Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak

akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai

kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan

mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan

menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.

Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani

hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang

lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita

sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih

baik. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya

dua bagian, yaitu: 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. Orang yang berilmu sangat

dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya,

menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam

kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya,

mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat

orang-orang yang bertaqwa.


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan menuntut ilmu ?
3. Mengapa manusia wajib menuntut ilmu ?
4. Apakah keutamaan orang yang berilmu ?
5.Apakah tujuan mengamalkan ilmu

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu
2. Untuk mengetahui pengertian menuntut ilmu
3. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu
4. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu
5. Untuk mengetahui tujuan mengamalkan ilmu

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dikelompokkan, disistematisasi, dan
diinterpretasikan sehingga menghasilkan suatu kebenaran objektif serta sudah diuji
kebenarannya secara ilmiah.
Ilmu berasal dari kata ‫ علما‬-‫ يعلم‬-‫ علم‬yang artinya mengetahui, lawan dari kata ‫جهل‬yang
artinya bodoh.
Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti
pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang berarti
pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan adalah himpunan
pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh
rasio.

B. Pengertian menuntut ilmu

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku
dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju
kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah
melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia
dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya
pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.
Artinya :
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena
mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah,
mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah
Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan.
Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke
arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.

Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh


Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,
Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.Keduanya tidak
sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang
berilmu dengan orang yang bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan
orang yang melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan,
serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.

C. Kewajiban Menuntut Ilmu


Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad saw.
Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia
diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa
yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib
hukumnya seperti dalam sebuah hadits disebutkan bahwa :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas,
Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-
jami: 3913)
Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan ilmu
kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa
meraih kedua-duanya.
Firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk
membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya
untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat
menambah kemampuannya untuk mengemban amanat kehidupan di muka bumi ini.
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat perhatian Islam
bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah dijawab oleh Al-
Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakan manusia dalam keadaan vakum
dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan
mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan-Nya
Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian kecil
saja dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagian-sebagian dari ilmu Allah
yang lain tetaplah ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha.
Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi
kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang
lain.Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,
Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau mengangkat
ilmu dari manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta kita
amalkan di jalanNya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah yang tak
akan terputus.
“Sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan terkutuklah semua penghuninya kecuali orang-
orang yang mengingat Allah,para wali Allah,para orang-orang yang berilmu dan juga orang
orang yang belajar untuk mendatkan ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Rosulullah selalu antusias dalam menyebut ilmu dan orang-orang yang mempelajarinya
dengan gigih. Rosulullah selalu menyerukan kepada semua kaum muslimin untuk mempelajari
berbagai macam ilmudan mengajarkannya kepada manusia sebagaimana diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas’ud bahwa Rosulullah bersabda:
’’Belajarlah akan suatu ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah
ilmu faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan lalu
ajarkanlah kepada manusia.”
D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan
ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai
demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui
ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1) Ilmu adalah cahaya
Allah Ta’ala berfirman yang Artinya:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan .
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(QS.Al-Maidah:5-6)
Ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan sebagai cahaya yang
membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan, berupa
jalan yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan
seorang hamba menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan,
kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu,
hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.
1. Kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada
pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan
mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat
lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia
bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau
membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang
pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan
televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para
pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.

2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat


Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh,
bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah, tetapi
balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus
berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda: "Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya
kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih
yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan
kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus
selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan
selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri,
dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah
kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka
mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya
menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan
tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)

4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya


Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu
sebagaimana firman-Nya:
Artinya : Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ( Q.S Al-
Mujaadalah:11)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya
memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan
malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:
Artinya : “ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S Ali Imran:18)

5. Menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling
utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana
firmanNya:
Artinya : ”Tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.S Taubah 122)

Rosulullah bersabda:
Artinya: ”Barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan
mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-
sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan
di bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi
orang yang berilmu”

Syarat-syarat menuntut ilmu:


Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis
bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1.Cerdas (Dzakaun):
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali
pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak
tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut
haruslah waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju
dan celana.

2. Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa
y]ang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar
di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut
sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.”
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten
yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3. Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan
rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui
bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini
mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak
disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan
tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang
pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.
4. Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan
dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis
tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan
hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para penuntut
ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu” Dan
yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu
atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha
dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya:
”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan
orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain,
solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.

5. Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah
mempunyai seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah
guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)
6. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan
waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang
lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari
ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor
harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.

E. Adab Mencari Ilmu


1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati
yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain
ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri
kita bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan
Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah
: “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya
telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit
tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan
sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar
terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita
jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan
mempelajari ilmu.
5. Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat
yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan
memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk
meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang
yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah
pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya:
Artinya : ”Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui”. ( QS An-Nahl:43)

F. Pentingnya Mengamalkan Ilmu


Ilmu yang telah didapat dari usaha menuntut ilmu adalah untuk di amalkan karena ilmu itu
terjaga dan tidak mudah hilang apabila telah diamalkan, terkhusus pada diri sendiri, apakah ilmu
yang telah didapat di amalkan pada kebaikan diri sendiri karena sebelum mengamalkan ilmu
pada orang lain setidaknya telah diamalkan pada diri sendiri. Setinggi apapun seseorang
menuntut ilmu jika tidak di amalkan maka dengan sendirinya ilmu tersebut akan mudah hilang,
ilmu akan bertambah jika di amalkan sebaliknya ilmu akan menghilang jika tidak di amalkan.
Diantara salaf ada yang berkata-kata : “Usaha kami untuk menjaga ilmu yang kami miliki
bersandar pada amalan kami, sebagian lagi mengatakan : ilmu itu menuntut untuk di amalkan,
jika tuntutan ilmu itu telah terpenuhi maka ia akan menetap dan jika tidak di penuhi maka ia
akan pergi menghilang.”
Sekecil apapun ilmu yang diajarkan kepada orang lain selama itu bersifat kebaikan niscaya Allah
akan senantiasa meridhainya. Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya orang yang mengajarkan
kebaikan kepada orang lain, maka setiap hewan melata akan menohonkan ampunan baginya,
termasuk pula ikan paus di lautan, (Mukhtasar Minhajul Qashidin ; 11). “Orang yang
mengajarkan ilmu akan mendapatkan balasan pahala seperti pahala orang yang mengamalkan
ilmu tersebut, dan yang lebih utamanya lagi ialah pahala seorang alim akan terus bermanfaat
dan tidak akan terputus meskipun telah wafat.
Dengan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menyeru kepadaNya serta berlaku
sabar dalam menjalaninya agr ilmu yang telah di peroleh memiliki buah yang baik dan dapat
berkembang, dengan demikian banyak orang lain yang dapat menfaat dari ilmu tersebut.
Hendaklah diketahui bahwa hanya dengan ilmu derajat seseorang bisa terangkat, kecuali jika
ilmu tersebut telah diamalkan.
Allah ber-firman dalam ayat nya ; “Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami
tinggikan dengan ayat-ayat itu” (QS. Al-A’raaf ; 176). Ayat ini menunjukkan dengan jelas
bahwa hanya dengan ilmu, derajat seseorang tidak bisa terangkat, karena Allah telah
mengkhabarkan dalam ayat tersebut bahwa dia telah mendatangkan kepada sekelompok orang
ayat-ayat tersebut, dan ia tidak bisa mengangkat derajat mereka. Sesungguhnya derajat orang
yang berilmu hanyalah terangkat sesuai dengan kadar pengemalannya dan seseorang yang telah
mengamalkan ilmu yang telah di dapatnya niscaya Allah Swt akan mengajarkan kepadanya ilmu
yang belum di kehendakinya.
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang yang baik, maka ia akan difahamkan
dalam urusan agama.” [HR. Bukhari]
Islam mewajibkan kaum muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai
liang lahat, sebab orang yang berilmu di masyarakat menduduki derajat yang tinggi, sedangkan
yang tidak berilmu menduduki derajat yang rendah.
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik, apabila orang-orang
Islam sendiri tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan pikiran yang sehat. Oleh karena
itu, pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Ilmu
Untuk memahami secar baik dan benar menganeai apa yang dimaksud dengan ilmu, di bawah
ini di paparkan pengertian belajar menurut para ahli:

A. KBBI
Ilmu bermakna pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut
metode yang ilmiah yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan menerangkan kondisi tertentu
dalam bidang pengetahuan.

B. Mohammad Hatta

Ilmu ialah sebuah pengetahuan yang teratur mengenai pekerjaan hukum secara kausal dalam
suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya yang tampak dari
luar, maupun dari dalam.

4. Izuddin Taufiq

Ilmu merupakan penelusuran informasi atau data melalui sebuah pengamatan, pengkajian &
eksperimen, yang bertujuan untuk menetapkan hakikat, landasan dasar maupun asal usulnya.

5. Karl Pearson

Ilmu ialah keterangan yang stabil & komprehensif tentang suatu fakta dari pengalaman dengan
istilah yang sederhana.

6. Francis Bacon

Ilmu merupakan satu-satunya pengetahuan yang bersifat valid & hanya faktalah yang dapat
menjadi objek pengetahuannya.

7. Dr. Maurice Bucaille

Ilmu merupakan kunci dalam mengungkapkan segala hal dalam bentuk apapun, baik dalam
jangka waktu yang lama maupun singkat.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim
2. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang
memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu
sama lain
3. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang
yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh
perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang
mencari ilmu.
4. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah
Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan
rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi
penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.

B. Saran
Sebagai seorang muslim kita sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam menuntut

ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan akan diangkat

derajatnya oleh Allah SWT. Selain dari itu, ilmu juga memiliki banyak keutamaan. Maka dari

itu, setelah kta memahami tentang perintah menuntut ilmu dalam islam, keutamaan ilmu dan

kedudukan orang yang berilmu, kita sebagai ummat muslim diharapkan dapat mengamalkannya

dalam kehidupan kita sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail al-bukhori al-Jufri, Shohih Bikhori.


Abu ar-Rahman Ahmad Bin Syu’aib al-Nisa’i, Sunan al-Nisa’i
Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi, SunanAbu Daud.
Al Qur’an Al Karim
Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah
As Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar Al Kutub Al
Islamiyah.
Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah

[1] Abuddin Nata. Al-Qur’an dan Hadits,( Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan,1992),h.117
[2] Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an berbica akal dan ilmu pengetahuan, (Jakarta:Gema
Insani,1998),h.88
[3]Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,(Jakarta : Gema
Insani),h.93s
[4]
[5]Musfir bin Said Az-zahrani.Konseling terapi,(Jakarta:Gema Insani,2005)h.295
[6] Saifuddin.Metode dan Etika Pengembangan Ilmu. (Bandung:CV Rosda.1989). h24BAB

Anda mungkin juga menyukai