Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN PROGRAM GIZI

POSYANDU LAVENDER

Dosen Pengampu :
Nuryanto S.Gz., M.Gizi
Hartanati Sandi S.Gz., M.Gizi

Disusun oleh :

Bagaskara Putra Triyanto 22030116140075


Zelyn Damayanti 22030116130081
Adhelia Imanianti 22030116140083
Komang Gde Ardi Pradnya 22030116140101
Nur Laila Safira 22030116130125

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab dari kematian balita yang cukup tinggi yaitu, keadaan gizi
yang kurang baik atau buruk. Menurut dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO)
diperkirakan ada sekitar lebih dari setengah kematian para balita disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik.1 Munculnya masalah gizi pada anak-anak balita
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Gizi kurang secara langsung
disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi.
Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhannya.
Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang
dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara
perorangan. konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan
pendidikan keluarga yang bersangkutan.2
Secara tidak langsung, gizi kurang pada balita disebabkan oleh ketahanan
pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang
tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkuangan serta pelayanan kesehatan yang
tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia
air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga
terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pehaman ibu tentang
kesehatan, makin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.1 Dengan
adanya kesenjangan status gizi pada balita, pemerintah Indonesia berupaya
memperbaiki hal ini dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan berupa pos
pelayanan terpadu atau sering dikenal dengan Posyandu.3
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait sebagai pusat kegiatan
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.3 Beberapa
kegiatan yang dilakukan di posyandu diantaranya pemberian makanan
pendamping ASI dan suplementasi vitamin A, pengukuran antropometri bayi dan
balita, sampai memantau perkembangan bayi dan balita di daerah sekitar
posyandu tersebut melalui pencatatan di KMS dan buku KIA, bahkan melakukan
rujukan jika memang diperlukan.3 Untuk berjalannya sebuah posyandu,
diperlukan personil-personil untuk menjalankan kegiatannya yang disebut sebagai
kader posyandu. Kader-kader inilah yang bertugas melakukan seluruh kegiatan di
posyandu dan melaporkannya ke pusat kesehatan daerah untuk didata ulang dan
digunakan sebagai dasar kebijakan program pemerintah selanjutnya.4
Meski peran posyandu yang begitu penting ini, masih banyak kendala yang
muncul dalam penyelenggaraannya. Mulai dari dana dari pusat yang tidak cukup
bahkan tidak didapatkan oleh posyandu hingga ketersediaan alat yang kurang
memadai, para kader posyandu harus tetap melaksanakan kegiatan posyandu
dengan semua keterbatasan yang mungkin terjadi.5 Sementara, karena
partisipasinya yang bersifat sukarela, terkadang masalah juga dapat muncul dari
para kader itu sendiri.6 Tidak hanya dari sisi posyandu, ibu atau orang tua bayi
dan balita juga berperan dalam permasalahan yang mungkin muncul di posyandu.7
Dengan latar belakang ini kelompok kami mencoba melakukan kajian
permasalahan yang muncul pada Posyandu Lavender yang beralamat di Jl.
Gondang Raya Gg. Gondang Timur 1.
B. Tujuan
1. Mengobservasi jalannya kegiatan posyandu pada Posyandu Lavender.
2. Mencari dan menganalisis masalah yang muncul pada Posyandu Lavender.
3. Membuat rencana intervensi masalah yang muncul pada Posyandu Lavender.
C. Kerangka Teori dan Konsep
1. Kerangka Teori

Asupan makan
bayi/balita
Penyebab
Penyakit infeksi Langsung
pada bayi/balita
Status
Advokasi
pada gizi
stakeholder Performa Pelayanan
posyandu kesehatan

Kebijakan Pola asuh Penyebab


Pengetahuan
pemerintah ibu Tidak
ibu
Langsung
Ketahanan
Sosial pangan
ekonomi
Kesehatan
lingkunga
n
2. Kerangka Konsep

Faktor penyebab langsung :


- Asupan makan
- Penyakit infeksi
Status gizi tidak sesuai dengan
standar pertumbuhan
Faktor penyebab tidak
langsung :
- Performa posyandu
- Pengetahuan ibu
- Sosial ekonomi
BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


No. Hari/Tanggal Tempat Agenda
1. Selasa, 14 Posyandu Lavender Kunjungan pertama kali dengan
Mei 2019 (Jalan Gondang Raya, kegiatan yaitu sbb:
Gang Gondang Timur - Partisipasi dalam kegiatan
I, RW 02) posyandu yaitu penimbangan
dan pengukuran bayi dan balita
- Observasi mekanisme
kegiatan, kerja kader, dan
tempat pelaksanaan posyandu
- Wawancara pada kader terkait
kegiatan posyandu
2. Minggu, 19 Rumah masing- Kunjungan kedua yaitu
Mei 2019 masing kader mengunjungi masing-masing
(Gondang Timur RW rumah kader dengan kegiatan
02) yaitu sbb:
- Meminta daftar hadir dan data
pribadi ibu dan balita posyandu
- Pengisian data identitas,
kuesioner pengetahuan dan
sikap kader
- Wawancara pada kader terkait
tugas masing-masing kader dan
keberlangsungan posyandu
selama ini
3. Senin, 20 Rumah masing- Kunjungan kedua yaitu
Mei 2019 masing kader mengunjungi masing-masing
(Gondang Timur RW rumah kader dengan kegiatan
02) yaitu sbb:
- Pengisian data identitas,
kuesioner pengetahuan dan
sikap kader
- Wawancara pada kader terkait
tugas masing-masing kader dan
keberlangsungan posyandu
selama ini
3. Selasa, 21 Rumah ibu bayi/balita Kunjungan ketiga yaitu
Mei 2019 yang tidak datang mengunjungi 9 ibu bayi/balita
posyandu (Gondang yang sebelumnya tidak datang ke
Timur RW 02) posyandu dengan kegiatan yaitu
sbb:
- Pengisian data identitas dan
kuesioner pengetahuan ibu
bayi/balita terkait posyandu
- Wawancara pada ibu terkait
alasan tidak datang ke
posyandu, persepsi ibu terkait
pentingnya posyandu dan
kehadiran posyandu
4. Senin, 27 Rumah bayi/balita Kunjungan keempat yaitu
Mei 2019 yang membutuhkan mengunjungi bayi/balita data
validasi data antropometrinya perlu di validasi
(Gondang Timur RW dengan kegiatan yaitu sbb:
02) - Validasi data antropometri
bayi/balita yang mengalami
status gizi kurang, kurus,
gemuk, pendek dan mikrosefali
- Pengambilan data tambahan
berupa food recall 1x24 jam
pada bayi/balita
5. Selasa, 28 Rumah bayi/balita Kunjungan keempat yaitu
Mei 2019 yang membutuhkan mengunjungi bayi/balita data
validasi data antropometrinya perlu di validasi
(Gondang Timur RW dengan kegiatan yaitu sbb:
02) - Validasi data antropometri
bayi/balita yang mengalami
status gizi kurang, kurus,
gemuk, pendek dan mikrosefali
- Pengambilan data tambahan
berupa food recall 1x24 jam
pada bayi/balita
B. Pemilihan Subjek
1. Kader
Jumlah kader Posyandu Lavender sebanyak 6 orang, dimana seluruh kader
merupakan kader aktif baik kader lama maupun kader baru di Posyandu
Lavender. Setiap kader telah dibagi tugas. Dari keenam kader aktif, hanya 1
kader yang telah mendapatkan pelatihan. Seluruh kader mengisi kuesioner
pengetahuan dan sikap terkait kegiatan posyandu yang kami berikan serta
seluruh kader kami wawancara terkait tugas masing-masing kader dan
keberlangsungan kader. Hal ini kami lakukan untuk mengumpulkan data dan
menggali masalah baik pada kader maupun pada kegiatan posyandu.
2. Ibu dan bayi/balita
Secara keseluruhan, total jumlah bayi/balita Posyandu Lavender daerah
Gondang Timur RW 02 adalah sebanyak 60 bayi/balita. Dari 60 bayi/balita
yang terdaftar di Posyandu Lavender, hanya 30 bayi/balita yang datang ke
kegiatan posyandu yang dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Mei 2019. Dari 30
subjek bayi/balita yang tidak datang, diambil minimal 30% dari 30 subjek
bayi/balita yang tidak datang untuk dianalisis penyebab atau alasan ibu
bayi/balita tidak datang ke posyandu. Kuesioner identitas dan pengetahuan
terkait posyandu. Selain itu kami juga mewawancarai ibu mengenai persepsi
ibu terkait pentingnya posyandu dan kehadiran ibu bayi/balita ke posyandu
selama ini.
Kemudian dari 30 subjek bayi/balita yang datang dan ditimbang di
posyandu, kami menganalisis data antropometri untuk mengetahui status gizi
subjek dengan WHO anthro dan SPSS. Dari analisis tersebut terdapat 2 anak
dengan status gizi kurang, 1 orang dengan status gizi kurus, 1 orang dengan
status gizi gemuk dan 1 orang dengan mikrosefali. Sebanyak 5 subjek yang
memiliki masalah gizi berdasarkan data pengukuran oleh kader tersebut
divalidasi oleh kami untuk memastikan apakah pengukuran tersebut sudah
benar atau belum. Selain itu kami juga mengambil data tambahan yaitu food
recall 3x24 jam. Dari validasi pengukuran yang telah dilakukan, hanya 3
subjek yang pengukurannya benar dan valid yaitu An A dan An F gizi kurang
dan An N kurus Sedangkan 2 subjek lainnya tidak valid yaitu An R mikrosefali
yang setelah divalidasi memiliki lingkar kepala normal dan An Ay gemuk
yang setelag divalidasi memiliki status gizi normal.
C. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Skala Satuan
Asupan makan Asupan makanan adalah jumlah Ordinal %
makanan tunggal ataupun beragam yang
dimakan seseorang dengan tujuan
memenuhi kebutuhan fisiologis,
psikologis dan sosiologis. Asupan
makanan merupakan factor penentu
dalam pemenuhan kebutuhan gizi
sebagai sumber energi dan pertahanan
tubuh terhadap serangan penyakit serta
untuk pertumbuhan. Indikator asupan
makan adalah Food Recall 1x24 jam
yang dianalisis dengan Nutrisurvey
Penyakit Penyakit infeksi adalah penyakit yang Ordinal -
infeksi disebabkan karena masuknya bibit
penyakit. Penyakit ini menular dari satu
orang ke orang lain. Penyebab utama
infeksi diantaranya adalah bakteri dan
jasad hidup (organisme). Indikator
penyakit infeksi adalah hasil wawancara
Performa Performa posyandu merupakan hasil Ordinal % dan
posyandu kinerja pada posyandu terkait pelayanan dan buah
kesehatan pada masyarakat yang nominal
dilakukan oleh kader. Performa
posyandu dapat dilihat melalui
pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perilaku kader, sarana prasarana
posyandu dan mekanisme kerja
posyandu. Indikator
Pengetahuan Pengetahuan ibu merupakan kemampuan Ordinal %
ibu ibu untuk memahami dan menerapkan
informasi pada tanggung jawab
pekerjaan. Indikator pengetahuan adalah
skor pengetahuan minimal 75% dari
kuesioner dan hasil wawancara
Sosial ekonomi Sosial ekonomi adalah kedudukan atau Ordinal -
posisi seseorang dalam kelompok
masyarakat yang ditentukan oleh jenis
aktivitas ekonomi, pendidikan serta
pendapatan. Indikator status ekonomi
adalah hasil wawancara dan observasi
D. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh kelompok kami menggunakan
data primer dan sekunder. Data primer berupa penyebaran kuesioner, observasi,
recall 3x24 jam pada bayi/balita yang memiliki status gizi yang kurang dan
validasi data antropometri ke responden, dan data sekunder berasal dari daftar
hadir kegiatan posyandu serta daftar nama bayi/balita yang terdaftar di posyandu
Lavender.
Dalam daftar hadir posyandu tercantum berat badan, panjang badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, nama orang tua, alamat, dan nama bayi/balita yang
datang pada saat pelaksanaan posyandu saat itu. Sedangkan dalam daftar nama
bayi/balita yang terdaftar di posyandu Lavender tercantum seluruh nama
bayi/balita yang ada di RW 2 beserta tanggal lahir, nama orang tua, alamat rumah,
dan berat badan bayi/balita dari bulan Januari sampai terakhir Mei 2019. Dari
daftar hadir kegiatan posyandu dan daftar nama bayi/balita yang terdaftar di
posyandu Lavender didapatkan data D/S dan N/D posyandu tersebut.
Kuesioner yang disebarkan dibagi menjadi dua yaitu kuesioner untuk kader
dan kuesioner untuk ibu bayi/balita yang tidak datang ke posyandu. Kuesioner
untuk kader berisikan pertanyaan terkait identitas, pengetahuan kader dan sikap
kader yang disebarkan ke 6 kader posyandu Lavender untuk diisi yang kemudian
dinilai. Pengetahuan kader dikategorikan sebagai baik apabila mendapat skor
diatas 85, pengetahuan sedang apabila mendapat skor 75-85, dan pengetahuan
tergolong kurang apabila mendapat skor kurang dari 75. Sedangkan untuk
penilaian sikap kader, dikategorikan memiliki sikap yang baik apabila skor diatas
85, sikap sedang apabila skor 75-85, dan sikap kurang apabila mendapat skor
kurang dari 75. Berdasarkan pengisian kuesioner dan obeservasi yang dilakukan
pada saat pelaksanaan posyandu tanggal 14 Mei 2019 didapatkan data tugas
masing-masing kader saat posyandu berlangsung.
Sementara kuesioner untuk ibu bayi/balita berisikan tentang identitas,
pengetahuan ibu terkait posyandu, dan alasan mengapa ibu tidak membawa
anaknya ke posyandu pada posyandu terakhir tanggal 14 Mei 2019. Pengetahuan
ibu dikategorikan sebagai baik apabila mendapat skor diatas 85, pengetahuan
sedang apabila mendapat skor 75-85, dan pengetahuan tergolong kurang apabila
mendapat skor kurang dari 75. Kami juga melakukan validasi data antropometri
pada bayi/balita yang tergolong gizi kurang, kurus, gemuk dan mikrosefali, serta
recall 3x24 jam pada bayi/balita yang memiliki status gizi kurang, kurus dan
gemuk. Validasi dilakukan untuk memastikan keabsahan data bayi/balita yang
memiliki status gizi kurang baik tersebut karena data didapatkan dari daftar hadir
kegiatan posyandu dan pengukuran yang dilakukan oleh kader dikhawatirkan
kurang akurat.
E. Cara Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan aplikasi WHO
Anthro dan SPSS. Penggunaan aplikasi WHO Anthro berfungsi untuk input data
berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi/balita yang selanjutnya akan
ditampilkan hasil perhitungan berupa standar deviasi dari BB/U, PB/U, BB/PB,
dan LK/U.
Sementara penggunaan aplikasi SPSS digunakan untuk menentukan berapa
banyak bayi/balita yang memiliki status gizi normal atau tidak normal setelah
mendapatkan skor standar deviasi dari WHO Anthro dengan referensi interpretasi
status gizi menggunakan SK Antropometri Anak yang kemudian hasilnya dibuat
dalam bentuk diagram.
BAB III
HASIL PENGUMPULAN DATA

A. Gambaran Umum Posyandu


Posyandu tempat kami melakukan pengambilan data bernama Posyandu
Lavender yang beralamat di Jl. Gondang Raya Gg. Gondang Timur 1, RW. 2,
Kelurahan Bulusan. Kader posyandu di Posyandu Lavender berjumlah enam
orang yang masing-masing memiliki tugas yakni administrasi, pengukuran,
pengisian KMS, dan pembagian PMT. Meja Posyandu Lavender terdiri atas tiga
meja yang digunakan untuk administrasi, pengukuran, dan pembagian PMT.
Strata Posyandu Lavender sendiri merupakan posyandu madya (kuning).
Posyandu Lavender disebut sebagai posyandu madya dikarenakan posyandu
tersebut sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan
rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima
kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%.8 Posyandu Lavender dilakukan
setiap satu bulan sekali dan dilaksanakan setiap 14 sehingga Posyandu Lavender
dapat melakukan kegiatan lebih dari 8 kali dalam setahun. Selain itu, kegiatan
utama di Posyandu Lavender seperti pengukuran, pemberian PMT masih belum
maksimal dikarenakan daftar bayi Dan balita yang hadir kurang dari 50%.
B. Masalah Posyandu dan Status Gizi Balita
1. Masalah Posyandu
Setelah kami melakukan pengamatan di lapangan, banyak masalah di
Posyandu Lavender yang kami temukan diantaranya sarana prasarana yang
kurang, alur posyandu yang kurang tertata, keterbatasan waktu pelaksanaan
posyandu, dan kurangnya pengetahuan ibu balita. Masalah ini menyebabkan
masalah lain. Kurangnya sarana dan prasarana sendiri dikarenakan kurangnya
bantuan dari stakeholder di sekitar posyandu. Akibat dari sarana dan
prasarana yang kurang menyebabkan alur posyandu kurang tertata. Hal inilah
yang membuat posyandu dalam pelaksanaannya mengalami keributan karena
alur yang kurang jelas dan kurang tertata. Selain itu, hal lain yang diakibatkan
dari sarana dan prasarana yang kurang yakni kurangnya akurasi dalam
melakukan pengukuran sehingga cakupan N/D rendah. Cakupan N/D
mengartikan N adalah jumlah balita yang naik berat badannya dan D jumlah
balita yang datang dan ditimbang.9
Kurangnya akurasi dalam pengukuran menyebabkan pengukuran pada
bayi dan balita banyak yang salah. Hal tersebut dapat kami buktikan ketika
kita melakukan pengukuran ulang kepada beberapa balita dan banyak terjadi
kesalahan dalam pengukurannya. Kurangnya akurasi dalam pengukuran bisa
juga disebabkan juga karena keterbatasan waktu. Banyaknya balita yang
datang Serta waktu yang sedikit menyebabkan kader kurang teliti dalam
melakukan pengukuran. Pada posyandu Lavender, masalah yang juga
ditemukan adalah kurangnya pengetahuan ibu bayi dan balita. Kurangnya
pengetahuan ibu kami dapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan yang
kami bagikan kepada beberapa ibu bayi dan balita yang masuk dalam
kawasan posyandu Lavender. Karena kurangnya pengetahuan ibu
menyebabkan kesadaran ibu untuk datang ke posyandu menjadi kurang. Hal
ini menyebabkan cakupan D/S di Posyandu Lavender rendah. Cakupan D/S
mengartikan D adalah jumlah balita yang datang dan ditimbang sedangkan S
adalah S : Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Posyandu.9
2. Masalah Status Gizi
Masalah gizi merupakan hal yang menjadi perhatian, sangat penting, dan
mendasar dari kehidupan manusia. Adanya masalah gizi salah satunya
kekurangan gizi dapat memicu berbagai masalah kesehatan seperti
morbiditas, mortalitas, dan disabilitas, serta dapat menurunkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) dari suatu bangsa. Sehingga berbagai bentuk
masalah gizi harus segera didata dan diselesaikan mulai dari tingkatan
masyarakat yang paling bawah. Salah satunya melalui posyandu.
Posyandu sudah menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan
masyarakat, terutama ibu dan anak. Salah satu posyandu yang aktif
melaksanakan kegiatannya adalah Posyandu Lavender yang terletak di Jl.
Gondang Raya, Gg. Gondang Timur 1, RW. 2, Kelurahan Bulusan. Setelah
melakukan pengambilan data selanjutnya data-data tersebut diolah agar
nantinya dapat diinterpretasi menurut indikator-indikator antropometri balita.
Data-data yang diambil adalah data berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, dan usia bayi/balita yang datang pada
penimbangan terakhir. Jumlah balita yang datang pada penimbangan terakhir
sebanyak 30 orang, maka setelah seluruh data tersebut diolah dan
diinterpretasikan diperoleh hasil status gizi sebagai berikut:
 Status Gizi menurut BB/PB
BB/PB

3%
Kurus
Normal

97%

Berdasarkan status gizi menurut BB/PB diperoleh hasil sebanyak 3%


(1 orang) kurus dan 97% (29 orang) berstatus gizi normal. Adapun yang
mengalami kurus bernama Anak N.
 Status Gizi menurut BB/U

BB/U

10%
Gizi kurang
Gizi baik
90%
Berdasarkan status gizi menurut BB/U diketahui bahwa sebanyak
10% (3 orang) gizi kurang dan 90% (27 orang) memiliki status gizi baik.
3 orang yang dimaksud adalah Anak N, Anak F, dan Anak A.
 Status Gizi menurut PB atau TB/U
Seluruh anak yang diukur tergolong normal.
 Status Gizi menurut IMT/U

IMT/U
3%
Kurus
Normal
97%

Berdasarkan status gizi menurut IMT/U diperoleh hasil sebanyak 3%


(1 orang) kurus dan 97% (29 orang) berstatus gizi normal. Adapun yang
mengalami kurus bernama Anak N.
 Status Gizi menurut LK/U
Berdasarkan status gizi menurut lingkar kepala menurut umur
diketahui bahwa seluruh anak tergolong normal.
C. Determinan Masalah Posyandu dan Gizi Balita
1. Determinan Masalah Posyandu
 Kurangnya sarana dan prasarana
Pada Posyandu Lavender, sarana dan prasarana masih kurang.
Kelengkapan sarana prasarana memiliki hubungan yang bermakna
terhadap keberhasilan pelaksanaan Posyandu Model. Kelengkapan
sarana prasarana berpengaruh terhadap keaktifan Posyandu.10 Hal ini
disebabkan karena hampir semua kegiatan di Posyandu membutuhkan
sarana prasarana yang memadai agar berjalan baik dan
berkesinambungan. Selain itu, kurangnya akurasi dalam melakukan
pengukuran sehingga menyebabkan cakupan N/D rendah. Cakupan N/D
mengartikan N adalah jumlah balita yang naik berat badannya dan D
jumlah balita yang datang dan ditimbang.9
 Alur posyandu yang kurang tertata
Pada saat melakukan pengamatan di lapangan, ketika
pelaksanaannya terjadi keributan. Banyak ibu balita yang tidak
mengantre dan tidak terlebih dahulu melakukan registrasi dan langsung
membawa balitanya ke tempat pengukuran. Hal ini membuat kader
bingung dikarenakan balita tersebut belum mengisi daftar hadir. Setelah
dilihat lagi, meja pendaftaran dan pengukuran tidak berurutan dan meja
pengukuran lebih cenderung dekat ke tempat ibu balita datang pertama
kali. Ini mengakibatkan ibu balita langsung menghampiri ke meja
pengukuran terlebih dahulu dibandingkan ke meja administrasi.
 Kurangnya pengetahuan ibu balita
Kesadaran ibu yang kuangdikarenakan motivasi yang kurang. Hal
ini karena motivasi merupakan sikap manusia yang memberikan energi,
dan mendorong seseorang untuk berprilaku sehat, termasuk memotivasi
ibu serta ke-inginan ibu untuk datang ke posyandu guna memantau
pertumbuhan dan perkembangan balitanya serta ingin mengetahui
kesehatan balita secara rutin setiap bulan.11 Hal ini sejalan dengan
penelitian yang menyatakan motivasi mempengaruhi kunjungan ibu
balita ke Posyandu.12 Karena kurangnya kesadaran tersebut
menyebabkan banyak balita yang tidak hadir sehingga menyebabkan
cakupan D/S rendah. Terlihat dari data posyandu, hampir 50% balita
yang tidak hadir.
2. Determinan Masalah Status Gizi
Adapun masalah gizi utama yang ditemukan di Posyandu Lavender
adalah gizi kurang, dari 30 balita yang datang dan ditimbang pada pengukuran
15 Mei 2019 ditemukan 3 orang yang mengalami gizi kurang. Setelah diteliti
lebih lanjut diketahui bahwa penyebab dari adanya gizi buruk pada 3 orang
balita tersebut adalah asupan yang kurang dan adanya infeksi. Adanya infeksi
pada bayi/balita akan memengaruhi status gizi dan dapat mempercepat
munculnya malnutrisi. Penyakit infeksi menyebabkan penyerapan zat gizi
dari makanan juga terganggu, sehingga nafsu makan hilang dan mendorong
terjadinya gizi kurang bahkan kematian.13
Asupan makanan yang kurang dapat diakibatkan oleh pengetahuan ibu
tentang gizi dan makanan yang kurang baik. Pengetahuan tentang gizi
memungkinkan seseorang memilih dan mempertahankan pola makan
berdasarkan prinsip ilmu gizi. Pada keluarga dengan tingkat pengetahuan
yang rendah seringkali anak harus puas dengan makan seadanya yang tidak
memenuhi kebutuhan gizi. Salah satu penyebab dari rendahnya pengetahuan
ibu adalah performa posyandu yang kurang memadai, dalam hal ini terkait
dengan kegiatan penimbangan yang dijalankan di posyandu. Salah satu
kegiatan yang harusnya dilaksanakan saat penimbangan adalah konseling dan
edukasi. Apabila kegiatan ini tidak dapat berlangsung dengan sebagaimana
mestinya, maka dapat mempengaruhi pengetahuan ibu. Salah satu alasannya
adalah informasi-informasi terkait dengan kesehatan yang harusnya
disampaikan tidak dapat tersampaikan dengan baik. Selain kedua hal di atas,
terdapat beberapa alasan lain, salah satunya adalah rendahnya tingkat sosial
ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi yang rendah akan mempengaruhi daya
beli makanan, sehingga bayi/balita yang memiliki kebutuhan yang tidak dapat
dicukupi karena kurangnya makanan yang dapat dibeli atau diperoleh oleh
keluarga.
Adanya infeksi juga menjadi hal penting yang dapat menyebabkan
terjadinya gizi kurang pada balita. Penyebab terjadinya infeksi juga dapat
diakibatkan oleh 3 faktor penyebab kurangnya asupan yang telah dijelaskan
di atas (kurangnya pengetahuan ibu, kurang performa posyandu, dan
rendahnya sosial ekonomi). Pengetahuan ibu yang kurang baik menyebabkan
kurangnya informasi mengenai higiene dan sanitasi yang benar sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Layaknya yang sudah dijelaskan di atas rendahnya performa posyandu
berkaitan dengan kurangnya informasi yang dapat diberi oleh posyandu baik
itu terkait dengan adanya imunisasi maupun terkait dengan kebersihan. Dua
faktor terakhir adalah sosial ekonomi yang rendah dan kesehatan lingkungan
yang kurang. Rendahnya keadaan sosial ekonomi berdampak terhadap
kurangnya akses keluarga terhadap higiene dan sanitasi termasuk higiene dan
sanitasi tempat tinggal dan makanan sehingga hal ini akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Rendahnya ekonomi juga berkaitan dengan
akses terhadap pelayanan kesehatan, apabila seseorang dengan ekonomi yang
rendah mengalami infeksi maka akan lebih susah mendapatkan pelayanan
kesehatan karena tidak memiliki biaya untuk menanggung biaya pengobatan
atau pelayanan kesehatan.
BAB IV
PERENCANAAN PROGRAM

A. Analisis
1. Pohon Masalah
Gizi Kurang

Penurunan
status gizi

Asupan makan Adanya penyakit


yang kurang baik infeksi

Pengetahuan ibu Penurunan Sosial ekonomi Kesehatan lingkungan


yang rendah performa posyadu yang rendah yang buruk

Cakupan D/S Cakupan N/D Mekanisme kerja


rendah rendah kurang baik

Banyak ibu Kurangnya Alur posyandu


bayi/balita yang akurasi dalam yang kurang
tidak datang antropometri baik

Kurangnya
Keterbatasan Sarana prasarana
kesadaran ibu
waktu yang kurang baik
bayi/balita

Kurangnya
bantuan dari
pemerintah
2. Pohon Tujuan
Gizi Baik

Peningkatan
status gizi

Asupan makan Tidak adanya


yang baik penyakit infeksi

Pengetahuan ibu Peningkatan Sosial ekonomi Kesehatan lingkungan


yang baik performa posyadu yang mencukupi yang baik

Cakupan D/S Cakupan N/D Mekanisme kerja


meningkat meningkat yang baik

Banyak ibu Meningkatnya Alur posyandu


bayi/balita yang akurasi dalam
datang antropometri yang baik

Meningkatnya
Waktu Sarana prasarana
kesadaran ibu
mencukupi yang baik
bayi/balita

Bantuan dari
pemerintah
yang cukup
3. Pohon Alternatif
Gizi Baik

Peningkatan
status gizi

Asupan makan Tidak adanya


yang baik penyakit infeksi

Pengetahuan ibu Peningkatan Sosial ekonomi Kesehatan lingkungan


yang baik performa posyadu yang mencukupi yang baik

Cakupan D/S Cakupan N/D Mekanisme kerja


meningkat meningkat yang baik

Banyak ibu Meningkatnya Alur posyandu


bayi/balita yang akurasi dalam
datang antropometri yang baik

Meningkatnya
Waktu Sarana prasarana
kesadaran ibu
mencukupi yang baik
bayi/balita

Bantuan dari
pemerintah
yang cukup

a. Overall Goals
 Gizi baik
b. Development Goals
 Peningkatan status gizi
c. Project Purpose
 Asupan makan yang baik
d. Output
 Pengetahuan ibu yang baik
 Peningkatan performa posyandu
 Cakupan D/S meningkat
e. Bentuk Akitivitas
 Komunikasi dengan Ibu untuk Revitalisasi Posyandu (KODE
RINDU)
- Sosialisasi kepada ibu bayi/balita dan kader terkait posyandu.
- Edukasi kepada ibu bayi/balita terkait pentingnya gizi terhadap
tumbuh kembang bayi/balita
- Pembuatan grup Whatsapp antara ibu bayi/balita dengan kader
posyandu untuk menjalin komunikasi agar informasi terkait
posyandu dapat tersempaikan.
B. Project Planning Matrix
Objectively Verifiable
Intervention Strategy Means of Verification Important Assumption
Indicators
Prevalensi gizi kurang di Peningkatan status
Kecamatan Tembalang Survei pendataan oleh ekonomi generasi
Overall goals Gizi baik
berkurang sebanyak puskesmas setempat selanjutnya di
20% Kecamatan Tembalang
Terjadi peningkatan
Pengukuran
Development status gizi dari subjek Peningkatan pelayanan
Peningkatan status gizi antropometri setiap satu
goals yang mengalami gizi kesehatan yang baik
bulan sekali
kurang sebanyak 75%
Rata-rata asupan
makanan anak-anak
Prestasi belajar anak-
berusia dibawah 5 tahun
Project purpose Asupan makan yang baik Recall 3x24 jam anak Kecmatan
sesuai dengan AKG
Tembalang meningkat
terkait energi, protein,
vitamin A, besi, seng
Peningkatan Kuesioner pengetahuan
Ibu lebih bijak dalam
Output/result Pengetahuan ibu yang baik pengetahuan ibu terkait terkait gizi dan tumbuh
menerima dan
gizi dan tumbuh kembang bayi/balita
kembang bayi/balita menerapkan informasi
meningkat menjadi 70% terkait gizi
Terjadi peningkatan Kebijakan pemerintah
cakupan D/S dan N/D pusat mengenai
Peningkatan performa posyandu Kartu SKDN
sebanyak 80% (sesuai pelayanan kesehatan
dengan standar nasional) menjadi lebih baik
Informasi mengenai
Terjadi peningkatan
 Data antropometri jadwal posyandu
jumlah bayi yang datang
pada daftar hadir tersebar luas dan
Cakupan D/S meningkat dan ditimbang menjadi
kegiatan posyandu mencakup seluruh ibu
80% dari seluruh bayi
 Kartu SKDN bayi/balita di Posyandu
yang terdaftar
Lavender
Topik :
Target : Ibu bayi/balita Ibu-ibu bayi/balita dan
Sosialisasi kepada ibu - Kegiatan dan alur
Frekuensi : 1x kader memberikan
bayi/balita dan kader terkait posyandu
Material : Leaflet respon positif dan
posyandu. - Jadwal dan lokasi
Bentuk aktivitas Budget : Rp. 180.000,- menghadiri program
posyandu
yang diberikan dengan
Edukasi kepada ibu bayi/balita Topik : Target : Ibu bayi/balita
antusias dan antara
terkait pentingnya gizi terhadap - MP-ASI Frekuensi : 1x
pemberi materi dan
tumbuh kembang bayi/balita - Pola asuh Material : Leaflet
Budget : (menyatu audiens saling
dengan leaflet melakukan kontak mata
sosialisasi)
Topik : Target : Ibu bayi/balita
Pembuatan grup Whatsapp
- Cara pembuatan dan kader posyandu
antara ibu bayi/balita dengan
pengumuman dan Frekuensi : 1x
kader posyandu untuk menjalin
membaca pembuatan
komunikasi agar informasi
pengumuman terkait Material : Handphone,
terkait posyandu dapat
posyandu dari grup kuota internet
tersempaikan.
Whatsapp Budget : Rp. 20.000,-
BAB V
RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

Kegiatan Monitoring Evaluasi


Sosialisasi kepada ibu bayi/balita dan  Pengetahuan terkait posyandu  >80% nilai kuesioner posyandu post-
kader terkait posyandu.  Ketertiban alur posyandu test dari ibu bayi/balita dan kader
dalam kategori baik
 Alur posyandu sesuai dengan standar 5
meja dan kegiatan sesuai urutan alur
 Sikap terkait MP-ASI dan pola asuh  Ibu bayi/balita mulai memberikan MP-
Edukasi kepada ibu bayi/balita terkait ASI sesuai usia bayi/balita dalam hal
pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang jumlah dan jenis
bayi/balita  Ibu bayi/balita mulai menerapkan
responsive feeding pada anak mereka
Pembuatan grup Whatsapp antara ibu  Keaktifan diskusi dalam chat grup  Ibu bayi/balita dan kader aktif
bayi/balita dengan kader posyandu untuk berdiskusi tentang kesehatan
menjalin komunikasi agar informasi bayi/balita dan dapat mengonfirmasi
terkait posyandu dapat tersempaikan. kehadiran mereka setiap diadakan
kegiatan posyandu
DAFTAR PUSTAKA

1. UNICEF, WHO, Bank W, Division U-DP. Child Mortality Report 2015


Organizations and individuals involved in generating country-specific estimates
of child mortality Special thanks to the Technical Advisory Group of the UN
IGME for providing technical guidance on methods for child mortality es. Who.
2015
2. Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu Jakarta. 2006
4. Kementrian Kesehatan RI. Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta. 2011.
5. Fadli. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di
Puskesmas Bugoro Kabupaten Pangkep. 2013
6. Dodo.D. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader dalam
Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Kelurahan : Jurnal Pangan, Gizi dan
Kesehatan Tahun 1, vol 1, no 1 April 2009
7. Reihana, Duarsa ABS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu
untuk menimbang balita ke posyandu. J Kedokt Yars. 2012;20(3):143–57.
8. Handajani, Andianti. Dkk. (2009). Upaya Pengembangan Posyandu Madya Dan
Purnama Menjadi Posyandu Mandiri (Studi Kasus Di Kecamatan Rogotrunan,
Labruk Kidul, Senduro Kabupaten Lumajang). Buletin Penelitian Kesehatan, 12
(01) , (21-33)
9. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
10. Puja LM. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Posyandu (Karya Tulis
Ilmiah). Semarang: Universitas Diponegoro; 2007
11. Siagian, Sondang P 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya,Rineka Cipta, Jakarta.
12. Sutikno. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu dalam
pemberian kapsul vitamin A pada balita di Posyandu Desa Sumber Agung
Kecamatan Souh Kabupaten Lampung Barat, Skripsi, UMITRA, Lampung
13. (Cundi" , D.K and Harris, W. 2006. Case Report of 5 Siblings: Malnutrition?
Rickets? DiGeorge syndrome? Developmental Delay?.Nutrition Journal 5 (1)
diunduh dari http://www.nutri-tionj.com/content/5/1/1)

Anda mungkin juga menyukai