LATAR BELAKANG
yaitu sebesar 32,6% , terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu
dari sisi ekonomi. Kelompok ekonomi rendah ini mempunyai resiko tinggi
rumah. Hal ini dapat dimengerti karena Indonesia adalah Negara dengan tingkat
(Safar, 2003).
1
Cacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif),
cacingan dapat menimbulkan kurangnya gizi berupa kalori dan protein serta
kehilangan darah yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan
angka prevalensi infeksi cacingan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
yaitu pada daerah iklim tropik, yang merupakan tempat ideal bagi perkembangan
telur cacing, perilaku yang kurang sehat seperti buang air besar di sembarang
tempat, bermain tanpa menggunakan alas kaki, sosial ekonomi, umur, jenis
Salah satu cacing yang tingkat infeksinya masih tinggi di Indonesia ialah
Indonesia di sebut cacing kremi. Penyakit yang di timbulkan oleh cacing ini di
tidak melalui tanah. Penyakit yang di timbulkan oleh cacing ini disebut
Enterobiasis dengan rasa gatal di sekitar anus yang terjadi pada malam hari
sehingga tidur anak menjadi tergganggu, maka anak menjadi lemah, nafsu makan
berkurang dan pada anak perempuan cacing ini dapat menyebabkan radang pada
2
tuba falopii (salpingitis) dan akan sering buang air kecil ( Natadisastra dan
Agoes, 2009).
lingkungan yang tidak memadai. Hal ini yang dapat di temukan di Dusun Air
Sagu.
Dusun Air Sagu merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa
Dusun Air Sagu terdiri atas 10 RT dan RT 09 merupakan salah satu RT yang
sebagian besar di huni oleh para pengungsian dari Timor Leste. Tetapi sekarang
para pengungsian tersebut sudah menjadi warga Noelbaki karena sudah menetap
lama di Desa Noelbaki. Namun, fasilitas perumahan yang di huni oleh para
pengungsian dari Timor Leste masih sangat terbatas karena mereka semua
memiliki anak-anak dengan jumlah yang banyak serta sanitasi lingkungan yang
tidak memadai karena tinggal dengan padat anggotanya. Hal ini terbukti pada
saat melakukan survei peneliti melihat bahwa tembok dari gedung tersebut
batasi oleh sekat dan berlantai tanah, berdinding bebak dan memiliki tiga WC
dua WC rusak tetapi masih juga di gunakan sedangkan WC yang baik hanya 1
3
di temukan pembuangan sampah di halaman rumah, air yang tergenang di
halaman rumah dan akses jalan yang rusak. Taraf kehidupan masyarakat disana
juga masih tergolong rendah sehingga berdampak pada kesehatan dan tingkat
pendidikan masyarakat.
anak di temukan bahwa salah satu anak tersebut menderita cacing Enterobius
mendapatkan informasi dari orang tua anak tersebut yang menjelaskan tentang
gejala yang di alami anak tersebut yaitu sering merasa gatal di sekitar anus sudah
B. RUMUSAN MASALAH
Tahun 2014.
4
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Desa Noelbaki.
5
2. Bagi Peneliti
Kemenkes Kupang.
3. Bagi Institusi
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Enterobiasis
a. Pengertian
b. Epidemiologi
yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat diisolasi dari debu
dari ruangan.
6
keluarga yang terinfeksi cacing kremi, telur cacing kremi dapat di
(toilet), bak mandi, alas kasur, pakaian dan tilam (Sandjaja, 2007).
hendak tidur, supaya alas tidur (kasur) tidak terkontaminasi telur cacing
2. Enterobius vermicularis
ada pelebaran seperti sayap yang di sebut alae. Bulbus esofagus jelas
sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar
dan penuh telur. Cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai sayap
rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan
7
di temukan di dalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada
satu sisi (asimetrik). Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari
dinding telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam waktu 6 jam
(Sutanto, 2008).
Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang atau bila
usus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duodenum
(Sutanto, 2008).
8
Sumber:http://www.Standford.edu/group/parasites/parasites2004/enterobius/enterob
ius_lifecycle
anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke
2008).
makan, berat badan turun, aktifitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi
c. Cara penularan
9
1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk
yang terkontaminasi.
tertelan.
d. Diagnosis
10
tersebut telur dapat mempertahankan morfologinya selama 6 jam
(Irianti, 2009).
(Sutanto, 2008).
e. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
11
lakukan di Dusun Air Sagu RT 09 RW 04 Desa Noelbaki sedangkan
3. Variabel penelitian
Variabel terikat :
4. Populasi
12
sampling yaitu teknik sampling yang mengambil responden berdasarkan
penelitian ini ialah anak-anak dengan usia 2-12 tahun di Dusun Air Sagu
RT 09 RW 04 Desa Noelbaki.
6. Definisi operasional
Enterobius vermicularis.
vermicularis.
7. Prosedur penelitian
13
a. Pemeriksaan telur cacing dengan metode pita plastik perekat :
a) Mikroskop.
b) Objek glass.
2) Cara kerja :
perianal.
perianal pasien.
14
b. Pemeriksaan telur cacing metode Kato-Katz
berlubang).
c) Objek glass.
cm).
sebelum di gunakan.
2) Cara kerja :
meja laboratorium.
15
b) Tinja diambil kira-kira 20-50 mg dengan lidi,
laboratorium.
8) Analisis hasil
16
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝐸. 𝑣𝑒𝑟𝑚𝑖𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟𝑖𝑠
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑛𝑎𝑘
9) Jadwal penelitian
1. Pengumpulan judul
proposal.
2. Menentukan lokasi
penelitian.
17
3. Melakukan survei
pendahuluan.
4. Penyusunan proposal.
5. Seminar proposal.
09 RW 04.
7. Pengambilan sampel
8. Penyusunan KTI.
9. Ujian KTI.
09 RW 04)
18
2. Biaya alat dan bahan Rp. 300.000
ceellotiphe)
19