Anda di halaman 1dari 9

Mirza Adliawan

165020307111061
Fiqih Muamalah CA

BAB 27
PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG BANK

PENGERTIAN

Menurut Fuad Mohd Fachruddin, bank berasal dari kata bãñko (Bahasa Italia),
sedangkan menurut Yan Pramadyapuspa (t.t: 71) sebagaimana dikutip Mohd. Fachruddin,
bank berasal dari Bahasa Inggris atau Belanda yang berarti kantor penyimpanan uang. Bank
adalah symbol bahwa para penukar uang (money changer) meletakkan uang penukaran di
atas sebuah meja, meja ini dinamakan banko yaitu bangku dalam Bahasa Indonesia.

Masifuk Zuhdi, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan bank non-Islam


(conventional bank) adalah sebuah lembaga keuangan yang dungsi utamanya untuk
menghimpun dana yang kemudian disalurkan kepada orang atau lembaga yang
membutuhkannya guna investasi (penanaman modal) dalam usaha-usaha yang produktif
dengan sistem bunga.

SEJARAH PENDIRIAN BANK

Bank merupakan hasil perkemangan cara-cara penyimpanan harta benda. Para


saudagar merasa khawatir membawa perhiasan dan yang lainnya dari satu tempat ke tempat
lainnya karena di pelabuhan dan tempat-tempat lainnya terdapat banyak pencuri. Maka bank
merupakan alternative yang tepat untuk menitipkan barang-barang yang berharga, karena
bank dapat dipercaya dan dapat menjaga harta dengan kekuatan tenaga.

Bank pertama berdiri di Venesia dan Genoa di italia yang terkenal dengan kota
perdagangan pada abad 14. Dari kedua kota itu berpindahlah sistem bank ke Eropa Barat, dan
di Inggris didirikan Bank of England pada tahun 1696.

PENDAPAT ULAMA TENTANG BANK

Pada garis besarnya para ulama terbagi menjadi tiga golongan dalam menghadapi
masalah bunga perbankan, yaitu kelompok yang mengharamkan, kelompok yang
menganggap syubhat (samar), daan kelompok yang menganggap halal (boleh).

Muhammad Abu Zahrah, Abul A’la al-Maududi, Muhammad Abdul al-‘Arabi, dan
Muhammad Nejatullah Shiddiqi adalah kelompok yang mengharamkan bunga bank, baik
yang mengambilnya (bagi penyimpan uang bank) maupun bagi yang mengeluarkannya
(peminjam uang di bank)

Menurut Abul A’la al-Maududi yang diikuti oleh Muhammad Netajullah Shiddiqi
dalam bukunya yang berjudul Muslim Economic Thinking berpendapat bahwa bunga bank
merupakan salah satu sumber dari sekian banak sumber keburukan ekonomi seperti depresi
dan monopoli.
Alasan-alasan bunga diharamkan menurut muhammad neja tullah siddiqi adalah
sebagai berikut :

 bunga bersifat menindas (dzolim) yang menyangkut pemerasan. Dalam pinjaman


konsumtif seharusnya yang lemah (kekurangan) di tolong oleh yang kuat (mampu)
tetapi bunga bank pada awalnya orang lemah ditolong kemudian diharuskan
membayar bunga, itu tidak menolong, tetapi memeras. Hal ini dapat dikatakan bahwa
yang kuat menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Dalam pinjaman produktif
dianggap pinjaman tidak adil, mengingat bunga yang harus dibyar sudah ditentukan
dalam meminjam, sementara keuntungan dalam usaha belum pasti.
 Bunga memindahkan kekayaan dari orang miskin (lemah) kepada orang kaya (kuat)
yang kemudian dapat menciptakan ketidakseimbanagan kekayaan. Ini bertentangan
dengan kepentingan sosial dan berlawanan dengan kehendak Allah yang
menghendaki pnyebaran pendapat dan kekayaan yang adil. Islam menganjurkan kerja
sama dan persaudaraan dan bunga bertentangan dengan itu.
 Bunga dapat menciptakan kondisi manusia penganggur, yaitu para penanam modal
dapat menerima setumpukan kekayaan dari bunga-bunga modalnya sehingga nereka
tidak bekerja untuk menutupi kebutuhannya. Cara seperti ini berbahaya bagi
masyarakat juga bagi pribadi orang tersebut.

Muhammad abu zahrah menegaskan bahwa rente (bunga) bank termasuk Riba nas’iah
yang diharamkan dalam agama Islam oleh Allan dan Rasul-Nya. Anwar Iqbal Qureshi dalam
buku Islam dan teori pembungaan uang, menegaskan bahwa beliau sepakat dengan pendapat
Muhammad al-Fakhri yang menyatakan bahwa:

 Bunga pada dasarnya bertentangn dengan prinsip liberal Islam yang merupakan dasar
pokok susunan masyarakat islam;
 Sangat salah suatu pandangan yang mengatakan bahwa Islam tidak melarang bunga
bias, tetapi hanya melarang bunga yang berlipat ganda. Sebetulnya dalam ajaran Islam
setiap jenis bunga betapapun kecilnya dinyatakan terlarang;
 Sebagian masyarakat berpendapat bahwa bank menolong industri dan transaksi-
transaksi dagang sehingga pemungutan bunga diijiankan pendapat ini ternyata keliru,
yang jelas bunga bank sama dengan bunga yangdiambil oleh sahukar, yaitu seorang
yahudi tua yang pekerjaannyamemberikan pinjaman uang dan mengambil bunganya;
 Untuk mencoba membenarkan bahwa bunga bank bertentangan dengan pandangan
islam, maka kewajiban umat islam untuk mengemukakan perinsip-prinsip dasar
ajaran islam yang berhubungan dengan hal itu dan bukan menyembunyikan
kelemahan-kelemahan dengan cara membenarkan pengambilan bunga bank tersebut.

Alasan-alasan yang dikemukakan imam pachrudin razi tentang larangan pembungaan


uang yang dikemukakan dalam kitabnya mafatih al-Ghoib atau terkenal dengan tafsir kabir
adalah sebagai berikut:

 Setiap perubahan atau penambahan disebut riba nasyiah dan riba nasyiah diharamkan
oleh agama.
 Bunga memungkinkan seseorang memaksakan pemilihan harta benda orang lain tanpa
alasan-alasan yang diijinkan oleh aturan-aturan sehingga perampas tidak
memperdulikan haka-hak orang lain.
 Secara nyata pengahasilan yang diterma dari bunga uang menghamabat pemberi
utang untuk berusaha memasuki suatu jaban atau pekerjaan dimasyarakat karna dia
tidak berusahapun kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi.
 Hutang selalu menurunkan harga diri dan kehormatan seseorang dimasyarakat. Apabila
pembayaran ditambah dengan bunga, maka akan menghasilkan perasaan akan saling
menghormati sfat-sifat yang baik dan perasaan berhutang budi.
 Apabila dalam transaksi pijam-memijam diijinkan pembungaan maka akan terjadi
kesenjangan sosial, yakni yang meminjamkan akan semakin kaya dan yang
meminjam akan semakin tercekik.
 Alasan terakhir bunga bank dilarang ialah karena bunga bank bertentangan dengan
frinsif-prinsip ajaran Allah yang terdapat dalam Al-Quran dan Rasull-Nya.

Ulama Muhammadiyah dalam mu’tamar Tarjih di Sidoarjo Jawa Timur pada tahun 1968
memutuskan bahwa bynga bank yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para
nasabahnya dan sebaliknya termasuk masalah musytabihat. Masalah musytabihat adalah
perkara yang belum ditemukan kejelasan hukum halal atau haramnya, sebab mengandung
unsur-unsur yang mungkin dapat disimpulkan sebagai perkara yang haram.

Namun, ditinjau dari lain, ada pula unsur-unsur lain yang meringankan keharamannya. Di
pihak lain bunga masih termasuk riba sebab merupakan tambahan dari pinjaman pokok.
Meskipun tidak terlalu besar, tetapi disisi lain bunga yang relatif kecil itu bukan merupakan
keuntungan perorangan, melainkan keuntungan yang digunakan untuk kepentingan umum.
Pertimbangan besar kecilnya bunga dan segi penggunaannya dirasakan agak meringankan
sifat larangn riba yang unsur utamanya adalah pemerasan dari orang-orang kaya terhadap
orang-orang miskin meskipun bunga bank dianggap musytabihat tidak berarti umat Islam
diberikan kebebasan untuk mengembangkan bunga

Menyimak pendapat Musthafa Ahmad al-zarqa dan ulama muhammadiyah di atas,


kiranya dapat dipahami bahwa umat Islam diperbolehkan bermuamalah dengan bank negara
karna bunga juga kecil dan penggunaan keuntungan dari bank tersebut untuk kepntingan
umum. Permasalahnnya ialah bagaimana dengan bank swasta, apakah boleh bermuamalah
dengannya atau tidak. Akan tetapi, apabila yang ditekankan segi pengunaan, umat islam tidak
boleh bermuamalah dengan bank swasta sebab keuntungan dari bunga bank negara
digunakan untuk kepentingan umum, sedangkan pengunaan keuntungan dari bank swasta
adalah hanya orang-orang tertentu, yaitu para penanam modal (saham) dan para pekerjanya.

Pendapat yang ketiga adalah pendapat yang menghalalkan pengambilan atau pembayaran
bunga di bank yang ada dewasa ini, baik bank negara maupun bank swasta. Pendapat ini
dipelopori oleh A. Hassan yang juga dikenal dengan Hasan Bandung, meskipun sudah
bertahun-tahun tingal di Pesantren Bangil (persis). Alasan yang digunakan adalah firman
Allah Swt.

‫الر َبا ت َأ ْ ُكلُوا َل آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها َيا‬ ْ َ‫ضا َعفَةً أ‬
ِ ‫ض َعافًا‬ َّ ‫ت ُ ْف ِل ُحونَ لَ َعلَّ ُك ْم‬
َ ‫ّللاَ َواتَّقُوا ۖ ُم‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (Ali-imran: 130)

Jadi, yang termasuk riba menurut A. Hassan adalah bunga yang berlipat ganda. Bila
bunga hanya dua persen dari modal pinjaman itu, itu tidak berlipat ganda sehingga tidak
termasuk riba yang diharamkan oleh agama islam.
Pendapat A Hasan ini dibantah oleh Fuad mohd. Fachruddin dalam bukunya yang
berjudul riba dalam bank, koperasi, perseroan dan asuransi. Menurut fuad mohd. Fachruddin
dalam surat al-imran ayat 130 dijelaskan riba yang berlipat ganda atau riba jahiliyah,
sedangkan bunga tidak berlipat ganda. Hal ini tidak berarti bahwa bunga yang berlipat ganda
itu boleh, adh’afah mudha’afah adalah sebagai qayid, mafhum mukhalafah ditolak apa biala
ada qayid yang mengatakan suatu kejadian. Jadi, adh’afan mudha’afah adalah menjelaskan
kejadian yang sedemikian hebatnya riba di Zaman Jahiliyah. Hal ini sesuai dengan kaidah:
“Asal pada qayid adalah mejelaskan suatu kejadi”

BANK ISLAM

Maksud bank Islam adalah suatu lembaga keuangan yang fungsi utamanya
menghimpun dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yan membutuhkannya
dengan sistem tanpa bunga.

Tujuan bank Islam adalah memacu perkembangan ekonomi dan kemajuan social dari
negara-negara anggota dan masyarakat Muslim, baik secara individual maupun secara
kolektif. Tujuan utama didirikannya bank Islam adalah untuk menghindari bunga uang yang
dilaksanakan oleh bank-bank konvensional. Manfaat bank Islam sebagai berikut:

a. Turut serta dalam bentuk modal berimbang dari usaha-usaha produktif di negara-
negara anggota, menanam modal pada proyek prasarana ekonomi dan social di
negara-negara angora dengan cara penyertaan
b. Memberikn pinjaman pada sector swasta dan negara untuk membiayai proyek-proyek
usaha dan program-program yang produktif
c. Membentuk dan mengoperasikan dana khusus untuk keperluan-keperluan khusus,
termasuk dana sosial untuk membantu masyarakat Muslim yang berada di luar
anggota
d. Menyediakan bantuan teknis kepada negara-negara anggotan dan memajukan
perdagangan internasional
e. Melaksanakan penelitian agar kegiatan ekonomi, keuangan, dan perbankan di negara-
negara Islam dapat disesuaikan dengan ketentuan Syariah
f. Bank mencoba mencari sebuah rasio yang layak untuk mempertahankan suatu
perbandingan yang cocok antara penanaman modal yang diberikan kepada negara-
negara anggota
g. Bank akan mempertahankan hak dan kebebasannya untuk menjual saham
penyertaannya
h. Berusaha mempertahankan suatu keanekaragaman yang wajar dalam penanaman
modal
i. Memungut suatu biaya atas jasa-jasanya guna menutupi ongkos administrasi

PENGGANTI SISTEM BUNGA

Apabila bunga bank wajib dihapuskan agar semua umat yang terkait terbebas dari
perbutan riba, maka perlu ditentukan aternatif lain untuk mengatasi persoalan-persoalan yang
akan timbul, antara lain dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Wadi’ah (titipan uang, barang, dan surat-surat berharga), dalam oprasinya bank Islam
menghimpun dana dari masyarakat dengan cara menerima deposito berpa uang,
benda, dan surat-surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga keselamatannya
oleh bank Islam, bank berhak mengunakan dana yang didepositolan tanpa harus
membayar imbalannya. Namun, bank harus menjamin bahwa danaitu dapat
dikembaliakantepat pada waktu pemilik deposito memerlukannya.

b. Mudharabah (kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana), dengan Muharabah
ini bank Islam dapat memberikan tambahan modal kepada pengusaha untuk
perusahaannya dengan perjajian bagi hasil, baik untung ataupun rugi sesuai perjanjian
yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat ini di bantah oleh Muhammad
Muslaehuddin. Menurut muhammad Muslaehuddin kontrak mudhararabah hanya dpat
dilalaksanakan dua orang, yaitu antara pemilik modal yaitu antara pemilik modal dan
pelaksana. Alasan yang kedua ialah pihak yang bekerja tidak dapat menanamkan
modal miliknya sendiri didalam usaha yang dimodali oleh bank. Alasan yang terakhir
ialah bank islam tidak akan memberi pinjaman pada perusahaan-perusahaan yang
baru saja menanamkan modalnya sendiri pada usaha-usaha mereka.

c. Musyarakah/ syirkah (persekutuan), dengan musyarakah ini pihak bank dan pihak
penuasa sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan, maka kebelah
dua pihak turut berpartisipasi mengelola usaha patungan dan menanggung untung
ruginya bersama atas dasar perjanjian propit and loss sharing.

d. Murabahah (jual beli barang dengan tambahan harga atas dasar harga pembelian yang
pertama secara jujur). Dengan murabahah ini pada hakikatnya seseorang ini ingin
mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual
beli. Dengan sistem ini bank dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan oleh
para pengusaha untuk dijual lagi dan bank meminta tambahan harga atas harga
pembeliannya. Syarat murabahah antara lain bahwa bank harus memberikan
informasi selengkapnya (sebenarnya) kepada pembeli tentang harga pembeliannya
dan keuntungan bersihnya dari cost plus-nya.

e. Qaradh Hasan (pinjaman yang baik), bank islam dapat memberikan pinjaman tanpa
bunga kepada para nasabah yang baik, terutama nasabah yang memiliki deposito di
Bank islam. Peminjaman tnapa bung ini dilakukan sebagai service dan penghargaan
kepada para Deposan karena Deposan tidak menerima bunga atas Devositonya dari
Bank Islam. Bank Islam juga dibolehkan juga menggunakan modalnya dan dana yang
terkumpul untuk investasi langsung dalam bebagaiu bidang usaha yang dapat
menghasilkan laba. Dalam hal ini Bank sendiri yang melakukan pengaturannya secar
langsung, berbeda dengan investasi patungan, yakni pengaturannya dilakukan oleh
Bank bersama partnernya dengan perjanjian propit and loss sharing.

f. Bank Islam boleh mengelola zakat di Negara yang pemerintahannya tidak mengelola
zakat secara langsung. Bank Islam juga dapat menggunakan sebagian zakat yang
terkumpul untuk proyek-proyek yang produktif yang hasilnya untuk kepentingan
Agama dan umum.

g. Bank Islam juga boleh menerima dan memungut pembayaran untuk:

1. menganti biaya-biaya yang langsung dikeluarkan langsung oleh Bank dalam


melaksanakan pekerjaannya untuk melayani kepentingan para nasabah, misalnya
biaya materai, telepon dalam memberitahukan rekening dan yang lain-lainnya:
2. membayar gaji para karyawan Bank yang melakukan pekerjaan untuk kepentingan
nasabah, untuk sara dan prasarana yang disediakan oleh Bank, dan biaya administrasi
pada umumnya.

KEDUDUKAN BANK DALAM ISLAM

Bank dalam Islam merupaka salah satu bentuk perekonomian yan di anjurakan oleh
Islam, yaitu membentuk salah satu perekonomian modern. Bank didirikan untuk menciptakan
kemaslahatan umat Islam, maka dalam praktiknya Bank tidak boleh bertentangan dengan
ajaran-ajaran atau tuntutan-tuntutan Agama Islam itu sendiri. Salah satu penyimpangan utama
yang terdapat pada Bank kovensional adalam sistem bungan. Sistiem ini bertentangan dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam. Berddasarkan pendapat para ulama, sistem bunga inilah yang
perlu dihapuskan. Penghapusan sistem bunga Bank berarti melaksanakn islamisasi
perbankan.

Setelah Bank dihapuskan ,maka akan timbul beberapa masalah, antara lain kepada
siapa dibebankan ongkos administrasi Bank dan bagaimana dengan Bank-Bank konversional
yang terdapat di negar Islam? Pendapat Anwar Iqbal Qureshi bahwa ongkos administrasi
perbankan tanpa bunga dibebankan kepada negara.
Bank-Bank konvensional dibolehkan melakukan operasinya di negara Islam dengan syarat
sebagai berikut.
a. Bank-Bank konvensional dilarang membayar bunga kepada para penyimpan
depositnya.
b. Bank-Bank konvensional juga dilarang memungut bunga dari para peminjamnya.
RESUME BAB 28
KOPERASI

PENGERTIAN

Koperasi menurut istilah adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh para anggota
peserta yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan harga yang
relative rendah dan bertujuan memajukan tingkat hidup Bersama.

Menurut Masyifuk Zuhdi, koperasi adalah suatu perkumpulan atau orrganisasi yang
beranggotakan orang-orang atau badan hokum yang bekerja sama dengan penuh kesadaran
untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan

Sebagian ulama menyebut koperasi dengan yyirkan ta’awuniyah (persekutuan tolong-


menolong), yaitu suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, yang satu pihak
menyediakan modal usaha, sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar proft sharing
menurut perjanjian.

SYARAT – SYARAT PENDIRIAN KOPERASI

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hokum, maka syarat – syaratnya sebagai
berikut:

1. Dilakukan dengan akta notaris;


2. Disahkan oleh pemerintan;
3. Didaftarkan di Pengadilan Negeri
4. Diumumkan dalam berita negara

Selama belum dilakukan dan pendaftara, pengurus koperasi bertanggung jawab atas
tindakan – tindakan yang dilakukan atas nama koperasi itu.

MACAM – MACAM KOPERASI

Macam – macam koperasi diilihat dari dua segi, pertama dari segi bidang usahanya
dan yang kedua dari segi tujuannya

Dari segi usaha, koperasi dibagi menjadi 2 macam:


1. Koperasi yang berusaha tunggal, yaitu koperasi yang hanya menjalankan satu bidang
usaha
2. Koperasi serba usaha, yaitu koperasi yang berusaha dalam banyak bidang

Dari segi tujuannya, koperasi dibagi menjadi 3 macam:


1. Koperasi produksi, yaitu koperasi yang mengurus pembuatan barang – barang yang
bahan – bahannya dihasilkan oleh anggota koperasi
2. Koperasi konsumsi, yaitu koperasi yang mengurus pembelian barang-barang guna
memenuhi kebutuhan anggotanya
3. Koperasi kredit, yaitu koperasi yang memberikan pertolongan kepada anggotan-
anggotanya yang membutuhkan modal.

KOPERASI MENURUT MAHMUD SYALTUT


Menurut Syaltut, koperasi (syirkah ta’awuniyah) adalah suatu persekutuan baru yang
belum dikenal atau belum dijelaskan oleh Fuqaha terdahulu yang membagi syirkan menjadi
empat macam:

1. Syirkan abdan, yaitu sutu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan
suatu usaha yang hasilnya dibagi antar mereka menurut perjanjian yang telah
ditentukan sebelumnya, (menurut Abu Hanifah dan Malik boleh, sedangkan Imam al-
Syafi’I melarangnya)
2. Syorkan mafawadhah, yaitu suatu pesekutuan kerja sama antara dua orang atau lebih
untuk melakukan suatu usaha dengan modal uang atau jasa dengan syarat sama
modalnya dan masing-masing berhak bertindak atas nama syirkah. (menurut Abu
Hanifah boleh dan menurut yang lainnya tidak)
3. Syirkah wujuh, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu
tanpa modal uang, tetapi hanya berdasarkan saling mempercayai. Keuntungan dibagi
sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan. (Imam Hanafiyah dan Hanbali
membolehkan, sedangkan Imam Syafi’I melarangnya sebab syirkah hanyak bileh
dengan uang tau dengan pekerjaan
4. Syirkah ‘inan, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam penanaman modal
untuk melakukan suatu usaha atas dasar pembagian untung dan rugi sesuai dengan
jumlah modalnya masing-masing. (disepakati kebolehannya oleh para ulama)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa koperasi menurut Mahmud Syaltut yaitu
suatu syirkah (kerja sama) baru yang ditemukan para ulama yang besar manfaatnya, yaitu
memberi keuntungan kepada apara angora pemilik saham, membuka lapangan kerja bagi
calon karyawannya, memberi bantuan keuangan dai sebagian hasil usahanya untuk
mendirikan sarana ibadah, sekolah, dan sebagainya.

KOPERASI SEBAGAI JALAN TENGAH

Menurut Dawam Rahardjo, koperasi dilahirkan di negara kapitalis. Koperasi dianggap


sebagai alternative terhadap system kapitalis. Koperasi ingin mengganti hubungan produksi
dan pertukangan yang berdasar pada persaingan bebas dengan kerja sama. Tetapi, koperasi
tidak mengganti system kapitalis, koperasi yang baik adalah koperasi yang dapat bekerja dan
mampu bersaing dalam kerangka system kapitalis dimana dia hidup.

Disisi lain, koperasi juga dikembangkan di negara sosialis atau dapat dikatakan bahwa
koperasi pernah dijadikan model yang dipakai oleh pemerintas sosialis sebagai wahana dalam
proses sosialisasi alat-alat produksi.

Di dalam negara sosialis, koperasi hanya dijadikan model pada transisi (karena belum
sepenuhnya bersifat sosialis), sedangkan di negara kapitalis, koperasi dianggap sebagai
varian yang mendukung dan memperkuat system perekonomian kapitalis itu sendiri.

HUKUM PENDIRIAN KOPERASI

KOPERASI MAHASISWA
Telah diketahui bahwa koperasi ada bermacam-macam; koperasi konsumsi, koperasi
produksi, koperasi simpan pinjam, dan koperasi serba usaha, dan ditinjau dari segi
anggotanya, koperasi juga bermacam-macam. Di perguruan tinggi, baik institute maupun
universitas terdapat koperasi yang dikelola oleh mahasiswa. Hal ini dilakukan untuk
melayani dan memenuhi kebutuhan mahasiswa pada perguruan tinggi tersebut. Koperasi pada
perguruan tinggi disebut Koperasi Mahasiswa (kopma).

Keuntungan bagi para anggota koperasi mahasiswa adalah mendapatkan keuntungan


berupa barang dan uang. Keuntungan yang paling penting adalah keuntungan spiritual (sikap
kejiwaan), antara lain:

a. Belajar bekerja sama dengan sesame mahasiswa


b. Belajar memikirkan dan memecahkan kepentingan Bersama
c. Belajar hidup disiplin
d. Belajar hidup tunduk pada peraturan-peraturan tertentu
e. Belajar membentuk aturan Bersama dan menaatinya
f. Belajar hidup jujur
g. Belajar berbuat sesuat dengan ikhlas untuk kepentingan umum
h. Belajar hidup bertanggung jawab
i. Akan mengetahui harga dan mutu barang
j. Mengetahui bagaimana dan di mana memperoleh barang-barang yang kualitasnya
terjamin dan harganya relative murah
k. Belajar hidup percara pada diri sendiri

Untuk mendirikan koperasi di perguruan tinggi, diperlukan modal untuk keperluan


kegiatan koperasi. Menurut aturan koperasi, modal harus diusahakan sendiri oleh seluruh
anggotanya, artinya semua mahasiswa pada perguruan tinggi tersebut dikenakan iuran
wajib yang sama (contoh Rp 1.000/bulan). Cara pemungutan iuran sebaiknya
dirundingkan dengan pimpinan perguruan tinggi tersebut.

Kegiatan koperasi konsumsi mahasiswa yaitu:


a. Menyelenggarakan warung koperasi
b. Pembelian barang-barang konsumsi
c. Penyimpanannya
d. Penjualannya

Anda mungkin juga menyukai