Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

DISUSUN OLEH :
DELLA RELYANA 14220170001
ILMA PERMATASARI 14220170002
SITTI NUR ANISAH A.L 14220170003
RINDIANI 14220170005
A. FAJRI NUR ISLAMI 14220170007
DELVINA RAHMADANI 14220170008
TRI NURFIANA 14220170009
SRI WAHYUNI 14200170010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
1. Proses Keperawatan Kritis
A. PENGERTIAN

Proses keperawatan dalam area keperawatan kritis merupakan


suatu cara pemecahan masalah dalam perawatan kesehatan dan memenuhi
kebutuhan pelayanan keperawatan kepada pasien. American Nursing
Assosiation diagnoses menjabarkan proses keperawatan merupakan diagnosa
dan perawatan dari respon manusia baik masalah kesehatan yang aktual
maupun potensial yang terdiri dari identifikasi masalah pasien secara
sistematis dan terencana, melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi
dari hasil perawatan. American Association of Critical care Nurses (AACN)
(2010), mengatakan Keperawatan kritis merupakan spesialisasi dalam
keperawatan yang menangani kekhususan dalam respon manusia terhadap
masalah yang mengancam kehidupan. Pada pasien kritis, waktu merupakan
suatu vital proses keperawatan dalam memberikan suatu pendekatan yang
sistematis dimana perawat kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan
cepat.
Menurut Kurvilla dalam bukunya Essentials of Critical Care,
penentuan rencana keperawatan di area keperawatan kritis dirumuskan
berdasarkan kombinasi dari dua model yaitu model kebutuhan Hierarki
Maslow dan model Adaptasi Roy. Abraham Maslow membagi kebutuhan
manusia menjadi kebutuhan fisik dan psikososial. Maslow membagi 5 level
kebutuhan psikologikal, yaitu kesejahteraan, patient safety, kasih sayang,
cinta dan persahabatan, harga diri, dan aktualisasi diri. Hierarki tersebut
bermanfaat untuk pengkajian kekuatan pasien, keterbatasan dan kebutuhan
untuk intervensi keperawatan dimana semua hal tersebut aplikatif untuk
diterapkan dalam pembuatan proses keperawatan.
Aplikasi proses keperawatan di area keperawatan kritis masih
menemui banyak kendala baik di Indonesia maupun di luar negeri. Di
Indonesia, perawat mungkin masih banyak berfokus kepada pemenuhan
kebutuhan fisik saja, tanpa memperhatikan kebutuhan psikologikal pasien
kritis. Hal tersebut tentu bertentangan dengan konsep yang diusung oleh
Maslow dan Roy sebagai basic penetapan intervensi keperawatan di area
keperawatan kritis.
Penelitian yang dilakukan oleh Akbari (2011) melaporkan beberapa
hambatan yang dihadapi perawat di ICU dalam melakukan proses
keperawatan, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan mengenai konsep
proses keperawatan yang akan diberikan. Perawat hanya menjalani aktifitas
pemberian proses keperawatan tanpa mengetahui esensi dan pentingnya hal
tersebut diberikan. Kondisi tersebut tidak banyak berbeda di Indonesia,
dimana beberapa perawat di area keperawatan kritis masih sekadar menjalani
rutinitas biasa saja. Hambatan lain yang dialami oleh perawat ICU adalah
kurangnya waktu yang digunakan untuk menerapkan model keperawatan
tersebut.
B. STANDAR PENGKAJIAN PADA AREA KRITIS

Berdasarkan American Association of Critical Care Nurses

(AACCN), 2008 mengenai data mengenai status fisik, emosional dan

psikososial pasien, serta dokumentasi lengkap, yang dikumpulkan oleh

perawat perawatan kritis pada saat masuk ke unit perawatan kritis, dengan

criteria:

1. Perawat kritis mampu mengumpulkan data secara terus menerus serta

melakukan pengkajian secara komprehensif dan pengumpulan data

secara holistik.

2. Menggunakan dukungan perangkat teknologi kesehatan.

3. Menggunakan teknik monitoring non-invasive/invasive.

4. Perawat perawatan kritis mengumpulkan spesimen laboratorium


5. Perawat perawatan kritis mengumpulkan hasil yang diperoleh dari tes

diagnostik/laboratorium dan mengintegrasikan temuan dengan penilaian

sesuai dengan standar.

6. Dokumen perawatan kritis dan berkomunikasi dengan anggota tim

perawatan kesehatan yang bersangkutan temuan penilaian dalam jangka

waktu sesuai dengan tingkat keparahan kondisi pasien .

7. Perawat perawatan kritis menetapkan prioritas sesuai dengan kebutuhan

aktual dan potensial dari pasien dan mengkaji kembali perubahan status

8. Perawat perawatan kritis mengumpulkan data patofisiologi, psikososial

budaya, perkembangan dan data spiritual berdasarkan kondisi pasien .

9. Perawat perawatan kritis memperoleh riwayat kesehatan menggunakan

semua data tersedia dan sesuai sumber yang ada .

10. Perawat perawatan kritis mengumpulkan data mengenai kebutuhan

keluarga dan tanggapan terhadap krisis kesehatan .

11. Perawat perawatan kritis mengumpulkan data mengenai risiko

pengendalian infeksi untuk pasien dan staf.

C. PENGKAJIAN DI AREA KRITIS

Berdasarkan American Association of Critical Care Nurses (2008)

meliputi :

1. Prearrival Assesment

Dimulai ketika perawat sudah menerima informasi dari tim kesehatan

yang berada di unit lain bahwa akan ada pasien yang akan dirawat di
ruang intensif dengan kondisi yang sudah menurun atau bisa juga tidak

stabil.

2. Arrival quick check

Pengkajian dimulai saat pasien masuk dan dirawat di ruang perawatan

intensif. Perawat mengobservasi secara general dan melakukan

pengkajian ABCDE secara cepat. ABCDE terdiri dari Airway,

Breathing,Circulation and Cerebral perfusion, Chief complaint, Drugs

and diagnostic test, and Equipment and allergy.

1. Efek kondisi kritis pada pasien dan keluarga


A. Pada pasien
a. Efek Psikologis
1. Stres akibat kondisi penyakit
2. Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
3. Perasaan isolasi
4. Depresi
5. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional* (Morton et
al, 2011) *(Hudak& Gallo, 1997)
Sebuahpenelitian di Norwegia yang
mereviewbeberapapenelitiankualitatifpadapasien yang dirawatdiruang ICU
menemukanbahwapasienmengalamistres yang berhubungandengan 3
temabesar, yaitu:
1. Stresberkaitandengantubuhmereka
2. Stresberkaitandenganruangan ICU
3. Stresberkaitandengan relationship dengan orang lain (Jastremski, 2000
dalamSuryani, 2012)
b. Efek Non Psikologis
1. Ketidakberdayaan
2. Pukulan (perubahan) konsepdiri
3. Perubahancitradiri
4. Perubahanpolahidup
5. Perubahanpadaaspeksosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien,
kesejahteraanpasiendankeluarga)
6. Keterbatasankomunikasi (tidakmampuberkomunikasi)* (Morton et al,
2011) *(Suryani, 2012)
B. Padakeluarga
a. EfekPsikologis
1. Stresakibatkondisipenyakitpasien (anggotakeluarga),
prosedurpenanganan
2. Ansietasberhubungandenganancamankematianpadapasien
(anggotakeluarga)
3. Pengingkaranterhadapkondisikritispasien (anggotakeluarga) (Hudak&
Gallo, 1997)
b. Efek Non Psikologis
1. Perubahanstrukturperandalamkeluarga
2. Perubahanpelaksanaanfungsiperandalamkeluarga
3. Terbatasnyakomunikasidanwaktubersama
4. Masalah financial keluarga
5. Perubahanpolahidupkeluarga
(Hudak& Gallo, 1997) *(Morton et al, 2011)

3.Isu End Of life

A. Pengertian
Isu End of life merupakan salah satu tindakan yang
membantumeningkatkan kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup
(Ichikyo,2016). End of life care adalah perawatan yang diberikan kepada
orang-orangyang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan mereka (NHS
Choice,2015). End of life akan membantu pasien meninggal dengan
bermartabat.Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya menginginkan
perawatanyang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien
tersebut.
End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif yang
diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.End of life
carebertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik- baiknya dan
meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). End of life careadalah salah satu
kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial danspiritual (Putranto,
2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life caremerupaka salah satu
tindakan keperawatanyang difokuskan pada orang yangtelah berada di akhir
hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat oranghidup dengan sebaik-
baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.

B. Prinsip-Prinsip End Of LifeMenurut NSW Health (2005) Prinsip End Of


Life antara lain :
1. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematianTujuan utama dari
perawatan adalah menpertahankan kehidupan,namun ketika hidup tidak
dapat dipertahankan, tugas perawatan adalahuntuk memberikan
kenyamanan dan martabat kepada pasien yangsekarat, dan untuk
mendukung orang lain dalam melakukannya.
2. Hak untuk mengetahui dan memilihSemua orang yang menerima
perawatan kesehatan memiliki hakuntuk diberitahu tentang kondisi mereka
dan pilihan pengobatanmereka.Mereka memiliki hak untuk menerima atau
menolak pengobatan dalam memperpanjang hidup.Pemberi perawatan
memilikikewajiban etika dan hukum untuk mengakui dan menghormati
pilihan- pilihan sesuai dengan pedoman.
3. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan
hidupPerawatan end of life yang tepat harus bertujuan untukmemberikan
pengobatan yang terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan utama
perawatan untuk mengakomodasi kenyamanan dan martabat, maka
menahan atau menarik intervensi untuk mempertahankan hidup mungkin
diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat.
4. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan Keluarga dan tenaga
kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk membuat
keputusan bagi pasien yang kurang bisadalam pengambilan keputusan,
dengan mempertimbangkan keinginan pasien.
5. Transparansi dan akuntabilitasDalam rangka menjaga kepercayaan dari
penerima perawatan,dan untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat
dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya harus dijelaskan
kepada para pasien dan akurat didokumentasikan
6. Perawatan non diskriminatifKeputusan pengobatan pada akhir hidup harus
non-diskriminatifdan harus bergantung hanya pada faktor-faktor yang
relevan dengankondisi medis, nilai-nilai dan keinginan pasien.
7. Hak dan kewajiban tenaga kesehatanTenaga kesehatan tidak berkewajiban
untuk memberikan perawatan yang tidak rasional, khususnya, pengobatan
yang tidak bermanfaat bagi pasien.Pasien memiliki hak untuk menerima
perawatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan memiliki tanggung
jawabuntuk memberikan pengobatan yang sesuai dengan norma-norma
profesional dan standar hukum
8. Perbaikan terus-menerusTenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk
berusaha dalammemperbaiki intervensi yang diberikan pada standar
perawatan end oflife baik kepada pasien maupun kepada keluarga.
C. Kriteria The Peaceful End of Life
Teori Peacefull EOL ini berfokus pada beberapa kriteria utama dalam
perawatan end of life pasien yaitu :
1. Terbebas dari NyeriBebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal
yang utamadiinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End
Of Life). Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori atau pengalaman
emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan
jaringan(Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).

Pengalaman Menyenangkan Nyaman atau perasaan menyenangkan


didefinisikan secarainclusive oleh Kolcaba (1991) sebagai kebebasan
dariketidaknyamanan, keadaan tenteram dan damai.

4.Aspek psikososialdarikeperawatankritis

Pasien dalam unit keperawatan kritis dikelilingi oleh teknologi canggih


yang selain dapat menyelamatkan hidup pasien, juga dapat menciptakan
keasingan dan lingkungan yang mengancam kehidupan

Dukungan psikososial dibutuhkan oleh pasien di unit keperawatan kritis


termasuk bantuan dalam mengatasi efek perawatan rumah sakit sebanding dengan
penyakit kritis yang dialami pasien.

Input Sensori

 Input sensori dengan menggunakan panca indera yang selama ini


digunakan dengan baik tidak dapat difungsikan dengan optimal.
 Dalam mengendalikan stimulus lingkungan pada unit keperawatan kritis,
perawat harus menyadari jenis dan jumlah input sensori yang ada.

(Hudak & Gallo, 1997)

INPUT SENSORI

ada 2 :

1. KEHILANGAN SENSORI
Kehilangan Sensori adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai gejala yang terjadi setelah penurunan kualitas dan kuantitas input
sensori.
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut kehilangan sensori adalah :
isolasi, kurungan, informasi terbatas, kehilangan persepsi, dan pembatasan
sensori.
Gejala
 Kehilangan kesadaran terhadap waktu
 Kebosanan
 Adanya delusi, ilusi, dan halusinasi
 Ansietas dan rasa takut
 Gelisah
 Depresi
2. KELEBIHAN SENSORI
Stimulus yang berlebihan di lingkungan menyebabkan masalah psikologis
pada pasien di unit keperawatan kritis.
Stimulus tersebut berupa bising yang berlebihan, cahaya terang, dan
hiperaktivitas.

(Hudak & Gallo, 1997)

GEJALA

 Peningkatan kebutuhan obat penurun rasa nyeri


 Tidak bisa tidur •Merasa takut, tak berdaya, merasa dilupakan,
menarik diri.
 Reaksi bahwa pembicaraan, tawa, ditujukan pada pasien
 Kekacauan mental, delusi, ilusi, dan halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Critical Care Nurses. 2008. Scope and Standards of

Practice for The Acute Care Nurse Practitioner. AACN Critical Care

Publication : USA.

Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8. Volume 1. Jakarta:


EGC Suryani. (2012).

Mardiyono. 2018. Perawatan End of Life Instalasi Gawat Darurat. Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai