Oleh
Kelompok IV
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan, dengan judul
“Macam – macam Kecerdasan”.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Selama ini kecerdasan manusia selalu dinilai dari tingkat kecerdasan secara
intelektual (IQ). Melalui IQ, manusia dianggap cerdas dalam menghadapi segala
bentuk permasalahan yang terjadi. Persaingan yang dibentuk setiap jenjang
pendidikan selalu dikaitkan dengan kecerdasan intelektual ini. Nilai dan
kemampuan menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang.
Jenis-jenis kecerdasan yang secara umum dipahami dewasa ini terdiri dari;
kecerdasan intelektual atau Intelegent Quotient (IQ), kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ), dan kecerdasan spritual atau Spiritual Quotient (SQ).
Berikut ini penjelasan masing-masing jenis kecerdasan tersebut:
Kecerdasan Intelektual atau Intelegent Quotient (IQ): adalah bentuk
kemampuan individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai
lingkungannya secara maksimal serta bertindak secara terarah. Kecerdasan
ini digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis.
Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ): adalah kemampuan
untuk mengenali, mengendalikan dan menata perasaan sendiri dan
perasaan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya
menyenangkan dan didambakan orang lain. Kecerdasan ini memberi kita
kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik
orang lain, memberi rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk
menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.
Kecerdasan Spritual atau Spiritual Quotient (SQ): adalah sumber yang
mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan
diri pada nilai-nilai.
1. Kecerdasan Matematika-logika
Kecerdasan matematika-logika memuat kemampuan seseorang
dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan
logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan
kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia
menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang
dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas
berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem
matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung
berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang
dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai
permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur
dan bermain teka-teki.
2. Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan bahasa memuat kemampuan seseorang untuk
menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan,
dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi
umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan
dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan,
membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik
seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya
terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang
sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara
mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru,
peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
3. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal memuat kemampuan seseorang untuk peka
terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk
dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung
senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui
senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio,
pertunjukkan orkestra, atau alat musik yang dimainkannya sendiri.
Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan
gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
4. Kecerdasan Visual-spasial
Kecerdasan visual-spasial memuat kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.
Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan
imajinasi bentuk da-lam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang
menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan
membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai
masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol
pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan
unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di
kepramukaan.
5. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik memuat kemampuan seseorang untuk
secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai
pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti
bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula
tampil pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat,
atau unggul dalam bermain sulap.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk
memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah
bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan
semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain
kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga
mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisasikan, menangani
perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain,
dan sebagainya.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu
untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada
dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan introspeksi
diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba
untuk memperbaiki diri. Beberapa di antaranya cenderung menyukai
kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya
sendiri.
8. Kecerdasan Naturalis
Hal lain dikemukakan oleh Robert Coles (1997) dalam bukunya yang berjudul
The Moral Intelligence of Children, bahwa di samping IQ (Intelligence Quotient)
ada suatu jenis kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan moral yang juga
memegang peranan sangat penting bagi kesuksesan seseorang dalam hidupnya.
Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang peserta didik untuk bisa menghargai
dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami perasaan terdalam orang-
orang di sekelilingnya, dan mengikuti aturan- aturan yang berlaku, yang
semuanya ini merupakan kunci keberhasilan bagi seorang peserta didik
dimasa depan. Sebagai individu, peserta didik berada dalam komunitas
sekolah selalu berkomunikasi dengan sesama teman, guru, dan orang lain. Namun,
sebagai makhluk Tuhan peserta didik mempunyai kewajiban untuk selalu taat
menjalankan perintah agamanya (Emotionally and Spiritual Quotient). Oleh
karena itu, harus dijaga hubungan yang seimbang antara diri individu (IQ), sosial
(EQ), dan hubungan dengan Tuhan (ESQ).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran