Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN IMUNOHEMATOLOGI DAN BANK DARAH

“ PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH A,B,O, DAN RHESUS ”

Oleh

Kelompok 6

Ni Luh Putu Sinta Dewi (P07134017 050)

Ni Putu Yuli Widiantari (P07134017 052)

Ni Putu Devi Dana Anggreani (P07134017 063)

Sri Rahayu Pratiwi (P07134017 065)

Si Ayu Indah Sukmawati (P07134017 067)

Ni Nyoman Budiarti (P07134017 073)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN (VB)

2019
Hari / Tanggal : Selasa, 20 Agustus 2019

I. TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
dengan metode plate dan metode tabung.

Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
dengan metode plate dan metode tabung.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan golongan darah ABO dan
Rhesus dengan metode plate dan metode tabung.

II. METODE
Metode yang digunakan pada praktikum adalah metode plate.

III. PRINSIP
Antigen + Antibodi Aglutinasi
Golongan darah diidentifikasi dengan melihat aglutinasi yaitu penggumpalan sel
darah merah akibat reaksi antara antibodi dalam serum atau plasma dengan antigen pada
sel darah merah.

IV. DASAR TEORI


Golongan darah ABO merupakan golongan darah manusia pertama yang
ditemukan pada tahun 1901 oleh Landsteiner dan golongan darah Rh pada tahun 1941.
Sistem pengelompokan darah ABO terdiri dari antigen dan antibodi karbohidrat A, B, dan
H terhadap antigen, sedangkan sistem Rh terdiri dari antigen D. Pengelompokan darah
ABO didasarkan pada ada atau tidaknya antigen A dan B pada permukaan sel darah
merah (RBC) dan pengelompokan Rh didasarkan pada ada atau tidaknya antigen D pada
permukaan sel darah merah atau RBC. Antigen golongan darah terdiri dari glikoprotein
dan glikolipid yang dikontrol secara genetic (Getaneh Alemu et al., 2015).
Sistem golongan darah yang paling penting adalah sistem ABO, yang terdiri dari
empat varian darah: A, B, AB, dan O. Golongan darah O eritrosit tidak memiliki antigen
sejati, tetapi serum darah individu tipe O mengandung antibodi untuk kedua A dan
antigen B. Tipe A dan B Erythrocytes masing-masing membawa antigen A dan B, dan
menghasilkan antibodi terhadap yang lain. Eritrosit tipe AB tidak memiliki antibodi
terhadap golongan darah lain karena memiliki antigen A dan B. Secara khusus, antigen
ABO mengatur aktivitas seluler yang menyarankan dampaknya pada penentuan
kerentanan dan keparahan penyakit tertentu (Shaymaa Shaker Taha et al., 2018).
Antigen sistem golongan darah ABO adalah molekul karbohidrat kompleks yang
terletak di permukaan ekstraseluler dari membran sel darah merah. Antigen ABO juga
meresap pada berbagai sel dan jaringan manusia, termasuk epitel, neuron sensorik,
trombosit, dan permukaan endotel vascular. Signifikansi klinis sistem golongan darah
ABO melampaui obat transfuse, beberapa laporan menyarankan keterlibatan penting
dalam penyakit kardiovaskular, onkologis, dan lainnya (JM Sequi Canet, 2019).
Dalam penelitian Irak sebelumnya, mendeteksi bahwa golongan darah O lebih
umum diikuti oleh golongan darah B dan A, dan yang paling dominan adalah AB. Peran
biologis sering tidak berkorelasi dengan sel darah merah, tetapi dengan keberadaan zat
kimia pada sel lain yang awalnya dikenal sebagai antigen sel darah merah. Antigen, yang
pertama kali dikenali pada sel darah merah, sekarang diketahui penting sebagai reseptor
dan pengikat untuk bakteri, parasit dan protein penting secara imunologis dan perbedaan
dalam golongan darah ABO ditandai oleh antigen pada lapisan karbohidrat luar
(glikokaliks) eritrosit.
Antigen H adalah prekursor antigen golongan darah ABO. Antigen ini ada di
semua sel darah merah terlepas dari sistem ABO. Orang dengan fenotipe Bombay yang
langka homozigot untuk gen H (HH), tidak mengekspresikan antigen H pada sel darah
merah. Karena H-antigen bertindak sebagai prekursor, ketidakhadirannya berarti tidak
adanya antigen A dan B. Namun, individu-individu tersebut menghasilkan isoantibodi
terhadap antigen H serta antigen A dan B (Ranadhir Mitra et al., 2014).
Sistem rhesus adalah sistem golongan darah terpenting kedua setelah ABO. Saat
ini, sistem Rh terdiri dari 50 antigen golongan darah tertentu dan hanya lima yang
penting. Permukaan sel darah merah pada seseorang mungkin atau mungkin tidak
memiliki faktor Rh atau antigen-D imunogenik. Dengan demikian, status diindikasikan
sebagai Rh-positif (hadir D-antigen) atau Rh-negatif (tidak ada antigen-D). Berbeda
dengan sistem ABO, antibodi anti-Rh, biasanya, tidak ada dalam darah orang dengan sel
darah merah D-negatif, kecuali jika sistem peredaran darah pada orang-orang ini telah
terpapar sel darah merah positif D.Antibodi imun ini bersifat imunoglobulin G (IgG) dan
karenanya, dapat melintasi plasenta. Profilaksis diberikan terhadap imunisasi Rh
menggunakan Ig anti-D untuk ibu hamil Rh-negatif yang telah melahirkan anak Rh-
positif (Ranadhir Mitra et al., 2014).
Golongan darah ABO memiliki pengaruh besar pada hemostasis yaitu,
memberikan efek kuantitatif utama pada kadar plasma faktor von Willebrand dan faktor
VIII. Peningkatan hubungan infark miokard, stroke iskemik, dan tromboemboli vena
terlihat dengan golongan darah A dan AB mungkin melalui fungsional ABO glikol
transferases modulasi thrombosis (Ranadhir Mitra et al., 2014). Golongan darah ABO
merupakan penentu utama kadar plasma faktor VIII (FVIII) dan faktor von Willebrand
(vWF) .2 Orang dengan golongan darah O memiliki kadar plasma sekitar 25% lebih
rendah dari kedua glikoprotein.2 Kadar plasma rendah FVIII dan vWF telah lama
ditetapkan sebagai penyebab perdarahan berlebih (Mark E. Brecher et al., 2011).
Penggolongan darah ABO menggunakan cairan reagen anti A dan reagen anti B.
Penggolongan darah ABO memiliki 4 hasil penggolongan yaitu A, B, AB, dan O. Dalam
penggolongan darah ABO dengan metode slide sampel darah diteteskan pada dua titik
slide dan dicampur dengan reagen anti A dan reagen anti B pada setiap titiknya. Setelah
dicampurkan dengan reagen maka darah akan mengalami perbedaan dengan sampel
sebelumnya. Perbedaan tersebut yang nantinya akan menghasilkan golongan darah yang
berbeda. Darah yang sesuai dengan reagen akan mengalami aglutinasi ditandai dengan
menggumpalnya cariran darah. Dalam praktiknya penggolongan darah masih dilakukan
dengan cara manual. Pada penggolongan darah ABO dengan metode slide manual masih
menggunakan slide kertas yang digunakan sekali pakai sehingga membutuhkan banyak
kertas. Pengadukan sampel dengan cairan reagen menggunakan pengaduk yang berbeda
pada setiap titik sampel dan penggunaan hanya sekali. Dalam proses penggolongan darah
memerlukan waktu untuk membuat darah teraglutinasi. Kebutuhan akan alat yang dapat
digunakan untuk menunjang kelancaran dalam proses penggolongan darah sangat
diperlukan (Noiphung et al., 2015).
Pada pemeriksaan golongan darah, terdapat beberapa metode yang dapat
dilakukan untuk mengetahui golongan darah. Metode yang dapat digunakan antara lain
adalah metode slide, metode tabung, dan metode tile. Penggunaan slide kertas dinilai
lebih efisien dalam waktu dan tahapan prosesnya. Penggunaan slide kertas telah banyak
digunakan dalam pengujian darah lainnya, seperti glukosa, asam urat, kolesterol dan lain-
lain. Metode tersebut cukup menambah tingkat keakurasian dalam penentuan golongan
darah, tetapi tahapan prosesnya lebih lama karena melalui dua kali pendifusian yaitu
untuk serum dan sel darahnya. Metode forward grouping dan reverse grouping
merupakan metode pemeriksaan konfirmasi golongan darah yang dilakukan terhadap sel
darah merah dan serumnya secara terpisah, forward grouping menggunakan antibodi
golongan darah untuk sel darah merah, sedangkan reverse grouping menggunakan reagen
sel untuk pemeriksaan serumnya. Metode forward grouping saja sudah dapat menentukan
tipe golongan darah seperti halnya pada metode pemeriksaan slide test (Songjaroen dan
Laiwattanapaisal, 2016).

V. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Obyek glass
2. Pipet Pasteur
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Centrifuge
6. Label
Bahan :
1. Serum donor
2. Suspensi eritrosit 10%
3. Suspensi eritrosit 40%
Reagen :
1. Anti – A
2. Anti – B
3. Sel eri A 10%
4. Sel eri B 10%
5. Sel eri O 10%
6. Anti – D
7. Bovine albumin 22%

VI. CARA KERJA


1. Dibuat suspensi eritrosit 10% dan 40% serta disiapkan serumnya.
2. Diberi label pada masing – masing obyek glass.
3. Diteteskan pada obyek glass yang sudah diberi label :
-A : 2 tetes Anti - A
-B : 2 tetes Anti - B
EA : 1 tetes sel eri A 10%
EB : 1 tetes sel eri B 10%
EO : 1 tetes sel eri O 10%
-D : 2 tetes Anti - D
BA : 2 tetes Bovin Albumin 22%
4. Ditetes kan 1 tetes suspensi eritrosit 10% pada obyek glass berlabel –A,-B, dan
obyek glass berlabel AC (Auto Control).
5. Diteteskan 1 tetes suspensi eritrosit 40% pada obyek glass berlabel –D, dan BA.
6. Diteteskan pada 2 tetes serum pada obyek glass berlabel EA, EB, EO, dan AC.
7. Dihomogenkan menggunakan tusuk gigi hingga tercampur dan diamati apakah
terbentuk aglutinasi.

VII. HASIL PENGAMATAN


Identitas probandus
Nama : Ni Nyoman Budiarti
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemeriksaan : Golongan darah B rhesus positif (+)

Anti - Anti - T– T – sel T – sel Kesimpula Anti Kesimpulan


AC BA
A B sel A B O n Golda -D Rhesus

Golongan Rhesus
negatif 4+ 3+ negatif negatif negatif 4+ negatif
darah B positif (+)

No Gambar Keterangan

1.

-A : tidak terjadi aglutinasi sehingga


hasilnya negatif
- B : terjadi aglutinasi 4+
2.

EA : terjadinya aglutinasi 3+
EB : tidak terjadinya aglutinasi
sehingga hasilnya negatif

3.

EO : tidak terjadinya aglutinasi


sehingga hasilnya negatif
AC : tidak terjadinya aglutinasi
sehingga hasilnya negatif
4.

-D : terjadinya aglutinasi 4+
BA : tidak terjadinya aglutinasi
sehingga hasilnya negatif

VIII. PEMBAHASAN
Golongan darah (blood group) adalah klasifikasi darah berdasarkan ada tidaknya
antigen yang diturunkan zat di permukaan sel darah merah (RBC). Antigen ini bisa
berupa protein, karbohidrat, glikoprotein, atau glikolipid tergantung pada sistem
golongan darah. Golongam darah diidentifikasi oleh antigen dan antibodi dalam darah.
Antigen adalah zat apa pun yang merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan
antibodi. Antigen dapat berupa bakteri, virus atau jamur yang menyebabkan infeksi dan
penyakit. Antibodi, juga disebut imunoglobulin adalah protein yang diproduksi oleh
tubuh yang membantu melawan zat asing yang disebut antigen. Ketika antigen masuk
ke dalam tubuh, itu merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi menempel atau mengikat diri pada antigen dan menonaktifkannya. Peran
antibodi adalah mengikat dengan antigen dan menonaktifkannya sehingga proses tubuh
lainnya dapat mengambil alih, menghancurkan dan menghilangkan zat asing dari tubuh.
(Ravindran et al, 2017).
Penentuan golongan darah ini sangat penting sebelum transfusi darah, karena
transfusi jenis darah yang tidak cocok dapat menyebabkan hemolisis dalam pembuluh
darah pasien, yang dimediasi oleh antibodi terhadap sel darah merah dalam plasma
darah.Tes golongan darah secara tradisional telah dilakukan secara manual,
menggunakan teknik seperti slide dan tabung tes aglutinasi. Aglutinasi sel darah merah
(hemaglutinasi) disebabkan oleh reaksi kekebalan antara sel darah merah dan antibodi
terhadap golongan darah yang sesuai. Dalam metodegolongan darah konvensional,
hemaglutinasi disebabkan oleh antibodi terdeteksi oleh mata manusia atau dengan
teknik pencitraan. (Hiroki Ashiba et al, 2015)
Perhimpunan Transfusi Darah Internasional baru-baru ini mengakui 33 sistem
golongan darah. ABO dan Rh sebagai dua kelompok yang paling umum (Mitra et al,
2014). Karl Landsteiner merupakan orang pertama yang menemukan sistem golongan
darah ABO (BG) pada tahun 1900 dan kemudian rhesus (Rh). Secara umum, lebih dari
tiga ratus BG yang berbeda secara genetik telah ditentukan. Namun, sistem ABO dan
Rh memiliki kepentingan mendasar dalam transfusi.( Mujahid et al, 2015)
Tes ABO dan Rh antigen diakui sebagai antigen golongan darah utama yang signifikan
secara klinis. kelompok darah atau golongan darah didasarkan pada ada atau tidak
adanya zat antigen warisan pada permukaan sel darah merah yang dapat ditentukan
dengan antibodi spesifik. Lebih dari 600 antigen permukaan telah ditemukan pada sel-
sel darah merah dan beberapa antigen tersebut yang berasal dari satu alel atau gen yang
sangat terkait erat secara kolektif membentuk sistem golongan darah. Manusia sel darah
merah mengandung pada permukaannya serangkaian glikoprotein dan glikolipid, yang
merupakan antigen golongan darah. Pengembangan antigen ini secara genetik
dikendalikan dan mereka muncul di awal kehidupan janin dan tetap tidak berubah
sampai mati. (Rayhana Sultana et al, 2013)
Pada golongan darah ABO, individu dibagi menjadi 4 golongan darah utama, A,
B, AB, dan O sesuai dengan keberadaan antigen dan aglutin. Darah tipe A memiliki
antigen tipe A, darah tipe B memiliki antigen tipe B, darah tipe AB memiliki antigen
tipe A dan B dan darah tipe O tidak memiliki antigen A atau B. Selain itu plasma dari
darah tipe A mengandung antibodi tipe B, yang bekerja melawan antigen tipe B. Plasma
dari darah tipe B memiliki antibodi tipe A yang bekerja melawan antigen tipe A. Tipe
AB tidak memiliki tipe antibodi dan darah tipe O memiliki antibodi tipe A dan
B(Manoharan, 2013). Masyarakat Internasional Transfusi Darah (ISBT) telah
menggambarkan 29 sistem kelompok darah, yaitu ABO, MNS, P, Rh, Lutheran, Kell,
Lewis, Duffy, Kidd, Diego, Yt, Xg, Scianna, Dombrock, Colton, Landsteiner-Wiener,
Chido / Rodgers, H, Kx, Gerbich, Cromer, Knops, India, Oke, Raph, John Milton
Hagen, I, Globoside, Gill. Gen-gen ABO manusia terletak di kromosom 9q34.1-q34.23.
(Sivananthan, 2013)
Golongan darah yang paling penting adalah golongan ABO. Sistem golongan
darah paling signifikan kedua adalah sistem Rh. Sistem Rh menentukan golongan darah
dari ada tidaknya permukaan 'faktor Rhesus' pada sel darah merah. Jika faktor Rh hadir
di permukaan RBC itu positif jika tidak disebut negatif. Menurut sistem
pengelompokan ABO dan Rh ada 8 kelompok darah. Ini adalah tes antigen A Rh +, A
Rh-, B Rh +, B Rh-, AB Rh +, AB Rh-, O Rh +, O Rh-.A, B, D (Rh) dilakukan untuk
menentukan jenis darah.(Ayan & Yıldırım, 2016)
Sistem rhesus adalah sistem golongan darah terpenting kedua setelah ABO. Saat ini,
sistem Rh terdiri dari 50 antigen golongan darah tertentu dan hanya lima antigen yang
penting. Permukaan sel darah merah pada seseorang mungkin atau mungkin tidak
memiliki faktor Rh atau antigen-D imunogenik. Dengan demikian, status diindikasikan
sebagai Rh-positif (hadir D-antigen) atau Rh-negatif (tidak ada antigen-D). Berbeda
dengan sistem ABO, antibodi anti-Rh, biasanya, tidak ada dalam darah orang dengan
sel darah merah D-negatif, kecuali jika sistem peredaran darah pada orang-orang ini
telah terpapar sel darah merah positif D. Antibodi imun ini bersifat imunoglobulin G
(IgG) dan karenanya, dapat melintasi plasenta. (Ayan & Yıldırım, 2016)
Antigen D menimbulkan bahaya bagi orang-orang yang memiliki Rh-negatif.
Karena mereka yang memiliki Rh-negatif tidak memiliki antibodi yang berulang secara
alami terhadap antigen D, efek yang merugikan mungkin tidak terjadi ketika orang
dengan Rh-negatif pertama kali terkena sel RhD-positif. melalui transfusi darah atau
dengan melahirkan bayi D-positif anRh. Namun, setelah paparan awal seperti itu, orang
D-negatif RR dapat mengembangkan antibodi anti-Rh D, yang dapat menginduksi
respons imun terhadap sel-sel Rh D-positif. Ketika orang dengan Rh-negatif kembali
terpajan pada sel Rh-positif, respons imun ini dapat menyebabkan efek buruk termasuk
kolemisis atau aborsi pada bayi positif-D berikutnya.(Kim et al., 2015)
Golongan darah Rh adalah salah satu dari kelompok darah yang paling kompleks
yang dikenal manusia. Antigen golongan darah Rh adalah protein. DNA seseorang
memegang informasi untuk memproduksi antigen protein. Gen RhD mengkodekan D
antigen, yang merupakan protein besar pada membran sel darah merah. Beberapa orang
memiliki versi gen yang tidak menghasilkan D antigen, dan oleh karena itu protein
RhD tidak hadir dari sel-sel darah merah mereka. Sampai saat ini, dikenal 49 antigen
Rh. Arti penting dari golongan darah Rh berkaitan dengan fakta bahwa antigen Rh
sangat imunogenik. Dalam kasus antigen D, individu yang tidak menghasilkan antigen
D akan menghasilkan anti-D jika mereka menghadapi antigen D pada sel darah merah
ditransfusikan (menyebabkan HTR) atau pada janin Sel darah merah (menyebabkan
HDN). Untuk alasan ini, status Rh secara rutin ditentukan dalam donor darah, penerima
transfusi, dan pada ibu-to-be. (J.P.Prasad et al, 2013)
Sel-sel yang membentuk jaringan tubuh dan organ ditutupi dengan spidol
permukaan, atau antigen. Antigen golongan darah baik gula atau protein, dan mereka
yang melekat pada berbagai komponen di membran sel darah merah. Golongan darah
ABO adalah gula (glycan atau karbohidrat). Gambar 1 di bawah menunjukkan
membran sel darah merah dan beberapa antigen golongan darah melekat padanya.
Membran sel darah merah mengandung tiga jenis protein: protein single-pass, multi-
pass protein, dan glycosylphosphatidylinositol- terkait protein. (J.P.Prasad et al, 2013)

Gambar 1: membran sel darah merah dan beberapa antigen golongan darah
Distribusi dari empat jenis darah ABO, A, B, AB, dan O, bervariasi pada populasi di
seluruh Dunia. Hal ini ditentukan oleh frekuensi dari tiga alel dari gen ABO di berbagai
populasi. Golongan darah O adalah yang paling umum di seluruh dunia, diikuti oleh
grup A. Grup B kurang umum, dan kelompok AB adalah yang paling kurang umum.
Sebuah sistem golongan darah mengandung antigen dikendalikan oleh gen tunggal. Ada
22 golongan darah sistem, termasuk ABO, Rh, dan golongan darah Kell yang
mengandung antigen yang dapat memprovokasi reaksi transfusi yang paling parah.
(J.P.Prasad et al, 2013)

Gambar 2: antigen dan antibody yang terdapat dalam setiap golongan darah
Sampai saat ini berbagai metode telah dikembangkan untuk menentukan jenis
golongan darah. Sebagian besar teknik yang diterapkan saat ini didasarkan pada prinsip
interaksi antara antigen dan antibodi. Sebagai hasil dari interaksi ini, hasil ditafsirkan
sebagai positif jika aglutinasi sel darah merah terjadi dan negatif jika sebaliknya.
Metode pertama yang digunakan untuk penentuan golongan darah disebut metode Slide
di mana tiga tetes darah diteteskan pada lams yang terpisah kemudian antigen A, B, D
diteteskan masing-masing pada lams dan golongan darah ditentukan dengan angulasi.
(Ayan & Yıldırım, 2016)
Aglutinasi adalah penggumpalan partikel dengan antigen pada permukaannya,
seperti eritrosit oleh molekul antibodi yang membentuk jembatan antara determinan
antigenik. Ketika, antigen terletak pada membran sel darah merah, campuran dengan
antibodi spesifik mereka menyebabkan penggumpalan atau aglutinasi dari sel darah
merah. Aglutinasi sel darah merah berlangsung dalam dua tahap. Dalam sensitisasi
tahap pertama, antibodi hadir dalam serum menjadi melekat pada antigen yang sesuai
pada permukaan sel darah merah. Sebuah sel darah merah, yang telah dilapisi oleh
antibodi dikatakan peka. Pada tahap kedua, aglutinasi fisik atau penggumpalan sel
darah merah yang berlangsung peka, yang disebabkan oleh antibody melekat antigen
pada lebih dari satu sel darah merah menghasilkan jaring atau kisi yang memegang sel
bersama-sama. Sel-sel membentuk agregat, yang jika cukup besar, terlihat dengan mata
telanjang. Ada juga derajat aglutinasi yang tidak dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop.
(Atire FA, 2015)
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian golongan darah ABO dan Rhesus dengan
menggunakan slide test aglutinasi dengan probandus atas nama Ni Nyoman Budiarti
dan didapatkan adanya antigen-B dan D pada sel darah merah probandus dan antobodi
A pada serum probandus.
Metode Slide tes dilakukan dengan meneteskan darah lams yang terpisah
kemudian antigen A, B, D diteteskan masing-masing pada lams dan golongan darah
ditentukan dengan anglutinasi. Aglutinasi adalah penggumpalan partikel dengan antigen
di permukaannya, seperti eritrosit oleh molekul antibodi yang membentuk jembatan
antara penentu antigenik. Ketika, antigen terletak pada membran sel darah merah,
campuran dengan antibodi spesifiknya menyebabkan penggumpalan atau aglutinasi sel
darah merah. Aglutinasi sel darah merah berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap
pertama sensitisasi, yaitu antibodi yang ada dalam serum menjadi melekat pada gen
terkait pada permukaan sel darah merah. Pada tahap kedua, terjadi penggumpalan fisik
atau penggumpalan sel darah merah yang peka, yang disebabkan oleh antibodi yang
menempel pada antigen pada lebih dari satu redcell yang menghasilkan jaring atau kisi
yang menyatukan sel-sel. Agregat bentuk sel, yang jika cukup besar, dapat dilihat
dengan mata telanjang(Atire FA, 2015)
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dengan metode slide test, sel darah
merah orang tersebut dicampur dengan larutan antibodi yang berbeda. Jika, misalnya,
solusinya mengandung antibodi anti-B dan orang tersebut memiliki antigen B pada sel,
itu akan menggumpal bersama. Jika darah tidak bereaksi terhadap antibodi anti-A atau
anti-B, itu adalah golongan darah O. Serangkaian tes dengan berbagai jenis antibodi
dapat digunakan untuk mengidentifikasi golongan darah. Dalam sistem ini,
menambahkan solusi seperti anti-a, anti-b, anti-d ke tiga sampel darah terjadi. Setelah
beberapa waktu, aglutinasi dapat terjadi atau tidak. Tergantung pada aglutinasi,
golongan darah dapat ditentukan oleh orang tersebut secara manual. Kerugian dari
sistem ini adalah lebih banyak kemungkinan kesalahan manusia dimungkinkan. Hanya
para ahli yang dapat mengetahui golongan darah dengan melihat pada proses
aglutinasi(Ravindran et al, 2017). Mengetahui golongan darah dapat membantu
meminimalkan faktor risiko selama perkawinan seperti penyakit eritroblastosis terjadi
setelah menikah dan mendonorkan darah ke pasien atau salah menerima darah tranfusi.
(Atire FA, 2015)
Tes slide relatif metode yang paling tidak sensitif di antara yang lain untuk
penentuan golongan darah, tetapi karena hasil yang cepat, itu sangat berharga dalam
kasus-kasus darurat. Dalam metode ini, slide dibagi menjadi tiga bagian, karena untuk
setiap bagian, setetes darah donor atau penerima dicampur dengan anti-A, anti-B, dan
anti-D secara terpisah. Pola aglutinasi atau penggumpalan darah dapat diamati secara
visual dari mana jenis darah ABO dan rhesus D (RhD) dapat ditentukan. Tes selesai
dalam 5-10 menit dan tidak mahal, yang hanya membutuhkan sejumlah kecil reagen
golongan darah.
Teknik ini dapat digunakan untuk tes pengelompokan ABO darurat atau untuk
pengelompokan awal terutama untuk tes di luar ruangan. Slide tes memiliki beberapa
kekurangan yaitu: (J.P.Prasad et al, 2013)
 Kurang sensitif dibandingkan dengan pengujian tabung
 Mengeringnya campuran reaksi dapat menyebabkan agregasi sel, memberikan hasil
positif palsu
 Tes tidak dapat dilakukan untuk reaksi antigen yang lemah atau jarang sehingga
hasilnya sulit ditafsirkan.
 Tambahan, titer anti-A atau anti-B yang rendah dapat menyebabkan hasil positif
palsu atau negatif palsu
Meskipun tes slide berguna untuk mengetahui golongan darah luar, itu tidak
cukup dapat diandalkan untuk transfusi yang sepenuhnya aman. ( Mujahid A et al,
2015)
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan golongan darah pada probandus atas nama
Ni Nyoman Budiarti, umur 20 tahun, jenis kelamin perempuan didapatkan antigen B dan
D pada sel darah merah probandus, antibodi A pada serum probandus. Jadi golongan
darah probandus adalah B Rhesus positif (+).

DAFTAR PUSTAKA

Getaneh Alemu and Mohammedaman Mama. 2015. Assessing ABO/Rh Blood Group
Frequency and Association with Asymptomatic Malaria among Blood
Donors Attending Arba Minch Blood Bank, South Ethiopia. Malaria
Research and Treatment.
Mustafa M. Al-Khatieeb, Sami K Al-Joubori and Shaymaa Shaker Taha. 2018. Association of
ABO Blood Group and Rhesus Factor with Dental Malocclusion in a
Population of Baghdad, Iraq. International Journal of Medical Research &
Health Sciences, 2018, 7(1): 165-169

JM Sequi Canet. 2019. Are ABO Blood Groups or Rh Antigen Perinatal Factors Affecting the
Pass Rate of Transient Otoacoustic Emissions Screening Tests in Healthy
Newborns during the First 48 h of Life. International Journal Layar Neonatal.

Ranadhir Mitra , Nitasha Mishra , dan Girija Prasad Rath. 2014. Blood Groups Systems. India J
Anaesth (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4260296/).

Mark E. Brecher and Shauna N. Hay. 2011. ABO Blood Type and Longevity. American Society
for Clinical PathologyBreher and Hay

Noiphung, J., Talalak, K., Hongwarittorrn, I., Pupinyo, N., Thirabowonkitphithan, P. dan
Laiwattanapaisal, W. 2015. A novel paper-based assay for the simultaneous
determination of Rh typing and forward and reverse ABO blood groups.
Biosensors dan Bioelectronics Journal 67 : 485–489.

Songjaroen, T. dan Laiwattanapaisal, W. 2016. Simultaneous forward and reverse ABO blood
group typing using a paper-based device and barcode-like interpretation.
Analytica Chimica Acta, 921: 67–76.

Ayan, E., & Yıldırım, E. K. (2016). Applied Mathematics , Electronics and Computers Real Time
Blood Type Determination by Gel Test Method on an Embedded System, 3–6.

Atire FA (2015) Analysis of the Blood Type and Group among Undergraduate Physics Students
of Dilla University, Ethiopia. Hereditary Genet 4: 140.

Hiroki Ashiba et al. Hemagglutination detection for blood typing based on waveguide-mode
sensors. Sensing and Bio-Sensing Research 3 (2015) 59–64

J.P.Prasad et al. Guidance Manual- ABO and Rh blood grouping. National Institute Of
Biologicals. 2013
Kim, Y. H., Kim, H. O., Baek, E. J., Kurita, R., Cha, H. J., Nakamura, Y., & Kim, H. (2015). Rh
D blood group conversion using transcription activator-like effector nucleases.
Nature Communications, 6(May), 1–12. https://doi.org/10.1038/ncomms8451

Manoharan, S. (2013). Distribution of ABO Blood Group and Rhesus Factor Among Malay ,
Chinese , Indian and Other Races Students in Asia Metropolitan University ,
Malaysia, 3(1), 3028–3031.

Mitra, R., Mishra, N., & Rath, G. P. (2014). Blood groups systems. Indian journal of anaesthesia,
58(5), 524–528. doi:10.4103/0019-5049.144645

Mujahid, A., & Dickert, F. L. (2015). Blood Group Typing: From Classical Strategies to the
Application of Synthetic Antibodies Generated by Molecular Imprinting.
Sensors (Basel, Switzerland), 16(1), 51. doi:10.3390/s16010051
Ravindran, G., Joby, T., Pravin, M., & Pandiyan, P. (2017). Determination and Classification of
Blood Types using Image Processing Techniques. International Journal of
Computer Applications, 157(1), 12–16. https://doi.org/10.5120/ijca2017912592

Rayhana Sultana et al. Study Of Abo And Rh-D Blood Groups Among The Common People Of
Capital City Of Bangladesh. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. ISSN- 0975-1491 Vol 5, Issue 3, 2013

Sivananthan, M. (2013). Sarawakian and sabahan blood group pattern analysis in ASIA
Metropolitan University, Malaysia-a cross sectional study. International Journal
of PharmTech Research, 5(3), 1001–1006.

Anda mungkin juga menyukai