Anda di halaman 1dari 11

1.

Contoh rumah sakit


Rumah sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
A. Jenis rumah sakit

RSUP dr. Hasan Sadikin (RSHS) bandung merupakan rumah sakit kelas A yang menjadi
rujukan tertinggi (Top referal Hospital) di Provinsi Jawa Barat, juga menjadi Rumah
Sakit Rujukan Nasional dan RS Pedidikan yang bermutu dan berdaya saing di tahun
2019. Beberapa unggulan RSHS antara alin, menjadi Pusat unggulan Nasional dalam
Bidang Kedokteran Nuklir & menjadi satu-satunya Pusat Pendidikan Spesialis
Kedokteran Nuklir; pelayanan Teknologi / Reproduksi Berbantu, Pelayanan Kardiologi;
Pelayanan Onkologi & Infeksi dan Pelayanan Transplantasi Ginjal.
RSHS memiliki 928 tempat tidur (TT), terdiri dari:
1. VIP : 77 TT
2. Kelas I : 96 TT
3. Kelas II : 152 TT
4. Kelas III : 506 TT
5. Intensif (GICU, ICCU, PICU, NICU) : 33 TT
6. High care Unit : 45 TT
7. Perinatologi : 24 TT

B. Pelayanan medis
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
Pelayanan rawat jalan diselenggarakan di unit pelayanan rawat jalan, sebagai berikut:
 Poliklinik Penyakit Dalam
 Poliklinik Bedah
 Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
 Poliklinik Anak
 Poliklinik Bedah Saraf
 Poliklinik Orthopaedi
 Poliklinik Saraf
 Poliklinik THT-KL
 Poliklinik Kulit dan Kelamin
 Poliklinik Kedokteran Jiwa
 Poliklinik Gigi dan Mulut
 Poliklinik Bedah Mulut
 Klinik Mata (Pelayanan di Klinik Anggrek)
 Klinik Anestesi
 Konsultasi Gizi
 Klinik Pegawai
 Klinik MCU dan TPKP (Tim Pemeriksa Kesehatan Pegawai)
 Klinik Teratai (HIV/AIDS)
 Klinik Asnawati (Kemoterapi Rawat Jalan)
 Pelayanan Rehabilitasi Medik
 Instalasi Pelayanan Jantung
 Intalasi Hemodialisa
 Instalasi Reproduksi Berbantu (Klinik Aster)
 Pelayanan Kedokteran Nuklir
 Pelayanan Radioterapi
3. pelayanan rawat inap
Sarana pelayanan rawat inap (hospitalization) di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung,
dibedakan menjadi ruang rawat inap Kelas I, II, III, VIP, High Care, Intensif, Isolasi,
dan rawat inap khusus atau non kelas.
 Pelayanan Kelas I, II, dan III dilakukan di beberapa ruang perawatan baik
perawatan medikal, surgikal, obstetri dan ginekologi, dan anak.
 Pelayanan khusus neonatologi dilaksanakan di Ruang perawatan Neonatologi
Anturium.
 Pelayanan rawat inap isolasi untuk pasien infeksi dilakukan di Ruang Flamboyan
dan Kemuning I.
 Pelayanan rawat inap VIP berada di Gedung Parahyangan.
 Perawatan high care dilaksanakan di beberapa High Care Units
4. pelayanan operasi
Tindakan operasi yang dilakukan meliputi tindakan pembedahan elektif maupun cito.
Pelayanan pembedahan yang dilakukan di IBS, mulai dari pembedahan sederhana
sampai yang kompleks, one day surgery untuk pasien yang pulang pada hari yang
sama setelah dilakukan tindakan operasi, pembedahan modern seperti pembedahan
menggunakan endoskop/laparaskop..
5. pelayanan penunjang
a. Pelayanan Farmasi
b. Pelayanan Radiologi
c. Pelayanan Laboratorium
- Patologi Klinik
- Patologi Anatomi
6. pelayanan khusus lainnya
a. Pelayanan Transplantasi Ginjal
b. Skrining Hipotiroid Kongenital
c. Bank Darah
d. Pelayanan Ambulans
e. Pelayanan Pemulasaran Jenazah dan Forensik
f. Pengambilan sampel untuk tes paternitas (DNA)
g. Home Care
C. Struktur organisasi
2. Indikator-indikatorpelayananrumahsakit (BOR, AVLOS, TOI, BTO, GOR, NDR)
Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap. Pada
pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran :

a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


BOR menurut Huffman (1994) adalah ―the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration‖. Menurut Depkes RI (2005),
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.

Rumus :
BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah tempat tidur yang terpakai (O)
dengan jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk
persentase (%).
Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu:
BOR = (O/A) x 100%
Keterangan :
O : tempat tidur yang terpakai
A : tempat tidur yang tersedia

Nilai rata-rata (rerata) jumlah tempat tidur terpakai dalam suatu periode (O) sama
dengan jumlah HP (hari perawatan) dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari
dalam periode yang bersangkutan (t),
O = (jumlah HP) / t
Misalnya BOR untuk bulan Januari 2015 dapat dihitung :

BOR = ((jumlah HP Januari) / (A x t)) x 100%


Misalnya dalam bulan Januari 2015 tersedia 10 TT dan tercatat total HP periode Januari
2014 = 23.436, maka BOR periode Januari 2015 = (23.436 / (10x31)) x 100%= 75,6 %
Jadi secara rumus baku adalah =

Rumus :
Jumlah hari perawatan
x 100
Jumlah tempat tidur x jumlah hari perawatan waktu
Keterangan :
Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari dalam
satu satuan waktu
Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-31 hari, tergantung
jumlah hari dalam bulan tersebut

Contoh Kasus :
Diketahui :
Pasien yang dirawat tanggal 1 september = 97 pasien; 2 september = 98 pasien; 3
september = 100 pasien; tanggal 4 september = 89 pasien. Maka Jumlah Hari Perawatan
dari tanggal 1 – 4 september adalah 384.
Selama 4 hari (periode) jumlah Tempat Tidur = Banyaknya tempat tidur yang ada/yang
beroperasional di RS, misalnya jumlah TT ada 200 TT.
Maka BORnya adalah :
Jumlah HP=384
BOR = x 100
(Jumlah TT =200) X (Periode=4 hr )
384
BOR = x 100
200 X 4
384
BOR = x 100
800
BOR = 48 %
Jika terjadi perubahan jumlah TT dalam periode yang akan dihitung BOR-nya, maka
BOR dapat dihitung dengan cara seperti contoh berikut ini :
Misalnya, Rumah Sakit setya Husada memiliki tempat tidur tersedia 50. Pada tanggal 25
Januari 2015 terjadi penambahan 5 tempat tidur. Jumlah total HP hingga akhir periode
Januari 2015 = 1250. Maka untuk menghitung BOR periode Januari 2015 yaitu :
(1.250 / ((50x24)+(55x7))) x 100% = 78,9 %
b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah ―The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration‖. ALOS menurut Depkes RI
(2005) adalah ratarata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus penghitungan ALOS :

Rumus :
Jumlah hari perawatan pasien keluar
x 100
jumlah pasien
Keterangan : keluar (hidup+mati)

Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati
dalam satu periode waktu
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam
satu periode tertentu

Lama Dirawat = Lamanya 1 orang pasien dirawat setelah pasien tersebut keluar hidup
(pulang atas izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau meninggal.
Contoh kasus :
Pada tanggal 4 September ada 5 orang pasien pulang.
Pasien A pulang dengan lama dirawat 4 hari
Pasien B pulang paksa dengan lama dirawat 2 hari
Pasien C meninggal dengan lama dirawat 10 hari
Pasien D pulang dengan lama dirawat 3 hari
Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari

Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 4 september tersebut adalah 25 hari dan pasien
yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 5 orang. Maka pada tanggal 4
September tersebut ALOSnya adalah :
Jumlah Lama Dirawat = 25 hari
Jumlah Pasien Keluar hidup & meninggal = 5 orang

Jadi ALOS nya = 25/5 : 5


Untuk mendapatkan lama dirawat pada setiap pasien dihitung dari kapan pasien pulang
dan pasien tersebut masuk. Misalnya. Pasien A masuk tanggal 31 Agustus dan pulang
tanggal 4 September, maka lama dirawat Pasien A adalah 4 hari.

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
Rumus penghitungan TOI :

Rumus :
( Jumlah TT x hari ) −hari perawatan
x 100
jumlah pasien keluar (hidup+ mati)
Keterangan :
Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki
Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang,
lari atau meninggal

Contoh kasus :
Rumah Sakit setya Husada memiliki tempat tidur 200 dengan periode 1 hari, jumlah hari
perawatan 90 jumlah pasien keluarh hidup dan meninggal 5 orang maka TOInya adalah :
( jumlah TT =200 ) x ( jumlah periode=1 )−(Hari perawatan=90)
TOI :
( jumlah pasien keluar hidup∧meninggal=5)
(200 x 1 )−90
:
5
110
:
5
TOI : 22 hari

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Huffman (1994) adalah ―…the net effect of changed in occupancy rate and
length of stay‖. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus penghitungan BTO :

Rumus :
jumlah pasienkeluar (hidup+mati)
x 100
jumlah tempat tidur
Keterangan :
Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang,
lari atau meninggal

Contoh kasus :
Pasien keluar hidup & meninggal ada 5 orang pada tanggal 4 September 2014 Jumlah Tempat
tidur ada 200 TT.
Maka BTOnya adalah :
Jumlah Pasien Keluar Hidup∧Meninggal=5
BTO =
JumlahTempat Tidur=200 TT
5
BTO =
200
BTO = 0,025 kali

e. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus penghitungan NDR :

Rumus :
Jumlah pasienmati > 48 jam
x 100
Jumlah pasien keluar (hidup +mati)
Keterangan :
Jumlah pasien meninggal > 48 jam dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang,
lari atau meninggal

jumlah pasien meninggal >48 jam


NDR = x 1000
jumlah pasienkeluar (hidup∧meninggal)
NDR = Net Death Rate adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar RS.

f. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar rumah sakit.
Jumlah pasien mati seluruhnya
Rumus : x 100
( jumlah pasien keluar (hidup+ mati))
Contohkasus
Data sebuah rumah sakit pada bulan Agustus 2015 sbb:
Jumlah tt yang tersedia 210 ( diluar tt bayi) dengan jumlah pasien meninggal saat rawat
inap adalah 5 orang. Jumlah pasien keluar hidup dan mati adalah 360, maka :
5 x 1000 = 13,8 %
360
Artinya: Angka kematian umum di RS “X” pada Agustus 2015 adalah 13,8 per seribu
pasien keluar hidup dan mati
TUGAS INDIVIDU

“FARMASI RUMAH SAKIT”

OLEH :

NAMA : SITTI NURLIAN HABARU

NIM : O1A1 16 059

KELAS :B

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMSAI

UNIVVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai