Anda di halaman 1dari 2

Questions to be answered for IR Theory on Friday, 23 March 2018 by Dhana,

Muhammad Zikri, Parlindungan Satria, Triansi Philni, Widiya


1. Why is it called “critical theory”?
Jawab: Karena teori ini kritis terhadap teori-teori yang sudah ada. Sepertinya teori-teori
yang sudah ada terserat akan kepentingan-kepentingan tertentu. Sehingga teori-teori tidak
hanya bersifat “objektif” karena ada kepentingan subjek dari pencentus teori terhadap objek
yang ditelitinya.
2. Are there theories which are not “critical”? What is the criterion or parameter? Kriterianya
“status quo” (jawaban aleks)
Jawab: Ya, ada teori yang dianggap tidak kritis yang dimana kriterianya adalah
memisahkan objek sebagai fakta dan subjek sebagai nilai/penilaian. Atau dengan kata lain
teori tersebut dianggap “bebas nilai”. Biasanya teori-teori yang tidak kritis ini mengikuti
metode ilmu alam yang dianggap “bebas nilai”
3. Critical about what? -> emansipasi/ dan liberalisasi dari pola2 dominasin (jawaban aleks)
Jawab: Kritis akan pola-pola dominasi yang ada di struktur sosial dan ekonomi masyarakat
yang dijustifikasi oleh klaim yang dianggap benar (knowledge claims) karena dianggap
“bebas nilai”, padahal yang secara sadar atau tidak sadar teori tersebut memiliki
kepentingan politik tertentu/ subjektif. Jadi tidak mungkin bebas nilai. Seperti klaim “free
trade” dalam teori liberal yang dianggap dapat memajukan negara ternyata hanya dapat
memajukan negara besar yang dimana produksinya lebih efektif & modal yang besar.

4. What is the relationship between theory and politics or power? Teori dapat digunakan untuk
menjelaskan struktur sosial dan politik yang belum ada. (jawaban aleks)
Jawab: Hubungan teori dan politik/kekuasaan dilihat dari legitimasi status quo. Karena
teori dengan kegiatan keilmuannya mempromosikan dan meligitimasi kepentingan tertentu
di dalam masyarakat yang sifatnya dominasi, maka kegiatan keilmuan itu akan tereduksi
menjadi kegiatan politik. Teori itu akan mengklaim bahwa teorinya benar dan diterima
masyarakat sehingga kepentingan politik dalam teori tersebut dapat mempertahankan
posisi politik subjek pencetus teori di masyarakat.

5. Are social sciences or IR theories in particular free from political or ethical judgement?
Tidak. Pasti value laden (jawaban aleks)
Jawab: Tidak. Teori dalam politik atau HI tidak bisa bebas nilai atau dengan kata lain
“netral” karena teori tersebut serat akan kepentingan politik subjek. Objek dan subjek tidak
dapat dipisahkan
6. Can we recognize the political nature of knowledge claims? Who benefit from knowledge
claims?
Jawab: Ya, kita bisa mengenali hakikat politik dari knowledge claims dari historis dan
kepentingan subjektif dari teori tersebut. Misalnya, sejarah setelah perang dunia kedua,
muncul teori neo-liberal yang dimana adanya peran organisasi internasional sebagai
kestabilan sistem internasional dengan mendorong “demokrasi”, yang sebenarnya hanya
menguntungkan negara pemenang perang dunia kedua untuk masuk dan menguasai negara
yang demokratisasi tersebut. Padahal dalam organisasi internasional juga belum tentu
demokratis karena ada veto yang eksklusif terhadap negara pemenang PD II untuk
mengatur internasional yang sudah diterima oleh masyarakat dari teori neo liberal tersebut.
Sehingga yang diuntungkan adalah pencetus teori yang serat akan kepentingan subjektif.

Anda mungkin juga menyukai