Anda di halaman 1dari 13

BAB I

1.1 BANK DEVISA


Bank Devisa adalah Bank yang diijinkan ( oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral )
untuk melaksanakan transaksi Devisa. Bank Devisa yang antara lain mempunyai fungsi
sebagai mediator bagi kepentingan antara pihak penjual ( eksportir ) dan pembeli (
importir ) yang masing masing berada dinegara yang berbeda dan telah bersepakat dan
menyetujui menggunakan sarana Letter of Credit ( BANKER’S LC ) sebagai syarat
pembayarannya ; dengan memperhatikan bahwa Bank Devisa adalah sebagai lembaga
yang berkewajiban juga untuk mengamankan serta menyelamatkan kepentingan Negara
dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan Pemerintah yang menyangkut aturan main
dalam pelaksanaan transaksi ekspor;

1.2 EKSPOR
a. Yang dimaksud dengan ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang dari dalam Wilayah Pabean, dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku
b. Ekspor dapat dilakukan oleh setiap pengusaha dengan ketentuan :
1. Telah memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan ( SIUP ) atau ;
2. Mendapat Ijin usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga Pemerintah Non
Departemen

1.3 EKSPORTIR
a. Eksportir, adalah perusahaan yang telah memiliki SIUP atau Ijin Usaha dari
Departemen Teknis atau Lembaga Pemerintah Non Departemen untuk melakukan
usaha ekspor sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
b. Eksportir Terdaftar ( ET ), adalah perusahaan yang menurut persyaratan yang
ditetapkan telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor
barang-barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengakuan sebagai
eksportir terdaftar berlaku tanpa batas waktu.

1.4 BARANG EKSPOR


Dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan ekonomi nasional, kebutuhan
konsumsi dalam negeri, perluasan kesempatan kerja, memberikan nilai tambah terhadap
suatu komoditi ekspor Indonesia serta kepentingan Negara pada umumnya ; Pemerintah
d.h.i Menteri Perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen
Perdagangan , menetapkan pengelompokan kategori Barang Ekspor :
1.4.1 Barang yang dilarang untuk ekspor
- Besi Tuah ( Iron Scrap ), kuningan rongsokan ( brass scrap ),
- Kayu bulet mewah
- Karet mentah, bahan-bahan remiling, rumah asap
- Barang-barang kuno yang bernilai sejarah.
-
1.4.2 Barang yang diawasi ekspornya
- Biji kelapa sawit, Minyak inti kelapa sawit.
- Biji kapuk, minyak biji kapuk
- Kacang kedelai, sapi bibit, kerbau

1.4.3 Barang yang diatur tata niaga ekspornya


- Komoditi TPT ( Tekstil dan Produk Tekstil )
- Komoditi Kopi
- Komoditi Kayu Lapis
- Komiditi Karet
- Komoditi Ekspor yang wajib diperiksa oleh surveyor

1.4.4 Barang yang ditetapka pengawasan mutunya

2.1 EKSPOR ATAS DASAR PERDAGANGAN BIASA


Ekspor yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait melalui mekanasime perdagangan
biasa, yang diawali dari kesepakatan antara pihak-pihak seller dan pihak buyer yang
dituangkan didalam suatu perjanjian tertulis yang lazim disebut dengan : Sales Contract,
Purchase Order, Acknowledgement of Order, Profoma Invoice, dll

Dalam perjanjian tertulis atau contract tersebut, pada dasarnya berisi/mencakup 4 (empat)
hal pokok :

2.1.1 Terms of Goods


Yaitu mengenai rinci barang ( description of goods ), jenis, kwalitas, kwantitas,
asal, dll
2.1.2 Terms of Delivery
Yaitu syarat penyerahan barang, sesuai dengan international Trade Terms yang
berlaku a/I ICC INCOTERM 1990
2.1.3 Terms of Delivery
Yaitu syarat pembarannya yang dapat dilakukan. (jenis-jenis atau cara-cara
pembayaran ekspor dapat dilakukan dengan cara sebagaimanya
2.1.4 Document required
Yaitu dokumen yang diperlukan/diisyaratkan
2.2 COUNTER TRADE
Counter trade ataau lazim disebut dengan Imbal-beli , merupakan bisnis bilateral, bisnins
transaksi yang terjadi antara dua Negara, dimana impor suatu Negara harus diimbangi
dengan kwajiban Negara supplier untuk membeli barang-barang dari Negara tersebut.
Sebagai contoh, Negara A melakukan impor barang dari Negara B; dengan timbale balik
Negara B harus mengimpor barang dari Negara A :

2.2.1 Perimbangan Perdagangan ( Balance of Trade )


2.2.2 Kelangkaan devisa pada suatu Negara berkambang
2.2.3 Usaha untuk menciptakan pasar baru
2.2.4 Alih Teknologi

3.1 ADVANCE PAYMENT ( PEMBAYARAN DIMUKA )


Pembayaran dimuka, berarti pembayaran kepada eksportir dilakukan terlebih dahulu
sebelum barang dikirim.

3.2 PEMBAYARAN DENGAN LETTER OF CREDIT


Pembayaran kepada Eksportif dilakukan oleh Bank didasarkan pada penyerahan
dokumen-dokumen yang disaratkan dalam L.C yang diterima dari Issuing Bank yang
dinyatakan dalam valuta asing yang convertible

3.3 WESEL INKASSO ( COLLECTION DRAFT )


Penagihan harga barang yang telah diekspor dilakukan dengan mengirimkan draft serta
dokumen-dokumen lainnya atas barang yang dikirim.

3.4 OPEN ACCOUNT ( PERHITUNGAN KEMUDIAN )


Berarti pembayaran harga barang dilakukan kemudian setelah barang diterima oleh
pembeli.

3.5 CONSIGNMENT ( KONSINYASI )


Dimaksud adalah penjualan barang secara titipan, dimana eksportir memberikan amanat
kepada penerima barang untuk menjualkan barang tersebut.

3.6 PEMBAYARAN LAINNYA


Selain pembayaran dengan model diatas yang telah disepakati oleh pihak penjual dan
pembeli antara lain secara barter dll
LETTER OF CREDIT
PENGERTIAN L.C
“Documentary Credit (s)” dan “Standby Letter (s) of Credit” berarti setiap perjanjian, apapun
namanya atau maksdunya dimana suatu Bank ( Issuing Bank ) bertindak atas permintaaan dan
instruksi dari seorang nasabah (Applicant) atau atas namanya sendiri.

Dari pengertian tersebut dapatlah diambil kesimpulan bahwa LC merupakan sarana yang
memberikan perlindungan dalam pembayaran suatu transaksi perdangan, sepanjang persyaratan
yang ditetapkan dalam LC dipenuhi.

DOKUMEN & BARANG / JASA / PELAKSANAAN


Dalam operasional LC semua pihak berhubungan dengan dokumen dan bukan barang, jasa dan/
atau pelaksanaan lainya yang berkaitan dengan dokumen yang bersangkutan

TAHAP TAHAP DALAM PENANGANAN


TRANSAKSI EKSPOR
A. MEKANISME TRANSAKSI EKSPOR DENGAN BANKERS
L.C
Sebelum menguraikan tahap-tahap pelaksanaan dalam menghadnle ( penanganan ) transaksi
ekspor ; secara garis besar disampaikan mekanisme transaksi ekspor dengan LC sebagai
berikut :
1) Eksportir dan importir menanda tangani sales Contract.
2) Importir mengajukan aplikasi pembukaan LC kepada Banknya
3) Jika bank importir bersedia membuka LC, Bank tersebut akan membuka LC untuk
keuntungan Eksportir yang diarsipkan melalui Advising Bank
4) Advising Bank melakukan verifikasi keabsahan LC yang diterimanya, selanjutnya
meneruskan LC kepada Benefiacry ( Eksportir )
5) Eksportir segera setelah meneruma LC menyiapkan barang yang akan diekspor,
mengajukan PEB kepada Bank dan setelah memperoleh ijin muat dari Bea Cukai,
mengapalkan barang. Perusahaan pelayaran menerbitkan B/L dan menyerahkan
kepada Bank / Eksportir
6) Eksportir menyiapkan dokumen-dokumen yang diminta LC dan menarik draft serta
menyerahkan kepada bank untuk negosiasi
7) Negotiating Bank memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen sesuai dengan
syarat dan kondisi LC, selanjutnya melakukan negosiasi
8) Negotiating Bank mengirimkan dokumen ekspor kepada Issuing Bank, dan
mengklaim pembayaran
9) Issuing Bank memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen. Jika ternyata sesuai
dengan syarat LC memberitahukan kepada Applicant
10) – Issuing Bank membayar klaim reimbursement kepada negotiating Bank
- Issuing Bank mendebit Applicant/ Importir untuk nilai LC atau sisa cover LC

Keterangan :

1. Sales / Purchase Contract


2. Apply L/C Open
3. Issue L/C
4. Advice L/C
5. Original B/L
6. Present Docs
7. Nego
8. Forward Reg. Docs and Claim
9. Deliver Docs / Debit Docs
10. Payment Authorization
11. Reimburstment Request
BAB II LETTER OF CREDIT

1. DEFINISI L/C
Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai kontrak penjualan barang jarak jauh
antara pembeli dan penjual yang belum saling mengenal dengan baik. Dengan kata
lain, L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Tetapi,
L/C bukan merupakan garansi atau surat berharga yang dapat dipindahtangankan.
C.F.G. Sunaryati Hartono, mengatakan :
“ Secara harfiah L/C dapat diterjemahkan sebagai Surat Hutang atau Surat Piutang
atau Surat Tagihan, tetapi sebenarnya L/C lebih merupakan suatu janji akan
dilakukannya pembayaran, apabila dan setelah terpenuhi syarat-syarat tertentu.”
Sementara UCP mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk
melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan
pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen ( misalnya
konosemen, faktur, sertifikat asuransi) yang sesuai dengan persyaratan L/C. intinya
ialah bahwa L/C merupakan “Janji Pembayaran”.

2. DASAR HUKUM L/C


Peraturan Pemerintah no. 1 Tahun merupakan dasar hokum L/C di Indonesia.
Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 yang secara rinci
mengatur L/C belum ada. Sesuai dengan kenyataan bahwa dalam praktek perbankan
Indonesia telah digunakan UCP sebagai ketentuan L/C sejak tahun 1970-an, maka
Bank Indonesia mendukung keberadaan praktik tersebut. Bank Indonesia mendukung
UCP dijadikan sebagai ketentuan L/C. Bank Indonesia melihat bahwa rasa aman
tercipta jika L/C tunduk pada UCP

3. UCP sebagai Ketentuan L/C


UCP merupakan kompilasi kebiasaan dan praktik internasional mengenai L/C.
Kadang kadang dikatakan juga UCP merupakan kodifikasi praktik. UCP bertujuan
menciptakan keseragaman praktik L/C secara internasional/ UCP merupakan
pedoman dalam pelaksanaan L/C sehingga sejauh mungkin dapat dihindari perbedaan
atau kesalahan penafsiran di antara para pihak dalam melaksanakan L/C.

4. L/C Sebagai Kontrak Baku


L/C adalah kontrak antara bank penerbit dan penerima. Michael Rowe, seorang
lawyer Inggris yang terkenal, mengatakan bahwa L/C sebagai kontrak mengikat bank
penerbit sejak L/C diberitahukan kepada penerima, tetapi penerima sendiri tidak
terikat pada L/C tersebut. Penerima bebas melaksanakannya, maka ia terikat pada L/C
dimaksud sejak pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C .

Format permintaan penerbitan L/C yang dinamakan juga Form of Application atau
Documentary Credit application atau instruction to issue Letter of Credit pada
umumnya adalah baku (standar) secara Internasional. Format ini meliputi hal-hal
yang pada dasarnya terdiri dari :
a. Nama dan alamat lengkap penerima,
b. Jumlah dan mata uang L/C
c. Tipe L/C
d. Cara pembayaran L/C,
e. Pihak tertarik wesel dan jangka waktu wesel,
f. Uraian barang termasuk rincian jumlah dan harga per unit,
g. Rincian dokumen-dokumen yang dipersyaratkan,
h. Tempat pengiriman barang, tempat muat barang, dan tempat tujuan barang
i. Cara pembayaran biaya angkut barang,
j. Alih kapal diperknankan atau tidak,
k. Pengiriman sebagian-sebagian diperkenankan atau tidak,
l. Tanggal pengiriman terakhir
m. Batas waktu pengajuan dokumen untuk pembayaran, akseptasi, negosiasi dan
pembayaran kemudian,
n. Tanggal dan tempat jatuh tempo L/C
o. L/C dapat dialihkan atau tidak
p. Cara penerusan L/C Hal-hal yang dimuat dalam permintaan penerbitan L/C ini
adalah juga hal-hal yang dimuat dalam L/C karena L/C merupakan cerminan
(perwujudan) dari permintaan penerbitan L/C.

5. Aspek Hukum Perdata Internasional


L/C pada dasarnya tunduk pada UCP. UCP menjadi pilihan hokum untuk L/C. akan
tetapi, ICC mengatakan bahwa walaupun L/C tunduk pada UCP, UCP bukanlah satu-
satunya hukum yang berlaku untuk L/C yang bersangkutan. Pengadilan atau lembaga
arbitrase dapat menerapkan hukum nasionalnya, walaupun L/C tunduk pada UCP.
Dalam hal terjadi pertentangan hukum antara UCP dan hukum nasional, pertentangan
demikian tidak diatur pemecahannya dalam UCP dan UCP tidak dapat
mengesampingkan hukum nasional. Pertentangan hukum tersebut paling baik jika
diselesaikan oleh pengadilan.
6. Putusan Pengadilan Indonesia Mengenai L/C
Putusan pengadilan Indonesia mengenai L/C sepengetahuan penulis masih relatif
sangat sedikit. Hal ini dapat dimengerti karena berdasarkan hasil penelitian lapangan,
relative banyak sengketa-sengketa L/C diselesaikan oleh para pihak di liar campur
tangan pengadilan. Penyelesaian demikian dilakukan oleh para pihak karena ada
indikasi bahwa penyelesaian sengketa L/C melalui pengadilan relatif memakan waktu
dan biaya yang relative besar dibandingkan dengan penyelesaian sengketa di luar
campur tangan pengadilan.

7. L/C sebagai Pendorong Ekspor


Menurut data statistic, peranan L/C terhadap total ekspor non-migas Indonesia masih
dominan. Hal ini terlihat dari pangsa ekspor dengan L/C terhadap total ekspor non-
migas misalnya pada tahun 1994, 1995 dan 1996 masing-masing sebesar 64.51%,
59.05% dan 53.30% dengan nilai masing-masing sebesar 19.2 miliar dollar Amerika,
20.7 miliar dollar amerika dan 19.8 miliar dollar amerika dari total ekspor masing-
masing sebesar 29.7 miliar dollar amerika, 35.1 miliar dolar amerika dan 37.1 miliar
dollar Amerika

8. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri


Surat kredit berdokumen dalam negeri ( SKBDN ) merupakan L/C yang berlaku
nasional di Indonesia. Bank Indonesia melakukan pengaturan SKBDN adalah dalam
rangka upaya mendorong ekspor non-migas.
BAB III CARA PEMBAYARAN EKSPOR
TANPA L/C
3.1 ADVANCE PAYMENT
Adance Payment adalah penempatan dana oleh pembeli sesuai dengan permintaan
penjual sebelum pengiriman barang atau pelaksanaan jasa, Walaupun cara pembayaran
ini mahal dan mengandung risiko tinggi, namum tetap biasa dilakukan apabila sedang
berada dalam proses produksi barang khusus atau pelaksanaan jasa secara khusus dan
pada modal. Dalam hal ini, kedua belah pihak dapat saling menyetujui pembayaran du
muka sebagai pendanaan biaya operasi atau pembayaran sesuai tahap proses produksi.

Cara pembayaran ini digunakan apabila :


1. Kredibilitas pembeli diragukan
2. Situasi ekonomi dan politik Negara pembeli belum stabil dan
3. Terjadi penundaan yang cukup lama atas penerimaan pembayaran dari pembeli,
mungkin disebabkan oleh kejadian di luar kuasanya ( force majeure )

Keterangan :

1. Importir menginstruksikan banknya untuk melakukan pengiriman uang melalui


korespondennya di Indonesia untuk keuantungan eksportir
2. Sending Bank melakukan transfer uang yang dikirim tersebut.
3. Paying Bank mengkredit rekening eksportir
4. Eksportir mengirim barang setelah menerima transfer sesuai kesepakatan dengan importir
serta melengkapi dokumen yang diperlukan
5. Menyerahkan dokumen kepada Paying Bank
6. Paying Bank mengirimkan dokumen ekspor kepada bank dari siapa diterima transfer
uang muka
7. Sending Bank menyarahkan seluruh shipping document kepada importir
8. Importir mengambil barang di pelabuhan berdasarkan dokumen yang telah diterimanya
dari sending bank

3.2 OPEN ACCOUNT


Open account adalah suatu perjanjian antara pembeli dan penjual, di mana barang
diproduksi dan diserahkan sebelum pembayaran diperlukan. Open accpunt merupakan
janji untuk membayar sejumlah uang yang ditetapkan, pada waktu yang akan datang dan
tanpa pembeli menerbitkan suatu negotiable instrument sehubungan dengan janjinya.

Keterangan :

1. Mengirimkan barang-barang sesuai permintaan importir secara terus-menerus


2. Shipping docs. Diserahkan kepada Remitting Bank untuk disampaikan kepada Collecting Bank
3. Harga barang yang dikirimkan dicatat dalam open account sebagai tagihan kepada importir
4. Shipping Docs. Diteruskan Remitting Bank pada Collecting Bank
5. Dokumen diserahkan Collecting Bank kepada importir tanpa pelunasan
6. Importir mengambil barang di pelabuhan
7. Importir melunasi sebagian sesuai kesepakatan mereka dengan eksportir
8. Collecting Bank mentrasnfer kepada Remitting Bank
9. Remitting Bank mengkredit rekening eksportir
10. Eksportir mencatat pelunasan sebagai pengurangan atas tagihannya
3.3 COLLECTION
Collection adalah suatu perjanjian dimana barang dikirimkan dan wesel yang berkaitan
dengan collection tersebut ditarik oleh penjual lalu diberikan kepada pembeli dan atau
dokumen dikirimkan kepada bank penjual dengan instruksi yang jelas sebagai collection
melalui salah satu bank korespondennya yang berlokasi ditempat pembeli. Biasannya hak
atas barang beralih kepada pembeli ( kecuali pembeli adalah nama penerima barang pada
shipping document ), sampai wesel dibayar atau diterima oleh pembeli. Collection
memberikan suatu alternative pembayaran kepada kedua pihak selain open account atau
advance payment. Collection pada dasarnya lebih berhubungan dengan penjualan barang
disbanding dengan pelaksanaan jasa

3.4 CONSIGNMENT
Cara pembayaran consignment ini biasa dilakukan oleh perusahaan yang telah menjalin
kera sama erat atau antara induk perusahaan dengan anak perusahaannya. Barang
dikirmkan kepada importir sebagai barang titipan untuk kemudian dijual. Kedudukan
importir disini bukanlah sebagai pembeli . Sampai saat barang dijual oleh importor, hak
atas barang itu masih ada atas eksportir, sedangkan pembayaran atas barang itu baru akan
dikirimkan kepada eksportir setelah barang itu terjual. Sebelum Departemen Perdagangan
menerbitkan buku Kebijakan Umum di Bidang Ekspor pada akhir tahun 2008, ekspor
logam timah, bijih timah, dan kerak timah diatur sebagai berikut :
1. Ekspor konsinyasi logam timah dilakukan tanpa pembukuan suatu L/C ( sekarang
untuk timah batangan harus ada L/C )
2. Ekspor konsinyasi logam timah dilakukan hanya oleh PT. Tambang Timah dengan
seizing Departemen Perdagangan dan Bank Indonesia.
3. Sebagai penerima dari ekspor konsinyasi logam timah adalah European Office of the
State Tin Mines ( EOMIN ), Antwerpen atau Indometal Corp. New York, dan cabang
cabang lainnya yang akan ditunjuk oleh Departemen Perdagangan.
4. Penjualan logam timbah dilakukan di bawah pengawasan Trade Commissioner R.I /
atas Perdagangan R.I di London / New York
5. Sebagai pertanggung jawaban atas setiap penjualan timah tersebut, PT. Tambang
Timah wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia Urusan Luar Negeri di Jakarta
dan Departemen Perdagngan
6. Untuk setiap pengapalan logam timbah, perhitungan hasil penjualan dari seluruh
partai penjualan wajib disampaikan kepada Bank Indonesia Urusan Luar Negeri di
Jakarta dan Departemen Perdagngan
Keterangan :

1. Eksportir mengirimkan barang sebagai barang titipan dengan kepemilikan masih pada eksportir
2. Shipping Docs. Diserahkan eksportir kepada Remitting Bank.
3. Remitting bank mengirimkan shipping documents kepada importir melalui collecting bank
4. Collecting bank menyerahkan Shipping Docs. Kepada importir untuk mengambil barang di
pelabuhan dan menjualkannya
5. Importir mengambil barang di pelabuhan
6. Importir menawarkan barang-barang tersebut ke calon pembeli
7. Hasil penjualan disetorkan importir ke Collecting Bank
8. Collecting Bank mentransfer setoran importir tersebut melalui Remitting Bank
9. Remitting Bank mengkredit transfer tersebut ke rekening eksportir.

3.5 COUNTER TRADE


Counter Trade ( imbal beli ) adalah perdagangan timbale balik antara dua Negara atau
antara dua perusahaan di dua Negara dengan cara membeli barang dari luar negeri dengan
pembayaran berupa barang yang senilai dengan barang yang diimpor.

Para pelaku counter trade :


1. Swasta dengan Swasta
2. Negara dengan Swasta/BUMN
3. Negara dengan Negara

Alasan dilakukannya counter trade :


1. Kurangnya Devisa untuk membiayai import
2. Promosi komoditas yang kurang popular dalam perdagangan normal
3. Perluasan pasar modal
4. Mendorong terciptanya teknologi baru
5. Menciptakan lapangan kerja baru, dan
6. Barter atau pertukaran barang dengan barang dalam bentuk yang sudah tua
Bentuk bentuk counter trade :

1. Barter : pertukaran barang dan/jasa tanpa menggunakan mata uang.


2. Counter purchase : eksportir setuju membeli produk dari negara importir, atau
bilateral clearance accounts set uo
3. Advance purchase : pertukaran barang dilakukan dan menaruh dananya di rekening
ESCROW untuk membayar eksportir
4. Buy Back : eksportir menerima pembayaran dalam bentuk barang dari hasil
penanaman modal yang disediakan
5. Offset : Kondisi yang dipaksakan kepada eksportir untuk mengikutkan komponen
dari negeri importir

3.6 CARA PEMBAYARAN LAIN YANG BIASA DIGUNAKAN


DALAM DUNIA PERDAGANGAN
Cara pembayaran yang biasa digunakan adalah Merchant’s L/C yaitu L/C yang dibuka
oleh perusahaan kepada perusahaan di negara lain. Penerusan ke luar negeri biasanya melalui
perbankan, namun perbankan hanya membuat satu surat pengantar untuk Merchant’s L/C
tersebut dan menegaskan bahwa tanpa tanggung jawab kepada pihak manapun, contoh : We pass
this Merchant’s L/C to you without responsibility on your part. Your Charges if any are of
accounts of beneficiary and please advice beneficiary on their charged.

Anda mungkin juga menyukai