Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya,sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul “tetanus neonatorum Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ASUHAN PENYAKIT TROPIS.

Kami menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dan sumber untuk itu kami menyampaikan rasa hormat kami dan terimakasih
kepada Dosen pengampuh kami bapak Ns. Hansen M Su, S.Kep.,MA.,M.kep yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................... i

DAFTAR ISI ....................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................... 1


B. Tujuan penulisan ....................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Defenisi Tetanus Neonatorum ....................................... 3


2. Etiologi ....................................... 3
3. Patofisiologi ....................................... 5
4. Manifestasi klinis ....................................... 5
5. Komplikasi ....................................... 6
6. Pemeriksaan Penujang ........................................6
7. Penatalaksanaan dan pengobatan ........................................6
8. Pencegahan ........................................6
9. Asuhan Keperawatan ........................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………..11
B. Saran ………………………..11

DAFTAR PUSTAKA ………………………..12

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih. Kematian tetanus
sekitar 45 – 55 %, sedangkan pada tetanus neonatorum sekitar 80%. Terdapat
hubungan terbalik antara lamanya masa inkubasi dengan beratnya penyakit. Resiko
kematian sekitar 58 % pada masa inkubasi 2 – 10 hari, dan 17 – 35 % pada masa
inkubasi 11 – 22 hari. Bila interval antara gejala pertama dengan timbulnya kejang
cepat, prognosis lebih buruk.
Berdasarkan hasil survey dilaksanakan oleh WHO di 15 negara di Asia, Timur
Tengah dan Afrika pada tahun 1978 –1982 menekankan bahwa penyakit Tetanus
Neonatorum banyak dijumpai daerah pedesaan negara berkembang termasuk
Indonesia yang memiliki angka Proporsi kematian Neonatal akibat penyakit Tetanus
Neonatorum mencapai 51 %. Pada kasus Tetanus Neonatorum yang tidak dirawat,
hampir dapat dipastikan CFR akan mendekati 100%, terutama pada kasus yang
mempunyai masa inkubasi kurang dari 7 hari.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas serta melihat peran dan fungsi perawat
sangatlah penting dalam hal memperbaiki derajat kesehatan khususnya masalah
Tetanus Neonatorum pada anak. Dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatan
meliputi aspek promotif (memberikan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan
status kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (memberikan obat-obatan untuk
mengobati penyebab dasar), rehabilitatif (dokter, perawat dan peran serta keluarga
dalam perawatan pasien).

4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
Tetanus Neonatorum.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam makalah ini , mahasiswa mengetahui :
1) Definisi Tetanus Neonatorum
2) Etiologi Tetanus Neonatorum
3) Patofisiologi Tetanus neonatorum
4) Manifestasi Tetanus neonatorum
5) Komplikasi Tetanus Neonatorum
6) Pemeriksaan Penunjang pada Tetanus Neonatorum
7) Penatalaksanaan dan pengobatan Tetanus Neonatorum
8) Pencegahan Tetanus Neonatorum

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik
yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal,
pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut
dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989 )

Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan
adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Masih merupakan masalah di indonesia
dan di negara berkembang lain, meskipun beberapa tahun terakhir kasusnya sudah jarang di
indonesia. Angka kematian tetanus neonatorum tinggi dan merupakan 45 – 75 % dari
kematian seluruh penderita tetanus. Penyebab kematian terutama akibat komplikasi antara
lain radang paru dan sepsis, makin muda umur bayi saat timbul gejala, makin tinggi pula
angka kematian. (Maryunani, 2011)

2. Etiologi
Penyebabnya adalah Clostrodium tetani, yang infeksinya biasanya terjadi melalui luka pada
tali pusat. Ini dapat terjadi karena pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat yang
steril. Faktor lain adalah sebagian ibu yang melahirkan tidak atau belum mendapatkan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada masa kehamilannya. Hasil Clostrodium tetani ini
bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan
toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan
dan spasme otot. Masa inkubasi biasanya 5-14 hari, tergantung pada tempat terjadinya luka,
bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman Tetanus Neonatorum.

6
PATHWAY TETANUS NEONATURUM

Terpapar kuman clostridium

Eksotoksin

Pengangkutan toksin melewati saraf motorik

Sumsum tulang belakang Otak Saraf otonom

Tonus otot Menempel pada Mengenai saraf

Cerebral Gangliosides Simpatis

Menjadi kaku Kekakuan & kejang khas Hipertermi

pada tetanus

Gangguan suhu

Hilangnya keseimbangan tonus otot

Kekakuan otot

Sistem pencernaan system pernapasan

Gangguan Gangguan Kedidak efektifan Gangguan

eliminasi nutrisi Jalan napas Komunikasi


verbal

7
3. Patofisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit berubah menjadi bentuk
vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat
penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat
adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal
toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan
aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin
telah terkumpul dalam sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf
lower motorneuron keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin
menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.( Aang, 2011)

Kategori Tetanus Neonatorum Sedang Tetanus Neonatorum Berat


Umur bayi > 7 hari 0 – 7 hari
Frekuensi Kadang-kadang Sering
kejang
Bentuk Mulut mencucu, Mulut mencucu,
kejang
Trismus kadang, Trismus terus-menerus,

Kejang rangsang (+) Kejang rangsang (+)


Posisi badan Opistotonus kadang-kadang Selalu opistotonus
Kesadaran Masih sadar Masih sadar
Tanda-tanda Tali pusat kotor, Tali pusat kotor,
infeksi
Lubang telinga kotor/bersih Lubang telinga kotor/bersih

4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya meliputi :
a. Kejang sampai pada otot pernafasan
b. Leher kaku
c. Dinding abdomen keras
d. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
e. Suhu tubuh dapat meningkat. (Deslidel, 2011)

8
5. Komplikasi
a. Bronkopneumonia
b. Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan
c. Sepsis neonatorum.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b. pemeriksaan cairan otak biasanya normal
c. pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan unit
motorik secara terus-menerus . (Teddi, 2010)

7. Penatalaksanaan dan Pengobatan Tetanus Neonatorum


Penatalaksanaan tetanus neonatorum adalah perawatan tali pusat dengan alat – alat
yang steril. (Deslidel, 2011)
Pengobatan tetanus ditujukan pada :
a. Netralisasi tosin yang masih ada di dalam darah sebelum kontak dengan sistem saraf,
dengan serum antitetanus (ATS teraupetik)
b. Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk menghentikan produksi toksin
c. Pemberian antibiotika penisilin atau tetrasiklin untuk membunuh kuman penyebab
d. Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
e. Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
f. Mengurangi serangan dengan memberikan obat pelemas otot dan sesedikit mungkin
manipulasi pada penderita. (Maryunani , 2010)

8. Pencegahan
a. Imunisasi aktif
Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin pertusis dan
difteri ( vaksin DPT ). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5 – 10 tahun sesudah
suntikan “ booster “. Tetanus toksoid (TT) selanjunya diberikan 10 tahun kecuali
bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila suntikan
terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya atau bila belum pernah vaksinasi. Pada

9
luka yang sangat parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinasi terakhir sudah
lebih dari 1 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan TT pada semua wanita usia
subur atau wanita hamil trimester III, selain memberikan penyuluhan dan bimbingan
pada dukun beranak agar memotong dan merawat tali pusat bayi dengan cara
semestinya. Dapat terjadi pembengkakan dan rasa sakit pada tempat suntikan
sesudah pemberian vaksin TT. (Maryunani, 2010)
b. Imunisasi pasif
Diberikan serum anti tetanus (ATS Profilaksis) pada penderita luka yang
beresiko terjadi infeksi tetanus, bersama – sama dengan TT. (Maryunani, 2010)

9. Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Tetanus Neonatorum

1. Pengkajian keperawatan
1) Pengkajian
2) Riwayat kehamilan prenatal.
Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT
3) Riwayat natal ditanyakan.
Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan
persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat
persalinan.
4) Riwayat postnatal.
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menetek
(incubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat
menetek dengan gejala kejang yang pertama (period of onset).
5) Riwayat imunisasi pada tetanus anak.
Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan
terakhir
6) Riwayat psiko sosial.
a) Kebiasaan anak bermain di mana
b) Hygiene sanitasi

10
7) Pemeriksaan fisik.
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari
tetanus, bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya
bayi sukar menetek, mulut “mecucu” seperti mulut ikan. Risus sardonikus dan
kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan
sianosis.
Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan kesukaran
untuk membuka mulut (trismus).
Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-
otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata agak menyipit, sudut mulut
keluar dan ke bawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot
pinggang, semua trunk muscle.
Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-mula terjadi
setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status konvulsius.
Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah, atau
gigitan binatang
8) Tata laksana pasien tetanus
Umum
a. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Pemberian cairan secara i.v.,
sekalian untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump (valium
pump).
b. Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu
tracheostomy.
c. Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sungkup.
d. Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam
bolus i.v. 5 mg untuk neonatus, bolus i.v. atau perectal 10 mg untuk
anak-anak (maksimum 0.7 mg/kg BB).

11
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan
kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
b. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan sirkulasi (hipoksia berat).
c. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut
(adanya spasme pada otot faring).
d. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang
diagnosis/prognosis penyakit anak
e. Gangguan komunikasi verbal b.d. sukar untuk membuka mulut (kekakuan
otot-otot masseter)
f. Risti gangguan pertukaran gas b.d. penurunan oksigen di otak.
g. Risti injuri b.d. kejang spontan yang terus-menerus (kurang suplai oksigen
karena adanya oedem laring).

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan
kalori yang tinggi, intake yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan
dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi dehidrasi
b. Tidak terjadi penurunan BB
c. Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb Tidak
menunjukkan tanda-tanda malnutrisi
Intervensi:
1. Catat intake dan output secara akurat.
2. Berikan makan minum personde tepat waktu.
3. Berikan perawatan kebersihan mulut.
4. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.
5. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi
dan sesuaikan dengan kebutuhan.

12
6. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.
7. Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gizi.

b. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut


(adanya spasme pada otot faring)
Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal.
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi aspirasi
b. Bunyi napas terdengar bersih
c. Rongga mulut bebas dari sumbatan

Intervensi :
1. Berikan O2 nebulizer
2. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.
3. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk.
4. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.
5. Berikan perawatan kebersihan mulut.
6. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan
melihat waktu.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Penyakit ini disebabkan oleh
karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa
adanya oksigen dan pemotongan tali pusat yang tidak steril.
Tanda dan gejala meliputi , Kejang sampai pada otot pernafasan, Leher kaku, Dinding
abdomen keras, Mulut mencucu seperti mulut ikan dan Suhu tubuh dapat meningkat.
Komplikasi dari penyakit Tetanus Neonatorum seperti Bronkopneumonia, Asfiksia akibat
obstruksi sekret pada saluran pernafasan, Sepsis neonatorum. Pemeriksaan penunjangnya
adalah pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit, pemeriksaan cairan otak
biasanya normal dan pemeriksaan elektromiogram.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:


a) Pada Perawat

Agar meningkatkan kualitas dalam meningkatkan pengetahuan Tentang Asuhan


Keperawatan Anak Dengan Tetanus Neonatorum dengan membaca buku-buku dan
mengikuti seminar.

b) Pada Mahasiswa

Mahasiswa tidak boleh mudah merasa puas dengan mendapatkan ilmu pengetahuan dan
wawasan dari hasil diskusi dan penjelasan dosen saja, selain itu mahasiswa harus lebih
aktif dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasannya secara mandiri dan tidak
hanya pada mata kuliah Keperawatan Anak I saja tetapi mata kuliah lainnya, agar ilmu
pengetahuan dan wawasannya lebih luas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, hajjah. 2011. Buku ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba

Medika

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

15

Anda mungkin juga menyukai