Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak
dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. Gobal initiate for asthma
menyatakan bahwa asma didefinisikan sebagai suatu penyakit yang heterogen
yang dikarakterisir oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pernafasan
(Ikawati, 2016). Asma dapat dibagi menjadi tiga yaitu asma bronkhiale, status
asmatikus dan asmatikusemergency ( Rab, 2010). Asma yang banyak kita
jumpai adalah asma bronkhiale.Asma bronkhiale adalah penyakit jalan nafas
obstruktif, reversible dimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu (Musliha, 2010).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam nugroho, Putri dan
Putri (2016), penyakit asma pada saat ini diperkiraan 100-150 juta penduduk
dunia menderita asma dan diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sedangkan ikawati (2016) Prevalensi
asma telah meningkat disemua negara dan diperkirakan 250.000 orang
meninggal karena asma setiap tahunnya.
Tanda dan gejala yang muncul pada penyakit asma bronchial yaitu
sesak nafas berat, batuk produktif pada malam hari, bunyi nafas tambahan
(wheezing) pernafasan dangkal, peningkatan usaha bernafas, pernafasan
cuping hidung (Manurung, 2016).Dari tanda dan gejala tersebut mala muncul
berbagai masalah keperawatan salah satunya adalah ketidakefektifan pola
nafas.
Ketidakefektifan pola nafas merupakan inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak memberi ventilasi adekuat (herdman dan Kamitsuru,
2015).Masalah ketidakefektifan pola nafas dapat dijumpai padapenderita asma
dimana penderita tersebut menunjukkan tanda adanya edema mukosa,
hipersekresi mucus, dan bronkospasme.Hal ini yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit

1
(muttaqin, 2008). Dampak yang ditimbulkan pada ketidakefektifan pola nafas
maka proses ventilasi tidak adekuat dan bisa menimbulkan gawat nafas dan
timbul gejala seperti dipsnea, takipnea, nafas pendek (Wilkinson dan Ahern,
2013). Tindakan yang dilakukan agar dampat ketidakefektifan tidak terjadi
bisa dilakukan dengancara memposisikan pasien untuk meringankan sesak
nafas, menganjurkan pasien minum air hangat, kolaborasi dalam pemberian
nebulizer (Bulechek, Butcher, Dochterman & Wagner, 2016).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembuatan laporan pendahuluan adalah

1. Jelaskan Pengertian Asma bronkhiale!


2. Apa saja Etiologidari asma bronkhiale?
3. Sebutkan Tanda dan Gejala dari Asma bronkhiale!
4. Jelaskan Patofisiologi dari asma bronkhiale!
5. Bagaimana Pathway dari asma bronkhiale?
6. Sebutkan Pemeriksaan Penunjang dari asma bronkhiale!
7. Jelaskan Penatalaksanaan Asma bronchiale!
8. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan pendahuluan ini agar
mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Pengertian Asma bronkhiale!
2. Menjelaskan Etiologidari asma bronkhiale?
3. Menyebutkan Tanda dan Gejala dari Asma bronkhiale!
4. Menjelaskan Patofisiologi dari asma bronkhiale!
5. Menjelaskan Pathway dari asma bronkhiale?
6. Menyebutkan Pemeriksaan Penunjang dari asma bronkhiale!
7. Menjelaskan Penatalaksanaan Asma bronchiale!
8. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Asma bronkhiale yakni suatu bronkospasme yang sifatnya reversible
dengan latar belakang alergi. (Agenda Gawat Darurat (critical care), 573)
Asma bronkhiale adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversible
yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi
dengan antigen. (Ilmu Penyakit Paru, 337)
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri
bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran nafas). (Imam
Somantri, 2008)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa asma bronkhiale
adalah gangguan pada saluran bronchial yang mengalami kontaminasi dengan
antigen.

B. Etiologi
Menurut Hasdianah dan Supranoto (2014) penyebab asma bronkhiale yaitu :
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh factor-faktor
pencetus yang spesifik, sepertidebu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic da aspirin) dan spora jamur.Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik.
b. Intrinsic (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik dan tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berak dan sering sejalan dengan
bertambahnya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik
dan emfisema.

3
Menurut Nugroho, Putrid an Putri (2016) penyebab asma
bronkhiale adalah allergen, infeksi saluran pernafasan, tekanan jiwa,
olahraga atau kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara,
lingkungan kerja.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada asma bronkhiale antara lain mengi
atauwheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atausesak, batuk produktif,
nyeri dada takikardi, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea,
kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis, berkeringat, ekspirasi memanjang dan
gelisah (Nugroho, Putri & Putri, 2016.

D. Patofisiologi
Proses Asma bronkhiale dipicu oleh agen-agen pencetus (alergen,
infeksi, dll) menyebabkan pelepasan Ig E yang merangsang sel mast dalam
sub mukosa paru.Sel mast ini akan mengalami degranulasi dan akan
mengeluarkan berbagai mediator antara lain histamine, bradikinin, enzim
paroksidase, prostaglandine, anaphilaksis.
Mediator ini menyebabkan edema mukosa sehingga terjadi peradangan
pada bronkus yang mempengaruhi system peredaran darah dan merangsang
hipotalamus untuk menghasilkan prostaglandin dan menyebabkan suhu tubuh
tinggi.Selain menyebabkan peradangan pada bronkus, edema mukosa juga
menyebabkan batuk, keringat dingin, sputum kental dan banyak.
Agen non alergen (latihan fisik, emosi, dll) menyebabkan terjadinya
respon saraf simpatis dan parasimpatis. Respon saraf simpatis akan memicu
system adrenergic di bronkus yang menyebabkan bronkokonstriksi.
Bronkokonstriksi menyebabkan peningkatan kerja nafas, takipnea, takikardia,
mengi (wheezing).Peningkatan kerja nafas juga menyebabkan kehilangan air
sebagai penguapan ekshalasi dan penurunan masukan oral.Kehilangan air juga
menyebabkan plak mukosa sehingga terjadi atelektasis yang menyebabkan
hipoksemia.

4
E. Pathway

Faktor intrinsik faktor ektrinsik

Infeksi kuman allergen + faktor genetic

Infeksi saluran pernafasan

Pengaktifan respon imun


(Sel mast)

Pengaktifan mediator kimiawi


Histamine, serotonin, kinin

Bronchospasme Edema Mukosa Sekresi Inflamasi

Penyempitan jalan nafas

Ketidakefektifan pola nafas

Serangan paroksimal

Dyspnea, wheezing
Batuk, sputum

anoreksia Ketidakefektifan bersihan ancaman


Jalan nafas kehidupan

Ketidakseimbangan ansietas
Nutrisi kurang dari
Kebutuhan tubuh

5
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Faal Paru
Untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan, dan mengikuti perjalanan penyakit.Alat
yang digunakan adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup
flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut
kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil yang
terbaik.Volume tidal menurun, kapasitas vital menurun, kapasitas bernapas
maksimum juga menurun.
2. Foto Toraks
Terutama dilakukan pada anak yang baru berkunjung pertama kali
di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain. Pada
pasien asma akan terlihat jelas corakan paru yang meningkatkelainan
berupa hiperinflasi atau atelektasis
3. Pemeriksaan darah, eosinofil dan uji tuberculin
Eosinofilia pada darah tepi dan secret hidung dan dahak. Dalam
sputum dapat ditemukan kristal Charcot-Leyden dan spiral Crushman.
Bila infeksi mungkin didapatkan lekositosis polimorfonukleus
a. Pengukuran kadar Ig E total berguna untuk mencari penyebab asma pada
anak yang mempunyai riwayat asma yang diragukan apakah penyebabnya
infeksi virus atau alergi.
b. Pengukuran kadar Ig E spesifik untuk mencari alergen penyebab,
walaupun masih controversial. Dilakukan pada dermografisme, dermatitis
atopik yang luas atau pada bayi.
4. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk.
Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak terdapat di
daerahnya.Uji alergi kulit berguna untuk menunjukkan alergen yang
potensial sebagai pencetus.Hasil uji alergi kulit harus dihubungkan
dengan keadaan klinis, dan bila cocok itulah agen alergen yang sesuai.
5. Analisa gas darah (kasus berat)

6
Pada awalnya ph meningkat, Pa CO2 dan Pa O2 turun (alkalosis
respiratori ringan akibat hiperventilasi); kemudian penurunan ph,
penurunan Pa O2 dan peningkatan Pa CO2 (asidosis respiratorius)

6. EKG
Sinus takikardi

G. Penatalaksanaan Asma bronkhiale


Menurut musliha (2010) penatalaksanaan medis pada asma bronkhiale
adalah :
1. Penatalaksanaan non-farmakologi
a. Penuluhan
Penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan pengetahuan
klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari
factor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan
berkonsultasu pada tim kesehatan.
b. Menghindari factor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikassipencetus serangan asma
yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan
mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi
klien.
c. Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus.Ini
dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
2. Penatalaksanaan farmakologi
Pengobatan dengan farmakologi obat pelega seperti salbutamol,
terbutaline, feniterol, metaproterenol, formoterol.
3. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan pasien asma ditujukan bila pasien sedang tidak mendapat
serangan dan saat mendapat serangan.

7
b. Jika pasien sedang tidak mendapat serangan asma, perawtan
ditujukan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan
memberikan pendidikan pada pasien sendiri ataupun keluarganya.
c. Pasien atau orang tua harus mengenal tanda akan terjadi serangan
asma
d. Cara memberikan obat bronchodilator sebagai pencegahan bila
dirasakan akan mengalami serangan asma. Apakah dengan aerosol
atau semprot atau oral,dsb
e. Mencegah serangan asma dengan menghilangkan faktor pencetus
f. Orang tua juga perlu memperhatikan
g. Menjaga keserasian keluarga agar tidak menimbulkan maslah
psikologis bagi anak
h. Menjaga kesehatan anak dengan memberi makanan yang cukup
bergizi tetapi menghindari makanan yang mengandung alergen bagi
anaknya.
i. Kapan anak harus dibawa konsultasi. Persediaan obat tidak boleh
sampai habis. Lebih baik jika obat tinggal 1-2 kali pemakaian anak
sudah dibawa control ke dokter
j. Ikut melaksanakan atau mengawaasi kegiatan anak dalambatas yang
ditentukanoleh dokter.
k. Kepada anak sendiri (yang telahmengerti) diberiyahukan apa yang
boleh ia lakukan dan yang tidak.
l. Jika pasien sedang mendapat serangan asma masalah yang perlu
diperhatikan pada saat serangan adalah pasien menderita kesukaran
bernapas (pakaian yang menganggu pernapasannya supaya dilepas
saja, usahakan agar ruangan cukup mengandung O2 bila perlu jendela
dibuka tetapi anak jangan ditempatkan di depan jendela (bahaya
terkena angina langsung) dan gangguan rasa aman dan nyaman.

8
H. Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut Wijaya dan Putri (2013) konsep asuhan keperawatan asma
bronkhiale :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Pengkajian mengenai Nama, Usia, Jenis kelamin, perlu
dilakukan pada pasien asma.
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu : pada klien kaji jika pernah menderita
penyakit asma sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat
dengan sianosis ujung jari.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya klien sesak nafas, batuk-
batuk, lesu tidak bergairah, pucat tidak ada nafsu makan, sakit
pada dada dan jalan nafas, sesak setelah melakukan aktivitas atau
menghadapi suatu krisis emosional, sesak nafas karena perubhan
udara dan debu, batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Kaji riwayat keluarga jika ada yang
menderita penyakit asma dan penyakit alergi, seperti rhinitis
alergi, sinusitis, dermatitis.
c. Pemeriksaan fisik

Menurut Muttaqin (2008) pemeriksaan fisik pada pasien asma


bronkhiale yaitu :

1) Keadaan umum

Perawat perlu mengkaji tentang kesadaran klien,


kecemasan, kelemahan, suara bicara, denyut nadi, frekuensi
pernafasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan, sianosis, batuk dengan lender lengket, dan posisi
istirahat klien.

9
2) B1 (Breathing)
a. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasa, serta penggunaan otot bantu pernafasan.
Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan
kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior,
retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernafasan, dan
frekuensi pernafasan.
b. Palpasi

Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan


taktil fremitus normal.

c. Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai


hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.

d. Auskultasi

Terdapat suara veskuler yang meningkat disertai


dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali
inspirasi, dengan bunyi nafas tambahan utama wheezing pada
akhir ekspirasi.

3) B2 (Blood)

Perawat perlu memonitor dampak asma pada status


kardiovaskular meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,
tekanan darah.

4) B3 (Brain)

Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji.Di


samping itu, diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan
tingkat kesadaran klien pada composmentis, somnolen, atau koma.

10
5) B4

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena


berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu
memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok.

6) B5 (Bowel)

Perlu dikaji juga tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-


tanda infeksi, mengingat hal-hal tersebut juga dapat merangsang
serangan asma.Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi
jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya.Pada klien dengan sesak nafas, sangat potensial
terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena
terjadi dispnea saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan
yang dialami klien.

7) B6 (Bone)

Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda


infeksi pada ekstermitas karena dapat merangsang asma.Pada
integument perlu dikaji adanya permukaan yang kasar, kering,
kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis.Pada rambut, dikaji warna rambut,
kelembapan, dan kusam, perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur
dan istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan
istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami
klien.Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti
olahraga, bekerja, dan aktivitas lainnya.

11
2. Diagnosis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien asma bronkhiale adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Penurunan curah jantung
e. Intoleransi aktifitas
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
g. Ansietas

3. Perencanaan
Menurut Moorhead, Johnson, Maas, dan Swanson (2016),
perencanaan yang digunakan pada pasien dengan ketidakefektifan pola
nafas berdasarkan Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu Status
penafasan. Indikator yang digunakan yaitu frekuensi pernafasan, irama
pernafasan, suara auskultasi nafas, suara nafas tambahan. Skala outcome
1-5 ( 1 : Berat, 2 : cukup, 3 : sedang, 4 : ringan, 5 : tidak ada).
Sedangkan menurut Bulechek, Butcher, Dochterman, dan Wagner
(2016) perencanaan yang digunakan pada pasien ketidakefektifan pola
nafas berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) yaitu
Manajemen Jalan Nafas :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
c. Buang secret dengan melakukan teknik batuk efektif
d. Auskultasi suara nafas
e. Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas
f. Monitor respirasi dan oksigenasi
g. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler
h. Kolaborasi dalam pemberian nebulizer
i. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu)

12
j. Anjurkan pasien minum air hangat
k. Ajarkan klien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu
l. Bantu klien mengenal tanda dan gejala sebelum terjadi reaksi asma
m. Ajarkan teknik bernafas atau relaksasi

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik.Penulis melakukan implementasi
berdasarkan semua tindakan yang sudah direncanakan pada intervensi.
Implementasi yang akan dilakukan yaitu :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Buang sekret dengan melakukan teknik batuk efektif
c. Auskultasi suara nafas
d. Posisikan paien untuk meringankan sesak nafas
e. Monitor respirasi dan oksigenasi
f. Kolaborasi dalam pemberian nebulizer
g. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu)
h. Anjurkan pasien minum air hangat

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan rangkaian proses dalam asuhan keperawatan


dimana tindakan dalam evaluasi adalah mengukur kemajuan pasien dalam
kriteria hasil dengan indikator yang sudah direncanakan yaitu frekuensi
pernafasan, irama pernafasan, suara auskultasi nafas, suara nafas tambahan
dengan Skala outcome 1-5 (1: Berat, 2: cukup berat, 3: sedang, 4: ringan,
5: tidak ada), dan menganalisis respon klien terhadap tindakan yang telah
dilakukan untuk menentukan seberapa jauh criteria hasil yang telah
dicapai.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit karena adanya inflamasi kronis pada
saluran pernafasan.Sedangkan asma bronkhiale adalah gangguan pada saluran
bronchial yang mengalami kontaminasi dengan antigen. Biasanya akan timbul
tanda dan gejala seperti, sesak nafas, batuk produktif, suara nafas tambahan,
pernafasan dangkal, peningkatan usaha bernafas, pernafasan cuping hidung.
Dari tanda dan gejala yang muncul di atas dapat diperoleh masalah
keperawatan ketidakefektifan pola nafas.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Prof. Dr. H. Tabrani Rab. 2010. Agenda Gawat Darurat (Critical Care)
Jilid 2. Jakarta. PT Alumni
 Prof. Dr. H. Tabrani Rab. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. CV Trans
Info Media
 Ela Triana. 2017. Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan
Pola Nafas Pada Tn. S dengan Asma Bronchiale di Ruang Cendana RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Purwokerto. Prodi D III
Keperawatan Purwokerto Poltekkes Kemenkes Semarang

15

Anda mungkin juga menyukai