut

2.4.2 Patofisiologi Gout Kronis


Ekskresi menurun Produksi berlebih

Kadar serum asam urat

Formasi Sodium Biurat

Pengendapan kristal di jaringan periartikular dan


kerusakan kartilago artikular dan non artikular

Disorganisasi sendi karena Tophi

kartilago dan ligament sendi

2.4.3 Perjalanan penyakit


Terdapat 3 tahap :
a) Tahap pertama disebut tahap atritis gout akut

10
Penderita akan mengalami serangan atritis yang khas. Serangan ini akan
menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7 hari
b) Tahap kedua disebut tahap atritis gout akut intemiten
Tahap ini ditandai dengan serangan atritis yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh)
c) Tahap ketiga disebut tahap atritis gout kronik bertofus
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Di tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus. 2

2.5 Manifestasi Klinis


Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya arthritis, tofi, dan batu ginjal
yang disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat.
Pengendapan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh karena itu, sering
terbentuk tofi. Tofi seringkali terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut, dorsum
pedis, dekat tendo Achilles pada metatasofalangeal digiti I, dan sebagainya.
Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya, pasien
masih tampak sehat tanpa keluhan apapun. Tiba-tiba pada tengah malam
terbangun oleh rasa sakit yang sangat hebat. 1

Gambar 2. Tophus
Daerah khas yang paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari
kaki sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak,
kemerahan, dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari
sampai satu minggu namun kemudian menghilang. Kejadian itu dilukiskan oleh
Sysenham sebagai “sembuh beberapa hari sampai beberapa minggu biar tidak
diobati, rekuren yang multiple, interval antar serangan singkat dan dapat

11
mengenai beberapa sendi”. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit tapi dapat
merusak tulang. Sendi lutut sendiri juga merupakan predileksi kedua untuk
serangan ini. 4

Gambar 3. Predileksi Gout

Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi merupakan penimbunan


asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan
jaringan lunak. Sering timbul di tulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi
ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah
serangan arthritis pertama. Tofi ini sering pecah dan agak sulit disembuhkan
dengan obat sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder. 1

Terdapat tiga stadium, yaitu:2


a) Artritis Gout Akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan timbul sangat cepat dalam
waktu yang singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi
terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala berupa demam, menggigil, dan
merasa lelah. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan dapat hilang dalam
beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat, keluhan dapat sembuh dalam

12
beberapa hari sampai beberapa minggu. Faktor pemicu serangan akut antara lain
trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian
obat diuretik, atau penurunan dan peningkatan asam urat. 2
b) Stadium Interkritikal
Pada stadium ini terjadi periode interkritik asimptomatik. Meskipun secara
klinik tidak terdapat tanda-tanda radang akut, tapi pada aspirasi sendi ditemukan
kristal urat. Ini menunjukkan proses peradangan tetap berlanjut, meski tanpa
keluhan. Apabila tidak ada penanganan yang baik dan pengaturan asam urat yang
benar, dapat menimbulkan serangan akut lebih sering yang dapat mengenai
beberapa sendi dan biasanya lebih berat. Manajemen yang tidak baik,
mengakibatkan keadaan interkritik berlanjut menjadi stadium menahun dengan
pembentukan tofi. 2

c) Stadium Gout Artritis Menahun


Stadium ini terjadi pada pasien yang mengobati dirinya sendiri, sehingga
dalam kurun waktu yang lama tidak melakukan pengobatan secara teratur pada
dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai adanya tofi yang banyak. Tofi ini
sering pecah dan sulit disembuhkan dengan obat, kadang timbul infeksi sekunder.
Pada tofus yang besar dapat dilakukan ekstirpasi, tapi hasilnya kurang
memuaskan. Di stadium ini kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit
ginjal menahun. 2
Tak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah,
tanpa ada riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimptomatik. Pada
hiperurisemia asimptomatik, kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal
(MTP) dan lutut yang sebelumya tidak pernah mendapat serangan akut. Tofi
merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,
tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Sering timbul di tulang rawan telinga
sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan lanjutan dari gout yang muncul 5-10
tahun setelah serangan artritis akut pertama 2

13
Gambar 4. Deposit tophi yang besar di sekeliling sendi

Gambar 5. X-ray menunjukkan pembengkakan jaringan lunak dan erosi


sendi

2.6 Diagnosis
Subkomite The American Rheumatism Association menetapkan bahwa
kriteria diagnostik untuk gout adalah :

A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.


B. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan
kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

14
C. Diagnosis lain seperti :

1) Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut

2) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari

3) Oligoarthritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4)

4) Kemerahan di sekitar sendi yang meradang

5) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau


membengkak

6) Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)

7) Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di


kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi

8) Hiperurisemia

9) Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)

Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria A dan/atau kriteria B


dan/atau 6 hal atau lebih dari kriteria C. 1

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan lab yang dilakukan pada penderita gout didapatkan
kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Kadar asam urat normal dalam serum
pria 7 mg/dl dan pada wanita 6 mg/dl. Sampai saat ini, pemeriksaan kadar asam
urat terbaik dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan
leukositosis ringan dan LED yang meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin
juga tinggi (500mg%/liter per 24jam). Pemeriksaan radiografi pada serangan
artritis gout pertama adalah non spesifik. Kelainan utama radiografi pada long
standing adalah inflamasi asimetri, arthritis erosive yang kadang-kadang disertai
nodul jaringan lunak. 2

15
Selain pemeriksaan tersebut, pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk
menegakkan diagnosis. Cairan tofi merupakan cairan yang berwarna putih seperti
susu dan kental sekali. Diagnosis dapat dikatakan pasti apabila diperoleh
gambaran kristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik. 2

Gambar 6. Kristal asam urat

2.8 Terapi
 Terapi nonmedikamentosa
Penanganan gout arthritis secara non medikamentosa adalah memberikan
edukasi, pengaturan diet dan istirahat sendi. Pengaturan diet seharusnya rendah
lemak dan protein.

 Terapi medikamentosa

- Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).

NSAIDs dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout
secara efektif. Efek samping yang sering terjadi karena NSAIDS adalah iritasi
pada sistem gastroinstestinal, ulkerasi pada perut dan usus, dan bahkan
pendarahan pada usus. 4

- Alopurinol
Alopurinol bergunauntuk mengobati penyakit gout karena menurunkan
kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan,
menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi
besarnya tofi. Disis untuk gout ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg untuk

16
keadaan yang lebih berat. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal dosis
cukup 100-200 mg sehari. Dosis untuk hiper urisemik sekunder 100-200 mg
sehari. Untuk anak 6-10 tahun 300 mg sehari dan untuk anak kurang dari 6 tahun
150 mg sehari. 4

 Terapi operatif

Pasien gout yang terdiagnosa dan diterapi lebih awal biasanya tidak
memerlukan operasi orthopedi. Pasien gout yang tidak diterapi atau terlambat
diterapi memerlukan operasi orthopedi.

2.9 Komplikasi

Komplikasi pada gout berhubungan dengan hiperurikemia kronis. Pada


arthritis gout kronis dapat terjadi kerusakan sendi, bahkan dapat menyebabkan
deformitas. Gout juga dapat menimbulkan nefrolithiasis yang diakibatkan oleh
nefropati urat sehingga dapat timbul gagal ginjal kronis. 2

17
BAB III

KESIMPULAN

(Arthritis urica, gout), merupakan suatu gangguan pada metabolisme


asam urat, yang mengakibatkan mengendapnya kristal-kristal natrium urat di
sendi-sendi, jaringan lembut (tophi), dan ginjal (batu ginjal). Patofisiologi gout
adalah hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari
7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat.
Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak
mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah
sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun
dimulai. Etiologi, Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembantukan kristal monosodium urat monohidrat. Hal ini terjadi
karena pola makan yang kurang sehat misalnya mengomsumsi makanan yang
mengandung purin dan xantin.

Menifestasi klinik secara klinis ditandai dengan adanya artritis, tofi, dan
batu ginjal. Diagnosis gout diantaranya didapatkannya kristal monosodium urat
pada bagian yang artritis, terjadi artritis, sendi yang radang berwarna merah, dll.
Tujuan pengobatan gout adalah menghentikan serangan akut, mencegah kambuh,
mencegah komplikasi karena adanya ristal asam urat di jaringan, mengeluarkan
kristal monosodium urat melalui ginjal atau fases, dan menghambat kerja enzim
yang dapat merubah xantin menjadi asam urat. Terapi pengobatan gout yaitu
terapi non-farmakologi (tanpa obat): mengatur pola makan, diet, latihan fisik, dll.
Dan terapi farmakologi (dengan obat) seperti dengan menggunakan obat
penghilang nyeri dan radang misalnya obat NSAID atau non-kortikostiroid dan
obat kortikosteroid. Namun disesuaikan dengan tujuan penyembuhan akut atau
kronis.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer,A., dkk. “Reumatologi”. Dalam Kapita Selekta


Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam. 2004. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Hal 542-6.
2. Stefanus, E.I.. “Arthritis Gout”. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
.Edisi kelima Jilid 3. 2009. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. Hal 2556-60.
3. Tjokorda Raka Putra. “Hiperurisemia”. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi kelima Jilid 3. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI Jakarta, 2009. Hal 2550-5.
4. P. Freddy Wilmana, Sulistia Gan. “Analgesik-Antipiretik, Analgetik, Anti
Inflamasi Non Steroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya”. Dalam
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. 2007. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Hal 230-44.

19

Anda mungkin juga menyukai