Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Karena anak-anak sangatlah berbeda dari orang dewasa – baik
secara fisiologis maupun psikologis – asuhan keperawatan pediatric
merupakan fenomena yang spasial. Untuk menghadapi tantangan
berespons terhadap kebutuhan anak, banyak fasilitas asuhan keperawatan
dewasa ini diperlengkapi dengan unit pediatrik terpisah, sehingga perawat
dan staf asuhan keperawatan profesional lainnya dapat memberikan terapi
berdasarkan kebutuhan individual pasiennya masing-masing.
Namun, pada kenyataannya banyak fasilitas asuhan kesehatan tidak
memiliki ruangan berstandar tinggi seperti yang dimaksud. Sebagai
konsekuensi yang harus dipikul dalam penataan ruangan tersebut, anak-
anak yang menderita penyakit akut kadang-kadang tidak menerima
perhatian khusus serta perawatan yang mereka inginkan yang sepatutnya
harus mereka dapatkan.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak,
mengigat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan
oleh lingkungan keluarga, kehidupan dan kesehatan anak juga dipengaruhi
oleh dukungan keluarga.
Hal ini dapat telihat bila dukungan keluarga sangat baik maka
pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan
pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya
yang dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2005).
Anak dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi
untuk tumbuh dan berkembang ( Supartini, Yupi ). Anak bukanlah
miniature orang dewasa, melainkan individu yang sedang berada dalam
proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik.
Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga tumbuh kembangnya

1
dapat terus berjalan. Orangtua diyakini sebagai orang yang paling tepat
dan paling baik dalam memberikan perawatan pada anak, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
Keberadaan anak di tengah-tengah keluarga sangat penting, baik
dalam perawatan anak sehat, maupun saat anak sakit. Keluarga dengan
anak yang sedang sakit di rumah menuntut keluarga itu sendiri untuk
memberi perawatan yang optimal pada anak.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat memahami tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah :
 Untuk mengetahui filosofi keperawatan anak ( asuhan berpusat
pada keluarga dan asuhan atraumatik )
 Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan anak
 Untuk mengetahui paradigma keperawatan anak
 Untuk mengetahui peran perawat dalam keperawatan anak
 Untuk mengetahui lingkup praktik keperawatan anak
 Untuk mengetahui program kebijakan pemerintah terhadap
kesejahteraan anak
 Untuk mengetahui sistem perlindungan anak
1.3 Rumusan Masalah
 Apa filosofi keperawatan anak ( asuhan berpusat pada keluarga dan
asuhan atraumatik )?
 Apa saja prinsip-prinsip keperawatan anak ?
 Bagaimana mengetahui paradigma keperawatan anak ?
 Apa saja peran perawat dalam keperawatan anak ?
 Apa saja lingkup praktik keperawatan anak ?
 Apa saja program kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan
anak ?
 Apa saja sistem perlindungan anak ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERSEPEKTIF KEPERAWATAN ANAK


1. Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang
dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak
yang berfokus pada keluarga (family centered care),dan pencegahan
terhadap trauma (atraumatic care).
a. Perawatan Berfokus Pada Keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak
mengingat anak bagian dari keluarga. Dalam Pemberian
Askep diperlukan keterlibatan keluarga karena anak selalu
membutuhkan orang tua di Rumah Sakit seperti aktivitas
bermain atau program perawatan lainnya. Pentingnya
keterlibatan keluarga ini dapat mempengaruhi proses
kesembuhan anak. Program terapi yang telah direncanakan
untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika perawat selalu
membatasi keluarga dalam memberikan dukungan terhadap
anak yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan stress
dan ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan
menfasilitasi keluarga dapat membantu proses
penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan
keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada anaknya
selama perawatan merupakan bagian yang penting dalam
mengurangi dampak psikologis anak sehingga rencana
keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan
anak akan tercapai.

3
b. Atrumatic Care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan
trauma pada anak dan keluarga. Atraumatik care sebagai
bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan kepada anak
dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari
tindakan keperawatan yang diberikan., seperti
memperhatikan dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur
tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak
adanya trauma untuk mencapai perawatan tersebut beberapa
prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
 Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan
dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga akan
menyebabkan kecemasan pada anak sehingga
menghambat proses penyembuhan dan dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak.
 Meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak.
Kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak dapat meningkatkan
kemandirian anak dan anak akan bersikap
waspada dalam segala hal.
 Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan
nyeri (dampak psikologis).
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat
dikurangi melalui berbagai tenik misalnya
distraksi, relaksasi dan imaginary. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka

4
cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada
anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
 Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan
gangguan psikologis yang sangat berarti dalam
kehidupan anak, yang dapat menghambat proses
kematangan dan tumbuh kembang anak.
 Modifikasi lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa
anak dapat meningkatkan keceriaan dan nyaman
bagi lingkungan anak sehingga anak selalu
berkembang dan merasa nyaman dilingkungan.

2. Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak


Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan
sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Prinsip
dalam asuhan keperawatan anak adalah:
a) Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu
yang unik, dimana tidak boleh memandang anak dari ukuran
fisik saja melainkan anak sebagai individu yang unik yang
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju
proses kematangan.
b) Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai
kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan.
Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis (seperti
nutrisi, dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-
lain), kebutuhan psikologis, sosial dan spritual.
c) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya
pencegahan dan peningkatan derjat kesehatan, bukan hanya
mengobati anak yang sakit.

5
d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat
bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan
asuhan keperawatan anak. Anak dikatakan sejahtera jika anak
tidak merasakan ganggguan psikologis, seperti rasa cemas,
takut atau lainnya, dimana upaya ini tidak terlepas juga dari
peran keluarga.
e) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan
meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan
proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan
aspek hukum (legal). Sebagai bagian dai keluarga anak harus
dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus
terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan.
f) Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk
meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak
dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spritual dalam
kontek keluarga dan masyarakat.
g) Pada masa yang akan datang kecendrungan perawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh
kembang ini akan mempelajari aspek kehidupan anak.
3. Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak merupakan landasar berfikir dalam
penerapan ilmu keperawatan anak, dimana landasar berfikir tersebut
terdiri atas empat komponen.
Komponen paradigma keperawatan anak :
Manusia (anak )

Sehat –sakit lingkungan

Keperawatan

6
a. Anak
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah
anak,anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari
delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan
kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan
spritual. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulasi dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/
todler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5 – 11
tahun), remaja (11-18 tahun).
b. Sehat dan Sakit
Rentang sehat sakit adalah suatu kondisi anak berada dalam status
kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit
kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai
status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama
dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat
baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti apabila anak
berada pada rentang sehat maka upaya perawat untuk
meningkatkan derjat kesehatan sampai mencapai taraf sejahtera
baik fisik, sosial maupun spritual.
c. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud
adalah lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam
status kesehatan anak.
1) Lingkungan internal : Genetik, kematangan biologis, jenis
kelamin, intelektual,emosi dan adanya predisposisi atau resistensi
terhadap penyakit.
2) Lingkungan eksternal : status nutrisi, orang tua, saudara
kandung, kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orang tua,
agama, budaya, status sosialekonomi, iklim, cuaca sekitar dan
lingkungan fisik/biologis baik rumah maupun sanitasi di
sekililingnya.

7
Perkembangan anak sangat dipengaruhi ransangan terutama dari
lingkungan eksternal, yaitu lingkungan yang aman, peduli, dan
penuh kasih sayang.
d. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga seperti
adanya dukungan, pendidikan kesehatan dan upaya dalam rujukan
ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak. Fokus utama
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama,
yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan
perawatan yang terapetik. Bentuk intervensi utama yang diperlukan
anak dan keluarga adalah pemberian dukungan, pemberian
pendidika kesehatan dan upaya rujukan kepada tenaga kesehatan
lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan anak.

4. Peran Perawat Dalam Keperawatan anak


Daalam melaksanakan asuhan keperawatan anak, perawat mempunyai
peran dan fungsi sebagai perawat anak antaranya:
 Pemberian Perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan
anak, sebagai perawat anak, pemberi pelayanan keperawatan
dapat dilakukan dengan dilakukan dengan memenuhi kebutuhan
dasar anak seperti kebutuhan dasar, asih, dan asuh.
 Sebagai Advocate Keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawat juga
mampu menjadi advocate keluarga sebagai pembela keluarga
dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai
klien

8
 Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak, perawat
harus mempu menjadi peran pendidik, sebab beberapa pesan dan
cara mengubah perilaku pada anak atau keluarga harus selalu
dilakukan dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam
keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi
mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat.
 Pecegahan penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan
keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan
keperawatan yang harus selalu mengutamakan tindakan
pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak
dari penyakit atau masalah yang diderita.
 Konseling
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan
memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang
dialami oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut
diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan harapan pula tidak
terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan.
 Kolaborasi
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang
akan dilaksanakan perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan
keperawatan tidak akan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh
tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti
dokter, ahli gizi, psikolog, dan lain-lain, mengigat anak
merupakan individu yang kompleks, yang membutuhkan
perhatian dalam perkembangan.
 Pengambilan Keputusab etik

9
Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang
sangat penting, sebab perawat selalu berhubungan dengan anak
kurang lebih 24 jam selalu disamping anak, maka peran sebagai
pengambilan keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat,
seperti akan melakukan pelayanan keperawatan.
 Penelitian
Peran ini sangat penting dimiliki oleh semua perawat anak.
Sebagai penelitian perawat harus melakukan kajian-kajian
keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk
perkembangan teknologi keperawatan. Peran sebagai peneliti
dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan anak (Wong, D.L, 1995).

5. Lingkup Praktik Keperawatan Anak


Dalam memberikan askep pada anak harus berdasarkan kebutuhan
dasar anak yaitu: kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan
seperti asuh, asih dan asah.
a) Kebutuhan Asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus
dipenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan
ini dapat meliputi kebutuhan akan nutrisi atau gizi, kebutuhan
pemberian tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan
mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan
pengobatan apabila anak sakit, kebutuhan akan tempat atau
perlindungan yang layak dan lain-lain.
b) Kebutuhan Asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang
pada anak atau memperbaiki psikologi anak.
c) Kebutuhan Asah

10
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada
anak, untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
 Pemberi perawatan
 Sebagai advokat keluarga
 Pencegahan penyakit
 Pendidikan
 Konseling
 Kolaborasi
 Pengambilan keputusan etik
 Peneliti

6. Program Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesejahteraaan Anak


Pemerintah menerapkan beberapa progam bagi anak yaitu sebagai
berikut :
I. Program KIA
BKIA pertama didirikan di Paris oleh Budin
(1892), di negara Belanda pada tahun 1901, sedangkan di
Indonesia pada tahun 1931. budin sering melihat bayi yang
dilahirkan dirumah sakit dalam keadaan baik tetapi setelah
beberapa bulan kemudian berada dalam keadaan yang tidak
memuaskan. Akhirnya timbul gagasannya agar bayi
tersebut dijaga agar tidak jatuh sakit. Kemudian mulailah
pemeriksaan pada bayi, ataupun dalam keadaan sehat, agar
kelainan yang tiumbul dapat segera di ketahui.
Didalam UU pokok kesehatan tanggal 15-10-1960
Bab I Pasal 1 telah dinyatakan “ tiap-tiap warga negara
berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dan perlu diikutsertakan dalam usaha-usaha
kesehatan pemerintah”. Dalam pasal 9 ayat 20.2, juga telah

11
dinyatakan bahwa tujuan pokok undang-undang yang
dimaksud adalah sebagai berikut : “ meningkatkan derajat
kesehatan ibu, bayi, dan anak sampai usia 6 tahun menjaga
dan mencegah jangan sampai ketiga subyek ini tergolong
dalam “vulnerable group”( golongan terancam bahaya,).
Sehubungan hal terebut diatas, pemerintah melakukan
usaha-usaha khusus untuk kesehatan keturunan dan
pertumbuhan anak yang sempurna, serta lingkungan
masyarakat dan keolahragaan.

BKIA sendiri adalah balai kesehatan ibu dan anak,


merupakan wadah untuk usaha-usaha KIA. BKIA berada
dibawah kordinasi dinas KIA departemen kesehatan. KIA
adalah Kesejahteraan ibu dan anak yang didirikan pada
tahun 1952 di Yogyakarta sebagai ibukota RI pada saat itu,
dan merupakan salah satu bagian dari Departemen
Kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan terdiri dari:


i. Pelayanan kesehatan ibu
Agar ibu hamil, bersalin, menyusui, berada dalam keadaan
sebaik-baiknya agar dapat menjaga keselamatan dirinya dan
bayinya dan selamat dalam proses persalinan. Selain itu
diharapkan dapat memahami dan mengerti mengenai cara
memelihara/mengasuh bayi dan anak-anak, tentang cara
hidup sehat serta cara menyiapkan makanan sehat dan
bergizi dalam hal ini fokusnya adalah :
Ø Pelayanan kesehatan ibu hamil
Ø Pertolongan persalinan
Ø Perawatan nifas
Ø Pelayanan dini resiko dan faktor resiko ibu hamil

12
Ø Pelayanan keluarga berencana
ii. Pelayanan kesehatan anak.
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas
seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat
perbedaan dalam penentuan usia anak. Menurut UU no 20
tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang
dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun
dan yang belum menikah. American Academic of Pediatric
tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang
batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia
21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan
pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak,
dan karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi
dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia
dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan
sudah lengkap.
Didalam pasal 3 telah didinyatakan bahwa, ”pertumbuhan
anak yang sempurna dalam lingkungan yang sehat adalah penting
untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat”. Untuk
itu salah satu program KIA adalah agar setiap anak dimana saja
dapat dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang, lepas dari rasa ketakutan.

Pelayanan kesehatan anak meliputi:


1. Pelayanan kesehatan anak dan tata laksana neonatal sakit.
Masa neonatus ( umur 0 - 28 hari) yang merupakan masa
terjadinya kehidupan yang baru eksta uteri. Pada masa ini
terjadi proses adaptasi semua sistem tubuh seperti pernafasan,
jantung, pencernaan, sistem defekasi, urinaria dan
sebagainya. Untuk itu perlu perhatian untuk mencegah
kematian dan kesakitan pada usia ini.

13
2. Pola asuh anak.
Pentingnya kedua orang tua memahami tujuan utama
pengasuhan adalah mempertahankan kehidupan fisik anak
dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk
menyeimbangkan kemampuan sejalan dengan tingkat
perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan
berprilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang
diyakininya. Kemampuan orang tua untuk mngasuh tidak
hanya didapatkan dari pendidikan tetapi juga berdasarkan
pengalaman sendiri dan orang lain.
3. Pelayanan kesehatan balita melalui manajemen terpadu balita
sakit (MTBS) dan imunisasi.
MTBS merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang
mengalami sakit yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Cara
ini angat efektif untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan bayi dan anak. Karena bentuk pelayanan ini dapat
dilakukan pada pelayanan tingkat pertama seperti unit rawat
jalan, puskesmas, polindes dan lain-lain

iii. Pelayanan kesehatan anak usia prasekolah.


Pada masa pertumbuhan masa prasekolah pada anak
perlu mendapat perhatian, khususnya pertumbuhan fisik,
Berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2 kg, kelihatan
kurus akan tetapi aktifitas motorik tinggi, dimana sistem
tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan
melompat, dll.

14
iv. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah melalui program
UKS.
Peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat
pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya
kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, Usaha keasehatan
Sekolah (UKS) menjadi sangat penting dan strategis untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS
bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan
di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health Promoting
School ( Sekolah yang mempromosikan kesehatan ).
Health Promoting School adalah sekolah yang telah
melaksanakan UKS dengan ciri-ciri melibatkan semua
pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah,
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman,
memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan
akses terhadap pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan
upaya sekolah untuk mempromosikan kesehatan dan
berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Upaya Health Promoting School tersebut idengan titik berat
pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya
kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas adalah :
1. Promotif dan Pencegahan
o Pemberian nutrisi yang baik dan benar
o Perilaku hidup sehat jasmani dan rohani
o Deteksi dini dan pencegahan penyakit menular
o Deteksi dini gangguan penyakit kronis pada anak
sekolah
o Deteksi dini gangguan pertumbuhan anak usia sekolah
Deteksi dini gangguan perilaku dan gangguan belajar
o Imunisasi anak sekolah

15
2. Kuratif dan rehabilitasi
o Penganan pertama kegawat daruratan di sekolah
o Pengananan pertama kecelakaan di sekolah
o Keterlibatan guru dalam penanganan anak dengan
gangguan perilaku dan gangguan belajar
UKS dilakukan mulai dari tingkat sekolah dasar (SD)
sampai pada tingkat sekolah lanjutan atas, tetapi untuk saat
ini di prioritaskan di SD yang merupakan dasar dari semua
sekolah lanjutan, untuk terlaksananya perlu kerjasama
dengan DINKES, dinas pendidikan, pemerintah daerah
setempat, orang tua murid dan lembaga sosial lainnya.
Deteksi dini gangguan kesehatan anak usia sekolah
dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dan
permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi.
Peningkatan perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah
tersebut, diharapkan dapat tercipta anak usia sekolah
Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi.
v. Pelayanan kesehatan remaja melalui pelayanan kesehatan
peduli remaja.
Pelayanan kesehatan lebih banyak dititik beratkan
pada pembinaan prilaku sehat.Pada anak usia SLTP dan
SMU (remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya
berkaitan dengan perilaku berisiko seperti merokok,
perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya),
kehamilan yang tak diingini, abortus yang tidak aman,
infeksi menular seksual termasukHIV/AIDS.
Dalam pelaksanaan berbagai program KIA ini
pemerintah banyak mendapat bantuan dari badan sosial luar
negeri, misalnya:

16
1. UNICEF memberikan bantuan pelayanan kesehatan
berupa bantuan pengadaan peralatan medis bagi
poliklinik desa dan Puskesmas, juga membiayai kegiatan
penyuluhan, lokakarya dan pelatihan kesehatan.
2. US Agency for International Develovment (USAID),
memberikan bantuan hibah 27 juta dolar AS(Rp.226.600
milyar), bagi perlindungan kesehatan ibu dan anak di
Indonesia, disalurkan melalui Strategi Objective Grant
Agreement (SOGA).
II. Perlindungan terhadap anak
A. Hak dan tanggung jawab anak
UU no 39/99 pasal 52 ayat 1 dan 2 ” hak anak adalah hak
asasi manusia dan untuk kepentingan anak itu diakui dan
dan dilindungi oleh hukum sejak dalam kandungan”.

Hak anak dalam konveksi hak anak (5 oktober 1990 )


§ Hak anak untuk hidup dan berkembang
§ Hak untuk mendapat identitas
§ Hak untuk mendapat standar hidup yang layak
§ Hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling
tinggi
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan khususjika mengalami
konflik hukum
§ Hak untuk hidup dengan orang tua
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam’
hukuman dan perlakuan tidak manusiawi.
§ Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-
cuma.
§ Hak untuk bermain, dll.

17
Tanggung jawab anak
 Menghormati orang tua, wali dan guru
 Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman
 Mencintai tanah air bangsa dan negara
 Menunaikan ubadah sesuai dengan ajaran agamanya
 Melaksanakan etika dan ahlak yang mulia.
B. Perwalian anak
a. perwalian akibat perceraian
Bila ada perceraian menurut hukum perlu
ditentukan siapa yang berhak menjadi wali bagi anak
mereka. Karena adanya ketentuan bila terjadi perceraian
maka hilanglah kekeuasaan orang tua terhadap anak anak
dan kekuasaan tersebut diganti dengan perwalian. Menurut
UU no1 tahun 1974 “ apabila putus perkawinan karena
perceraian baik bapak atau ibu mempunyai kewajiban
memelihara, mendidik anak berdasarkan kepentingan
anak”.bila terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak
maka pengadilan yang akan memberikan putusannya. Yang
bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan adalah bapak., bila bapak tidak dapat memenuhi
kewajibannya maka pengadilan dapat menentukan bahwa
ibu ikut memmikul biaya tersebut.
b. Perwalian pada anak adopsi
Sejak putusan diucapkan pengadilan maka orang tua
angkat menjadi wali anak angkat. Sejak saat itu segala hak
dan kewajiban orang tua kandung beralih pada orang tua
angkat. kecuali bagi anak angkat perermpuan beragama
Islam, bila akan menikah maka yang bisa menjadi wali
nikahnya hanyalah orang tua kandung atau saudara
sedarahnya.
B. Advocate anak.

18
Ide advokasi oleh anak merupakan pengembangan salah
satu hak dasar anak pada Konvensi Hak Anak (KHA)
yang diratifikasi pemerintah tahun 1990, yakni hak
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
ditujukan baginya. Tiga hak dasar lainnya adalah hak
untuk kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh dan
berkembang, serta hak untuk memperoleh perlindungan
dari tindakan yang merugikan mereka.
Untuk bisa terlibat aktif dalam kegiatan advokasi
oleh anak, tidak semua anak di bawah usia 18 tahun
(batasan usia anak menurut KHA) bisa berperan di
situ. Ada persyaratan kematangan dan kecakapan yang
diperlukan yang hanya bisa dipenuhi anak usia belasan
tahun.
Advokasi oleh anak merupakan kegiatan tahap
lanjut yang sebelumnya diawali pemberdayaan yang
bersifat menggugah kesadaran kritis anak terhadap
persoalan di lingkungan sekitar dan menggali potensi
kepemimpinan dari anak.
Gerakan advokasi oleh anak saat ini bukan lagi
merupakan fenomena di tingkat nasional, tetapi sudah
menjadi fenomena internasional. Mengingat cukup kuatnya
landasan hukum untuk anak melakukan advokasi serta
kuatnya desakan dari LSM anak di tingkat internasional,
pada Mei 2002-dalam Sidang Umum PBB-untuk pertama
kali dalam sejarah PBB digelar sesi khusus untuk anak,
yang diikuti lebih dari 400 anak yang merupakan delegasi
dan peserta aktif di setiap pertemuan formal dan sesi
pendukung lain. Pada sidang PBB itu akhirnya berhasil
dirumuskan berbagai komitmen yang tersusun dalam
millenium development goals, serta pernyataan anak-anak

19
yang dikenal dengan dokumen Dunia yang Layak bagi
Anak (World Fit for Children), dengan tujuan dan targetnya
yang harus dipenuhi.
Makin banyaknya kasus kenakalan yang menjurus
pada prilaku kriminal di kalangan anak, menjadi alasan
mendesak perlunya di bentuk UU dan lembaga yang bisa
menyelesaikan permasalahan anak dengan hukum.
Rencana UU perlindungan Anak (RUUPA), akan di
tetapkan sebagai UU, akan menjadi landasan hukum guna
melindungi kepentingan dan hak anak. Materi RUUPA
menyangkut pemenuhan hak dan kewajiban anak tanggung
jawab negara, perwalian anak , kuasa asuh, dan
pengangkatan anak, ketentuan pidana, dan perlindungan
anak, yang meliputi bidang kesehatan, agama, pendidikan
dan sosial. RUUPA juga memberikan perlindungan khusus,
yaitu anak yang berhadapan denagan hukum, kelompok
minoritas, anak korban eksploitasi ekonomi dan sexual,
anak yang diperdagangkan, anak korban kerusushan, anak
yang menjadi pengungsi, serta anak dalam situasi konflik
bersenjata.
Perlindungan pada anak berdasarkan prinsip :
§ Non dikriminasi
§ Kepentingan bagi anak.
§ Penghargaan terhadap pendapat anak.
§ Hak untuk hidup.
§ Kelangsungan hidup.
§ Perkembangan.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan menetapkan UU No
23 tahun 2002 :
 Perlindungan anak
 Harmonisasi hukum dan perundangan.

20
 Mengembangkan data dan profil anak.
 Mengembangkan model intervensi.
 Mengembangkan pusat kajian bagi kesejahteraan
dan perlindungan anak di perguruan tinggi.
 Meningkatkan kemitraan dengan seluruh pemangku
kepentingan anak menjadi upaya yang dapat
mempercepat peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan anak.
III. Organisasi perlindungan anak.
Perlindungan anak di indonesia di lakukan melalui :
 UU No 23 tahun 2002
 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
 Penyusunan peraturan pemerintah tentang tata cara
perwalian anak.
 Bimbingan dan pengawasan terhadap pengangkatan anak
dan sosialisasi terhadap penegak hukum.
 Upaya penyelenggara perlindungan anak di bidang agama,
kesehatan dan pendidikan.
Lembaga Advokasi Anak Indonesia
Terdiri dari komisi :
§ Tenaga kerja.
§ Guidance dan konseling
§ Hak asazi manusia
§ Pendidikan dan latihan
§ Penelitian dan pengembangan.
§ Hukum wanita.
§ Lingkungan hidup.

Program kerja :
 Investigasi

21
 Monitoring

 Lobi dan dialog

 Penerbitan publikasi

 Penelitian

 Penanganan kasus anak di pengadilan

 Mitra dari LAAI


 NGO, Locxal, nasional dan Internasional.
 Instansi pemerintah
 Praktisi hukum
 Jurnalis
 Peneliti
 Pemerhati masaalah anak
 Badan-badan PBB.
IV. Pola kesehatan anak.
A. penyakit yang lazim terjadi :
 Kelainan kongenital
 Pneumonia.
 Influenza
 Varicella
 Morbili
 TBC
 DPT
 DBD
 Malaria
 ISPA
 Parotitis
 Gaky
 Malnutrisi
 Diare

22
B.Usaha.Promotif.
 Penyuluhan kesehatan masyarakat
 Promosi kesehatan melalui media komunikasi
 Pembinaan peran serta masyarakat
 Pembinaan gizi masyarakat
C. Usaha Preventif
Sasaran :
§ Mengurangi penyebab atau peranan penyebab
§ Mengatasi atau memodifikasi lingkungan
§ Meningkatkan daya tahan tubuh
Tindakan pencegahan
 Imnunisasi
 Control lingkungan atau sanitasi lingkungan
 Pemberantasasn vector penyakit
 Pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
 Pengawasan obat dan makanan
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak
 Perbaikan pemukiman
D. Sistem pemberian pelayanan kesehatan.
Sistem pemberian pelayanan kesehatan anak terintegrasi dengan
program-program yang ditetapkan departemen kesehatan, dalam
hal ini dilaksanakan oleh dinas kesehatan dalam bentuk pelayanan
KIA.
Pelaksanaan usaha KIA dilakukan dalam bentuk kegiatan
kegiatan :
(1) Pemeriksaan bayi sampai umur 1 tahun
(2) Pemeriksaan ibu hamil
(3) Pemeriksaan anak sampai umur 6 tahun(termasuk
taman kanak-kanak

23
(4) Pertolongan persalinan diklinik klinik
bersalin/BKIA/ rumah sakit baik fasilitas dari
pemerintah maupun dari swasta.
(5) Pemberian suntikan imunisasi dasar dan ulangan
(6) Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi
ibu, bayi, dan balita
(7) Pemberian pendidikan kesehatan masyarakat
antara lain pelatihan dukun bayi
(8) Pencegahan dehidrasi pada anak diare
(9) Kunjungan rumah
(10). Pelayanan keluarga berencana
(11). Pembina partisipasi masyarakat

E. Follow up care dan home care.


Setelah penemuan kasus, maka diadakan kunjungan rumah
sebagai tindak lanjut, karena dengan kunjungan rumah akan
diketahui juga keadaan rumah tangga keadaan kesehatan,
kebersihan lingkungan, keadaan sosial budaya, adat
istiadat, kepercayaan dan aspek lain yang mungkin
berpengaruh terhadap status kesehatan keluarga.
7. Sistem Perlindungan Anak
Kerangka hukum dan kebijakan di Indonesia perlu diperkuat untuk
mencegah dan menangani kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi
dan penelantaran anak. Pemerintah pusat dan daerah memerlukan
keselarasan peraturan maka langkah terakhir yang dilakukan
pemerintah pusat adalah mengembangkan pedoman. Perda yang
mengacu pada pendekatan berbasis sistem terhadap perlindungan
anak merupakan sebuah langkah yang positif.
Perlindungan anak melalui pendekatan berbasis sistem meliputi :

24
(1) Sistem perlindungan anak yang efektif melindungi anak
dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi
dan penelantaran,
(2) Sistem perlindungan anak yang efektif mensyaratkan
adanya komponen-komponen yang saling terkait,
(3) Rangkaian pelayanan perlindungan anak di tingkat
masyarakat dimulai dari layanan pencegahan primer dan
sekunder sampai pelayanan tersier (Unicef Indonesia,
2012).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun
2014, dimana pada Pasal 73a menyatakan bahwa:
(1) Dalam rangka efektivitas penyelenggaraan
perlindungan anak, kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang perlindungan anak harus
melakukan koordinasi lintas sektoral dengan lembaga
terkait,
(2) Koordinasi dilakukan melalui pemantauan, evaluasi
dan pelaporan penyelenggaraan perlindungan anak.
Pada pasal 74 menyatakan bahwa :
(1) Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan
penyelenggaraan pemenuhan hak anak, dengan undang-
undang ini dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) yang bersifat independen,
(2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat
membentuk Komisi Perlindungan Anak Daerah atau
lembaga lainnya yang sejenis untuk mendukung
pengawasan penyelenggaraan perlindungan anak di daerah.
Berikut ini cara melindungi anak dari kekerasan fisik dan
kejahatan seksual dimana banyak pelaku kekerasan fisik
dan seksual banyak dilakukan oleh orang yang dikenal oleh
anak. Cara melindunginya yaitu dimulai dengan:

25
1. Bangun komunikasi dengan anak.
 Dengarkan cerita anak dengan penuh perhatian.
 Hargai pendapat dan seleranya walaupun orang
tua tidak setuju.
 Jika anak bercerita sesuatu hal yang sekiranya
membahayakan, tanyakan anak bagaimana
mereka menghindari bahaya tersebut.
 Orang tua belajar untuk melihat dari sudut
pandang anak. Jangan cepat mengkritik atau
mencela cerita anak.

2. Cara yang dilakukan jika mengira anak menjadi korban


kekerasan fisik atau kekerasan seksual:
 Beri lingkungan yang aman dan nyaman agar dia
dapat berbicara kepada Anda atau orang dewasa
yang dapat dipercaya.
 Yakinkan anak bahwa dia tidak bersalah dan
tidak melakukan apapun yang salah. Yang
bersalah adalah orang yang melakukan hal
tersebut kepadanya.
 Cari bantuan untuk menolong kesehatan mental
dan fisik.
 Konsultasi dengan aparat negara yang dapat
dipercaya bagaimana menolong anak tersebut.
 Laporkan kejadian ini kepada Komisi Anak
Nasional.
 Jaga rahasia: kejadian dan data pribadi anak agar
tidak menjadi rumor yang akan menjadi beban
dan penderitaan mental anak. Dalam undang-
undang hak anak: anak yang menjadi korban

26
kejahatan seksual berhak untuk dirahasiakan
namanya.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karena anak-anak sangatlah berbeda dari orang dewasa – baik
secara fisiologis maupun psikologis – asuhan keperawatan pediatric
merupakan fenomena yang spasial. Untuk menghadapi tantangan
berespons terhadap kebutuhan anak, banyak fasilitas asuhan keperawatan
dewasa ini diperlengkapi dengan unit pediatrik terpisah, sehingga perawat
dan staf asuhan keperawatan profesional lainnya dapat memberikan terapi
berdasarkan kebutuhan individual pasiennya masing-masing.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak,
mengigat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan
oleh lingkungan keluarga, kehidupan dan kesehatan anak juga dipengaruhi
oleh dukungan keluarga.
Hal ini dapat telihat bila dukungan keluarga sangat baik maka
pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan
pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya
yang dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2005).

28
DAFTAR PUSTAKA

 Yuliastati dan arnis Amelia.2016.Keperawatan Anak (Modul bahan ajar


cetak keperawatan.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta.
 Hidayat.A.A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika
: Jakarta
 American Academy of Paediatric. (2003). Family Centered Care and The
Pediatrician’s Role. Pediatrics. Vol. 112 (3);
 Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kemenkes RI.
 Supartini (2004). Buku ajar: Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC,
Jakarta. Undang-undang Perlindungan Anak RI. Nomor 35 tahun 2015.
 Wong, D.L, et all. (2009). Wong, Buku Ajar Keperawatan Pediatric. (6th
ed.). Missouri; Mosby.

29

Anda mungkin juga menyukai