BAB I
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi
dari mukosa lambung.
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau
local.
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke
dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
B. Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a. Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia.
Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung).
b. Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2
tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan
infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
C. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a. Gastritis Akut Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi terutama
aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung),
makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b. Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui, biasanya
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
D. Patofisiologi
1. Gastritis akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug
seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor
defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan
pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok
dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak
dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung. Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama
dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia
mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas
mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi
menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai
gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan
infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H.
pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau
pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.
H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat
mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa
lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat
menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian
semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus
lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus
meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal
superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit,
namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel
lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan
hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan
terbentuk.
E. Manifestasi Klinis
1. Gastritis Akut
a. Anoreksia
b. Mual
c. Muntah
d. Nyeri epigastrum
e. Perdarahan saluran cerna pada hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
2. Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada gastritis
tipe B, pasien biasanya mengeluh :
a. Nyeri ulu hati
b. Anorexia
c. Nausea
d. Anemia
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di
bawah ini :
1. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
2. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat.
3. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
4. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa lambung.
5. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung
6. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena
gastritis.
7. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
8. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi
gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
G. Komplikasi
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang dapat berakhir
sebagai syok hemoragie.
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
H. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,1999)
Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis), yaitu
sebagai berikut:
1. Gastritis Akut
a. Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
c. Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
d. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastrofestinal.
e. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
f. Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
g. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
h. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka
yang di encerkan.
i. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
2. Gastritis Kronik
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih
sering.
b. Mengurangi stress
c. H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth (pepto-
bismol).
I. Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya
komplikasi, dan pengobatannya. Umumnya prognosis gastritis adalah baik,
namun dapat terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
Anamnesa meliputi nama, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, alamat, suku/bangsa,
agama, tingkat pendidikan (bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini)
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
2) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan
klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
3) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
c. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kwadran
epigastrik.
1) B1 (breath) : takhipnea
2) B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat,
warna kulit pucat.
3) B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi,
nyeri epigastrum.
4) B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5) B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
6) B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
2. Fokus Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
b. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : Hipotensi (termasuk postural), Takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi), warna
kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit / membran
mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis
(GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis,
bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensil, bunyi usus : sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan, karakteristik feses : diare, darah warna gelap,
kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine : menurun, pekat.
e. Makanan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian
luar sehubungan dengan luka duodenal), masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati,
sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah,
membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).
f. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi /
oksigenasi).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba
dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau
menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus
gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). Faktor pencetus : makanan, rokok,
alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
h. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi
portal)
i. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol,
steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
C. Implementasi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair
yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan
Kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, produksi urine
output seimbang, muntah darah dan berak darah berhenti.
Rencana Tindakan :
a. Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
Rasional : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah merah cerah menandakan
adanya atau perdarahan arterial akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap
mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises.
b. Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur TD dengan
posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin .
Rasional : Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.
c. Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental,
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
Rasional : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak
adekuatnya penggantian cairan.
d. Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur
kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e. Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan
aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan
berbahaya.
Rasional : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan
perdarahan lanjut.
f. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional : Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan
komplikasi paru serius.
g. Kolaborasi pemberian cairan/darah sesuai indikasi.
Rasional : Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan
(akut/kronis).
h. Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin digunakan bila infeksi penyebab gastritis kronis.
i. Awasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
Rasional: Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan mengawasi keefektifan
terapi.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Tujuan:
Nyeri terkontrol.
Kriteria Hasil:
Klien menyatakan nyerinya hilang dan tampak rileks, TTV stabil,TD=140/90 mmHg,
N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-37oC, skala nyeri 0-1.
Rencana Tindakan:
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Rasional: Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri klien
sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya
komplikasi.
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi.
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.
Rasional : Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah distensi dan haluaran
gastrin.
d. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Rasional : Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu.
e. Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif.
Rasional: Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai indikasi.
Rasional : Mengobati nyeri yang muncul.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien tidak mual lagi, klien menghabiskan porsi makanan, peningkatan HB, peningkatan BB
mencapai berat badan ideal, conjungtiva tidak eremis.
Rencana tindakan :
a. Kaji status nutrisi dan factor-faktor penyebab kurangnya intake nutrisi.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien. Dan
perubahan yang terjadi.
b. Anjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung
c. Hindari makanan yang keras dan merangsang peningkatan asam lambung seperti pedas,
asam, kopi, alcohol dan lain-lain.
Rasional : untuk menghindari kerja lambung yang berat dan meminimalkan Iritasi pada
lambung.
d. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : untuk mengetahui perkembangan berat badan.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat penurun sekresi lambung
Rasional : untuk mencegah mual, dan muntah.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang hematemesis melena.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri (bila tahu) dan penggunaan
tindakan pengobatan.
Rencana Tindakan :
a. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita.
Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi dan memberikan
kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.
b. Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.
Rasional : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama dengan
klien.
c. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan perawatan di
rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan informasi/
keputusan tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan.
d. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan
kesehatan.
Rasional : Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih memahami tentang
penyakitnya.
e. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah diberi pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Nancy R. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta : EGC.
http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-gastritis.html
http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan%20Pencernaan-
Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html
laporan pendahuluan gastritis lansia
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS PADA LANSIA
A. Pengertian
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. (Priyanto,
2008.Hal 69). Dan Menurut Suratun (2010. Hal 59) gastritis adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa
penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah.Sedangkan menurut Broker (2009.Hal
571) gastritis adalah imflamasi mukosa yang melapisi lambung dan gastritis dapat terjadi
secara akut ataupun kronis.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut (Hirlan, 2009).Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronis, difus dan lokal.Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut
dan kronik (Price dan Wilson, 2005).Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke
dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.Berdasarkan
pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, 9 sedangkan hasil foto memperlihatkan
iregularitas mukosa (Wibowo, 2007).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
maupun kronis.
B. Etiologi
1. Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat, alkohol, bakteri,
virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman,
garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011).Faktor obat-obatan yang
menyebabkan gastritis seperti OAINS (Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat),
Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine),
Salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2006).
Hal tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Hal tersebut terjadi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan sehingga
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer (Jackson, 2006).Faktor-faktor penyebab
gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti whisky, vodka dan gin.Alkohol dan
kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga, dapat
menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2007).
Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori, namun dapat pula
diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii, Streptococci, Staphylococci, Protecus
species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan Secondary syphilis (Anderson,
2007).Gastritis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi
jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk penyebab dari
gastritis (Feldman,2001).
Gatritis dapat terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk
aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga
menimbulkan respons peradangan mukosa (Mukherjee, 2009).Terjadinya iskemia, akibat
penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung lambung, berhubungan dengan
keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).
Penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik dan makanan,
minuman.Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung.Hal ini
disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga
menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel lambung (Price dan
Wilson, 2005; Wibowo, 2007).
Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah melalui
penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang diproduksi di dinding
lambung merupakan lapisan pelindung dinding lambung dari faktor yang dapat merusak
dinding lambung antara lain asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi
Helicobacter pylori, OAINS, alkohol dan radikal bebas (Greenberg, 2002).
2. Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua predisposisi
penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi
(Muttaqin, 2011).
a. Gastritis infeksi Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007). Infeksi Helicobacter pylori sering
terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Saat ini Infeksi Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab tersering
terjadinya gastritis (Wibowo, 2007; Price dan Wilson, 2005). Infeksi lain yang dapat
menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis,
Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus (Wehbi, 2008).
b. Gastritis non-infeksi
1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat
yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
mengganggu produksi faktor intrinsik yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12. Kekurangan vitamin B-12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia,
sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua (Jackson, 2006).
2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu kronis dan
kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee, 2009).
3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan ureum terlalu banyak
beredar pada mukosa lambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).
4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai penyakit,
meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan kokain, Isolated
granulomatous gastritis, penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas, Rheumatoid
nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung
(Wibowo,2007).
5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri radiasi pada
lambung (Sepulveda, 2004).
C. Manifestasi klinik
Gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis kronik (Mansjoer, 2001).
1) Gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul.Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.Biasanya, jika
dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia
tertentu.
2) Gastritis kronik Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan gejala apapun
(Jackson, 2006). Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Gastritis kronis yang berkembang secara bertahap
biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang tumpul atau ringan (dull pain) pada perut
bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera setelah makan beberapa gigitan.
D. Patofisiologi
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan
barrier (pelindung).Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen.Gangguan difusi
pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak.Asam lambung
dan enzim-enzim pencernaan.Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi
peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi.Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan
perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.Spasme lambung juga mengalami
peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai
muntah.Bila iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan
mengenai pembuluh darah.Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan
hematemesis maupun melena.
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosive).Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung
dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke
mukosa HCI akan merusak mukosa. Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast.
Histamine akan menyebabkan penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler
sehingga timbul perdarahan pada lambung.
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan menjadi
terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan
mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang
dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin
(Vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus. Pada akhirnya klien gastritis dapat
mengalami anemia.Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung
dan perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61).
Fathway
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Faktor predisposisi dan presipitasi
a. Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti
inflamasi, cuka atau lada.
b. Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok, penggunaan obat-
obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat.
2. Test dignostik
a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya tersebar.
b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
c. Pemeriksaan radiology.
d. Pemeriksaan laboratorium.
e. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien
dengan gastritis kronik.
f. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah
merupakan anemia megalostatik.
g. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
h. Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan
mengambil jaringan untuk biopsi.
F. Pemeriksaan penunjang
Menrurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gastritis
meliputi :
a) Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b) Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi B12.
c) Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
d) Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI
lambung.Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.
e) Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel pariental dan faktor
instrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.
f) Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum.
g) Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
G. Penatalaksanaan
a. Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien Gastritis, baik gastritis
akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai berikut :
1. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya.Diet lambung, dengan porsi kecil
dan sering.Obat obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis
reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid.Juga ditujukan sebagai
sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglanding.
2. Gastritis kronis
Penatlaksanaa diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apa lagi jika test
serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab
pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2/
inhibitor pompa proton dan obat obatan prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan
terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi
negative dan bukti bukti kelainan sistemik yang mungkin bertanggung jawab terhadap gejala-
gejala.
b. Perawatan :
- meningkatklan istirahat pasien, mengurangi stress, farmakoterapi
- diet lambung dengan porsi kecil dan sering, untuk menetralisasi alkali gunakan jus lemon
encer atau cuka encer, terapi cairan intravena, endoskopi fiberoptik
H. Analisa Data
I. Diagnosa keperawatan
Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritasi akibat peningkatan asam lambung
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan tubuh yang kurang akibat
anoreksia dan tidak nafsu makan
3. Pengetahuan tentang penyakitnya (faktor penyebab dan terapi diet) b/d kurang terpaparnya
informasi.
J. Nursing care planning
No Diagnosa Nursing Outcome Nursing intervensi
. keperawatan (NOC) Clasification (NIC)
1 Gangguan rasa NOC : 1. Lakukan pengkajian
nyaman nyeri 1. Pain Level, nyeri secara
pada 2. pain control, komprehensif
efigastrium 3. comfort level termasuk lokasi,
b/d iritasi Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi,
mukosa keperawatan selama 1x24 jam frekuensi, kualitas
lambung klien tidak mengalami nyeri, dan faktor presipitasi
di tandai dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi
dengan : Indikator IR ERnonverbal dari
mengontrol nyeri 3 4 ketidaknyamanan
Ds : Melaporkan nyeri 3 43. Bantu pasien dan
-Klien Mengenali nyeri 3 4 keluarga untuk
mengatakan Rasa nyaman 3 4 mencari dan
nyeri pada ulu Tanda Vital Normal 3 4 menemukan
hati. Gangguan tidur 3 4 dukungan
Do : Ket : 4. Kontrol lingkungan
-Pasien 1 : kuat yang dapat
tampak gelisah
2 : berat mempengaruhi nyeri
dan meringis 3 : sedang seperti suhu ruangan,
-TD : 120 / 804 :Ringan pencahayaan dan
mmhg 5 : Tidak ada kebisingan
-N : 80 x/mnt 5. Kurangi faktor
-S : 37 oC presipitasi nyeri
-RR : 20 x/mnt -TD : 120 / 80 mmhg 6. Kaji tipe dan sumber
-N : 70 x/mnt nyeri untuk
-S : 36,5 oC menentukan
-RR : 20 x/mnt intervensi
-KU : baik 7. Ajarkan tentang
- skala nyeri 1 teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
8. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ……...
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2 Perubahan Setelah dilakukan tindakan
1. Indentifikasi dan
nutrisi kurang keperawatan selama 1 x24 jam batasi makanan yang
dari kebutuhan diharapkan masalah dapat teratasi menimbulkan
tubuh b.d Kriteria Hasil : ketidaknyaman
menurunnya Indikator IR 2. ERkolaborasi pemberian
nafsu makan Intake makanan adekuat 3 4 obat analgetik
Intake cairan adekuat 3 3. 4 buat jadwal masukan
tiap jam
- TD : 110/80 mmhg 4. timbang BB tiap hari
DS: - N : 100 x / menit 5. berikan makanan
- Klien - RR : 24 x/ menit sedikit tapi sering
mengatakan - S : 36,50C sesuai indikasi
nafsu makan, - Makan : 1 porsi 6. berikan diet makanan
menurun - Minum : 6-7 gelas perhari ringan dengan
karena tambahan makanan
anoreksia yang disukai
DO
- klien tampak
lesu
-KU lemah
-muntah ±
3kali
- Klien tampak
pucat
TD : 110/70
mmhg
N : 80 x / mt
RR : 18 x/ mt
S : 37 o c
3 DS: Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji tingkat
klien keperawatan selama 1 x24 jam pengetahuan tentang
mengatakan diharapkan masalah dapat teratasi penyakitnya
tidak tahu : 2. Berikan pendidikan
kenapa di ulu Kriteria Hasil : kesehatan tentang
hati terasa penyakitnya
Indikator I E
perih, panas 3. Motivasi klien
R R
dan kemeng- untuk melakukan
Paham tentang 3 4
kemeng. anjuran
penyakitnya
dalam pendidikan
Mengetahui penyebab 3 4
DO: kesehatan
penyakit
- klien tampak 4. Beri kesempatan
Mengetahui tanda dan 3 4
bingung untuk klien bertanya
gejala
terhadap peny tentang penyakitnya
Memahami obat yang 3 4
akitnya
dikonsumsi
- TD : 120/80
mmhg
- TD : 120/80 mmhg
- N : 110 x /70
- N : 80 x / m
mmhg
- RR : 20 x/ mt
- RR : 20 x/ m
- S : 36,5
- S : 37,5o C
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ja DX Implementasi Evaluasi
m
- Menanyakan keluhan yang S
dirasakan klien - Klien mengatakan nyeri di
- Mengukur TD, Suhu, ulu hati mulai berkurang
menghitung nadi, RR O : klien tampak tenang
- Melihat ekspresi wajah nyeri TD : 120/80 mmHg
klien untuk menentukan skala N : 80x/menit
nyeri RR: 20x/menit
- Mengajarkan teknik relaksasi S : 37,3 C
nafas dalam pada klien untuk
mengurangi nyeri A : masalah teratasi
- Menganjurkan klien untuk P : R dihentikan
beristirahat
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian gastritis
Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat kronis, difus
atau lokal yang sering terjadi pada lansia: dua jenis gastritis yang paling sering terjadi : gastritis
superfisial akut dan gastritis atropik kronik.
2. Etiologi
a. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi), kafein, alkohol, dan
c. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada
gastritis.
d. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh panas, merokok,
e. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan gangguan mekanisme
imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai antibodi terhadap sel parietal dalam darahnya, lebih
spesifik lagi, penderita ini juga mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik.
3. Patogenesis
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan – keadaan klinis yang
berat belum diketahui benar. Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid merusak mukosa lambung
melalui beberapa mekanisme. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensif mukosa
lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspiran dan obat
aninflamasi topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga
dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiflamasi non steroid juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu.
4. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim – enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan respons
mukosa terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut dengan regenerasi mukosa, karena itu
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan
keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosa lambung
akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas,
seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah,
perdarahan dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan
hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B12, sakit ulu hati setelah
6. Pemeriksaan Diagnosis
Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang berat
atau pengguna aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosa ini ditegakkan dengan pemeriksaan
gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang sembab, merah, mudah
berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi dari yang menyembuh
histopatologi. Untuk pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi pada semua segmen
lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi helicobacter pylori apalagi
jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang
cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H. Pylori
7. Penatalaksanaan
Gastritis akut :
c. Pemberian obat – obat H2 blocking, antasid atau obat – obat ulkus lambung yang lain.
Gastritis kronis :
Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus diperhatikan ialah
penyakit – penyakit lain yang keluhannya dapat dihubungkan dengan gastritis kronik. Anemia yang
disebabkan oleh gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12 atau
8. Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang – kadang
a. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap vitamin B12.
Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang secara
klinik hampir sama dengan anemia pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa
antibodi terhadap faktor intrinsik. Selain vitamin B12 penyerapan besi juga dapat terganggu.
b. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum pilorum. Gastritis
kronik sering dihubungkan dengan keganasan lambung, terutama gastritis kronik antrum pilorus.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Defenisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon
manusia terhadap masalah – masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang
1. Pengkajian
Adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis
akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan
Data subyektif meliputi anoreksia, mual, tidak nyaman perut pada tingkat tertentu.
Data obyektif meliputi selaput mukosa kering, otot lemah, muntah (jumlah, frekuensi, adanya
darah), ada tanda – tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, haus, penurunan turgor kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien tidak adekuat.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan berlebihan karena muntah.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan :
Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan.
1) Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah mencerna
3) Menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan selengkap
mungkin.
4) Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman pasien.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien tidak adekuat.
adekuat.
Intervensi keperawatan :
kelelahan.
3) Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai
4) Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan teratur, sesuai dengan nilai
elektrolit serum.
5) Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih.
6) Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral, menurunkan kebutuhan
8) Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode gastritis dievaluasi
dan dilaporkan.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan berlebihan karena muntah.
Intervensi keperawatan :
1) Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda – tanda awal dehidrasi.
4) Nilai elektrolit dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.
5) Pantau adanya indikator gastritis
Intervensi keperawatan :
2) Diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan yang
4) Antibiotik, obat – obatan untuk menurunkan sekresi lambung diberikan sesuai resep.
5) Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin B12
jangka panjang.
Intervensi keperawatan :
1) Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa
lambung.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat.
5. Evaluasi
Bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan harus dievaluasi.
b. Menghindari makan makanan pengiritasan, atau minuman yang mengandung kafein atau alkoholik.
I. Data biografis
Nama klien : Ny. P
TTL : Makassar 1930-an (± 72 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat/tlp : Panti social tresna werda Gau Mabaji Gowa Wisma XI
Suku : Makassar
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Keluarga terdekat yg dapat dihubungi : Tidak ada
VI. Sistem pelayanan kesehatan yang digunakan : Pelayanan kesehatan yang ada di panti.
VII. Deskripsi aktivitas selama 24 jam (kalau bisa buatkan jadwal kegiatan harian klien)
Klien bangun pagi, mandi, memakai bedak, kadang sarapan kadang tidak, berinteraksi/bertukar
pikliran dengan mahasiswa praktek sampai jam 14.30, istirahat siang, mandi sore, makan malam,
bersantai, istirahat.
Masalah yang berkaitan dengn konsumsi obat : persepsi klien terhadap keefektifan obat kurang
bagus
Riwayat alergi
Obat-obatan : Tidak pernah
Makanan : Tidak ada
Alergen : Tidak ada
Faktor lingkungan : Tidak ada
Nutrisi
Intake cairan : 1000-1500cc/24 jam
Jenis cairan : Air putih + Air teh.
Diet khusus : Tidak ada
Pembatasan makanan/ pilihan : Klien menghindari makan bubur dan klien sangat memilih dalam
makan.
Istirsahat/ Tidur
Klien mengatakan susah tidur malam
Klien mengatakan tidurnya hanya ± 5 jam/ hari
Klien mengatakan sering terbangun dari tidur malamnya.
Klien nampak mengantuk
Klien nempak tertidur pada pagi hari.
Aktivitas fisik
Klien mengatakan ia tidak terlalu banyak tahu tentang penyakit yang dideritanya
Klien mengatakan ia tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab kelumpuhannya.
Klien nampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Klien nempak bingung ketika kaji tentang penyakitnya
IX. Riwayat Keluarga (genogram 3 generasi)
G1
G2
72
G3
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
? : Tidak diketahui umur
: Garis Keturunan
: Garis Persaudaraan
G1: Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien sudah meninggal karena factor usia. Klien pun mengatakan
telah lupa kejadian meninggalnya.
G2: Ayah dan ibu Klien telah meninggal dunia. Ibu klien meninggal karena pembengkakan pada perutnya,
sedangkan ayah klien meninggal pada saat pergi mencari ikan di laut.
G3: Klien sekarang mengalami gastritis. Klien tinggal bersama dengan 4 orang nenek dip anti 11.
X. Tinjauan Sistem
Status vitalis
TD (120/70mmHg), N(60x/i), Suhu (36,0°C), RR(20x/i)
Status Generalis
Hemoptoe : tidak
Perdarahan/ memar : tidak
Anemia : tidak
Riwayat transfuse darah : tidak
Kepala :
Sakit kepala : tidak
Trauma berarti pada masa lalu : tidak
Gatal pada kulit kepala : tidak
Leher :
Kekakuan : tidak
Nyeri/ nyeri tekan : tidak
Benjolan/ massa : tidak
Keterbatasan gerak : tidak
Mata :
Perubahan penglihatan : ya
Kacamata : tidak
Nyeri : tidak
Air mata berlebih : tidak
Bengkak sekitar mata : tidak
Kabur : ya
Fotofobia : tidak
Riwayat infeksi : tidak
Dampak pd aktivitas sehari-hari : tidak
Mata klien nampak sayu
Telinga :
Perubahan pendengaran : tidak
Tinitus : tidak
Vertigo : tidak
Sensitivitas pendengaran : tidak
Alat bantu prostesa : tidak
Riwayat infeksi : tidak
Kebiasaan perawatan telinga : ya
Dampak pd aktivitas sehari-hari : tidak
Mulut & tenggorokan :
Sakit tenggorokan : tidak
Lesi/ ulkus : tidak
Perubahan suara : ya
Kesulitan menelan : tidak
Perdarahan gusi : tidak
Karies/ tanggal gigi : ya (klien hanya memiliki 5 gigi)
Riwayat infeksi : tidak
Tgl pemeriksaan gigi terakhir : klien sudah lupa
Menggosok gigi : tidak
Hidung & sinus :
Rinorhea : tidak
Epistaksis : tidak
Obstruksi : tidak
Mendengkur : tidak
Nyeri tekan pada area sinus : tidak
Alergi : tidak
Riwayat infeksi : tidak
Penialaian dari N.I : baik
Payudara :
Benjolan/ massa : tidak
Nyeri/ nyeri tekan : tidak
Bengkak : tidak
Keluar cairan dari putting susu : tidak
Perubahan pada putting susu : ya
Pemeriksaan SADARI : tidak
Tgl pemeriksaan mammogram terakhir : Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan.
Kardiovaskular :
Nyeri/ ketidaknyamanan dada : tidak
Palpitasi : tidak
Dispnea : tidak
Dispnea saat aktivitas : tidak
Dispnea nocturnal paroksismal : tidak
BJ tambahan : tidak
Edema : tidak
Varises : tidak
Parestesia : tidak
Perubahan warna kaki : tidak
Pernapasan :
Batuk : tidak
Dispnea : tidak
Sputum : tidak
Bunyi napas tambahan : tidak
Asma/ alergi : tidak
Tgl pemeriksaan foto thorax terakhir : Tidak pernah melakukan pemeriksaan.
Gastro intestinal :
Tidak dapat mencerna : tidak
Disfagia : tidak
Nyeri ulu hati : ya
Mual/ muntah : sering mual
Hematemesis : tidak
Perubahan nafsu makan : ya
Intoleransi makanan : tidak
Ulkus : tidak
Nyeri : ya
Ikterik : tidak
Benjolan/ massa : tidak
Perubahan kebiasaan defekasi : tidak
Diare : tidak
Konstipasi : tidak
Melena : tidak
Haemorhoid : tidak
Perdarahan rectum : tidak
Perkemihan :
Disuria : tidak
Menetes : tidak
Ragu-ragu : tidak
Dorongan : tidak
Heamturia : tidak
Poliuria : tidak
Nokturia : tidak
Inkontinensia : tidak
Nyeri saat berkemih : tidak
Batu : tidak
Infeksi : tidak
Genitoreproduksi:
Perdarahan pasca senggama (wanita) : tidak
Nyeri pelvic (wanita) : tidak
Penyakit kelamin : tidak
Riwayat menopause : ya
Tgl dan pemeriksaan terakhir PAP Smear : Tidak pernah
Muskuloskeletal :
Nyeri persendian : ya
Kekakuan : ya
Pembengkakan sendi : tidak
Deformitas : tidak
Spasme : tidak
Kram : tidak
Kelemahan otot : ya
Masalah cara berjalan : ya (klien tidak bisa berjalan)
Nyeri punggung : ya
Protesa : tidak
Latihan/ olahraga : tidak
Dampak pada aktivitas sehari-hari : ada
Endokrin :
Intoleran terhadap panas : tidak
Intoleran terhadap dingin : tidak
Goiter : tidak
Pigmentasi kulit/ tekstur : tidak
Perubahan rambut : ya
Polifagia : tidak
Polidpsia : tidak
Poliuria : tidak
Saraf pusat :
Sakit kepala : tidak
Kejang : tidak
Sinkope/ heart attack : tidak
Paralisis : tidak
Paresis : tidak
Masalah koordinasi : tidak
Tic/ tremor/ spasme : tidak
Parestesia : tidak
Cedera kepala : tidak
Masalah memori : ya
Psikososial :
Cemas : tidak
Depresi : tidak
Insomnia : ya
Menangis : ya
Gugup : tidak
Takut : tidak
Masalah dalam pengambilan keputusan : tidak
Suli konsentrasi : ya
Mekanisme koping yang digunakan jika ada masalah : kurang baik
Stress saat ini : tidak
Persepsi ttg kematian : baik
Dampak pada aktivitas sehari-hari : tidak
Lampiran 2
Indeks kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dibuat berdasarkan evaluasi kemandirian atau
ketergantungan fungsional klien dalam hal mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah,
kontinensia, dan makan. Definisi spesifik dari kemandirian atau ketergantungan fungsional diuraikan
di bawah index
A : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E,
atau F.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali seperti
secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
Berpakaian
Mandiri : mengambil baju dari lemari/ laci, berpakaian, melepaskan pakaian, mengancing pakaian,
mengikat dan melepas ikatan sepatu
Ke Kamar kecil
Mandiri : ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil, merapikan baju, membersihkan organ-
organ ekskresi, dapat mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya pada malam hari dan tidak
menggunakan alat bantu
Berpindah
Mandiri : berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri ( menggunakan alat bantu kursi
roda)
Kontinensia
Makan
Mandiri : mengambil makanan dari piring dan memasukannya ke mulut (memotong-motong daging/
ikan, mengolesi roti dengan mentega tidak dimasukkan dalam evaluasi)
Lampiran 3
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? (ya)
Ya
7. Apakah anda selalu merasa bahagia ? (tidak)
Tidak
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari daripada keluar dan melakukan sesuatu
yang baru? (ya)
Ya
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan dibanding dengan orang lain
? (ya)
Tidak
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan ? (tidak)
Tidak
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan ? (ya)
Tidak
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda ? (ya)
Ya
Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban Ya atau Tidak setelah pertanyaan
Lampiran 4
Keterangan :
Didapatkan ada 4 jawaban yang tidak tepat dan tergolong kerusakan intelektual ringan.
Lampiran 5
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
3 3 Pewawancara Registrasi
menyebutkan nama 3
buah benda; almari,
sepatu, buku, satu
detik untuk setiap
benda. Lansia
mengulang ke-3 nama
benda tsb. Berikan nilai
1 untuk setiap jawaban
yang benar
Analisa Data
1. Ds Nyeri
Do
Do
Ds
3. Imobilisasi fisik
Do
Ds
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada mukosa lambung
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan yang selalu dialami klien.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpapar informasi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati Setiawan, Edisi 9. Jakarta; EGC
Mansjoer, A,. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta; Media Aeusculapius,
Price, S.A,. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,; alih bahasa, Peter Anugrah; editor,
Caroline Wijaya, Edisi 4. Jakarta; EGC
Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung
Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC
Soeparman, S.W,. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,. Jakarta; Gaya Baru