3. Pokok Bahasan
4. Subpokok Bahasan
5. Waktu
a. Flipchart
b. Video
7. Model Pembelajaran
8. Persiapan
10. Evaluasi
a. Prosedur Evaluasi
Peserta penyuluhan menjawab pertanyaan
1) Apa pengertian penyakit Ca Nasofaring ?
2) Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabklan penyakit Ca Nasofaring ?
3) Bagaimana penatalaksanaan untuk Penyakit Ca Nasofaring: Handling Body
Wash dan Diet Nutrisi ?
b. Kriteri Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a) Penyelenggaraan penatalaksanaan promosi kesehatan penyakit Ca
Nasofaring di ruang Mawar RS Baladhika Husada
b) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
c) Tersedia lingkungan yang nyaman.
2) Evaluasi Proses
a) Penyuluh dapat menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan pencegahan
dan penatalaksanaan Ca Nasofaring.
b) Peserta dapat mengikuti pendidikan kesehatan
c) Peserta antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
d) Peserta berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar.
e) Proses pendidikan kesehatan pencegahan penyakit Ca Nasofaring.
3) Evaluasi Hasil
a) Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
b) Peserta dapat merasakan manfaat pendidikan kesehatan pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit Ca Nasofaring.
c) Kegiatan pendidikan kesehatan pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
Ca Nasofaring sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
d) Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila :
i) Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab ≥ 80% pertanyaan yang diberikan.
ii) Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil apabila sasaran mampu
menjawab 50 – 80% pertanyaan yang diberikan.
iii) Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil apabila sasaran hanya
mampu menjawab < 50% pertanyaan yang diberikan.
MATERI
Karsinoma Nasofaring
Penyebab kanker nasofaring bersifat multifaktor, seperti virus, pola hidup yang
tidak sehat, pajanan okupasi, alkohol dan tembakau. Faktor infeksi virus Epstein Barr
sangat dominan untuk menjadi penyebab terjadinya kanker. Faktor lain yang
berpengaruh antara lain merokok, faktor gen HLA (Human Leokcyte Antigen) dan
genetik, formaldehid, alkohol, umur 30-50, dan lain-lain (Rahman et al, 2015).
Penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika memperkirakan 4% disebabkan oleh
alkohol, 33% disebabkan oleh tembakau, dan 35% disebabkan oleh alkohol dan
tembakau (Faiza et al,, 2013). Faktor Risiko Terjadinya Kanker Nasofaring ialah:
a) Jenis kelamin. Karsinoma nasofaring kebih sering terjadi pada pria dari pada
wanita. Hal ini karena adanya perilaku berisiko pada laki-laki seperti perilaku
merokok yang dapat menjadi penyebab seorang laki-laki terjangkit ca nasofaring.
b) Umur. Kanker nasofaring dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering
didiagnosis pada orang dewasa antara usia 30 tahun dan 50 tahun.
c) Ras. Penyakit ini lebih sering muncul pada orang Asia dan Afrika Utara. Di Amerika
Serikat, imigran Asia memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan orang kelahiran
Amerika. Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional menyebutkan bahwa
ras dapat menjadi penyebab seseorang terjangkit kanker nasofaring dimana
biasanya terjadi pada ras Asia dan Afrika Utara. Hal ini karena pada ras tersebut
terdapat kebiasaan atau gaya hidup masyarakat yang diantaranya dapat berakibat
seseorang terjangkit kanker nasofaring, seperti kebiasaan terlalu banyak konsumsi
ikan asin dan telur asin, daging asap, sering terpapar asap pabrik dan
pembakaran kayu.
d) Pekerjaan. Hasil penelitian Diniati dkk (2016) menunjukkan bahwa petani menjadi
salah satu pekerjaan yang berisiko untuk dapat mengakibatkan seseorang
terjangkit ca nasofaring. Hal ini karena petani merupakan pekerjaan yang terpapar
pertisida, dimana pekerja yang terpapar zat karsinogen selama kurang lebih 10
tahun akan dapat berisiko menimbulkan gejala kanker nasofaring. Selain itu,
tukang cat dan nelayan juga merupakan pekerjaan yang memiliki risiko untuk
terkena ca nasofaring.
e) Makanan yang diawetkan. Bahan kimia yang dilepaskan dalam uap saat memasak
makanan, seperti ikan dan sayuran diawetkan, dapat masuk ke rongga hidung,
meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. Paparan bahan kimia ini pada usia dini,
lebih dapat meningkatkan risiko.
f) Virus Epstein-Barr. Virus umumnya ini biasanya menghasilkan tanda-tanda dan
gejala ringan, seperti pilek. Kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi
mononucleosis. Virus Epstein-Barr juga terkait dengan beberapa kanker langka,
termasuk karsinoma nasofaring.
3. Epidemiologi
Tanda dan gejala diatas apabila muncul lebih dari 2 minggu, maka sebaiknya
segera diperiksakan ke pelayanan kesehatan.
5. Patofisiologi
Karsinoma nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari
penyebab dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat
menyebabkan ca nasofaring. Sel yang terinfeksi oleh sel EBV (Epstein Barr Virus)
akan dapat menghasilkan sel-sel tertentu yang berfungsi untuk mengadakan
proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus dalam sel host. Protein tersebut
dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1, dan LPM-1, LPM-2A
dan LPM-2B. EBV dapat mengaktifkan dan memaparkan zat
kasinogenik yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak
terkontrol sehingga tejadilah deferensiasi dan polifeasi potein laten, sehingga memicu
petumbuhan sel kanker pada nasofaring terutama pada fossa rossenmuller. Dinding
tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya darah secara berulang-ulang
dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur dengan ingus, sehingga
berwarna kemerahan. Sumbatan pada hidung yang menetap terjadi
akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana. Gejala
menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai dengan ganggguan penciuman dan
ingus kental. Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan
mengenai otot dibawahnya. Kelenjar yangterus melekat pada otot dan sulit untuk
digerakkan. Nasofaring berhubungan dengan rongga tengkorak melalui beberapa
lubang, maka gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor menjalar melalui
foramen laserum akan mengenai syaraf otak ke III, IV, VI dan dapat mengenai syaraf
tak ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia). Proses karsinoma lebih
lanjut akan mengenai syaraf otak IX, X, XI jika menjalar melalui foramen jugular dan
menyebabkan syndrome Jackson. Apabila sudah mengenai seluruh syaraf otak
disebut sindrom unilateraldapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak. Sel-
sel kanker dapat ikut bersama aliran darah dan mengenai bagian organ tubuh yang
jauh dari nasofaring. Organ yang paling sering terkena adalah tulang, hati dan paru.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis karsinoma nasofaring menurut Komite
Penanggulangan Kanker Nasional (2017) antara lain :
a. Radioterapi.
Intervensi ini menjadi tatalaksana dalam mengatasi berbagai jenis kanker salah
satunya ca nasofaring. Namun, jenis tatalaksana ini memiliki efek samping yaitu
gangguan menelan, nyeri saat menelan, xerostomia (mulut kering). Sehingga perlu
untuk selalu menjaga kebersihan mulut dan perawatan kulit (area radiasi) selama
terapi.
b. Obat-Obatan Simptomatik
c. Kemoterapi.
Kemoterapi juga merupakan salah satu intervensi untuk mengatasi karsinoma
nasofaring. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses kemoterapi.
1) Sebelum Kemoterapi
Persiapan sebelum kemoterapi dilakukan untuk mengantisipasi efek yang
ditimbulkan pasca terapi. Sebagian orang merasa lemas dan lelah setelah
kemoterapi, oleh karena itu, sebaiknya minta bantuan orang lain untuk
mengantar dan menemani saat pelaksaaan kemoterapi. Selain itu, pasien
membutuhkan membutuhkan waktu istirahat yang cukup pasca kemoterapi. Oleh
karena itu, diperlukan bantuan dalam melakukan pekerjaan di rumah atau
mengurus anak, setidaknya selama satu hari setelah kemoterapi.
Meski banyak pasien kemoterapi dapat tetap bekerja selama menjalani
prosedur ini, sebaiknya jam kerja disesuaikan dengan kondisi fisik. Pengaturan
jam kerja yang sesuai dengan beban kerja yang lebih ringan perlu dilakukan
dalam rangka mengantisipasi efek pasca kemoterapi. Bicarakan dan
rencanakanlah segala sesuatunya dengan dokter, keluarga. atau sahabat yang
dapat memberi dukungan selama proses terapi.
2) Prosedur Kemoterapi
Umumnya kemoterapi di rumah sakit diberikan intravena yaitu melalui infus,
kendati terkadang kemoterapi juga bisa dilakukan melalui oral dalam bentuk
tablet.
Pada prosedur kemoterapi intravena, obat disalurkan dari sekantong cairan
obat yang disambungkan dengan selang menuju salah satu pembuluh vena.
Penyaluran cairan obat tersebut dapat dilakukan melalui selang
PICC (peripherally inserted central catheter) yang terpasang di dalam vena
lengan pasien selama beberapa minggu atau bulan. Selang tersebut
disambungkan pada sebuah pompa untuk mengatur jumlah obat dan kecepatan
penyaluran obat.
Serupa dengan kinerja selang PICC, penyaluran obat kemoterapi juga bisa
dilakukan dengan sebuah selang yang dimasukkan ke dalam dada dan
disambungkan ke salah satu vena dekat jantung (central line). Selain itu,
penyaluran obat juga dapat dilakukan melalui selang cannula yang dipasang
sementara untuk jangka pendek di dalam vena pada punggung tangan atau
lengan bawah. Bisa juga melalui implanted port, yaitu sebuah alat kecil yang
ditanam di bawah kulit selama periode terapi. Untuk menyalurkan cairan obat,
digunakan jarum yang ditusukkan ke alat tersebut dengan menembus kulit.
Di samping intravena, kemoterapi bisa dilakukan melalui arteri di sekitar
lokasi kanker (intra-arterial). Sedangkan untuk kanker pada organ seperti usus,
lambung, hati, indung telur, dilakukan kemoterapi pada rongga perut
(intraperitoneal chemotherapy).
Kemoterapi juga dapat dilaksanakan melalui penyuntikan obat, meskipun ini
jarang dilakukan. Beberapa di antaranya adalah melalui penyuntikan ke bawah
permukaan kulit (subcutaneous chemotherapy), penyuntikan ke dalam otot
(intramuscular chemotherapy), atau penyuntikan langsung ke tulang
belakang (intrathecal chemotherapy). Sedangkan untuk kasus kanker kulit,
kemoterapi yang diberikan umumnya adalah dalam bentuk krim.
3) Sesudah Kemoterapi
Usai pelaksanaan kemoterapi, kondisi fisik pasien akan senantiasa dipantau
oleh tim dokter untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Pemantauan
atau monitoring tersebut bisa berupa pemeriksaan darah dan pemindaian tubuh
secara teratur. Selain itu, dokter juga akan memantau bagaimana efek samping
yang ditimbulkan pasca prosedur kemoterapi. Dengan demikian, tim dokter
dapat melakukan penyesuaian terhadap pelaksanaan kemoterapi.
4) Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi dapat menimbulkan efek yang tidak menyenangkan bagi tubuh.
Selain membunuh sel kanker, kemoterapi juga dapat merusak sel lain dalam
tubuh, seperti sel rambut, kulit, serta lapisan dalam saluran pencernaan. Namun
tidak semua pasien akan mengalami efek samping kemoterapi. Beberapa efek
samping yang biasanya dialami pasca prosedur adalah:
a) Mual.
b) Muntah.
c) Badan terasa lelah atau lemah.
d) Rambut rontok.
e) Infeksi.
f) Anemia.
g) Selera makan berkurang.
h) Perubahan pada kulit dan kuku.
i) Demam.
j) Sariawan atau luka dalam mulut.
k) Sembelit.
l) Diare.
m)Gangguan konsentrasi dan ingatan.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
c. Dukungan Nutrisi
Menurut Komisi Penanggulangan Kanker Nasional (2017) menyebutkan
beberapa dukungan nutrisi yang perlu diberikan pada pasien dengan kanker
nasofaring, yakni:
1) Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan
yang sehat, tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging
merah, dan alkohol.
2) Direkomendasikan untuk mempertahankan atau meningkatkan aktivitas fisik
pada pasien kanker selama dan setelah pengobatan untuk membantu
pembentukan massa otot, fungsi fisik dan metabolisme tubuh.
3) Direkomendasikan bagi para penyintas kanker untuk terus melakukan
aktivitas fisik sesuai kemampuan secara teratur dan menghindari sedentari
(Ledesma, 2010 ; Arends, 2014).
4) Direkomendasikan untuk banyak makan makanan yang mengandung kuah
dan membawa minum setiap hari (Roezin et al, 2014).
5) Direkomendasikan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya akan asam
amino karena dapat memperbaiki selera makan dan menurunkan kejadian
anoreksia. Makanan tersebut seperti putih telur, ikan, ayam, daging sapi,
kacang kedelai, tahu, tempe, dan polong-polongan.
6) Direkomendasikan pula untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
asam lemak omega-3, yaitu minyak dari ikan salmon, tuna, kembung,
makarel, ikan teri, dan ikan lele.
a) Diet pantangan :
1) Sayuran mentah, seperti lalapan dan salad harus dihindari saat
melakukan kemoterapi. Sayuran mentah memiliki bakteri dan kuman
yang banyak, hal ini dapat menyebabkan pasien mengalami keracunan
makanan atau penyakit infeksi. Tidak hanya itu, pasien kanker juga harus
menghindari berbagai jenis makanan yang tidak matang dengan
sempurna untuk mencegah penyakit infeksi.
2) Makanan pedas, dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan pada
pasien. Gangguan pencernaan ini akan membuat sistem kekebalan
tubuh pasien melemah dan akhinya menghambat kemoterapi. Selain itu,
makanan pedas juga bisa memperparah gejala mual, menimbulkan rasa
sakit di mulut dan tenggorokan.
3) Jeruk dan berbagai makanan asam, pantangan makanan saat
kemoterapi lainnya. Efek makanan asam pada pasien yang sedang
kemoterapi yaitu meningkatkan risiko sembelit dan menimbulkan rasa
nyeri pada perut.
4) Makanan yang digoreng, bisa menimbulkan rasa mual dan menurunkan
nafsu makan. Selain itu, gorengan termasuk pantangan makanan saat
kemoterapi karena mengandung lemak yang sangat tinggi yang bisa
membuat tumpukan lemak pasien bertambah banyak. Sedangkan lemak
tubuh yang terlalu banyak dapat memperlambat kemoterapi.
b) Diet anjuran :
Sebenarnya, semua makanan yang sehat, seperti makanan yang
mengandung serat dan berbagai zat gizi tinggi, baik untuk dikonsumsi
selama kemoterapi. Yang harus dipastikan yaitu seluruh makanan yang
diberikan pada pasien dalam keadaan matang sempurna. Biasanya pasien
yang sedang menjalani kemoterapi, energinya akan terkuras habis untuk
melawan kanker serta menghadapi efek samping pengobatan. Oleh karena
itu dibutuhkan makanan dengan kalori yang cukup tinggi untuk
menggantikannya. Namun, hindari makanan yang memiliki kandungan lemak
tinggi karena hanya akan membuat rasa mual pasien bertambah parah.
Pilihlah makanan dengan berbagai macam warna, hal ini menandakan
bahwa seluruh jenis makanan tersebut mengandung zat gizi yang beragam
dan tentu saja diperlukan bagi pasien yang sedang menjalani kemoterapi.
Berikut adalah anjuran lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi efek
samping pengobatan serta mempercepat proses kemoterapi adalah
makanan sebagai berikut :
1) Oatmeal, adalah panganan sehat yang tak hanya bermanfaat untuk
mengisi perut, namun juga baik untuk menjaga kesehatan penderita
kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Mengonsumsi oatmeal akan
meningkatkan nafsu makan, menguatkan sistem kekebalan tubuh,
menurunkan tingkat kolesterol jahat, serta mengurangi produksi insulin.
2) Biji bunga matahari, mengandung sejumlah seng, vitamin E, serta
selenium. Sehingga konsumsi makanan ini bisa mempercepat proses
penyembuhan untuk pasien yang sedang menjalankan kemoterapi.
3) Kacang-kacangan, seperti kacang almond, kacang kenari, kacang mete,
atau kacang pistachio telah menunjukkan manfaat untuk mengobati
kanker.Penelitian menunjukkan bahwa makanan ini kaya zat antioksidan
yang bisa mengurangi penyebaran sel kanker dalam tubuh hingga
separuhnya.
4) Wijen, mampu mengendalikan tekanan darah dan tingkat lipid dalam
tubuh manusia. Konsumsi biji wijen juga sudah terbukti secara klinis
mampu mengobati kanker
5) Sayuran berdaun hijau, kaya akan sumber vitamin, mineral, zat
antioksidan, dan enzim. Semua nutrisi ini berguna untuk menyehatkan
tubuh, terutama mereka yang menjalani kemoterapi. Sayuran ini juga
kaya akan zat anti kanker, anti bakteri, dan anti virus yang berguna untuk
mencegah pembentukan tumor.
DAFTAR PUSTAKA