Anda di halaman 1dari 71

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare)

DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR


(BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

RACHMAT MAHADIKA RAMADHAN


NPM. 230110160062

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare)
DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR
(BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah praktik kerja lapangan

RACHMAT MAHADIKA RAMADHAN


NPM. 230110160062

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
Judul laporan : TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH
(Pterophyllum scalare) DI BALAI BESAR
PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT)
SUKABUMI JAWA BARAT

Nama : Rachmat Mahadika Ramadhan


NPM : 230110160062
Program Studi : Perikanan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Waktu pelaksanaan : 2 Juli – 2 Agustus 2018

Jatinangor, Desember 2018

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Achmad Rizal, S.Pi, M.Si


NIP. 19731220 200604 1 002
LEMBAR PENGESAHAN

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare)


DIBALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR
(BBPBAT) SUKABUMI, JAWA BARAT

RACHMAT MAHADIKA RAMADHAN


NPM : 230110160062

Sukabumi, Juli 2017


Menyetujui,
ABSTRAK

Rachmat Mahadika Ramadhan (Dibimbing oleh : Achmad Rizal dan Nurly Faridah).
2018. Teknik Pembenihan Ikan Manfish (Pterophyllum Scalare) di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan di Balai Besar Perikanan


Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
dimulai dari tanggal 2 juli 2018 sampai 2 agustus 2018. Ikan hias merupakan salah
satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, selain itu memiliki daya
tarik tersendiri baik dari segi warna maupun tingkah lakunya. Kebutuhan ikan hias
terutama sebagai hobi menyebabkan semakin tingginya permintaan akan hias. Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi merupakan tempat
pembenihan berbagai ikan hias salah satunya ikan manfish dengan fasilitas yang
memadai guna menghasilkan kualitas yang baik. Pembenihan ikan manfish di
BBPBAT Sukabumi dipilih sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Pembenihan merupakan salah satu kegiatan budidaya guna untuk
menghasilkan bibit atau benih yang selanjutnya dapat menentukan keberhasilan
suatu kegiatan budidaya. Kegiatan pembenihan ikan manfish di BBPBAT
Sukabumi meliputi seleksi induk, pemeliharaan induk, pemijahan, pemeliharaan
larva, pendederan, dan kultur pakan alami.
Kata Kunci : BBPBAT, Pembenihan, PKL, dan Manfish.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga sehingga laporan praktik kerja lapang (PKL) ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam PKL dilaksanakan sejak bulan Juli 2018 ini
ialah budidaya ikan hias air tawar, dengan judul Teknik Pembenihan Ikan Manfish
(Pterophyllum scalare) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi, Jawa Barat.
Tujuan penulisan laporan ini ialah sebagai syarat untuk memenuhi salah
satu mata kuliah di Universitas Padjadjaran program studi Perikanan. Penulis
menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan
laporan ini tidak akan lancar, pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Achmad Rizal, S.Pi M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Wali yang telah menyempatkan waktunya untuk membimbing dan
memberikan arahan mulai dari judul PKL hingga laporan PKL.
2. Ibu Sri Hastuti, Selaku Pembimbing Lapangan Budidaya Ikan Manfish yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmunya kepada penulis.
3. Bapak Dr. Yudhi Nurul Ihsan S.Pi, M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
4. Bapak Dr. Asep Agus Handaka S.Pi, MT. selaku Ketua Program Studi
Perikanan Universitas Padjadjaran yang telah memberi fasilitas mulai dari
administrasi persuratan hingga penulis diterima PKL di BBPBAT Sukabumi,
Jawa Barat.
5. Kedua orang tua yang telah membantu dan memberi dukungan moral maupun
materi.
6. Bapak Ir. Supriyadi, M.Si selaku kepala BBPBAT Sukabumi yang telah
memberi izin kepada penulis untuk dapat melakukan kegiatan PKL di
BBPBAT Sukabumi.
7. Bapak Juansyah Rasidik, SP selaku Kepala Pengujian dan Dukungan Teknis.
8. Ibu Euis Solihah, S.Pi, MM. selaku Penanggung Jawab Kegiatan Diseminasi.

ii
9. Ibu Nurly Faridah S.Pi., M.Si., Selaku Ketua Budidaya Ikan Hias.
10. Ibu Netty, yang telah memberikan fasilitas penginapan kepada penulis.
11. Rekan Seperjuangan dari Perikanan Unpad, Reza, Mahmud, Kelvindes,
Monika yang telah menyemangati selama proses pembuatan laporan PKL serta
kegiatan PKL.
12. Teman teman di komoditas ikan hias, Amel, Denar, Kang Fathur, Ajir, Mutiara.
13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan PKL
maupun kegiatannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan PKL ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurna penulisan laporan PKL. Semoga laporan ini dapat digunakan sebagai
mana mestinya serta berguna bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca.

Sukabumi, Juli 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2
1.4 Waktu dan Tempat ...................................................................... 2
II PROFIL INSTANSI
2.1 Sejarah Umum BBPBAT Sukabumi........................................... 3
2.2 Visi dan Misi BBPBAT Sukabumi ............................................. 3
2.2.1 Visi .............................................................................................. 3
2.2.2 Misi ............................................................................................. 3
2.3 Tugas dan Fungsi ........................................................................ 4
2.3.1 Tugas ........................................................................................... 4
2.3.2 Fungsi.......................................................................................... 4
2.4 Struktur Organisasi ..................................................................... 4
2.4.1 Kepala Balai Besar...................................................................... 5
2.4.2 Bagian Tata Usaha ...................................................................... 6
2.4.3 Bidang Uji Terap Teknik dan Kerjasama ................................... 6
2.4.4. Bidang Pengujian dan Dukungan Teknis.................................... 6
2.4.5 Kelompok Jabatan Fungsional ................................................... 6
2.4.6 Sumber Daya Manusia ................................................................ 7
2.4.7 Sarana dan Prasarana di BBPBAT Sukabum ............................. 7

III METODE PELAKSANAAN


3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 13
3.2 Objek Penelitian .......................................................................... 13
3.3 Metode Pengambilan data ........................................................... 13
3.3.1 Data Primer ................................................................................. 14
3.3.2 Data Sekunder ............................................................................. 14
3.4 Alat dan bahan ............................................................................ 15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Manfish (Pterophyllum scalare) ................................................. 16
4.2 Persiapan Wadah......................................................................... 18
4.3 Seleksi Induk............................................................................... 18
4.4 Penebaran Induk ......................................................................... 19
4.5 Wadah Pemijahan ....................................................................... 20
4.6 Pengelolaan Kualitas Air ............................................................ 20
4.7 Teknik Pemijahan ....................................................................... 24

iv
4.8 Penetasan Telur ........................................................................... 25
4.9 Pemeliharaan Larva .................................................................... 27
4.10 Pendederan .................................................................................. 29
4.11 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit ........................................ 30

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 33
5.2 Saran ........................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 35


LAMPIRAN .......................................................................................... 39

v
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Tingkat pendidikan dan profesi pegawai BBPBAT Sukabumi .. 7


2. Perbedaan jantan dan betina........................................................ 19
3. Data Kualitas Air di Hatchery Manfish ...................................... 22

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Skema Struktur Organisasi BBPBAT Sukabumi 2018 ............... 5


2. Gedung Utama BBPBAT Sukabumi .......................................... 7
3. Laboratorium BBPBAT Sukabumi ............................................. 9
4. Sumber Energi Listrik Berupa genset ......................................... 9
5. Masjid AT-TAQWA BBPBAT Sukabumi ................................. 11
6. Jenis-jenis manfish berdasarkan warna ....................................... 17
7. Indukan Betina dan Jantan .......................................................... 19
8. Bak Fiber Induk .......................................................................... 19
9. Wadah Pemijahan ....................................................................... 20
10. Penyiponan bak fiber bulat ......................................................... 21
11. Betina sebelah kiri, jantan sebelah kanan ................................... 24
12. Indukan jantan sedang membersihkan substrat........................... 24
13. Pipa yang ditempeli telur ............................................................ 25
14. Larva Manfish ............................................................................. 26
15. Wadah Penetasan Artemia .......................................................... 28
16. Ikan manfish yang terkena parasit Trichodina sp. ...................... 31

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Logbook Kegiatan Harian ........................................................... 41


2. Peta BBPBAT Sukabumi ............................................................ 50
3. Alat dan Bahan ............................................................................ 51
4. Kegiatan PKL ............................................................................. 55

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai
ekonomis tinggi, selain itu memiliki daya tarik tersendiri baik dari segi warna
maupun tingkah lakunya. Kebutuhan ikan hias terutama sebagai hobi menyebabkan
semakin tingginya permintaan akan hias. Jika hanya mengandalkan hasil
penangkapan dari alam, maka kebutuhan akan hias tidak akan terpenuhi. Salah satu
upaya untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan melakukan usaha budidaya.
(Sulistio 2017)
Salah satu ikan hias yang cukup terkenal ialah ikan manfish (Pterophyllum
scalare), ikan ini disukai oleh para penggemar ikan hias karena ikan ini memiliki
penampilan yang khas yakni bentuk badanya unik seperti anak panah, dan pipih
dengan sirip punggung serta sirip perut yang simetris melebar. Sirip dadanya
berbentuk kecil panjang serta sirip dan sempit seperti dasi yang umumnya berwarna
putih.
Pada mulanya ikan hias ini berasal dari perairan Amazon, Brazil namun
karena perairan Indonesia cocok dengan habitat aslinya, maka ikan manfish mudah
untuk berkembang biak. Berbagai usaha yang dilakukan oleh pembudidaya ikan
seperti kegiatan pemijahan, pendederan, pembesaran dan sebagainya menjadikan
sumberdaya air tawar ini semakin berpeluang besar seiring dengan meningkatnya
permintaan pasar kebutuhan ikan hias air tawar, baik untuk kebutuhan lokal
maupun mancanegara.
Hingga saat ini perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan,
terutama keunikan dari bentuk tubuh, warna bahkan varietasnya yang beragam.
Salah satu komoditas air tawar yang hingga saat ini masih cukup diminati oleh
masyarakat adalah ikan manfish (Pterophyllum scalare). Dari sekian banyak jenis
ikan hias, tidak semuanya telah dibudidayakan. Dalam membudidayakan ikan hias
harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan

1
2

hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan , bertelur, maupun dalam
menyusun sarangnya (Ipteknet 2008).
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) yang terletak di kota
Sukabumi, Jawa Barat merupakan salah satu instansi pemerintah yang aktif
mengembangkan teknologi budidaya ikan air tawar termasuk ikan hias khusunya
ikan manfish, maka dari itu BBPBAT Sukabumi sebagai sentral budidaya air tawar
dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan praktik kerja lapang (PKL) yang
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi salah satu mata kuliah program studi
perikanan di Universitas Padjadjaran.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Tawar ialah :

1. Mempelajari dan mengetahui bagaimana kegiatan pembenihan ikan manfish


2. Mengetahui teknik pemijahan ikan manfish.
3. Mengetahui umur yang ideal bagi ikan manfish untuk memijah.
4. Mengetahui fekunditas ikan manfish dalam sekali memijah.
5. Mengetahui proses penetasan telur dan pemeliharaan larva.
6. Mengetahui derajat pembuahan (FR), derajat penetasan (HR), dan tingkat
kelangsungan hidup (SR) ikan manfish pada pendederan I.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan praktik kerja lapangan adalah sebagai berikut

1. Mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan


tentang teknik pembenihan ikan manfish.
2. Mampu mempraktikan secara langsung teknik budidaya ikan manfish.
3. Mampu memberikan pengalaman kerja yang bermanfaat bagi masa mendatang.

1.4 Waktu dan Tempat


Praktik kerja lapang dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2018 sampai 2
Agustus 2018 (30 hari) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi, Jawa Barat.
BAB II

PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Umum BBPBAT Sukabumi


Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada
awalnya merupakan sekolah perkebunan (Cultur Landbouw School) yang didirikan
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1914. Pada saat pemerintahan Jepang tahun
1943-1945, BBPBAT Sukabumi dikenal dengan nama Nugyo Gakko yang berarti
sekolah pertanian. Pada tahun 1945-1954 tepatnya setelah indonesia merdeka
BBPBAT sukabumi berubah nama menjad Sekolah Pertanian Menengah, kemudian
berganti nama menjadi Pusat Pelatihan Perikanan pada tahu 1955-1967. Pada tahun
1968-1975 diubah kembali menjadi Training center Perikanan.
Tahun 1976-1978, BBPBAT Sukabumi berubah nama menjadi Pangkalan
Pengembangan Pola Ketrampilan Budidaya Air Tawar (PPPKBBAT) dan menjadi
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) pada tahun 1978, kemudian merubah nama
kembali pada tahun 2006 menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) hingga tahun 2014 terdapat perubahan nama dari pengembangan
menjadi perikanan.
2.2 Visi dan Misi BBPBAT Sukabumi
2.2.1 Visi
Visi BBPBAT Sukabumi yaitu:
1. Mewujudkan perikanan budidaya ikan air tawar yang mandiri berdaya saing
dan berkelanjutan berbasiskan kepentingan nasional.
2.2.2 Misi
Misi BBPBAT Sukabumi sebagai berikut:
1. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalui pemanfaatan
sumber daya berbasis pemberdayaan masyarakat.
2. Mewujudkan produk perikanan budidaya yang berdaya saing melalui
peningkatan teknologi inovatif.
3. Memanfaatkan sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan.

3
4

2.3 Tugas dan Fungsi


2.3.1 Tugas
Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.6/PERMENKEP/2014, tugas BBPBAT Sukabumi antara lain sebagai berikut;
1. Melaksanakan uji terap teknik dan kerjasama.
2. Pengelolaan produksi.
3. Pengujian laboratorium, mutu pakan, residu, kesehatan ikan dan lingkungan.
4. Bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar.
2.3.2 Fungsi
Adapun fungsi BBPBAT Sukabumi antara lain sebagai berikut:
1. Identifikasi dan penyusunan rencana program teknis dan anggaran pemantauan
dan evaluasi serta laporan.
2. Pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar.
3. Pelaksanaan penyiapan bahan standarisasi perikanan budidaya air tawar.
4. Pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air tawar.
5. Pelaksanaan kerja sama teknis perikanan budidaya air tawar.
6. Pengolahan dan pelayanan sisem informasi dan publikasi perikanan budidaya
air tawar.
7. Pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis
perikanan budidaya air tawar.
8. Pelaksanaan pengujian mutu pakan, residu, serta kesehatan ikan dan
lingkungan budidaya air tawar.
9. Pelaksaanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian.
10. Pengolahan produksi induk unggul, benih unggul, dan sarana produksi
perikanan budidaya air tawar.
11. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar.
12. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
2.4 Struktur Organisasi
Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.6/PERMENKP/2014, struktur organisasi BBPBAT Sukabumi terdiri dari
5

Pengujian dan Dukungan Teknis, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur


organisasi BBPBAT Sukabumi dapat dilihat pada gambar berikut.

Kepala Balai Besar

Bagian Tata
Usaha

Sub Bagian Sub Bagian


Kepegawaian Keuangan dan Umum

Bidang Bidang
Uji Terap dan Pengujian dan Dukungan
Kerjasama Teknisi

Seksi Seksi Seksi Seksi


Uji Tarap Kerja Sama Produksi dan Dukungan
Teknis Teknik Informasi Pengujian dan Teknis

Kelompok Jabatan fungsional


(Perekayasa/Likayasa/Pengawas/PHPI/Pranata Humas/Pustakawan)
Adfasdas BBPBAT Sukabumi 2018
Gambar 1. Skema Struktur Organisasi
Sumber : Buku Laporan Tahunan Bulan Juli BBPBAT Sukabumi 2018
Susunan organisasi di BBPBAT Sukabumi sebagai berikut;

2.4.1 Kepala Balai Besar


Kepala balai wajib menerapkan prinsip kordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik lingkungan masing-masing maupun antar unit kerja dilingkungan departemen
perikanan dan kelautan, serta instansi lain sesuai dengan bidangnya. Bertanggung
jawab atas prestasi dan tugas-tugas BBPBAT Sukabumi yang telah ditetapkan dan
memberikan laporan evaluasi pelaksanaan kerja BBPBAT Sukabumi secara
menyeluruh.
6

2.4.2 Bagian Tata Usaha


Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha balai.
Bagian tata usaha, tersebut melaksanakan urusan kepegawaian, surat, menyurat,
rumah tangga, dan perlengkapan serta melaksanakan urusan keuangan. Bagian tata
usaha mebawai sub bagian keuangan dan sub bagian umum.. Sub bagian keuangan
melakukan pengolahan administrasi keuangan dan barang kekayaan milik negara
serta penyusunan evaluasi dan pelaporan BBPBAT Sukabumi. Sub bagian umum
melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program dan anggaran serta
pengolahan administrasi kepegawaian jabatan fungsional serta pelaksanaan urusan
persuratan dan rumah tangga dilungkungan BBPBAT Sukabumi

2.4.3 Bidang Uji Terap Teknik dan Kerjasama


Fungsi bidang ini antara lain adalah melaksanakan uji tarap teknik
perikanan budidaya air tawar, melaksanakan penyiapan bahan standarisasi
perikanan budidaya air tawar, melaksanakan sertifikasi teknis perikanan budidaya
air tawar, serta mengelola dan melakukan pengayaan sistem informasi dan publikasi
perikanan budidaya air tawar.

2.4.4 Bidang Pengujian dan Dukungan Teknis


Fungsi bidang ini melaksanakan pengujian laboratorium persyaratan
kelayakan teknis perikanan budidaya air tawar, melaksanakan bimbingan teknis
laboratorim, melaksanakan produksi induk unggul dan benih bermutu perikanan
budidaya air tawar, dan melaksanakan bimbingan tekns perikanan budidaya air
tawar.

2.4.5 Kelompok Jabatan Fungsional


Kelompok jabatan fungsional menyelenggarakan kegiatn perekayasaan,
pengujian, penerapan dan bimbingan pelayanan standar tekenik, alat dan mesin
serta sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan, pengendalian hama dan penyakit
ikan yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
7

2.4.6 Sumber Daya Manusia


Adapun tingkat pendidikan dan profsesi pegawai di BBPBAT sebagai
berikut:

Tabel 1. Tingkat pendidikan dan profesi pegawai BBPBAT Sukabumi


PENDIDIKAN
Jumlah
S-3 S-2 S-1/D4 D3 SLTA SLTP SD
STRUKTURAL
Kepala Balai - 1 - - - - - 1
Bagian Tata Usaha - 1 3 4 15 1 - 24
Bidang Uji Terap
Teknik dan
Kerjasama - 1 3 - 2 - - 6
Bidang Pengujian
dan Dukungan
Teknis - 1 2 2 12 - - 17
FUNGSIONAL
Perekayasa 1 14 7 - - - - 22
Likayasa - - 5 5 9 - - 19
Pengawas dan PHPI - 1 11 2 4 - - 18
Pustakawan - - - - - - - -
Pranata Humas - - - 1 1 - - 2
Pranata Komputer - - - 1 - - - 1
JUMLAH TOTAL 1 19 31 15 44 1 - 110
Sumber: Buku Laporan Tahunan Bulan Juli BBPBAT Sukabumi 2018
2.4.7 Sarana dan Prasaana di BBPBAT Sukabumi
Kegiatan budidaya perikanan di BBPBAT sukabmi dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang tesedia. Sarana dan yang dimiliki BBPBAT Sukabumi
sampai tahun 2018 yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan pada BBPBAT
Sukabumi tediri dari;

Gambar 2. Gedung utama BBPBAT Sukabumi.


8

1. Gedung Utama
BBPBAT Sukabumi menggunakan gedung utama sebagai ruang
perkantoran
(2.467 m2), perpustakaan (96 m2), ruang pertemuan (375 m2), wisma tamu (580 m2),
aula kapasitas 100 orang, ruang belajar A dan ruang belajar B Kapasitas 30 orang.
1. Hatchery
Tempat kegiatan pemijahan dan pemeliharaan larva yang ada di BBPBAT
Sukabumi antara lain:
1. Hatchery ikan nila dan gurame.
2. Hatchery ikan hias.
3. Hatchery ikan lele.
4. Hatchery ikan patin.
5. Hatchery ikan nilem, Grass carp dan Silver carp.
6. Hatchery Kodok
7. Kolam Broodstock center ikan nila.
8. Kolam Broodstock center ikan mas.
2. Perkolaman
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dikolam, seperti kegiatan produksi
benih
pendederan, pembesaran, dan pemeliharaan induk serta penerapan teknik budidaya
air tawar. Kolam yang terdapat di BBPBAT sukabumi berjumlah 362 kolam
(Kolam tanah, kolam/bak beton, bak plastik/fiber) yang ada di 5 blok kawasan (blok
A-E) yang berada di Jl. Selabintana No.37 Sukabumi.
3. Stasiun Lapangan
BBPBAT Sukabumi memiliki 3 stasiun lapangan antara lain yaitu:
1. Kolam air deras di Cisaat, Kab, Sukabumi, yang terdiri dari 35 kolam
dan bak dengan luas area 1.690 m2.
2. Keramba jaring apung di Waduk Cirata Kab. Cianjur yang terdiiri dari
48petak.
3. Sub unit pembenihan udang galah di Cisolok, Pelabuhan Ratu, Kab.
Sukabumi dengan 2 unit Hatchery, yang terdiri dari 11 kolam pemijahan
9

dan produksi calon induk, 15 bak pemijahan dan penetasan telur, 42 bak
pemeliharaan larva dan 3 buah bak reservoir dengan luas total 11.540
m2 .
4. Laboratorium
Laboratorium yang ada di BBPBAT Sukabumi terdiri dari:
1. Laboratorium Kesehatan Ikan.
2. Laboratorium Kualitas Air.
3. Laboratorium Pakan/Nutrisi.
4. Workshop Pembuatan Pakan Buatan.
5. Laboratorium Karantina Ikan
6. Laboratorium Chlorella Sp. Kultur Masal Daphnia Sp.
7. Laboratorium Genetika Ikan.

Gambar 3. Laboratorium BBPBAT Sukabumi (1. Lab. Kesehatan Ikan; 2. Lab.


Kualitas Air; 3. Lab. Pakan)

5. Energi Listrik
Sumberdaya listrik di BBPBAT Sukabumi berasal dari jaringan PLN
DistribusiJawa Barat Cabang Sukabumi dengan daya sebesar 53 KVA
dengan cabang berupa 1 unit generator dengan daya 80 KVA.

Gambar 4. Sumber energi litrik.


10

7. Sumber Air
BBPBAT Sukabumi memiliki 6 sumber ai yaitu dari sungai Cisarua, sungai
Panjalu dan 4 sumur bor dengan menggunakan pompa air yang berdaya 1300 watt
dengan debit 0,5 l/detik.
8. Alat Transportasi
Sarana transportasi yang dimiliki di BBPAT Sukabumi terdiri atas
kendaraan roda dua, roda tiga, dan roda empat untuk memudahkan petani atau
pegawai dalam menjalankan kegiatan budidaya.
9. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi diperlukan dalam menjalankan suatu usaha untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan baik dari dalam maupun dari luar lingkup
hatchery. Alat komunikasi yang digunakan di BBPBAT adalah telepon (Hand
Phone), sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, Sunda dan
Jawa.
10. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi diperlukan dalam menjalankan suatu usaha untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan baik dari dalam maupun dari luar lingkup
hatchery. Alat komunikasi yang digunakan di BBPBAT adalah telepon (Hand
Phone), sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, Sunda dan
Jawa.
11. Rumah Jaga
Usaha pembesaran udang galah juga didukung dengan adanya prasarana.
Tambak sawah BBPBAT memiliki prasarana berupa rumah jaga dan gudang pakan.
Rumah jaga berfungsi untuk menjaga tambak sawah agar dalam keadaan aman dan
sebagai tempat istirahat petani dan gudang pakan yang berfungsi untuk tempat
penyimpanan persediaan pakan.
12. Aula
Aula digunakan untuk pertemuan umum, atau sebagai ruang rapat pegawai
dan tempat pertemuan dengan kapasitas 150 orang.Jenis aula yang terdapat di
BBPBAT Sukabumi yaitu Ruang Pertemuan Lele, Udang Galah, dan Aula Utama.
11

13. Auditorium
Auditorium merupakan bagungan atau ruangan besar yang digunakan
untuk mengadakan pertemuan umum, pertunjukan, hajatan, dan lain sebagainya. Di
BBPBAT Sukabumi, Auditorium merupakan Ruangan yang digunakan untuk
tempat acara pernikahan, Pameran Kontes, dan lainnya.
2. Ruang Pegawai
Rumah dinas pegawai di BBPBAT dibangun di daerah kawasan BBPBAT
Sukabumi. Rumah pegawai ini berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai yang
bekerja di BBPBAT
14. Wisma Tamu
Wisma tamu di gunakan untuk melayani tamu – tamu yang berkunjung ke
BBPBAT Sukabumi dengan jangka waktu beberapa hari, Luas 3 ha untuk
perkantoran,laboraturium, wisma tamu dan sarana pendukung lainya.

15. Masjid
Masjid di BBPBAT Sukabumi dengan nama masjid At-Taqwa. Digunakan
sebagai tempat ibadah pagawai yang beragama islam di BBPBAT Sukabumi.
Gambar Masjid BBPBAT Sukabumi dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 5. Masjid AT-TAQWA BBPBAT Sukabumi


16. Pos Jaga
Pos jaga di BBPBAT menggunakan jasa satpam dengan 24 jam penjagaan
ketat, dengan penjagaan 6 orang satpam di hari senin sampai dengan hari jum’at.
Apabila hari sabtu dan hari minggu hanya 4 orang jasa satpam yang digunakan
untuk mengawasi di BBPBAT Sukabumi. Total jumlah jasa satpam di BBPBAT
Sukabumi yaitu 12 orang.
12

17. Koperasi
Koperasi di BBPBAT Sukabumi, menjual beragam macam mulai dari
makanan, kaos peserta PKL, dan alat – alat perikanan yang di butuhkan pegawai
untuk bekerja. Koperasi ini bernama “koperasi Mina karya”
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kerja Praktik Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 2 Juli sampai 2
Agustus 2018 yang bertempat di area Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi terletak di kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
3.2 Objek penelitian
Objek penelitian pada Kerja Praktik Lapangan (PKL) ini adalah Teknik
Pembenihan Ikan Manfish (Pterophyllum scalare) di Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat. Berdasarkan judul tersebut,
maka objek yang diamati mengenai hal hal yang berkaitan, seperti tahap persiapan
wadah, pengadaan induk, pemeliharaan induk, pemijahan induk, penetasan telur,
pemeliharaan larva, pendederan benih, manajemen pakan, parameter air dan
penyakit.
3.3 Metode Pengambilan Data
Metode dalam pengambilan data yang digunakan pada PKL ini adalah
deskriptif dengan menggunakan teknik partisipasi, observasi, dan wawancara
dalam pengambilan data.
1. Pengamatan observasi adalah pengkaji mengamati dan mencatat tingkah laku
individu atau kelompok objek kajian dalam keadaan ilmiah (Mustari 2012).
Menurut Surachmad (1978) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gelaja yang diselidiki. Dalam kegiatan PKL,
observasi ini dilakukan terhadap berbagai kegiatan seperti kegiatan
pembenihan, persiapan wadah, persiapan pakan alami, perawatan larva,
pencegahan hama dan penyakit, pendederan, dan cara htung benih.
2. Partisipasi adalah suatu proses pengumpulan data yang sudah dikumpulkan
berdasarkan data primer dan data sekunder, kemudian dilakukan pencatatan
secara teliti dan spesifik (jelas) sementara penulis atau pengamatan ikut serta
dalam pelaksanaan objek yang dilakukann

13
14

3. Wawancara adalah suatu cara untuk mengumulkan informasi yang utama


dalam kajian pengamtan. Dilakukan dengan tanya jawab, serta lisan dan jawab
serta disimpan secara tertulis, melalui media elektronik (Masturi 2012)
3.3.1 Data Primer
Menurut Hasan (2002), data primer adalah data yang akan di perolah atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan melakukannya. Data primer didapat dari sumber informasi yaitu
individu atau perorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Data primer ini antara lain: catatan hasil wawancara, hasil observas lapangan, data-
data mengenai informasi.
Menurut Mustari (2012), data primer adalah data yang dihasilkan dari
sumber primer. Sumber primer adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan bahan sumber yang berdekatan dengan orang, informasi, periode,
atau ide yang dipelajari, untuk pengumpulan data primer dapat dipergunakan
metode observasi, partisipasi, dan wawancara.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan 2002). Data
ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu bahan
pustaka, literatur, dan sebagainya.
Mustari 2012, data sekunder adalah data yang diambil dengan cara
menguntip dan dijadikan buku untuk dijadikan literatur pelengkap dari data
sekunder. Biasanya berupa tabel, gambar, atau berupa kutipan pernyataan seorang
penulis kemudian data sekunder dicantumkan pada bagian pembahasan untuk
membandingkan antara praktik lapangan dengan literatur tersebut.

3.4 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada proses pembenihan ikan manfish adalah

1. Aquarium, Sebagai wadah pemiijahan, pemeliharaan dan penetasan


2. Peralatan siphon (Busa, sikat, selang), untuk membersihkan kotoran yang
menempel.
15

3. Peralatan Aerasi, sebagai pemasok oksigen terlarut


4. Pipa, sebagai substrat menempelnya telur
5. Baskom dan ember, sebagai wadah mutlifungsi
6. Timbangan, untuk menimbang pakan ataupun ikan.
7. Alat ukur kualitas air, untuk mengukur pH, Suhu, DO, CO2.
8. Penggaris, mengukur wadah dan sampling ikan
9. Saringan Mess size kecil, untuk panen artemia
10. Scopnet, untuk mengambil ikan.
Adapun bahan yang digunakan adalah,
1. Indukan manfish, sebagai objek yang diteliti.
2. Artemia sp, sebagai pakan alami larva.
3. Air, Sebagai media ikan untuk hidup.
4. Garam, untuk meningkatkan salinitas
5. Methylene blue, sebagai pengobatan serta pencegahan penyakit
6. Cacing sutra (Tubifex sp), pakan ikan manfish
7. Pakan buatan, pakan ikan manfish
8. Elbayu, untuk pengobatan serta pencegahan penyakit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manfish (Pterophyllum scalare)

Ikan manfish dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


Menurut (Schultze 1983) dalam (Agus dkk 2013)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Teleostei
Ordo : Acanthopterygii
Famili : Cichlidae
Genus : Pterophyllum
Spesies : Pterophyllum scalare

Ikan yang berbentuk seperti daun dan berbentuk pipih dengan ukuran
maksimal sebesar 15 cm merupakan ikan dari Pterophyllum yang banyak
dibudidaya sehingga sudah bermunculan berbagai variannya, terutama dalam hal
warnanya. Ikan manfish disebut AngleFish (Ikan Bidadari), karena bentuk dan
warnanya menarik serta gerakkannya yang tenang.
Bentuk badannya unik seperti anak panah dan pipih dengan sirip punggung
serta sirip perut yang simetris dan melebar dan melebar. (Pterophyllum scalare)
tergolong kedalam famili Cichlidae mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasan
seperti memilik warna dan jenis yang bervariasi, sirip perut dan sirip punggunya
membentang lebar kearah ekor, sehingga tampak sebagai busur yang berwarna
gelap transparan, mempunyai sifat menjaga dan melindungi keturunannya serta
bersifat omnivore dan tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam
berbagai bentuk dan sumber (Dewi 2010)

16
17

Gambar 6. Jenis-jenis manfish berdasarkan warna, black and white, three colour,
imperial, diamond.

Terdapat 4 jenis manfish yang berada di BBPBAT Sukabumi, diantaranya


three colour (mabrle), imperial, black and white, dan diamond. Three colour, jenis
manfish ini sesuai dengan namanya memiliki banyak warna diantaranya kuning
putih dan hitam sedangkan untuk manfish berjenis Imperial mempunyai warna
silver, yang membuatnya memiliki daya tarik tersendiri dan juga harga yang cukup
mahal dibandingkan dengan jenis yang lain untuk warna black and white sesuai
dengan namanya hanya mempunyai 2 warna yaitu hitam dan putih, Manfish
diamond atau yang biasa dikenal dengan manfish albino juga mempunya harga
yang cukup mahal seperti manfish silver dan mempunyai daya tarik yang tinggi.
18

4.2 Persiapan Wadah


Wadah pemeliharaan ikan manfish sangat beragam bisa berupa, bak semen,
bak fiber, akuarium serta kolam. Apapun jenis wadahnya tentunya disesuaikan
dengan lahan yang ada serta dapat menampung air dan bahannya tidak
membahayakan atau meracuni ikan.
Wadah pemeliharan untuk induk manfish adalah bak fiber dengan ukuran
1x1 m. Bak fiber tersebut dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan, hal ini
bertujuan agar mencegah adanya bakteri atau kotoran yang akan menghambat
kegiatan pemeliharaan induk. Bak fiber yang sudah dibersihkan diisi air dengan
ketinggian 40 cm dan diberi aerasi serta pipa yang agak besar dengan panjang 15
cm. Pipa ini berfungsi untuk mengenali tanda-tanda ikan manfish yang siap
memijah, tanda-tanda tersebut antara lain biasanya ikan manfish yang sudah
berpasangan akan memisahkan dari kelompoknya, kemudian mendekati pipa dan
jantan akan lebih agresif ke sesamanya.
4.3 Seleksi Induk
Seleksi induk perlu dilakukan supaya mendapatkan pasangan induk yang
unggul sehingga menghasilkan keturunan yang unggul pula (Agus dkk 2013). Induk
yang dipilih harus cukup umur dan ukuran. Biasanya ukuruan ikan berkolerasi
dengan umur. Semakin tua ikan, ukurannya pun semakin besar. Jangan
menggunakan indukan yang terlalu muda karena indukan manfish yang terlalu
muda akan menghasilkan telur yang sedikit serta kualitas telur pun kurang bagus.
Menurut (Tarwiyah 2011) Induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah
berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina
+ 5 cm. Ciri-ciri induk yang siap memijah antara lain, sudah matang gonad, serta
perut betina gemuk. Cara membedakan jantan dan betina yang paling mudah ialah
dengan melihat tonjolan yang ada pada bagian atas kepalanya. Umumnya manfish
jantan memiliiki kepala yang besar dan terdapat tonjolan sedangkan betina tidak,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.
19

Gambar 7. Indukan Betina dan Jantan

Tabel 2. Perbedaan jantan dan betina


No Induk Jantan Induk Betina
1 Ukuran tubuh lebih besar Ukuran tubuh kecil
Bagian atas kepala terdapat Bagian atas kepala
2
tonjolan datar
3 Gerakan lebih lincah Gerakan kurang lincah
4 Perut ramping Perut gemuk

4.4 Penebaran Induk

Gambar 8. Bak fiber induk


Induk yang ditebar minimal 3 sampai 5 pasang dengan umur 8-12 bulan
dengan panjang sekitar 8 cm. Jika padat tebar terlalu banyak maka akan sulit untuk
mengenali serta mengambilnya untuk dipindahkan ke wadah pemijahan ketika ikan
manfish siap memijah. Perlu diketahui bahwa ikan manfish ini termasuk ikan yang
pemilih dalam hal pasangannya. Ketika induk manfish dipasangkan tidak sesuai
dengan keinginannya maka induk tersebut tidak akan memijah. Seperti yang sudah
20

dijelaskan sebelumnya bahwa indukan manfish yang sudah siap memijah akan
memisah secara berpasangan dan mendekati pipa yang telah dimasukan, jika tanda-
tanda tersebut sudah terlihat maka pasangan indukan tersebut siap dipindahkan ke
wadah pemijahan yaitu akuarium.
4.5 Wadah Pemijahan

Ikan manfish merupakan kelompok ikan yang meletakan telurnya pada


substrat. Sehingga selama proses pemijahan penambahan dan penempatan substrat
sangat dibutuhkan. Pemijahan dilakukan di akuarium berukuran 60x50x40 cm3
dengan tinggi air ± 30 cm. Ke dalam akuarium tersebut diberikan aerasi untuk
menyuplai oksigen. Ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang
halus, misalnya potongan pipa PVC yang telah disiapkan/ditempatkan dalam
akuarium pemijahan. Karena ikan manfish cenderung menyukai suasana yang
gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau
plastik yang berwarna gelap.

Gambar 9. Wadah Pemijahan


Selama proses pemeliharaan induk dalam wadah pemijahan induk diberi
pakan cacing sutra (Tubifex sp) dengan dosis pemberian pakan sebesar 5% per hari
serta frekuensi pemberian pakan yaitu 2 kali dalam sehari pada jam 08.00 dan 15.00
WIB.
4.6 Pengelolaan Kualitas Air
Pengeolaan kualitas air bertujuan agar kualitas air pada pemeliharaan induk
tetap terjaga. Air sebagai mdia memegang peranan penting untuk kelangsungan
hidup ikan. Kualitas air yang kurang baik akan menyebabkan ikan stress dan akan
menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Ada beberapa cara yang dapat
21

dilakukan untuk menjaga kualitas air, yaitu dengan melakukan penyiponan


(Siphon), ganti air, sirkulasi air, dan mengatur padat penebaran ikan.

Gambar 10. Penyiponan bak fiber bulat


Penyiponan dilakukan untuk mengeluarkan kotoran dalam wadah
pemeliharaan. Kotoran-kotoran tersebut berasal dari sisa-sisa yang pakan yang
tidak termakan ataupun kotoran sebagai hasil metabolisme ikan yaitu berupa feses.
Sedangkan penggantian air dilakukan untuk mengencerkan kadar amonia sebagai
hasil metabolisme ikan dengan cara mengganti sebanyak 30% -50% dari volume
air sebelumnya, sehingga air yang tersedia didalam wadah pemeliharaan selalu
terjaga. Padat tebar yang terlalu tinggi akan menyebabkan air cepat kotor, alangkah
baiknya padat tebar disesuaikan dengan wadah, sehingga kualitas air tetap terjaga.
Penyiponan dilakukan setiap hari pada pagi hari sedangkan untuk wadah penetasan
dan pemeliharaan larva, hal itu tidak dilakukan setiap hari, tetapi tergantung dari
kondisi, apakah di wadah penetasan larva atau telur terdapat kotoran atau tidak, jika
terdapat kotoran maka dilakukan penyiponan. Jika wadah pemeliharaan induk kotor,
maka indukan manfish enggan untuk memijah, terutama substrat sebagai media
menempelnya telur harus lah selalu dibersihkan.
22

Adapun data kualitas air di Hatchery Manfish disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Data Kualitas Air di Hatchery Manfish
No Identitas sampel Parameter Satuan Hasil
Suhu ˚C 25,7
Oksigen terlarut mg/l 4,02
pH - 7,52
1 Aquarium
Karbondioksida mg/l 29,94
Amoniak mg/l 0,08
Nitrit mg/l 0,131
Suhu ˚C 26,1
Oksigen terlarut mg/l 3,54
pH - 7,28
2 Fiber
Karbondioksida mg/l 22,81
Amoniak mg/l 0,06
Nitrit mg/l 0,387
Suhu ˚C 23,4
Oksigen terlarut mg/l 3,6
pH - 7,81
3 Bak Calin
Karbondioksida mg/l 17,6
Amoniak mg/l 0,07
Nitrit mg/l 0,005
Suhu ˚C 22,9
Oksigen terlarut mg/l 3,49
pH - 7,29
4 Bak Pendederan
Karbondioksida mg/l 17,6
Amoniak mg/l 0,29
Nitrit mg/l 0,007
Sumber : Data Kualitas Air Manfish Mei 2018

Beberapa parameter kualitas air yang sebaiknya diketahui dalam


pemeliharaan ikan hias antara lain suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman, amonia
nitrit.
Suhu optimal untuk ikan air tawar khusunya manfish berkisar antara 25 - 30
˚C. Lusianti (2013) menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi produksi ikan dan dapat mempengaruhi aktivitas penting pada
ikan seperti pernafasan, pertumbuhan, reproduksi, dan selera makan.
23

Samsundari dan Wirawan (2013) menyatakan bahwa pH yang sesuai untuk hidup
dan tumbuh dengan baik pada ikan budidaya adalah kisran 7 - 8. Nilai pH
mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH
perairan dipakai sebagai salah satu komponen untuk menyatakan baik buruknya
sesuatu perairan.
Pada dasarnya konsentrasi oksigen terlarut 5 mg/l merupakan kandungan
oksigen yang dianjurkan untuk kesehatan ikan yang optimum (Irianto 2005)
dalam .Semakin tinggi kepadatan ikan, maka jumlah ikan yang mengkonsumsi
oksigen meningkat dan limbah metabolisme yang dikeluarkan akan semakin
banyak sejalan dengan bertambahnya bobot ikan, maka tingkat konsumsi oksigen
dan limbah metabolisme per ekor ikan meningkat pula. Effendi (2003),
menambahkan bahwa penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut di dalam air
adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen
selama penguraian berlangsung. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat
penting di dalam ekosistem air, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi
organisme akuatik (Effendi & Irzal 2004)
Adanya amonia disebabkan oleh limbah dari aktivitas budidaya ikan seperti
sisa pakan, feses dan urin yang merupakan sumber bahan pencemar perairan.
Menurut Abadi (2012) menyatakan bahwa limbah dari sisa pakan, feses dan urin
ikan sangat nyata dapat memperburuk kualitas air karena dapat meningkatkan
konsentrasi total nitrogen yaitu nitrit, nitrat, amonia dan bahan organik terlarut
lainnnya didalam akuarium, sedangkan oksigen terlarut akan mengalami penurunan.
Menurut Silaban et al. (2012) menyatakan bahwa nilai standar amonia yang
diperbolehkan dalam budidaya ikan yaitu 0,5 mg/L, sedangkan jika angka diatas
nilai tersebut dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan.
24

4.7 Teknik Pemijahan

Gambar 11. Betina sebelah kiri, jantan sebelah kanan


Induk yang sudah diseleksi sebelumnya dipindahkan ke wadah pemijahan.
Teknik pemijahan ikan manfish yaitu secara alami. Induk manfish akan memilih
pasangannya dengan sendirinya dan akan berpasang-pasangan lalu memisahkan
dengan kelompoknya. Perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:1.
Indukan yang siap memijah bisa dikenali atau dilihat tingkah lakunya. Ketika
indukan sudah dipindahkan ke wadah pemijahan (akurium), jika sudah siap
memijah induk jantan akan membersihkan pipa yang telah disediakan dengan
mulutnya dan biasanya induk jantan akan lebih agresif ketika akan memijah.
Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari atau kondisi sedang tenang.

Gambar 12. Indukan jantan sedang membersihkan substrat


25

Induk betina akan menempelkan telurnya pada pipa yang sudah dibersihkan oleh
jantannya. Telur manfish bersifat adhesive yaitu telur yang menempel pada substrat,
telur akan menempel pada substrat berupa pipa. Induk betina akan mengeluarkan
telurnya sedikit demi sedikit lalu induk jantan akan menyemprotkan spermanya.
Pasangan indukan manfish yang baru biasanya kualitas telurnya kurang bagus, dan
fekunditas nya pun kecil namun untuk indukan manfish yang sudah berumur kurang
lebih 8-12 bulan fekunditas serta kualitas telurnya pun tinggi. Dalam sebulan
indukan manfish dapat memijah 2-3 kali, namun berdasarkan pengalaman PKL di
BBPBAT Sukabumi indukan manfish dalam sebulan dapat memijah 2x, atau
tepatnya 2 minggu sekali itu pun jika kita merawat nya dengan sungguh-sungguh
seperti menjaga kualitas air tetap terjaga serta pakan yang diberikan pun harus
teratur.
4.8 Penetasan Telur
Rata rata manfish menghasilkan telur sebanyak 600-900 butir telur. Jumlah
telur tesebut tergantung dari indukan manfish, jika umur manfish sudah mencapat
umur yang cukup, maka telur yang dihasilkan pun bisa lebih banyak, namun jika
induk manfish pertama kali memijah telur yang dihasilkan pun sedikit.

Gambar 13. Pipa yang ditempeli telur


Pipa yang sudah ditempeli telur tersebut dipindahkan setelah 1 hari, supaya
telur sudah terbuahi secara menyeluruh. Pipa tersbut dipindahkan ke wadah
penetasan berupa akuarium yang berukuran 50x40x40 cm dengan ketinggian air 20
26

cm, telur dipindahkan dengan menggunakan wadah yang berisi air, saat proses
pemidahan diusahakan pipa harus tercelup seluruhnya ke dalam air karena telur
yang terkontaminasi dengan udara akan mengalami kerusakan dan kematian pada
telur yang sudah terbuahi. Sebelum dimasuki oleh pipa yang berisi telur alangkah
baiknya sebelumnya wadah penetasan sudah diberi methylene blue dengan dosis 1
tetes per 8 liter air. Pemberian methylene blue ini adalah bentuk pencegahan agar
telur tidak terserang oleh jamur dan berhasil menetas. Untuk menjaga kestabilan
suhu, maka ke dalam media penetasan telur tersebut digunakan pemanas air (water
heater) yang dipasang pada suhu 27-28˚C. Jika suhu terlalu tinggi atau terlalu
rendah maka telur akan gagal menetas. Menurut (Amri & Khairuman, 2003). Proses
penetasan telur akan terganggu pada suhu tinggi sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan sel telur.
Telur akan menetas selama 3-4 hari. Telur yang akan menetas serta telur
yang tidak akan menetas akan terlihat dari warna telurnya, telur yang akan menetas
berwarna coklat tua, sedangkan telur yang gagal atau tidak akan menetas berwarna
putih. Telur yang gagal ini disebabkan karena ada beberapa telur yang tidak
terbuahi serta suhu yang tidak optimal menyebabkan telur gagal menetas.

Gambar 14. Larva Manfish


Larva yang baru menetas memperoleh makanan dari kuning telur (yolk
shack). Jadi selama 3 hari larva tidak diberi pakan terlebih dahulu sampai yolk shack
habis serta larva sudah mampu untuk berenang. Setelah berumur 3 hari larva diberi
pakan Artemia. sp dengan dosis pemberian pakan 20%
27

Selama proses penetasan telur diperoleh data derajat pembuahan atau FR


(Fertilization rate) dan derajat penetasan atau HR (Hatching rate) sebesar: 80%
dan 44%
Data telur : Akuarium belakang memijah pada tanggal 4 Juli 2018 ditempatkan pada
Akuarium penetasan No. 7.
Fekunditas (total telur): 706 butir
Telur yang tidak terbuahi : 137 butir
Telur yang terbuahi : 569 butir
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖
𝐹𝑅 ∶ 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
569
: 𝑥 100%
706

: 80 %

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠


𝐻𝑅 ∶ 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
250
: 569 𝑥 100%

: 44 %
4.9 Pemeliharaan Larva
Menurut Lesmana dan Daelami (2009) larva ikan yang baru menetas
umumnya transparan, larva tersebut belum memiliki mulut, alat pencernaan, insang,
maupun sirip sehingga larva belum mampu memakan makanan yang sifatnya dari
luar. Larva yang baru menetas masih mengambil makanan dari dalam tubuhnya
yaitu cadangan berupa kuning telur atau yolk shack. Setelah larva berumur 2-3 hari
atau pada saat larva sudah dapat berenang bebas, baru diberi pakan alami. Pakan
alami yang diberikan kepada larva manfish berupa Artemia sp. Artemia tersebut
didapatkan dengan cara menetaskan kista artemia pada suatu media atau tempat
penetasan yang bersalinitas 28-30 ppt dengan cara menyiapkan wadah penetasan
berupa corong yang berisi 10 liter air dan dilarutkan garam krosok sebanyak 250gr
dengan Artema sp. sebanyak 5gr lalu pada media penetesan tersebut diberikan
aerasi yang kuat dan dalam waktu 24-36 jam kista artemia tersebut menetas. Kista
yang telah menetas dapat dicirikan dari warnanya yaitu berwarna kemerahan.
28

Pengambilan artemia (panen) dilakukan dengan cara mematikan aerasi


terlebih dahulu lalu tunggu hingga beberapa menit hingga artemia yang menetas
mengendap, lalu disiphon.

Gambar 15. Wadah penetasan artemia


Artemia sp. sebagai pakan alami sangat sesuai dan cocok untuk memenuhi
kebutuhan pakan larva, karena ukurannya yang sangat kecil sesuai dengan ukuran
bukaan mulut larva dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, protein
yang terkandung dalam artemia sebesar 42-60% sedangkan kandungan lemaknya
10-20%.
Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari dengan waktu
pemberian pagi, siang dan sore secara adlibitum. Pakan artemia diberikan kepada
larva hingga larva berumur 3-30 hari. Setelah itu pemberian pakan dilanjutkan
dengan pakan berupa cacing sutra (tubifex sp) dengan frekuensi pemberian dua kali
sehari pada pagi dan siang hari dan diberikan secara adlibitum. Alangkah baiknya
sebelum diberikan kepada larva dicuci terlebih dahulu supaya tidak menimbulkan
penyakit atau infeksi pada larva.
Pengecekan kualitas air pada stadia larva harus rutin dilakukan karena larva
merupakan masa yang sangat rentan. Perlu dilakukan penyiponan agar kualitas air
tetap terjaga. Penyiponan dilakukan secara rutin yaitu tiga hari sekali. Pada saat
penyiponan harus dilakukan secara hati-hati, dikhawatirkan larva ikut tersedot, oleh
karena itu air hasil siphon ditampung terlebih dahulu di baskom ketika ada larva
yang tersedot maka mudah untuk mengambilnya kembali.
29

4.10 Pendederan
Larva manfish yang berumur 3 minggu sudah dapat dipindahkan ke bak
fiber bulat, untuk menghindari stress yang berlebihan penebaran benih dilakukan
secara aklimatisasi diikuti dengan menghitung nilai kelangsungan hidupnya atau
survival rate (SR) dengan menggunakan rumus sebagai berikut
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟)
𝑆𝑅 ∶ 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝐴𝑤𝑎𝑙)
180
𝑆𝑅 ∶ 𝑥 100%
250
𝑆𝑅 ∶ 72%
Berdasarkan perhitungan nilai SR, diperoleh nilai kelangsungan hidup
sebesar 72 % sehingga kelangsungan hidup larva cukup baik.
Selama kegiatan PKL di BBPBAT Sukabumi, dilakukan sampling
pertumbuhan ikan manfish dari sisi pertumbuhan panjang dan pertumbuhan berat
ikan. Sampling pertumbuhan ikan manfish dilakukan setiap 2 minggu sekali,
sampling ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata laju pertumbuhan panjang dan
bobot ikan.
Sampling dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan antara lain seperti
timbangan elektrik, wadah penimbanganm, penggaris, baskom, scoopnet halus, dan
30 ekor larva manfish. Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan bobot ikan,
diperoleh hasil data sebagai yang dapat dilihat pada tabel :

Umur
No Stadia 2 Minggu 1 Bulan
Panjang Berat Panjang Berat
(cm) (gr) (cm) (gr)
1 1,3 0,036 1,7 0,1
2 1,3 0,043 1,5 0,093
3 1,1 0,033 1,4 0,078
4 1,3 0,035 1,3 0,054
5 Larva 1,2 0,037 1,5 0,089
6 1,3 0,041 1,4 0,081
7 1,3 0,039 1,7 0,105
8 1,5 0,042 1,7 0,094
9 1,2 0,029 2 0,124
30

Umur
No Stadia 2 Minggu 1 Bulan
Panjang Berat Panjang Berat
(cm) (gr) (cm) (gr)
10 1,4 0,038 1,9 0,109
11 1,2 0,032 1,5 0,089
12 1,1 0,025 1,4 0,078
13 1,1 0,034 1,3 0,064
14 1,2 0,027 1,5 0,077
15 1,3 0,035 1,7 0,085
16 1,3 0,039 1,5 0,086
17 1,1 0,023 1,5 0,078
18 1,4 0,034 1,5 0,089
19 1,1 0,029 1,7 0,088
20 1,2 0,035 1,6 0,075
21 1,1 0,029 1,5 0,080
22 1,5 0,045 1,6 0,086
23 1,1 0,030 1,8 0,098
24 1,3 0,034 1,8 0,103
25 1,3 0,043 1,5 0,078
26 1,3 0,041 1,9 0,121
27 1,3 0,036 1,9 0,099
28 1,2 0,025 1,3 0,076
29 1,1 0,024 1,6 0,087
30 1,1 0,031 1,7 0,097
Rata- rata 1,24 0,034 1,6 0,089

4.11 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit


Dalam budidaya ikan, penyakit ikan dapat menyebabkan kerugian
ekonomis. Kerugian yang ditimbulkan tergantung pada presentase populasi ikan
yang terserang penyakit, umur ikan yang sakit, parahnya penyakit dan adanya
infeksi sekunder. Berdasarkan penyebabnya penyakit ikan dapat dibagi menjadi dua
macam yatu penyakit infeksi dan non-infeksi. Penyakit non infeksi disebabkan
faktor lingkungan, pakan atau faktor genetik. Sedangkan penyakit infeksi
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, atau cendawan, protozoa
dan virus.
31

Ikan manfish dikenal cukup peka terhadap serangan penyakit, untuk itu
diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan jumlah pakan
yang diberikan. Beberapa jenis parasit yang biasa menyerang benih/induk Manfish
antara lain adalah : Trichodina sp., Chillodonella sp. dan Epystilys sp (Dewi 2010)
Kepadatan ikan yang tinggi merupakan faktor lain yang dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan ikan dan meningkatnya pengaruh atau
penyebaran penyakit ikan, terutama yang disebabkan oleh ektoparasit. Karena
kepadatan ikan terlalu tinggi, hasil buangan metabolik ikan berupa feses dan urine
akan meningkat. Hal ini mengakibatkan kadar amonia di wadah pemeliharaan
tinggi. Pada kondisi tersebut kualitas air pada media pemeliharaan menurun dan hal
ini akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi total nitrogen yaitu nitrit, nitrat,
amonia dan bahan organik terlarut lainnnya didalam akuarium, sedangkan oksigen
terlarut akan mengalami penurunan, Maka dari itu dilakukan penyiponan serta
mengganti air setiap 2 hari sekali sebanyak 30-50% supaya menurunkan kadar
amonia.
Selama pelaksanaan PKL, ada beberapa jenis penyakit yang menyerang
ikan manfish bahkan menyebabkan kematian pada ikan. Penyakit tersebut
diantaranta Saproglena sp, Aeromonas hydrophila, serta Trichodina sp.

Gambar 16. Ikan manfish yang terkena parasit Trichodina sp.


(Dokumentasi pribadi)
Aeromonas Hydrophyla ditandai dengan adanya bercak merah pada ikan
dan menimbulkan kerusakan pada kulit, insang dan organ dalam. Penyebaran
penyakit bakterial sangat cepat serta sertda dapat menyebabkan kematian pada
ikan-ikan umumnya sangat cepat. Gejala klinis yang timbul pada ikan yang
32

terserang infeksi bakteri ini adalah gerakan ikan menjadi lamban, ikan cenderung
diam didasar akuarium, ikan sebelum mati naik ke permukaan air dengan sikap
berenang yang labil (Rahmaningsih 2012).

Gambar 18. Ikan manfish yang terserang Aeromonas Hydrophyla


Untuk mencegah penyebaran atau infeksi penyakit lebih lanjut maka
dilakukan pemisahan antara ikan-ikan yang sakit dari ikan-ikan yang sehat lalu
diberi larutan methylene blue dengan dosis 1 tetes/ 8 liter air untuk pencegahan,
sedangkan untuk pengobatan dosis yang diberikan sebanyak 1 tetes/ 5 liter air. Bisa
juga diberi Elbayou, obat untuk ikan yang memiliki kandungan aktif Nifurstyrenat-
Sodium. Kandungan ini sangat efektif terhadap Aeromonas. Kelebihan Elbayu juga
karena bahannya yang cepat diserap ke dalam tubuh ikan dan menunjukkan hasil
yang baik untuk melawan serangan bakteri Aeromonas. Bakteri Aeromonas dapat
menginfeksi semua ukuran ikan bahkan menyebabkan tingkat kematian hingga 80
persen dalam jangka waktu 1-2 minggu. Dosis yang diberikan yaitu 2,5gr/1 bak
fiber.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan pembenihan ikan manfish
(Pterophyllum scalare) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi sebagai berikut:
1. Kegiatan pembenihan ikan manfish dilakukan pada bak-bak berbahan dasar
fiber, dengan suhu antara 23-27˚C dan rata-rata padat tebar 250 ekor.
2. Pemijahan ikan manfish dilakukan secara alami di akuarium pemijahan.
secara monogami, 1;1.
3. Umur yang ideal untuk ikan manfish memijah 8-12 bulan, dengan ukuran
±7,5 cm.
4. Dalam sekali memijah ikan manfish dapat menghasilkan 600-900 butir.
5. Telur akan menetas 3-4 hari, diberi pakan Artemia sp setelah berumur 3 hari.
6. Pembenihan ikan manfish yang dilakukan mendapatkan FR 80%, HR 44%,
dan SR 72%

5.2 Saran
Berdasarkan praktik kerja lapang (PKL) yang sudah dilaksanakan, timbul
beberapa saran diantaranya:
1. Banyak induk manfish yang sudah cukup umur untuk memijah namun masih
terdapat di wadah pemeliharaan, alangkah baiknya diperbanyak wadah
pemijahan terutama akuarium supaya induk manfish dapat memijah.
2. Cuaca yang dingin di BBPBAT merupakan salah satu faktor gagalnya telur
manfish untuk menetas, maka dari itu perlu dipasang water heater pada wadah
penetasan supaya suhu air tetap optimal untuk penetasan.

33
34

3. Wadah penetasan yang terlalu sedikit menyebabkan 2 telur dari indukan yang
berbeda di gabung pada wadah penetasan yang sama, memungkinkan jika 1
telur terserang jamur maka telur lain juga akan terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi et al. 2012. Analisa Kualitas Perairan Sungai Klinter Nganjuk Berdasarkan
Parameter Biologi (Plankton). Universitas Brawijaya. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. Jsal.ub.ac.id/index.php/jsal/article/viewFile/141/12-
6 (Diakses pada Tanggal 20 Oktober 2018)

Agus, K., Hamsah, H. Wellem. 2013. Tampilan Warna Manfish, (Pterophyllum


Scalare) yang Diberi Pakan Tepung Udang dan Tepung Wortel. Jurnal
Iktiologi Indonesia 13(2); 187-195. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muhammadiyah Haluoleo Jurusan Perikanan. Makassar.
iktiologi-indonesia.org/wp-content/uploads/2017/03/09-Agus-Kurnia.pdf
(Diakses pada Tanggal 10 November 2018)

Amri, K dan Khairuman. 2002. Menanggulangi Penyakit Pada Ikan Mas dan Koi.
Jakarta. https://media.neliti.com/media/publications/244536-identifikasi-
infeksi-koi-herpes-virus-kh-2ec4ae27.pdf (Diakses pada Tanggal 18
Agustus 2018)

BBPBAT. 2018. Buku Laporan Tahunan Bulan Juli 2018. Sukabumi (Diakses pada
Tanggal 15 Juli 2018)

Dewi Astuti S. 2010. Budidaya Manfish. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
Badan Pengembangan SDM KP. Jakarta Pusat.
mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/download/al78.pdf (Diakses pada Tangga;
5 November 2018)

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan.
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/91287/.../S1-2015-312802-
bibliography.pdf (Diakses pada Tanggal 5 November 2018)

Effendi, H., Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta


repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/65320/1/G13sha.pdf
(Diakses pada Tanggal 7 November 2018)

35
36

Hasan, I. 2002. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. repo.iain-tulungagung.ac.id/4753/2/bab%203.pdf (Diakses pada
Tanggal 7 November 2018)

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta. ugmpress.ugm.ac.id/id/product/perikanan/patologi-ikan-
teleostei (Diakses pada Tanggal 24 Juli 2018)

Ipteknet. 2008. Pengenalan Tentang Budidaya Perikanan. Budidaya Ikan Hias.


https://ipteknet/2008/11/pengenalan-tentang-budidaya perikanan.html
(Diakses pada Tanggal 24 Juli 2018)
Lesmana, D. S dan Daelami, D. 2009. Paduan Lengkap Ikan Hias Populer.
Jakarta..https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci/article/vie
w/13192/7253 (Diakses pada Tanggal 3 Oktober 2018)

Lesmana, D. S. 2015. Ensiklopedia Ikan Hias Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya.
https://www.goodreads.com/book/show/37904045-ensiklopedia-ikan-
hias-air-tawar (Diakses pada tanggal 17 Agustus 2018)
Lusianti, F., 2013. Efektivitas Penggunaan Sekam Padi, Jerami Padi dan Serabut
Kayu Sebagai Bahan Filter Dalam Sistem Filter Undergravel Pada
Pemeliharaan Ikan Nila Best. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61341 (Diakses pada
Tanggal 12 November 2018)

Mustari, 2012. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Laksbang Presindo.


eprints.ums.ac.id/51382/14/Daftar%20Pustaka.pdf (Diakses pada Tanggal
20 Juli 2018)

Rahmaningsih, S. 2012. Pengaruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang


Berbeda untuk Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla Pada Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu Perikanan Dan Sumberdaya
Perairan..http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40002/Re
ference.pdf;sequence=2 (Diakses pada Tanggal 23 Agustus 2018
37

Silaban, Tio Fanta., Limin Santoso dan Suparmono. 2012. Peningkatan Kinerja
Filter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada Pemeliharaan
Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan.https://www.researchgate.net/publication/275033451_PENURUN
AN_FOSFAT_PADA_SISTEM_RESIRKULASI_DENGAN_PENAMBA
HAN_FILTER_YANG_BERBEDA (Diakses pada Tanggal 20 Oktober
2018)

Sulistio, A. 2017. Analisa Usaha Ikan Hias. Analisa Usaha; Yogyakarta.


http://www.analisausaha.com/analisa-usaha-ikan-hias/ (Diakses pada
tanggal 15 Agustus 2018)

Tim Laboratorium MSP. 2018. Data Kualitas Air Manfish Mei 2018. (Diakses pada
Tanggal 20 Juli 2018)

Tarwiyah. 2011. Budidaya Ikan Manfish (Pterophyllum scalare). Dinas Perikanan;


Jakarta..http://www.pusri.org/budidaya/perikanan/budidaya_ikan_manfish.
pdf (Diakses pada Tanggal 24 Juli 2018)
KESAN DAN PESAN

Alhamdulilah selama 30 hari ini adalah waktu yang sangat berharga, saya
mendapat ilmu yang sangat banyak ketika PKL di BBPBAT. Selain ilmu juga
mendapat kenalan, rekan seperjuangan, serta teman-teman dari universitas lain.
Selama di Sukabumi adalah momen yang tidak pernah terlupakan, dimana pertama
kalinya merantau jauh dari rumah serta orang tua sehingga saya dituntut untuk lebih
mandiri.

Semoga ilmu yang didapat dalam kegiatan PKL ini adalah modal bagi saya
untuk masa depan nanti.

38
LAMPIRAN
Lampiran I. Logbook PKL

LOG BOOK

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar

Rachmat Mahadika Ramadhan


(230110160062)

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
39
40
41

Senin, 2 Juli 2018


Kantor BBPBAT Sukabumi
Pukul Kegiatan
08.00 Registrasi
08.30 Pembekalan
13.00 Tour Balai
14.00 Mencari literatur di perpustakaan
16.05 Absensi kehadiran

Selasa, 3 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi Kehadiran, pre test, Pembagian komoditas
08.00 Penyiponan bak fiber bulat
10.00 Pengecekan telur manfish pada akuarium pemijahan
12.00 Istirahat
15.00 Memberi Pakan
16.00 Bersih-bersih
16.30 Absensi kehadiran
Rabu, 4 Juli 2018
Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.15 Absensi kehadiran
07.30 Memberi pakan
09.00 Menimbang kebutuhan pakan manfish
10.00 Mengecek telur di wadah pemijahan
11.00 Pemindahan telur, menghitung fekunditas
12.00 Istirahat
13.00 Penyiponan bak beton
15.00 Memberi pakan
16.00 Bersih-bersih
16.30 Absensi Kehadiran
42

Kamis, 5 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
09.00 Membersihkan bak beton luar
12.00 Istirahat
13.00 Mengamati telur
15.00 Memberi pakan
16.00 Bersih-bersih
16.15 Absensi kehadiran

Jumat, 6 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Kultur Artemia
10.00 Sampling ikan
12.00 istirahat
15.00 Memberi pakan
16.00 Bersih-bersih
16.15 Absensi Kehadiran

Sabtu, 7 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi Kehadiran
08.00 Memberi pakan
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi Kehadiran

Minggu, 8 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi Kehadiran
08.00 Memberi pakan
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi Kehadiran
43

Senin, 9 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
09.00 Pengecekan ikan yang mati pada tiap bak
10.00 Penyiponan akuarium pemijahan
12.00 Istirahat
13.00 Pemindahan benih (Pendederan I)
15.00 Memberi pakan
16.00 Bersih-bersih
16.30 Absensi kehadiran

Selasa, 10 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Pengecekan ikan yang mati
10.00 Mengamati telur
11.00 Kultur Artemia
12.00 Istirahat
13.00 Penyiponan bak fiber kotak
15.00 Memberi Pakan
16.00 Bersih-bersih
16.30 Absensi kehadiran

Rabu, 11 juli 2017


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Pengecekan ikan yang mati
10.00 Panen benih dan induk ikan koi
12.00 Istirahat
13.00 Memindahkan telur
15.00 Memberi pakan
44

Kamis, 12 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Kultur artemia
10.30 Seleksi Induk
12.00 Istirahat
13.00 Membersihkan wadah fiber pemijahan
15.00 Memberi pakan
16.00 Bersih – bersih
16.30 Absensi kehadiran

Jumat, 13 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
10.00 Mengisi stok oknam
13.30 Mengikuti seminar hasil PKL
16.00 Absensi kehadiran

Sabtu, 14 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi Kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Penyiponan bak fiber bulat
11.00 Pemindahan benih
12.00 Kultur Artemia
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi Kehadiran

Minggu, 15 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi Kehadiran
08.00 Memberi pakan
10.00 Penyiponan bak beton luar
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi Kehadiran
45

Senin, 16 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
09.00 Penyiponan bak fiber kotak
11.00 Kultur Artemia
12.00 Istirahat
13.00 Pembuatan plastik packing dan belajar packing
16.00 Gladi resik upacara kesadaran nasional untuk besok

Selasa, 17 juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.00 Absensi kehadiran
07.30 Upacara hari kesadaran nasional
09.30 Memberi pakan
10.30 Penyiponan Bak fiber bulat
12.00 Istirahat
13.00 Berdiskusi dengan pembimbing
15.00 Memberi pakan
16.00 Absensi kehadiran

Rabu, 18 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Penyiponan bak fiber kotak
12.00 Istirahat
13.00 Kultur Artemia
13.30 Seleksi Induk
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi kehadiran
46

Kamis, 19 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
09.00 Memindahakan Indukan
10.00 Pemberian MB
12.00 Istirahat
13.00 Pembersihan wadah pemijahan
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi Kehadiran

Jumat, 20 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Kultur artemia
10.00 Penyiponan bak fiber
13.00 Seleksi Induk
13.30 Sampling
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi kehadiran

Sabtu, 21 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi Kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Packing Manfish 200 ekor, komet 100 ekor, 1000 ekor moly
11.00 Persiapan wadah untuk gurame
12.00 Istirahat
15.00 Memberi Pakan
16.00 Absensi Kehadiran
47

Minggu, 22 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
15.00 Memberi pakan
16.00 Absensi kehadiran

Senin, 23 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
09.00 Kegiatan Penyiponan bak fiber 2x1x1
13.30 Pengecekan setiap wadah pemeliharaan
14.00 Mengamati telur
15.00 Memberi Pakan
16.00 Beres-beres
16.30 Absensi Kehadiran

Selasa, 24 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
09.00 Mengamati telur
10.00 Pemanenan larva koi bak beton 10
14.00 Revisian laporan PKL
16.00 Absensi kehadiran

Rabu, 25 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
12.00 Mengambil revisian
13.00 Mengajari anak pkl baru
15.00 Memberi pakan
16.30 Absensi kehadiran
48

Kamis, 26 Juli 2017


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
10.00 Gradding ikan manfish albino
13.30 Mengambil stock cacing tubifex
16.00 Membeli cacing tubifex beku di pusat kota
16.30 Absensi Kehadiran

Jumat, 27 Juli 2017


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absen
08.00 Memberi Pakan
09.00 Mengisi Stok oknam
11.00 Mengajari anak PKL
13.00 Melaksanakan seminar hasil PKL

Sabtu, 28 Juli 2017


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Membersihkan lingkungan hatchery manfish
15.00 Memberi pakan
16.00 Absensi kehadiran

Minggu, 29 Juli 2017


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi Pakan
09.00 Penyiponan bak fiber bulat dan kotak
15.00 Memberi pakan
16.00 Absensi kehadiran
49

Senin, 30 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.00 Penyiponan wadah larva dan pemijahan
11.00 Mengajari anak PKL
15.00 Memberi pakan
16.00 Absensi kehadiran

Selasa, 31 Juli 2018


Komoditas Ikan Hias Manfish
Pukul Kegiatan
07.30 Absensi Kehadiran
08.00 Memberi pakan
09.30 Mengajari anak PKL
13.00 Mengambil revisian
14.00 Pengambilan barang digudang
15.00 Memberi pakan
16.00 Absensi Kehadiran

Rabu, 1 Agustus 2018


BBPBAT Sukabumi
Pukul Kegiatan
08.00 Bersih Diri

Kamis, 2 Agustus 2018


BBPBAT Sukabumi
Pukul Kegiatan
08.00 Perpisahan
50

Lampiran II. Peta BBPBAT Sukabumi


51

Lampiran III. Alat dan Bahan

Gambar 1. Akuarium Gambar 2. Peralatan Siphon

Gambar 3. Blower Gambar 4. Pipa

Gambar 5. Baskom Gambar 6.Timbangan


52

Gambar 7. Scoopnet Gambar 8 Saringan messize


kecil

Gambar 9. Selang Gambar 10. Wadah Pemijahan


Fiber

Gambar 11. Bak Fiber Bulat Gambar 12. Bak Fiber Kotak
53

Gambar 13. Pakan Buatan (Pelet), Gambar 14. Cacing Tubifex

Gambar 15. Ikan Manfish(Marble) Gambar 16. Garam krosok

Gambar 17. Artemia Gambar 18. Elbayou


54

Gambar 19. Mehtylene Blue Gambar 20. Elbayou


55

Lampiran IV. Kegiatan Selama PKL

ambar 1. Packing Gambar 2. Membuat plastik packing

Gambar 3. Seleksi Induk Gambar 4. Pendederan

Gambar 5. Sampling ikan Gambar 6. Penyiponan Akuarium


56

Gambar 7. Mengamati Indukan yang akan memijah Gambar 8. Mengambil manfish yang
Mati

Gambar 9. Mengamati telur Gambar 10. Telur yang gagal menetas

Gambar 11. Penyiponan bak fiber bulat Gambar 12. Ikan manfish terkena
Aeromonas Hydrophilla
57

Gambar 13. Menimbang bobot ikan Gambar 14. Mengukur TL benih

Gambar 15. Mengamati perbedaan jantan dan betina

Anda mungkin juga menyukai