Nama Mahasiswa : Yohana Afrila Cindy NIM/Kelas : 1910104205 / E
Pakung Nama Dosen beserta gelar : Mata Kuliah yang diampu : Kesehatan Reproduksi Alamat / Institusi Pendidikan : Jl. Ring Road Barat 63 Nogotirto Gampingan Sleman / Unisa Permasalahan Gender Sepanjang Siklus Kehidupan Masyarakat di Indonesia khususnya di provinsi Nusa Tenggara Timur, Pualau Flores, Kabupaten Manggarai menganut budaya patriaki, dimana seorang kepala keluarga adalah laki- laki sehingga laki-laki dicap sebagai orang yang berkuasa di dalam satu keluraga , adapun budaya patriaki lainya yang terjadi di Manggarai yaitu setelah anak laki-laki berkelurga (menikah) maka anak laki-laki tersebut akan mendapat pembagian harta atau warisan yang lebih daripada anak perempuan, bahkan terkadang anak perempuan sama sekali tidak mendaptkan pembagian harta setelah mereka berkeluarga ( menikah ) karena di anggap anak perempua itu bukan termasuk dalam anggota kelurga jika dia sdh menikah karena dia akan ikut suami , istilah dalam bahasa Manggarainya itu anak laki-laki “Ata One” yang artinya dalam rumah, anaka perempuan “Ata Peang” artinya anak luar rumah. Faktor Penyebab dari kasus diatas : 1. Dalam budaya Manggarai anak laki-laki lebih berperan penting dalam urusan adat istiadat ( petua upacara adat selalu laki-laki) 2. Anak laki-laki selalu berperan penting dalam rumah tangga 3. Kebiasaan dari nenek moyang yang diturunkan 4. Anak laki-laki dianggap kuat secara fisik dan mental.
Dampak dari kasus diatas :
1. Peran perempuan dibatasi dalam urusan adatistiadat di keluraga 2. Perempuan dianggap lemah atau tidak mampu 3. Dalam acara adat di Manggarai perempuan selalu mengurus bagian Dapur sementara itu laki-laki berada di depan. 4. Dalam upacara adat pendapat laki-laki lebih di dengarkan dibandingkan pendapat dari perempuan.
Penanganan dari kasus diatas
1. Mengubah menset yang berkaitan dengan budaya yang terlalu memilah kepada kaum laki-laki bahwa mereka lebih berkuasi dari pada perempuan. 2. Memberikan hak kepada perempuan untuk berpendapat 3. Menyadarkan masyarakat bahwa prempuan dan laki-laki sama dalam arti harusdi perlakukan secara adil.
GENDER EQUALITY AND WOMEN’S POWER IN AMERICAN INDIAN
TRADITIONAL CULTURE IN ZITKALA-SA'S SHORT STORIES KESETARAAN GENDER DAN KUASA PEREMPUAN DALAM BUDAYA TRADISIONAL INDIAN AMERIKA DALAM CERITA-CERITA PENDEK ZITKALA- SA Olga Rorintulus Department of American Studies, Faculty of Culture Studies, University of Gadjah Mada, Bulak Sumur, Yogyakarta, Indonesia, Kode Pos 55281 olgarorintulus@yahoo.com Submitted: 2018-08-26 Published: 2018-10-31 DOI: 10.24036/humanus.v17i2.100625 Accepted: 2018-09-19 URL: http://dx.doi.org/10.24036/humanus.v17i2.100625 . Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan kesetaraan gender dan kuasa perempuan Indian Amerika dalam budaya tradisional masyarakat Indian Amerika sebelum mereka mengalami program asimilasi yang bertujuan untuk menyatukan masyarakat Indian Amerika dengan masyarakat kulit putih di akhir abad ke-19 seperti yang terefleksi dalam cerita pendek Zitkala- Sa, Impressions of an Indian Childhood,The Soft Hearted Sioux dan A Warrior Daughter. Artikel ini ditulis dengan mengunakan metode kualitatif dan menerapkan pendekatan kajian feminisme sastra dengan teori feminisme liberal. Hasil dari analisa ini menunjukkan bahwa perempuan Indian Amerika telah menikmati kesetaraan gender dalam budaya tradisional Indian Amerika yang memiliki relasi gender yang saling melengkapi dan mereka memiliki kuasa dan hak yang setara dengan laki laki Indian Amerika untuk menjadi prajurit dan pemimpin dalam masyarakat Indian Amerika. Kata kunci: peran gender, Perempuan Indian Amerika, relasi setara