BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.4.3. Marasmik-kwashiorkor
- Perubahan cairan tubuh, lemak, mineral dan protein
- Pertumbuhan terhenti
- Berat badan turun
- Cairan tubuh meningkat
- Sistem hemotopatik
- Mukosa usus
- Selasiner
- Hati
- Otak
- Oedema
- Apatis
Gambaran klinis, biokimiawi, dan fisiologi KKP bervariasi dari orang ke orang dan bergantung
pada:
1. Keparahan KKP
2. Usia penderita
3. Ada atau tidaknya kekurangan zat gizi lain
4. Keberadaan penyakit penyerta
5. Kekurangan yang dominan energi atau kah protein
Keparahan KKP diukur dengan menggunakan parameter Antroprometrik, Karena tanda dan
gejala klinis serta hasil pemeriksaan laboratorium biasannya tidak menunjukkan perubahan
terkecuali jika penyakit ini telah sedemikian ”parah”.
Klasifikasi serta lamanya penyakit yang telah berlangsung juga ditentukan secara
antropometris. Riwayat pangan bermanfaat terutama dalam mengukur status gizi anan-anak.
Defisit energi dan protein derajat ringan sampai sedang dinilai terutama dengan riwayat dan
kebiasan pangan perorangan atau masyarakat, serta keter sediaan pangan itu sendiri.
Karakeristik klinis dan biokimiawi berguna untuk pemastian diagnosis KKP berat. Parameter
yang wajib di periksa pada pendeita KKP tercantum dalam ”anamesis dan pemeiksaan fisik
KKP pada anak”.
2.6.2. Dalam Keadaan Dehidrasi dan Asidosis Pedoman Pemberian Cairan Parenteral
1) Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor, dan
250 ml/kg BB/hari untuk marasmus.
2) Jenis cairan yang dipilah adalah Darrow-glukosa dengan kadar glukosa dinaikkan menjadi
10% bila terdapat hipoglikemia.
3) Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-8 jam pertama,
kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya.
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang dianjurkan
adalah 3,0-5,0 gr/kg BB dan jumlah kalori 150-200 kkal/kg BB sehari.
Asamfolat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3×5 mg/hari pada anak kecil dan 3×15
mg/hari pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak
75-150mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2 mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda hipokalemia
diberikan KCl secara intravena dengan dosis intramuscular atau intravena dalam bentuk larutan
MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kgBB/hari selama 4-5 hari pertama perawatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Penyakit gizi kurang, kemungkinan susunan hidangan yang dikonsumsi masih seimbang,
namun kuantum keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Penyakit gizi salah di
Indonesia yang terbanyak termasuk gizi kurang yang mencakup susunan hidangan yang tidak
seimbang maupun konsumsi keseluruhannya yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Gejala
subyektif terutama diderita ialah perasaan lapar, sehingga gizi salah disebut juga keadaan gizi
lapar (undernutrition).
KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dimana pada usia ini tubuh
memerlukan zat gizi tinggi, sehingga apabila kebutuhan zat gizi itu tidak tercapai maka tubuh
akan menggunakan cadangan zat makanan yang ada, dan lama-kelamaan cadangan makanan
itu akan habis dan akan menyebabkan kelainan pada jaringan, dan proses selanjutnya dalam
tubuh akan menyebabkan perubahan dan akhirnya akan menimbulkan kelainan anatomi.
Sebagian besar kasus penyakit gizi di Indonesia merupakan penyakit defisiensi, terutama
penyakit KKP. Perbaikan pada pola konsumsi merupakan suatu keharusan, bila dari makanan
yang dikonsumsi ternyata menunya tidak seimbang. Dalam memberikan nasihat perbaikan
menu, harus dalam batas-batas kesanggupan daya beli keluarga penderita. Harus pula
dijelaskan, perbaikan kondisi defisiensi gizi memerlukan waktu, jadi harus lebih bersabar dalam
mengharapkan penyembuhannya.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa, kami menyarankan kepada pemerintah untuk memperhatikan dan
menanggulangi masalah gizi khususnya di daerah pedalaman di Indonesia. Kesadaran
masyarakatpun turut terlibat dalam penanggulangan masalah gizi ini, agar pendidikan gizi tidak
terasingkan, mengingat sangat pentingnya gizi untuk tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hull, David. 2008. Dasar-dasar Pediatri. Ed.3. Jakarta: EGC
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Richard, Gehrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. I. Jakarta: EGC
Djaeni, S. A. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Jakarta: Dian Karya.p
Wulandari, Veni. 2009. Kekurangan Kalori Protein. [Online]. Tersedia:
http://veniwulandari.blogspot.com/2009/09/kekurangan-kalori-protein.html. (09 Desember 2014).