UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare)
DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR
(BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
Judul laporan : TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH
(Pterophyllum scalare) DI BALAI BESAR
PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT)
SUKABUMI JAWA BARAT
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Rachmat Mahadika Ramadhan (Dibimbing oleh : Achmad Rizal dan Nurly Faridah).
2018. Teknik Pembenihan Ikan Manfish (Pterophyllum Scalare) di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga sehingga laporan praktik kerja lapang (PKL) ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam PKL dilaksanakan sejak bulan Juli 2018 ini
ialah budidaya ikan hias air tawar, dengan judul Teknik Pembenihan Ikan Manfish
(Pterophyllum scalare) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi, Jawa Barat.
Tujuan penulisan laporan ini ialah sebagai syarat untuk memenuhi salah
satu mata kuliah di Universitas Padjadjaran program studi Perikanan. Penulis
menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan
laporan ini tidak akan lancar, pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Achmad Rizal, S.Pi M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Wali yang telah menyempatkan waktunya untuk membimbing dan
memberikan arahan mulai dari judul PKL hingga laporan PKL.
2. Ibu Sri Hastuti, Selaku Pembimbing Lapangan Budidaya Ikan Manfish yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmunya kepada penulis.
3. Bapak Dr. Yudhi Nurul Ihsan S.Pi, M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
4. Bapak Dr. Asep Agus Handaka S.Pi, MT. selaku Ketua Program Studi
Perikanan Universitas Padjadjaran yang telah memberi fasilitas mulai dari
administrasi persuratan hingga penulis diterima PKL di BBPBAT Sukabumi,
Jawa Barat.
5. Kedua orang tua yang telah membantu dan memberi dukungan moral maupun
materi.
6. Bapak Ir. Supriyadi, M.Si selaku kepala BBPBAT Sukabumi yang telah
memberi izin kepada penulis untuk dapat melakukan kegiatan PKL di
BBPBAT Sukabumi.
7. Bapak Juansyah Rasidik, SP selaku Kepala Pengujian dan Dukungan Teknis.
8. Ibu Euis Solihah, S.Pi, MM. selaku Penanggung Jawab Kegiatan Diseminasi.
ii
9. Ibu Nurly Faridah S.Pi., M.Si., Selaku Ketua Budidaya Ikan Hias.
10. Ibu Netty, yang telah memberikan fasilitas penginapan kepada penulis.
11. Rekan Seperjuangan dari Perikanan Unpad, Reza, Mahmud, Kelvindes,
Monika yang telah menyemangati selama proses pembuatan laporan PKL serta
kegiatan PKL.
12. Teman teman di komoditas ikan hias, Amel, Denar, Kang Fathur, Ajir, Mutiara.
13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan PKL
maupun kegiatannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan PKL ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurna penulisan laporan PKL. Semoga laporan ini dapat digunakan sebagai
mana mestinya serta berguna bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2
1.4 Waktu dan Tempat ...................................................................... 2
II PROFIL INSTANSI
2.1 Sejarah Umum BBPBAT Sukabumi........................................... 3
2.2 Visi dan Misi BBPBAT Sukabumi ............................................. 3
2.2.1 Visi .............................................................................................. 3
2.2.2 Misi ............................................................................................. 3
2.3 Tugas dan Fungsi ........................................................................ 4
2.3.1 Tugas ........................................................................................... 4
2.3.2 Fungsi.......................................................................................... 4
2.4 Struktur Organisasi ..................................................................... 4
2.4.1 Kepala Balai Besar...................................................................... 5
2.4.2 Bagian Tata Usaha ...................................................................... 6
2.4.3 Bidang Uji Terap Teknik dan Kerjasama ................................... 6
2.4.4. Bidang Pengujian dan Dukungan Teknis.................................... 6
2.4.5 Kelompok Jabatan Fungsional ................................................... 6
2.4.6 Sumber Daya Manusia ................................................................ 7
2.4.7 Sarana dan Prasarana di BBPBAT Sukabum ............................. 7
iv
4.8 Penetasan Telur ........................................................................... 25
4.9 Pemeliharaan Larva .................................................................... 27
4.10 Pendederan .................................................................................. 29
4.11 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit ........................................ 30
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan , bertelur, maupun dalam
menyusun sarangnya (Ipteknet 2008).
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) yang terletak di kota
Sukabumi, Jawa Barat merupakan salah satu instansi pemerintah yang aktif
mengembangkan teknologi budidaya ikan air tawar termasuk ikan hias khusunya
ikan manfish, maka dari itu BBPBAT Sukabumi sebagai sentral budidaya air tawar
dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan praktik kerja lapang (PKL) yang
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi salah satu mata kuliah program studi
perikanan di Universitas Padjadjaran.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Tawar ialah :
1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan praktik kerja lapangan adalah sebagai berikut
PROFIL INSTANSI
3
4
Bagian Tata
Usaha
Bidang Bidang
Uji Terap dan Pengujian dan Dukungan
Kerjasama Teknisi
1. Gedung Utama
BBPBAT Sukabumi menggunakan gedung utama sebagai ruang
perkantoran
(2.467 m2), perpustakaan (96 m2), ruang pertemuan (375 m2), wisma tamu (580 m2),
aula kapasitas 100 orang, ruang belajar A dan ruang belajar B Kapasitas 30 orang.
1. Hatchery
Tempat kegiatan pemijahan dan pemeliharaan larva yang ada di BBPBAT
Sukabumi antara lain:
1. Hatchery ikan nila dan gurame.
2. Hatchery ikan hias.
3. Hatchery ikan lele.
4. Hatchery ikan patin.
5. Hatchery ikan nilem, Grass carp dan Silver carp.
6. Hatchery Kodok
7. Kolam Broodstock center ikan nila.
8. Kolam Broodstock center ikan mas.
2. Perkolaman
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dikolam, seperti kegiatan produksi
benih
pendederan, pembesaran, dan pemeliharaan induk serta penerapan teknik budidaya
air tawar. Kolam yang terdapat di BBPBAT sukabumi berjumlah 362 kolam
(Kolam tanah, kolam/bak beton, bak plastik/fiber) yang ada di 5 blok kawasan (blok
A-E) yang berada di Jl. Selabintana No.37 Sukabumi.
3. Stasiun Lapangan
BBPBAT Sukabumi memiliki 3 stasiun lapangan antara lain yaitu:
1. Kolam air deras di Cisaat, Kab, Sukabumi, yang terdiri dari 35 kolam
dan bak dengan luas area 1.690 m2.
2. Keramba jaring apung di Waduk Cirata Kab. Cianjur yang terdiiri dari
48petak.
3. Sub unit pembenihan udang galah di Cisolok, Pelabuhan Ratu, Kab.
Sukabumi dengan 2 unit Hatchery, yang terdiri dari 11 kolam pemijahan
9
dan produksi calon induk, 15 bak pemijahan dan penetasan telur, 42 bak
pemeliharaan larva dan 3 buah bak reservoir dengan luas total 11.540
m2 .
4. Laboratorium
Laboratorium yang ada di BBPBAT Sukabumi terdiri dari:
1. Laboratorium Kesehatan Ikan.
2. Laboratorium Kualitas Air.
3. Laboratorium Pakan/Nutrisi.
4. Workshop Pembuatan Pakan Buatan.
5. Laboratorium Karantina Ikan
6. Laboratorium Chlorella Sp. Kultur Masal Daphnia Sp.
7. Laboratorium Genetika Ikan.
5. Energi Listrik
Sumberdaya listrik di BBPBAT Sukabumi berasal dari jaringan PLN
DistribusiJawa Barat Cabang Sukabumi dengan daya sebesar 53 KVA
dengan cabang berupa 1 unit generator dengan daya 80 KVA.
7. Sumber Air
BBPBAT Sukabumi memiliki 6 sumber ai yaitu dari sungai Cisarua, sungai
Panjalu dan 4 sumur bor dengan menggunakan pompa air yang berdaya 1300 watt
dengan debit 0,5 l/detik.
8. Alat Transportasi
Sarana transportasi yang dimiliki di BBPAT Sukabumi terdiri atas
kendaraan roda dua, roda tiga, dan roda empat untuk memudahkan petani atau
pegawai dalam menjalankan kegiatan budidaya.
9. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi diperlukan dalam menjalankan suatu usaha untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan baik dari dalam maupun dari luar lingkup
hatchery. Alat komunikasi yang digunakan di BBPBAT adalah telepon (Hand
Phone), sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, Sunda dan
Jawa.
10. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi diperlukan dalam menjalankan suatu usaha untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan baik dari dalam maupun dari luar lingkup
hatchery. Alat komunikasi yang digunakan di BBPBAT adalah telepon (Hand
Phone), sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, Sunda dan
Jawa.
11. Rumah Jaga
Usaha pembesaran udang galah juga didukung dengan adanya prasarana.
Tambak sawah BBPBAT memiliki prasarana berupa rumah jaga dan gudang pakan.
Rumah jaga berfungsi untuk menjaga tambak sawah agar dalam keadaan aman dan
sebagai tempat istirahat petani dan gudang pakan yang berfungsi untuk tempat
penyimpanan persediaan pakan.
12. Aula
Aula digunakan untuk pertemuan umum, atau sebagai ruang rapat pegawai
dan tempat pertemuan dengan kapasitas 150 orang.Jenis aula yang terdapat di
BBPBAT Sukabumi yaitu Ruang Pertemuan Lele, Udang Galah, dan Aula Utama.
11
13. Auditorium
Auditorium merupakan bagungan atau ruangan besar yang digunakan
untuk mengadakan pertemuan umum, pertunjukan, hajatan, dan lain sebagainya. Di
BBPBAT Sukabumi, Auditorium merupakan Ruangan yang digunakan untuk
tempat acara pernikahan, Pameran Kontes, dan lainnya.
2. Ruang Pegawai
Rumah dinas pegawai di BBPBAT dibangun di daerah kawasan BBPBAT
Sukabumi. Rumah pegawai ini berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai yang
bekerja di BBPBAT
14. Wisma Tamu
Wisma tamu di gunakan untuk melayani tamu – tamu yang berkunjung ke
BBPBAT Sukabumi dengan jangka waktu beberapa hari, Luas 3 ha untuk
perkantoran,laboraturium, wisma tamu dan sarana pendukung lainya.
15. Masjid
Masjid di BBPBAT Sukabumi dengan nama masjid At-Taqwa. Digunakan
sebagai tempat ibadah pagawai yang beragama islam di BBPBAT Sukabumi.
Gambar Masjid BBPBAT Sukabumi dapat dilihat pada gambar dibawah ini
17. Koperasi
Koperasi di BBPBAT Sukabumi, menjual beragam macam mulai dari
makanan, kaos peserta PKL, dan alat – alat perikanan yang di butuhkan pegawai
untuk bekerja. Koperasi ini bernama “koperasi Mina karya”
BAB III
METODE PELAKSANAAN
13
14
Ikan yang berbentuk seperti daun dan berbentuk pipih dengan ukuran
maksimal sebesar 15 cm merupakan ikan dari Pterophyllum yang banyak
dibudidaya sehingga sudah bermunculan berbagai variannya, terutama dalam hal
warnanya. Ikan manfish disebut AngleFish (Ikan Bidadari), karena bentuk dan
warnanya menarik serta gerakkannya yang tenang.
Bentuk badannya unik seperti anak panah dan pipih dengan sirip punggung
serta sirip perut yang simetris dan melebar dan melebar. (Pterophyllum scalare)
tergolong kedalam famili Cichlidae mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasan
seperti memilik warna dan jenis yang bervariasi, sirip perut dan sirip punggunya
membentang lebar kearah ekor, sehingga tampak sebagai busur yang berwarna
gelap transparan, mempunyai sifat menjaga dan melindungi keturunannya serta
bersifat omnivore dan tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam
berbagai bentuk dan sumber (Dewi 2010)
16
17
Gambar 6. Jenis-jenis manfish berdasarkan warna, black and white, three colour,
imperial, diamond.
dijelaskan sebelumnya bahwa indukan manfish yang sudah siap memijah akan
memisah secara berpasangan dan mendekati pipa yang telah dimasukan, jika tanda-
tanda tersebut sudah terlihat maka pasangan indukan tersebut siap dipindahkan ke
wadah pemijahan yaitu akuarium.
4.5 Wadah Pemijahan
Adapun data kualitas air di Hatchery Manfish disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Data Kualitas Air di Hatchery Manfish
No Identitas sampel Parameter Satuan Hasil
Suhu ˚C 25,7
Oksigen terlarut mg/l 4,02
pH - 7,52
1 Aquarium
Karbondioksida mg/l 29,94
Amoniak mg/l 0,08
Nitrit mg/l 0,131
Suhu ˚C 26,1
Oksigen terlarut mg/l 3,54
pH - 7,28
2 Fiber
Karbondioksida mg/l 22,81
Amoniak mg/l 0,06
Nitrit mg/l 0,387
Suhu ˚C 23,4
Oksigen terlarut mg/l 3,6
pH - 7,81
3 Bak Calin
Karbondioksida mg/l 17,6
Amoniak mg/l 0,07
Nitrit mg/l 0,005
Suhu ˚C 22,9
Oksigen terlarut mg/l 3,49
pH - 7,29
4 Bak Pendederan
Karbondioksida mg/l 17,6
Amoniak mg/l 0,29
Nitrit mg/l 0,007
Sumber : Data Kualitas Air Manfish Mei 2018
Samsundari dan Wirawan (2013) menyatakan bahwa pH yang sesuai untuk hidup
dan tumbuh dengan baik pada ikan budidaya adalah kisran 7 - 8. Nilai pH
mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH
perairan dipakai sebagai salah satu komponen untuk menyatakan baik buruknya
sesuatu perairan.
Pada dasarnya konsentrasi oksigen terlarut 5 mg/l merupakan kandungan
oksigen yang dianjurkan untuk kesehatan ikan yang optimum (Irianto 2005)
dalam .Semakin tinggi kepadatan ikan, maka jumlah ikan yang mengkonsumsi
oksigen meningkat dan limbah metabolisme yang dikeluarkan akan semakin
banyak sejalan dengan bertambahnya bobot ikan, maka tingkat konsumsi oksigen
dan limbah metabolisme per ekor ikan meningkat pula. Effendi (2003),
menambahkan bahwa penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut di dalam air
adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen
selama penguraian berlangsung. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat
penting di dalam ekosistem air, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi
organisme akuatik (Effendi & Irzal 2004)
Adanya amonia disebabkan oleh limbah dari aktivitas budidaya ikan seperti
sisa pakan, feses dan urin yang merupakan sumber bahan pencemar perairan.
Menurut Abadi (2012) menyatakan bahwa limbah dari sisa pakan, feses dan urin
ikan sangat nyata dapat memperburuk kualitas air karena dapat meningkatkan
konsentrasi total nitrogen yaitu nitrit, nitrat, amonia dan bahan organik terlarut
lainnnya didalam akuarium, sedangkan oksigen terlarut akan mengalami penurunan.
Menurut Silaban et al. (2012) menyatakan bahwa nilai standar amonia yang
diperbolehkan dalam budidaya ikan yaitu 0,5 mg/L, sedangkan jika angka diatas
nilai tersebut dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan.
24
Induk betina akan menempelkan telurnya pada pipa yang sudah dibersihkan oleh
jantannya. Telur manfish bersifat adhesive yaitu telur yang menempel pada substrat,
telur akan menempel pada substrat berupa pipa. Induk betina akan mengeluarkan
telurnya sedikit demi sedikit lalu induk jantan akan menyemprotkan spermanya.
Pasangan indukan manfish yang baru biasanya kualitas telurnya kurang bagus, dan
fekunditas nya pun kecil namun untuk indukan manfish yang sudah berumur kurang
lebih 8-12 bulan fekunditas serta kualitas telurnya pun tinggi. Dalam sebulan
indukan manfish dapat memijah 2-3 kali, namun berdasarkan pengalaman PKL di
BBPBAT Sukabumi indukan manfish dalam sebulan dapat memijah 2x, atau
tepatnya 2 minggu sekali itu pun jika kita merawat nya dengan sungguh-sungguh
seperti menjaga kualitas air tetap terjaga serta pakan yang diberikan pun harus
teratur.
4.8 Penetasan Telur
Rata rata manfish menghasilkan telur sebanyak 600-900 butir telur. Jumlah
telur tesebut tergantung dari indukan manfish, jika umur manfish sudah mencapat
umur yang cukup, maka telur yang dihasilkan pun bisa lebih banyak, namun jika
induk manfish pertama kali memijah telur yang dihasilkan pun sedikit.
cm, telur dipindahkan dengan menggunakan wadah yang berisi air, saat proses
pemidahan diusahakan pipa harus tercelup seluruhnya ke dalam air karena telur
yang terkontaminasi dengan udara akan mengalami kerusakan dan kematian pada
telur yang sudah terbuahi. Sebelum dimasuki oleh pipa yang berisi telur alangkah
baiknya sebelumnya wadah penetasan sudah diberi methylene blue dengan dosis 1
tetes per 8 liter air. Pemberian methylene blue ini adalah bentuk pencegahan agar
telur tidak terserang oleh jamur dan berhasil menetas. Untuk menjaga kestabilan
suhu, maka ke dalam media penetasan telur tersebut digunakan pemanas air (water
heater) yang dipasang pada suhu 27-28˚C. Jika suhu terlalu tinggi atau terlalu
rendah maka telur akan gagal menetas. Menurut (Amri & Khairuman, 2003). Proses
penetasan telur akan terganggu pada suhu tinggi sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan sel telur.
Telur akan menetas selama 3-4 hari. Telur yang akan menetas serta telur
yang tidak akan menetas akan terlihat dari warna telurnya, telur yang akan menetas
berwarna coklat tua, sedangkan telur yang gagal atau tidak akan menetas berwarna
putih. Telur yang gagal ini disebabkan karena ada beberapa telur yang tidak
terbuahi serta suhu yang tidak optimal menyebabkan telur gagal menetas.
: 80 %
: 44 %
4.9 Pemeliharaan Larva
Menurut Lesmana dan Daelami (2009) larva ikan yang baru menetas
umumnya transparan, larva tersebut belum memiliki mulut, alat pencernaan, insang,
maupun sirip sehingga larva belum mampu memakan makanan yang sifatnya dari
luar. Larva yang baru menetas masih mengambil makanan dari dalam tubuhnya
yaitu cadangan berupa kuning telur atau yolk shack. Setelah larva berumur 2-3 hari
atau pada saat larva sudah dapat berenang bebas, baru diberi pakan alami. Pakan
alami yang diberikan kepada larva manfish berupa Artemia sp. Artemia tersebut
didapatkan dengan cara menetaskan kista artemia pada suatu media atau tempat
penetasan yang bersalinitas 28-30 ppt dengan cara menyiapkan wadah penetasan
berupa corong yang berisi 10 liter air dan dilarutkan garam krosok sebanyak 250gr
dengan Artema sp. sebanyak 5gr lalu pada media penetesan tersebut diberikan
aerasi yang kuat dan dalam waktu 24-36 jam kista artemia tersebut menetas. Kista
yang telah menetas dapat dicirikan dari warnanya yaitu berwarna kemerahan.
28
4.10 Pendederan
Larva manfish yang berumur 3 minggu sudah dapat dipindahkan ke bak
fiber bulat, untuk menghindari stress yang berlebihan penebaran benih dilakukan
secara aklimatisasi diikuti dengan menghitung nilai kelangsungan hidupnya atau
survival rate (SR) dengan menggunakan rumus sebagai berikut
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟)
𝑆𝑅 ∶ 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝐴𝑤𝑎𝑙)
180
𝑆𝑅 ∶ 𝑥 100%
250
𝑆𝑅 ∶ 72%
Berdasarkan perhitungan nilai SR, diperoleh nilai kelangsungan hidup
sebesar 72 % sehingga kelangsungan hidup larva cukup baik.
Selama kegiatan PKL di BBPBAT Sukabumi, dilakukan sampling
pertumbuhan ikan manfish dari sisi pertumbuhan panjang dan pertumbuhan berat
ikan. Sampling pertumbuhan ikan manfish dilakukan setiap 2 minggu sekali,
sampling ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata laju pertumbuhan panjang dan
bobot ikan.
Sampling dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan antara lain seperti
timbangan elektrik, wadah penimbanganm, penggaris, baskom, scoopnet halus, dan
30 ekor larva manfish. Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan bobot ikan,
diperoleh hasil data sebagai yang dapat dilihat pada tabel :
Umur
No Stadia 2 Minggu 1 Bulan
Panjang Berat Panjang Berat
(cm) (gr) (cm) (gr)
1 1,3 0,036 1,7 0,1
2 1,3 0,043 1,5 0,093
3 1,1 0,033 1,4 0,078
4 1,3 0,035 1,3 0,054
5 Larva 1,2 0,037 1,5 0,089
6 1,3 0,041 1,4 0,081
7 1,3 0,039 1,7 0,105
8 1,5 0,042 1,7 0,094
9 1,2 0,029 2 0,124
30
Umur
No Stadia 2 Minggu 1 Bulan
Panjang Berat Panjang Berat
(cm) (gr) (cm) (gr)
10 1,4 0,038 1,9 0,109
11 1,2 0,032 1,5 0,089
12 1,1 0,025 1,4 0,078
13 1,1 0,034 1,3 0,064
14 1,2 0,027 1,5 0,077
15 1,3 0,035 1,7 0,085
16 1,3 0,039 1,5 0,086
17 1,1 0,023 1,5 0,078
18 1,4 0,034 1,5 0,089
19 1,1 0,029 1,7 0,088
20 1,2 0,035 1,6 0,075
21 1,1 0,029 1,5 0,080
22 1,5 0,045 1,6 0,086
23 1,1 0,030 1,8 0,098
24 1,3 0,034 1,8 0,103
25 1,3 0,043 1,5 0,078
26 1,3 0,041 1,9 0,121
27 1,3 0,036 1,9 0,099
28 1,2 0,025 1,3 0,076
29 1,1 0,024 1,6 0,087
30 1,1 0,031 1,7 0,097
Rata- rata 1,24 0,034 1,6 0,089
Ikan manfish dikenal cukup peka terhadap serangan penyakit, untuk itu
diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan jumlah pakan
yang diberikan. Beberapa jenis parasit yang biasa menyerang benih/induk Manfish
antara lain adalah : Trichodina sp., Chillodonella sp. dan Epystilys sp (Dewi 2010)
Kepadatan ikan yang tinggi merupakan faktor lain yang dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan ikan dan meningkatnya pengaruh atau
penyebaran penyakit ikan, terutama yang disebabkan oleh ektoparasit. Karena
kepadatan ikan terlalu tinggi, hasil buangan metabolik ikan berupa feses dan urine
akan meningkat. Hal ini mengakibatkan kadar amonia di wadah pemeliharaan
tinggi. Pada kondisi tersebut kualitas air pada media pemeliharaan menurun dan hal
ini akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi total nitrogen yaitu nitrit, nitrat,
amonia dan bahan organik terlarut lainnnya didalam akuarium, sedangkan oksigen
terlarut akan mengalami penurunan, Maka dari itu dilakukan penyiponan serta
mengganti air setiap 2 hari sekali sebanyak 30-50% supaya menurunkan kadar
amonia.
Selama pelaksanaan PKL, ada beberapa jenis penyakit yang menyerang
ikan manfish bahkan menyebabkan kematian pada ikan. Penyakit tersebut
diantaranta Saproglena sp, Aeromonas hydrophila, serta Trichodina sp.
terserang infeksi bakteri ini adalah gerakan ikan menjadi lamban, ikan cenderung
diam didasar akuarium, ikan sebelum mati naik ke permukaan air dengan sikap
berenang yang labil (Rahmaningsih 2012).
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan pembenihan ikan manfish
(Pterophyllum scalare) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi sebagai berikut:
1. Kegiatan pembenihan ikan manfish dilakukan pada bak-bak berbahan dasar
fiber, dengan suhu antara 23-27˚C dan rata-rata padat tebar 250 ekor.
2. Pemijahan ikan manfish dilakukan secara alami di akuarium pemijahan.
secara monogami, 1;1.
3. Umur yang ideal untuk ikan manfish memijah 8-12 bulan, dengan ukuran
±7,5 cm.
4. Dalam sekali memijah ikan manfish dapat menghasilkan 600-900 butir.
5. Telur akan menetas 3-4 hari, diberi pakan Artemia sp setelah berumur 3 hari.
6. Pembenihan ikan manfish yang dilakukan mendapatkan FR 80%, HR 44%,
dan SR 72%
5.2 Saran
Berdasarkan praktik kerja lapang (PKL) yang sudah dilaksanakan, timbul
beberapa saran diantaranya:
1. Banyak induk manfish yang sudah cukup umur untuk memijah namun masih
terdapat di wadah pemeliharaan, alangkah baiknya diperbanyak wadah
pemijahan terutama akuarium supaya induk manfish dapat memijah.
2. Cuaca yang dingin di BBPBAT merupakan salah satu faktor gagalnya telur
manfish untuk menetas, maka dari itu perlu dipasang water heater pada wadah
penetasan supaya suhu air tetap optimal untuk penetasan.
33
34
3. Wadah penetasan yang terlalu sedikit menyebabkan 2 telur dari indukan yang
berbeda di gabung pada wadah penetasan yang sama, memungkinkan jika 1
telur terserang jamur maka telur lain juga akan terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi et al. 2012. Analisa Kualitas Perairan Sungai Klinter Nganjuk Berdasarkan
Parameter Biologi (Plankton). Universitas Brawijaya. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. Jsal.ub.ac.id/index.php/jsal/article/viewFile/141/12-
6 (Diakses pada Tanggal 20 Oktober 2018)
Amri, K dan Khairuman. 2002. Menanggulangi Penyakit Pada Ikan Mas dan Koi.
Jakarta. https://media.neliti.com/media/publications/244536-identifikasi-
infeksi-koi-herpes-virus-kh-2ec4ae27.pdf (Diakses pada Tanggal 18
Agustus 2018)
BBPBAT. 2018. Buku Laporan Tahunan Bulan Juli 2018. Sukabumi (Diakses pada
Tanggal 15 Juli 2018)
Dewi Astuti S. 2010. Budidaya Manfish. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
Badan Pengembangan SDM KP. Jakarta Pusat.
mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/download/al78.pdf (Diakses pada Tangga;
5 November 2018)
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan.
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/91287/.../S1-2015-312802-
bibliography.pdf (Diakses pada Tanggal 5 November 2018)
35
36
Hasan, I. 2002. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. repo.iain-tulungagung.ac.id/4753/2/bab%203.pdf (Diakses pada
Tanggal 7 November 2018)
Lesmana, D. S. 2015. Ensiklopedia Ikan Hias Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya.
https://www.goodreads.com/book/show/37904045-ensiklopedia-ikan-
hias-air-tawar (Diakses pada tanggal 17 Agustus 2018)
Lusianti, F., 2013. Efektivitas Penggunaan Sekam Padi, Jerami Padi dan Serabut
Kayu Sebagai Bahan Filter Dalam Sistem Filter Undergravel Pada
Pemeliharaan Ikan Nila Best. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61341 (Diakses pada
Tanggal 12 November 2018)
Silaban, Tio Fanta., Limin Santoso dan Suparmono. 2012. Peningkatan Kinerja
Filter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada Pemeliharaan
Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan.https://www.researchgate.net/publication/275033451_PENURUN
AN_FOSFAT_PADA_SISTEM_RESIRKULASI_DENGAN_PENAMBA
HAN_FILTER_YANG_BERBEDA (Diakses pada Tanggal 20 Oktober
2018)
Tim Laboratorium MSP. 2018. Data Kualitas Air Manfish Mei 2018. (Diakses pada
Tanggal 20 Juli 2018)
Alhamdulilah selama 30 hari ini adalah waktu yang sangat berharga, saya
mendapat ilmu yang sangat banyak ketika PKL di BBPBAT. Selain ilmu juga
mendapat kenalan, rekan seperjuangan, serta teman-teman dari universitas lain.
Selama di Sukabumi adalah momen yang tidak pernah terlupakan, dimana pertama
kalinya merantau jauh dari rumah serta orang tua sehingga saya dituntut untuk lebih
mandiri.
Semoga ilmu yang didapat dalam kegiatan PKL ini adalah modal bagi saya
untuk masa depan nanti.
38
LAMPIRAN
Lampiran I. Logbook PKL
LOG BOOK
Gambar 11. Bak Fiber Bulat Gambar 12. Bak Fiber Kotak
53
Gambar 7. Mengamati Indukan yang akan memijah Gambar 8. Mengambil manfish yang
Mati
Gambar 11. Penyiponan bak fiber bulat Gambar 12. Ikan manfish terkena
Aeromonas Hydrophilla
57