Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DAN MODEL MANAJEMEN PENANGGULANGAN

BENCANA

OLEH :
CHAIRISKA PUTRI MEUNASAH SIREGAR
NPM : 1826010056

DOSEN PENGAMPU : Ns.FERNALIA,S.Kep.M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Atas keagungan Sang Mahadaya Ilmu, sudah seharusnya kita sebagai


manusia selalu mengucapkan syukur atas anugrah dan kekuatan yang diberikan
oleh-Nya khusus kepada penulis dalam menuangkan setiap untaian kata untuk
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “konsep dan model manajemen
penanggulangan bencana”. Makalah ini ditujukan untuk mata kuliah Disaster
Management.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi standar atau kriteria
penilaian mata kuliah Disaster mangement yang dierikan secara individu. Dalam
makalah ini akan diuraikan lebih lanjut tentang konsep dan model manajemen
penanggulangan bencana yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi bencana
yang ada disekitar, dan agar dapat mengurangi kerugian yang terjadi akibat
bencana . Di dalam makalah ini juga akan dibahas bagaimana menyusun program
menanggulangi kerugian dan resiko bencana.
Melalui makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Disaster Management yang telah membimbing penulis
dalam menuangkan ide gagasan dalam penulisan makalah ini dan ucapan
terimakasih kepada teman-teman dalam memberikan informasi tentang konsep
dan model manajemen penanggulangan bencana.
Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber informasi tentang “ konsep dan model manajemen penanggulangan
bencana “ dan di jadikan sebagai salah satu contoh karya ilmiah makalah yang
baik dan benar.

Bengkulu, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ....................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ...................................................................... 2
D. Manfaat ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Jenis Bencana .......................................................... 3
B. Konsep manajemen Penanggulangan Bencana ............................ 3
C. Model Manajemen Penanggulangan Bencana ............................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.Definisi tersebut menyebutkan
bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia.
Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana tersebut juga mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Sejarah Lembaga Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk tidak terlepas dari
perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan
hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada
abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada
konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan bencana.
Dengan dikeluarkannya UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, maka terjadi berbagai perubahan yang cukup signifikan terhadap
upaya penganggulangan bencana di Indonesia, baik dari tingkat nasional
hingga daerah yang secara umum, peraturan ini telah mampu memberi
keamanan bagi masyarakat dan wilayah Indonesia dengan cara
penanggulangan bencana dalam hal karakeristik, frekuensi dan pemahaman
terhadap kerawanan dan risiko bencana.

1
B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maasalah pada makalah


ini adalah :
1. Apa Definisi dan Jenis Bencana ?
2. Apa Konsep manajemen Penanggulangan Bencana ?
3. Apa Model Manajemen Penanggulangan Bencana?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melatih mahasiswa dalam menulis karya ilmiah makalah dan agar
mahasiswa memahami tentang konsep dan model manajemen penanggulangan
bencana.
2. Tujuan Khusus
Untuk mendapat informasi tentang konsep dan model manajemen
penanggulangan bencana.
D. Manfaat
Mendapatkan informasi tentang konsep dan model manajemen
penanggulangan bencana.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi dan Jenis Bencana

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


menyebutkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut
juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana
sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror.
B. Konsep Manajemen Penanggulangan Bencana
Menurut Syarief dan Kondoatie (2006) mengutip Carter (2001),
Manajemen Risiko Bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu
pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan melakukan observasi
secara sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan
(measures), terkait dengan pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi),
persiapan, respon darurat dan pemulihan. Manajemen dalam bantuan bencana
merupakan hal-hal yang penting bagi Manajemen puncak yang meliputi

3
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan
(directing), pengorganisasian (coordinating) dan pengendalian (controlling).
Tujuan dari Manajemen Risiko Bencana di antaranya:
1. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa
yang dialami oleh perorangan atau masyarakat dan negara.
2. Mengurangi penderitaan korban bencana.
3. Mempercepat pemulihan.
4. Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang
kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.
Menurut Agus Rahmat (2006:12) Manajemen Risiko Bencana merupakan
seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana yang dikenal
sebagai siklus Manajemen Risiko Bencana yang bertujuan antara lain:
1. Mencegah kehilangan jiwa seseorang
2. Mengurangi penderitaan manusia.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat dan juga kepada pihak yang
berwenang mengenai risiko.
4. Mengurangi kerusakan insfrastruktur utama, harta benda dan kehilangan
sumber ekonomis lainnya. Tahapan-tahapan Bantuan Bencana
Tahapan-tahapan atau fase-fase dalam bantuan bencana dikenal dengan
istilah siklus penanganan bencana (disaster management cycle). Siklus
manajemen bencana menggambarkan proses pengelolaan bencana yang pada
intinya merupakan tindakan pra bencana, menjelang bencana, saat bencana
dan pasca bencana, seperti terlihat pada tabel 1 berikut:

4
Tabel 1. Tahapan Bantuan Bencana
Nama Peneliti Tahapan yang direkomendasikan

Wolenksy (1990) ØSebelum bencana (mitigation and preparedness)


ØTanggap darurat (immediate pre and post impact)

ØPemulihan jangka dekat (dua tahun)

ØPemulihan jangka panjang (sepuluh tahun).

Waugh (2000) ØPeringatan (prevention)

ØPerencanaan dan persiapan (planning and


preparedness)

ØTanggap (response)

ØPemulihan (recovery)

Helsloot and ØPeringatan (Preparedness)


Ruitenberg ØEmergensi (emergency)
(2004) ØPemulihan (recovery)

Memahami setiap tahapan dalam manajemen risiko bencana adalah


hal yang sangat penting. Efektifitas manajemen risiko bencana tidak hanya
aktivitas pada saat penanganan bantuan bencana saja, namun meliputi
seluruh aktivitas seperti dalam model 4 (empat) fase manajemen risiko
bencana sebagai berikut:
1. Tahap preparedness pemerintah perlu menekankan pada keselamatan jiwa
masyarakat di lingkungan wilayah bencana. Praktek manajemen risiko
bencana secara terpadu dan komprehensif mutlak diperlukan. Pada sisi
lain, pemahaman bencana pada masyarakat merupakan bagian penting
pada fase ini. Dalam hal ini masyarakat perlu memahami response dan
tindakan mereka dalam peristiwa bencana tersebut.
2. Tahap mitigation manajemen risiko bencana bahwa kegiatan emergency
memfokuskan pada pengurangan akibat negatif bencana. Kunci response
selama masa mitigasi meliputi keputusan tentang pengembangan ekonomi,
kebijakan pemanfaatan lahan, perencanaan infrastruktur seperti jalan dan
fasilitas umum dan identifikasi penemuan sumber daya guna mendukung
investasi.

5
Proses Penetapan Agenda Mitigasi Bencana dalam Kebijakan Publik

3. Tahap response sangat diperlukan koordinasi yang baik dari berbagai


pihak. Koordinasi memungkinkan pemberian bantuan kepada masyarakat
yang terkena bencana dapat diberikan secara cepat, tepat dan efektif.
4. Tahap recovery merupakan fase aktivitas penilaian dan rehabilitasi
kehancuran akibat bencana. Pada fase ini ditekankan pada proses
pendistribusian bantuan. Proses tersebut meliputi penentuan dan
monitoring bantuan pada masyarakat yang terkena bencana.

6
C. Model Manajemen Penangggulangan Bencana
Bencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard)
pada komunitas yang rentan (vulnerable) sehingga masyarakat tidak dapat
mengatasi berbagai implikasi dari kejadian luar biasa tersebut. Manajemen
bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari
bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard
maupun mengatasi kerentanan. Terdapat lima model manajemen bencana
yaitu:
1. Disaster management continuum model. Model ini mungkin
merupakan model yang paling popular karena terdiri dari tahap-tahap
yang jelas sehingga lebih mudah diimplementasikan. Tahap-tahap
manajemen bencana di dalam model ini meliputi emergency, relief,
rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan early
warning.
2. Pre-during-post disaster model. Model manajemen bencana ini
membagi tahap kegiatan di sekitar bencana. Terdapat kegiatan-
kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana, selama bencana
terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan dengan
disaster management continuum model.
3. Contract-expand model. Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-
tahap yang ada pada manajemen bencana (emergency, relief,
rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan early
warning) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang rawan
bencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah
pada saat bencana tahap tertentu lebih dikembangkan (emergency dan
relief) sementara tahap yang lain seperti rehabilitation, reconstruction,
dan mitigation kurang ditekankan.
4. The crunch and release model. Manajemen bencana ini menekankan
upaya mengurangi kerentanan untuk mengatasi bencana. Bila
masyarakat tidak rentan maka bencana akan juga kecil
kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi.

7
5. Disaster risk reduction framework. Model ini menekankan upaya
manajemen bencana pada identifikasi risiko bencana baik dalam
bentuk kerentanan maupun hazard dan mengembangkan kapasitas
untuk mengurangi risiko tersebut.
Pendekatan lain adalah lingkaran manajemen bencana (disaster
management cycle) yang terdiri dari dua kegiatan besar. Pertama adalah
sebelum terjadinya bencana (pre event) dan kedua adalah setelah
terjadinya bencana (post event). Kegiatan setelah terjadinya bencana dapat
berupa disaster response/emergency response (tanggap bencana) ataupun
disaster recovery. Kegiatan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana
dapat berupa disaster preparedness (kesiapsiagaan menghadapi bencana)
dan disaster mitigation (mengurangi dampak bencana). Ada juga yang
menyebut istilah disaster reduction, sebagai perpaduan dari disaster
mitigation dan disaster preparedness (Makki, 2006).

RISK MANAGEMENT Preparedness

Early warning

Mitigation
Protection

Recovery
Emergency
Responses/
Humanitarian Relief
Reconstruction

Damages, Losses
& Needs
Rehabilitation
Assessment, and
CRISIS MANAGEMENT Master Plan/Action

8
Terkait dengan manajemen penanggulangan bencana, maka UU No. 24
tahun 2007 menyatakan “Penyelenggaraan penanggulangan bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”. Rumusan penanggulangan
bencana dari UU tersebut mengandung dua pengertian dasar yaitu:
1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus.
2. Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan
pembangunan yang didasari risiko bencana dan diikuti tahap kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24
tahun 2007 secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Kebijakan
Rehabilitasi Pembangunan

Tanggap Kegiatan
Darurat Pencegahan

Kebijakan Manajemen Bencana


Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan manajemen bencana
mengalami beberapa perubahan kecenderungan seperti dapat dilihat dalam
tabel. Beberapa kecenderungan yang perlu diperhatikan adalah:
1. Konteks politik yang semakin mendorong kebijakan manajemen
bencana menjadi tanggung jawab legal.
2. Penekanan yang semakin besar pada peningkatan ketahanan
masyarakat atau pengurangan kerentanan.
3. Solusi manajemen bencana ditekankan pada pengorganisasian
masyarakat dan proses pembangunan.

9
Dalam penetapan sebuah kebijakan manajemen bencana, proses yang
pada umumnya terjadi terdiri dari beberapa tahap, yaitu penetapan agenda,
pengambilan keputusan, formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan
evaluasi kebijakan. Di dalam kasus Indonesia, Pemerintah Pusat saat ini
berada pada tahap formulasi kebijakan (proses penyusunan beberapa
Peraturan Pemerintah sedang berlangsung) dan implementasi kebijakan
(BNPB telah dibentuk dan sedang mendorong proses pembentukan BPBD
di daerah). Sementara Pemerintah Daerah sedang berada pada tahap
penetapan agenda dan pengambilan keputusan. Beberapa daerah yang
mengalami bencana besar sudah melangkah lebih jauh pada tahap
formulasi kebijakan dan implementasi kebijakan.
Kebijakan manajemen bencana yang ideal selain harus
dikembangkan melalui proses yang benar, juga perlu secara jelas
menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembagian tanggung jawab antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
2. Alokasi sumberdaya yang tepat antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
serta antara berbagai fungsi yang terkait.
3. Perubahan peraturan dan kelembagaan yang jelas dan tegas.
4. Mekanisme kerja dan pengaturan antara berbagai portofolio lembaga
yang terkait dengan bencana.

10
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Hampir seluruh daerah di Indonesia menjadi daerah yang rawan bencana
sehingga diperlukan manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan
terencana. Manajemen bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana di
mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.

11
DAFTAR PUSTAKA

Paidi.(2012). Pengelolaan Manajemen Risiko. Bencana Alam di Indonesia,


29(321),37-46

Jati, Wasito Raharjo.(2013). Penanggulangan Bencana. Analisis


Penanggulangan Bencana Berbasis Perspektif Cultural Theory, 4(1).1-12

Bappenas.(2009).Manajemen Penanggulangan Bencana.


https://www.bappenas.go.id/files/3413/5027/5934/bab-
ii__20091208131455__2473__3.doc.(diakses pada tanggal 17 november 2019)

Anda mungkin juga menyukai