Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 2 KLIPING

PPKN

XII IPA 5
SMA N 1 KAWANGKOAN
 Artikel 1
Jokowi: Kinerja Penegak Hukum Harus Diubah,
Bukan Lagi soal Berapa yang Dipenjara
Kompas.com - 16/08/2019, 11:13 WIB
Penulis : Rakhmat Nur Hakim, Fitria Chusna Farisa, Deti Mega
Purnamasari

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo ( Jokowi)


menegaskan bahwa kinerja para penegak hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM) harus diubah. Tidak hanya penegak hukum dan HAM, Jokowi juga
menekankan agar kinerja pemberantasan korupsi turut dilakukan hal yang
sama. "Ukuran kinerja para penegak hukum dan HAM juga harus diubah
termasuk kinerja pemberantasan korupsi," ujar Jokowi dalam Pidato
Kenegaraan 2019 yang dibacakannya pada Sidang Bersama DPD-DPR di
Gedung DPR/MPR, Jumat (16/8/2019).
Ia mengatakan, penegakan hukum yang keras harus didukung oleh
semua pihak, termasuk penegakan HAM yang juga harus diapresiasi.
Namun, kata dia, keberhasilan itu semua tidak hanya diukur dari seberapa
kasus yang diangkat atau berapa orang yang dipenjarakan. Ada hal-hal lain
yang harus dilihat untuk dijadikan tolok ukur tersebut.
"Harus juga diukur dari berapa potensi pelanggaran hukum dan
pelanggaran HAM bisa dicegah, berapa potensi kerugian negara yang bisa
diselamatkan. Ini perlu kita garis bawahi," kata dia. Oleh karena itu,
menurut dia, manajemen tata kelola serta sistem harus dibangun sebaik
mungkin agar penegakkan hukum, HAM, dan pemberantasan korupsi di
Indonesia bisa berjalan dengan baik.
 Artikel 2
Menkumham Sebut Dewan Pengawas KPK Bisa dari Aparat
Penegak Hukum
Kompas.com - 18/09/2019, 09:10 WIB
Penulis : Rakhmat Nur Hakim

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan Hak Asasi


Manusia Yasonna Laoly menyatakan, Dewan Pengawas Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa diisi oleh aparat penegak hukum.
Nantinya, Presiden yang akan menentukan kriteria untuk menjadi Dewan
Pengawas KPK. "Itu nanti Presiden akan membuat lebih lanjut (kriteria
anggota Dewan Pengawas). Bisa dari tokoh-tokoh masyarakat, akademisi,
aparat penegak hukum yang pas," ujar Yasonna usai pengesahan Undang-
undang KPK di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/9/2019).
Yasonna menambahkan, Undang-Undang KPK yang baru memberi
kewenangan seluas-luasnya kepada Presiden Joko Widodo untuk
menentukan anggota Dewan Pengawas KPK.
Menurut Yasonna, dalam sistem pemerintahan presidensial, wajar
bila presiden memiliki kewenangan mengatur lembaga yang masuk dalam
rumpun eksekutif. Hal itu juga didasari putusan Mahkamah Konstitusi
(MK). "Ini kan (KPK) bagian daripada eksekutif, bagian daripada
pemerintah. Maka domainnya itu, ingat ya, bahwa Presiden adalah
pemegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Makanya dia mendapat
mandat dari seluruh rakyat Indonesia. Itu presidensialisme," ujar Yasonna.
DPR telah mengesahkan revisi Undang-Undang tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi. Pengesahan RUU ini dilakukan dalam rapat
paripurna pada Selasa siang. Salah satu poin yang muncul dari revisi ialah
pembentukan Dewan Pengawas KPK. Perjalanan revisi ini berjalan
singkat. Sebab, DPR baru saja mengesahkan revisi UU KPK sebagai
inisiatif DPR pada 6 September 2019. Dengan demikian, hanya butuh
waktu sekitar 12 hari hingga akhirnya UU KPK yang baru ini disahkan.
 Artikel 3
KPK Berharap Komjen Idham Azis Seriusi Kasus
Teror terhadap Penegak Hukum
Kompas.com - 30/10/2019, 20:53 WIB
Penulis : Ardito Ramadhan

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (


KPK) menilai Komjen Idham Azis mesti menyikapi peristiwa penyerangan
dan teror terhadap penegak hukum bila telah menjadi Kapolri nanti. "Kita
perlu secara serius menyikapi upaya-upaya serangan dan teror terhadap
penegak hukum," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Gedung Merah
Putih KPK, Rabu (30/10/2019). Seperti diketahui, dua orang pimpinan
KPK yakni Agus Rahardjo dan Laode M Syarif pernah mendapat teror
berupa kiriman bom palsu dan bom molotov di rumah keduanya.
Selain itu, kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPk
Novel Baswedan pun belum juga tuntas hingga sekarang. Oleh karena itu,
Febri menyatakan bahwa Idham Azis juga wajib mengungkap kasus-kasus
penyerangan dan teror terhadap para penegak hukum termasuk dari KPK.
"Ini tentu perlu dicari juga siapa pelakunya dan juga agar tidak ada teror-
teror lain terhadap penegak hukum baik terhadap Pimpinan dan pegawai
KPK ataupun institusi penegak hukum yang lain," ujar Febri. Di samping
itu, KPK juga berharap agar kerja sama antara KPK, Polri, dan Kejaksaan
Agung menjadi lebih baik guna memastikan penegakan hukum khususnya
pemberantasan korupsi. Negatif
Komisaris Jenderal Idham Azis ditunjuk Presiden Joko Widodo
sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Polisi
(Purnawirawan) Tito Karnavian yang kini menjadi Menteri Dalam Negeri.
Idham telah mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR siang tadi.
Hasilnya, Komisi III menyetujui Idham sebagai calon Kapolri secara
aklamasi.
 Artikel 4
Sigit Danang Joyo, Capim KPK yang Soroti Persepsi
soal Advokat hingga SDM
Kompas.com - 03/09/2019, 07:35 WIB
Penulis : Dylan Aprialdo Rachman

JAKARTA, KOMPAS.com - Sigit Danang Joyo merupakan Kepala


Sub Direktorat Bantuan Hukum Direktorat Jenderal Pajak pada
Kementerian Keuangan yang lolos wawancara dan uji publik calon
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK). Sigit masuk dalam 10
besar nama capim KPK yang diserahkan Panitia Seleksi Capim KPK ke
Presiden Joko Widodo, Senin (2/9/2019). Dalam wawancara dan uji publik,
Sigit mengatakan, ia sering memberikan konseling dan bantuan hukum
kepada staf Ditjen Pajak yang berurusan dengan KPK atau Kejaksaan.
Luruskan persepsi soal advokat Dalam wawancara dan uji publik, Sigit
berpendapat, advokat yang membela tersangka korupsi, bukan berarti
setuju dengan tindak pidana korupsi. "Pengacara (adalah) pembela
koruptor, saya tidak setuju dengan itu," kata Sigit di Gedung Kementerian
Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2019).
Sigit merasa perlu meluruskan hal tersebut. Sebab, ia melihat
persepsi masyarakat banyak yang keliru. Sigit mengatakan, tidak ada satu
pun dasar hukum yang menyebutkan bahwa pengacara yang mendampingi
tersangka korupsi berarti setuju atau terlibat dengan tindakannya. Justru,
menurut dia, aturan KUHAP menyebutkan bahwa setiap tersangka wajib
mendapatkan pendampingan atau penasihat hukum. Menurut Sigit, bantuan
hukum atau konseling adalah hak setiap tersangka.
 Artikel 5
Soal Peringatan Sebelum Penindakan Hukum, KPK
Singgung Kejaksaan-Polri
Kompas.com - 13/11/2019, 13:39 WIB
Penulis : Rakhmat Nur Hakim

BOGOR, KOMPAS.com - Ketua KPK Agus Rahardjo sepakat


dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa penegak hukum
semestinya memberikan peringatan terlebih dahulu apabila ada pejabat
yang berpotensi tersangkut persoalan hukum. Namun menurut Agus, pesan
Presiden tersebut ditujukan bagi Kejaksaan Agung dan Polri. "Misalnya di
beberapa kabupaten di Jawa. Kan ditangkap karena suap menyuap jabatan.
Itu saya yakin Kapolres, Kajari, sudah dengar," ujar Agus saat dijumpai di
SICC, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). "Nah,
kalau diingatkan seperti Presiden sampaikan tadi, ya tolong ( kejaksaan dan
polisi) itu menghentikan," lanjut dia. Agus menyinggung keberadaan
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) yang terdiri dari
kepala daerah, kepala kejaksaan setempat dan kepala satuan wilayah Polri.
Menurut dia, dengan adanya Forkopimda, semestinya proses saling kontrol
terjadi sehingga KPK tidak mesti sampai melakukan penegakan hukum.
"Itu pasti akan lebih baik dibanding penindakan. Jadi saya titip pesen ke
Pak Jaksa Agung dan Pak Kapolri kalau sampai ada OTT, berarti enggak
baik sinergi (antara pemimpin) di daerah tadi," ujar Agus. Baca juga: Minta
Penegak Hukum Tak Cari Kesalahan Pejabat Daerah, Jokowi Singgung
Anggaran DKI "Ini perlu dievaluasi masing-masing supaya pencegahan
betul-betul berjalan," lanjut dia. Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta
aparat penegak hukum untuk memberi peringatan terlebih dahulu jika ada
pejabat daerah yang berpotensi tersangkut masalah hukum. Hal tersebut
disampaikan Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Pemerintah Pusat
dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah 2019 di Sentul, Bogor, Rabu
pagi. "Saya titip, kalau ada persoalan hukum dan itu sudah kelihatan di
awal-awal, preventif dulu, diingatkan dulu. Jangan ditunggu, kemudian
peristiwa terjadi baru di...," kata Jokowi.
Saya Minta Dipecat Jokowi tidak melanjutkan kalimatnya sampai selesai.
Ia lalu bertanya kepada seluruh peserta yang hadir mengenai instruksinya
itu.
"Setuju semuanya?" kata Jokowi.
"Setuju," jawab peserta yang hadir dengan kompak.
Hadir dalam acara itu para gubernur, bupati serta walikota dari seluruh
wilayah. Hadir juga seluruh kapolda dan kepala kejaksaan tinggi.

 Analisis Artikel 1
Dari artikel berisi tentang apa yang disampaikan Presiden jokowi
mengenai penegakan hukum. Kita peroleh bahwa Presiden Jokowi
berupaya untuk meningkatkan penanganan hukum, Presiden beranggapan
bahwa kerja dari penegak hukum saat ini masih banyak yang beralaskan
faktor kekuatan tanpa pertimbangan, oleh karena itu Presiden mengatakan
dengan tegas bahwa kinerja penegak hukum harus diubah, bukan lagi soal
berapa yang dipenjara, yang lebih diartikan agar para penegak hukum lebih
membangun sebaik mungkin manajemen tata kelola serta sistem agar
penegakkan hukum, HAM, dan pemberantasan korupsi di Indonesia bisa
berjalan dengan baik.

 Analisis Artikel 5
Dalam artikel ini berisi pendapat dari Ketua KPK Agus Rahardjo
yang sepakat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa penegak
hukum semestinya memberikan peringatan terlebih dahulu apabila ada
pejabat yang berpotensi tersangkut persoalan hukum. Dalam artian kalau
ada masalah hukum diingatkan dulu, jangan langsung ditebas . Disini ketua
KPK menyinggung keberadaan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah yang
semestinya harus ada proses saling kontrol terjadi sehingga KPK tidak
mesti sampai melakukan penegakan hukum .

Anda mungkin juga menyukai