Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia hemolitik adalah anemia yang tidak terlalu sering
dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang
tepat. Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP sanglah
tahun 1997. Anemia hemolitik merupakan 6% dari kasus anemia,
menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder
keganasan hematologis.( Wiwik Handayani.2008)
Anemia hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan destruksi eritrosit
sebelum waktunya. Dalam keadaan in sumsum tulang memproduksi darah
lebih cepat sebagai kompensasi hilangnya sel darah merah. Pada kasus
Anemia biasanya ditemukan splenomegali diakibatkan karena absorbsi sel
darah ysng telah mati secara berlebihan oleh limpa. Karena pada anemia
hemolitik banyaknya sel darah merah yang mati pada waktu yang relative
singkat Pada kasus anemia hemolitik yang akut terjadi distensi abdomen di
karenakna hepatomegali dan splenomegali
Dalam makalah ini penulis membahas tentang konsep dasar anemia
hemolitik serta asuhan keperawatannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
a. Apa Pengertian dari Anemia Hemolitik ?
b. Apa Etiologi dari anemia Hemolitik ?
c. Bagaimanakah patofisiologis pada anemia Hemolitik?
d. Apa saja manifestasi dari anemia Hemolitik?
e. Pemeriksaan penunjang apa saja yang perlu dilakukan ?
f. Bagaimankah penatalaksanaannya ?
g. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia
Hemolitik ?

1
2

C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Hemolitik ”.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang
konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

2
3

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses
hemolisis, yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum
waktunya(Wiwik Handayani,2008 ).Pada anemia hemolitik, umur eritrosit
menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari)
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis, kerusakan
abnormal sel-sel darah merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh
darah (hemolisis intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh
(extravascular)(htt:google,askep henolitik.2015 )

B. Etiologi

Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda


yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.

a. Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri
sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian antara lain:
1) Gangguan struktur dinding eritrosit
 Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh
kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini
berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala
anemianya lebih menyolok daripada dengan ikterusnya, sedangkan

3
4

pada orang dewasa sebaliknya. Suatu infeksi yang ringan saja


sudah dapat menimbulkan krisis aplastik
Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah
lama menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis
ditemukan kolelitiasis.
 Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval
(lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan
kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan
menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat
sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang.
Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari
penyakit ini.
 A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang
menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga
kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan
komposisi lemak pada dinding sel.

2) Gangguan pembentukan nukleotida


Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah
pecah, misalnya pada panmielopatia tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
• Defisiensi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
• Defisiensi Glutation reduktase
• Defisiensi Glutation
• Defisiensi Piruvatkinase
• Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
• Defisiensi difosfogliserat mutase
• Defisiensi Heksokinase
• Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase

3) Hemoglobinopatia

4
5

Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari


hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya
konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun
telah mencapai keadaan yang normal Sebenarnya terdapat 2
golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin ini, yaitu:
a) Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain
b) Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal
talasemia

b. Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
 Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
 Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi
yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
 Infeksi, plasmodium, boriella

C. Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh
turun-temurun dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur
adalah beragam dan dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik
cacat, abnormal hemoglobin, eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran
eritrosit, mekanis cedera, dan hypersplenism. Hemolisis dikaitkan dengan
pelepasan hemoglobin dan asam laktat dehidrogenase (LDH). Peningkatan
bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal dari hemoglobin dilepaskan.

Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat


hemoglobin normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan
eritrosit. Atau, pasien dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia
ditandai jika sumsum tulang mereka produksi eritrosit transiently dimatikan
oleh virus (Parvovirus B19) atau infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang
tidak dikompensasi eritrosit (aplastic krisis hemolitik, di mana penurunan
eritrosit terjadi di pasien dengan hemolisis berkelanjutan). Kelainan bentuk

5
6

tulang tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai kenaikan hematopoiesis,


perluasan tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia dini seperti anemia
sel sabit atau talasemia.

D. Manifestasi Klinis
Kadang – kadang Hemolisis terjadi secara tiba- tiba dan berat,
menyebabkan krisis hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di
tandai dengan:
a. Demam
b. Mengigil
c. Nyeri punggung dan lambung
d. Perasaan melayang
e. Penurunan tekana darah yang berarti

Secara mikro dapat menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu:


1) Perubahan metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan hasil
pemecahan eritrosit. Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada
hasil ekskresi yaitu urin dan feses.
2) Hemoglobinemia : adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya
tidak ada karena hemoglobin terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit
yang berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan kedalam plasma.
Jumlah hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi seluruhnya oleh
sistem keseimbangan darah akan menyebabkan hemoglobinemia.
3) Masa hidup eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih.

4) Retikulositosis : produksi eritrosit yang meningkat sebagai kompensasi


banyaknya eritrosit yang hancur sehingga sel muda seperti retikulosit
banyak ditemukan.

E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
1) Bilirubin serum meningkat
2) Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat
3) Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam

6
7

b. Gambaran peningkatan produksi eritrosit


1) Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
2) hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang
c. Gambaran rusaknya eritrosit:
1) morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom
mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.
2) fragilitas osmosis, otohemolisis
3) umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom.
persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur
eritrosit. semakin cepat penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek
umur eritrosit

F. Penatalaksanaan / Pengobatan
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan
perawatan khusus. Oleh karena itu, hanya aspek perawatan medis yang relevan
dengan sebagian besar kasus anemia hemolitik yang dibahas di sini.
a. Terapi transfusi
 Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi mereka
mungkin penting bagi pasien dengan angina atau cardiopulmonary
terancam status.
 Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk menghindari
stres jantung.
 Pada anemia hemolitik autoimun (AIHA), jenis pencocokan dan
pencocokan silang mungkin sulit. Gunakan paling tidak kompatibel
transfusi darah jika ditandai.. Risiko hemolisis akut dari transfusi darah
tinggi, tetapi derajat hemolisis tergantung pada laju infus.. Perlahan-
lahan memindahkan darah oleh pemberian unit setengah dikemas sel
darah merah untuk mencegah kehancuran cepat transfusi darah.
 Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis
(misalnya, talasemia atau kelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi
khelasi. Tinjauan sistematis baru-baru ini dibandingkan besi lisan

7
8

chelator deferasirox dengan lisan dan chelator deferiprone parenteral


tradisional agen, deferoxamine.
b. Menghentikan obat
 Discontinue penisilin dan agen-agen lain yang dapat menyebabkan
hemolisis kekebalan tubuh dan obat oksidan seperti obat sulfa (lihat
Diet).
 Obat yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan adalah sebagai
berikut (lihat Referensi untuk daftar lebih lengkap):
1. Penisilin
2. Sefalotin
3. Ampicillin
4. Methicillin
5. Kina
6. Quinidine
 Kortikosteroid dapat dilihat pada anemia hemolitik autoimun.
c. Splenektomi dapat menjadi pilihan pertama pengobatan dalam beberapa
jenis anemia hemolitik, seperti spherocytosis turun-temurun.
 Dalam kasus lain, seperti di AIHA, splenektomi dianjurkan bila
langkah-langkah lain telah gagal.
 Splenektomi biasanya tidak dianjurkan dalam gangguan hemolitik
seperti anemia hemolitik agglutinin dingin.
 Diimunisasi terhadap infeksi dengan organisme dikemas, seperti
Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae, sejauh
sebelum prosedur mungkin.

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Data demografi
a. Riwayat kesehatan
Pasien dengan anemia hemolitik datang dengan keluhan sakit kepala, lemah,
letih, pucat pada kulit dan membran mukosa
1) Riwayat kesehatan dahulu.

8
9

 Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan


pengobatan seperti anti kanker, analgetik dll
 Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar
ionisasi yang besar.
 Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung
as. Folat,Fe dan Vit12.
 Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi
 Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat
2) Riwayat kesehatan keluarga
 Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan atau kegagalan genetik
yang berasal dari orang tua.
 Perlu diketahui apakah dikeluarga pasien terdapat penderita yang
mengalami seperti yang dialami pasien saat ini.
3) Riwayat kesehatan sekarang.
 Klien terlihat keletihan dan lemah
 Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi.
 Mengeluh nyeri mulut dan lidah
 Perlu ditanyakan pada pasien tentang awal terjadinya keluhan seperti
pucat, lemah, kelemahan. Mengenai lamanya keluhan tersebut dirasakan
kualitas dan kuantitas keluhan,keadaan atau dan siuasi yang memperberat
dan memperingan keluahan dan ditanyakan apakah sudah pernah
dilakukan pengobatan.
b. Kebutuhan dasar
 Pola aktivitas sehari-hari
 Keletihan
 Malaise
 Kelemahan
Ditandai : Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja
1) Sirkulasi
 Palpitasi,
 takikardia,
 mur mur sistolik,

9
10

 kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, farink dan bibir) pucat
ditndai : Sklera : biru atau putih seperti mutiara
 Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan
vasokonstriksi (kompensasi).
ditandai : Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
 Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur
2) Eliminasi
 Haluaran urine
3) Integritas ego
 Depresi, ansietas, takut dan mudah tersinggung
4) Makanan dan cair
 Penurunan nafsu makan
 Mual dan muntah
 Penurunan BB
 Distensi abdomen dan penurunan bising usus
 Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan
5) Higiene
 Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi.
6) Neurosensori
 Sakit kepala, pusing, vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi.
Penurunan penglihatan, gelisah dan kelemahan
7) Nyeri atau kenyamanan
 Nyeri abdomen dan sakit kepala.
8) Keamanan
 Gangguan penglihatan, jatuh, demam dan infeksi
9) Seksualitas
 Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia atau amenore),
hilang libido, dan impoten ( DOENGES E MARYLIN, 1999 )
B. Diagnosa Keperawatan
b) Ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient

10
11

ke sel ditandai dengan kavilari revil > 3detik, sianosis, kulit pucat,
membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh.
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau
absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
ditandai denganklien mengeluh mual & muntah, terjadi penurunan BB,
penurunan lipatan kulit triseps, perubahan gusi, membran mukosa mulut.
d) nyeri berhubungan dengan sakit kepala dan nyeri abdomen
e) Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat ditandai dengan klien
mengeluh BAB keras dalam waktu lama, mual atau muntah, penurunan
nafsu makan, laporan nyeri abdomen tiba-tiba atau kram, gangguan bunyi
usus.
f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh
tubuh lemah, lebih banyak memerlukan istirahat.
g) Kurang pengetahuan berehubungan dengan kurang mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan
klien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang
dialami.
h) Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
i) Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
muntah, diare, dan atau hemoragi.
j) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist
( NANDA, 2012-2014 )

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa 1: Ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan

11
12

penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk


pengiriman oksigen atau nutrient ke sel ditandai dengan
kavilari revil > 3detik, sianosis, kulit pucat, membran mukosa
kering, kuku dan rambut rapuh.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3×24
jam
diharapkan terjadi peningkatan perfusi jaringan
Kriteria Hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil,
Tidak terjadi sianosis, Kapilarirefil < 3dtk, Kulit tidak pucat,
Membran mukosa lembab, Kuku dan rambut kuat
Intervensi : - Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi Awasi tanda vital
kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.

- Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

- Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

- Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.


Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai
indikasi.
Rasional : - Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan, Memberikan
informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan keb. intervensi.

- Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi


untuk kebutuhan seluler.

- Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial


risiko infark.

- Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan


/respons terhadap terapi.

b. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan
mencerna makanan atau absorpsi nutrient yang diperlukan

12
13

untuk pembentukan sel darah merah ditandai denganklien


mengeluh mual & muntah, terjadi penurunan BB, penurunan
lipatan kulit triseps, perubahan gusi, membran mukosa mulut.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria/Hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan
dengan nilai laboratorium normal.

- tidak mengalami tanda mal nutrisi.

- Mual muntah menurun

- Terjadi kenaikan BB

- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk


meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai.
Intervensi : - Observasi riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.

- Observasi dan catat masukkan makanan pasien.

- Timbang berat badan setiap hari.

- Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau


makan diantara waktu makan.

- Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan


gejala lain yang berhubungan.

- Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan


sesudah makan, gunakan sikat gigi.

- Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.


Rasional : - Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.

- Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan


konsumsi makanan.

- Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas


intervensi nutrisi.

- Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan


mencegah distensi gaster.

13
14

- Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada


organ.

- Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.


Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus
mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan
dan nyeri berat.

- Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan


individual.
c. Diagnosa 3 : nyeri berhubungan dengan sakit kepala dan nyeri abdomen
Tujuan : diberikan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang
Kriteria/ Hasil :- Px mengungkapkan peningkatan perasan nyaman

- Px melaporkan tidak ada sakit kepala atau nyeri abdomen

- Tidak ada Tanda Tanda nyeri


Intervensi : - Pertahankan lingkungan yang tenang

- Mempertahankan tirah baring selama pasien nyeri (akut)

- Bantu px dalam ambulasi sesuai dengan kebutuhan

- Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan


rasa sakit, misalnya, redupkan lampu kamar, pijatan, dan
tehnik relaksasi

- Kolaborasi Berikan sesuai indikasi : analgetik

Rasional : - Lingkungan yang tenang dapat meningkatkankenyamanan


px Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi

- Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan


sakit kepala. Px juga mengalami hipotensi postural

- Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit

- Untuk menurunkan atau menngontrol nyeri dan


menurunkan rangsang sisitem saraf simpatis

14
15

d. Dianosa 4 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet;


perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat
ditandai dengan klien mengeluh BAB keras dalam waktu
lama, mual atau muntah, penurunan nafsu makan, laporan
nyeri abdomen tiba-tiba atau kram, gangguan bunyi usus
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan pola eliminasi klien normal dari fungsi usus
Kriteria/ Hasil : menunjukkan perubahan pola eliminasi BAB dengan
konsistensi lembek , frekuensi sesuai kebiasaan, warna
khas feses

Intervensi :- Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

- Auskultasi bunyi usus.

- Awasi intake dan output (makanan dan cairan).

- Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari

- Hindari makanan yang membentuk gas.

- observasi kondisi kulit perianal dengan sering, catat


perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan
perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.

- Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif


pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau
keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : - Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan
intervensi yang tepat

- Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan


menurun pada konstipasi.

- Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan


atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.

15
16

- Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila


konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi
pada diare.

- Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.

- Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air


dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan
demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai
perangsang untuk defekasi.

- Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan


atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.
e. Diagnosa 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh tubuh lemah,
lebih banyak memerlukan istirahat.
Tujuan : Setelah diberiakan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan klien dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
Kriteria/ Hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
aktivitas sehari-hari)

- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis,


misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih
dalam rentang normal.
Intervensi : - Observasi kemampuan ADL pasien.

- Observasi kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya


jalan dan kelemahan otot.

- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah


aktivitas.

- Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan


kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di
indikasikan.

16
17

- Anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan


kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).

Rasional : - Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

- Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi


vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko
cedera.

- Lingkungan tenang membantu px melakukan istrahat


yang cukup tanpa adanya kebisingan

- Istrahat membantu pemulihan sel yang rusak dan


penggunaan energi yang banyak
E. Evaluasi
a. Keefektifan perfusi jaringan dengan
 kavilari revil > 3detik,
 sianosis,
 kulit pucat, membran mukosa kering,
 kuku dan rambut rapuh
b. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi
 Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Tingkat nyeri yang intermitten
 Nyeri pusing dan
 Nyeri abdomen
d. Pola defekasi yang tidak lancar
 Proses BAB kurang dari normalnya
e. Intoleransi dan aktivitas yang berat
 Lemah, lesu dan mudah letih

17
18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia hemolitik adalah anemia yan di sebabkan oleh proses
hemolisis,yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum
waktunya.Pada anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek
(normal umur eritrosit 100-120 hari), Anemia hemolitik dapat disebabkan
oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik
kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel
eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) Gangguan struktur dinding eritrosit
2) Gangguan pembentukan nukleotida
3) Hemoglobinopatia
b. Faktor Ekstrinsik
kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
1) Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
2) Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi
yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
3) Infeksi, plasmodium, boriella

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

18
19

Daftar Pustaka
 Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 20092011. Jakarta:EGC.
 Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan.Jakarta:EGC
 Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
 Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Ganngguan Sistem Hematologi.Salemba Medika

19

Anda mungkin juga menyukai