Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEGIATAN

PEMBELAJARAN LUAR KELAS


DI RS DUSTIRA BAGIAN GIZI, DAPUR, DAN
LAUNDRY

LAPORAN PEMBELAJARAN LUAR KELAS


Untuk Memenuhi Tugas Blok 20

Oleh :
Kelompok 8

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
DESEMBER 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Kegiatan Pembelajaran Luar Kelas Di Rumah


Sakit Dustira Bagian Gizi, Dapur, dan Laundry
Penyusun : Kelompok 8
Anggota : Pratiwi Herawati 4111151003
Tasya Ivanda 4111151006
Ibnu Ananta 4111151028
Dian Rahmawati 4111151038
Lifa Alfira P. 4111151070
Ilham Abdurrasyid 4111151092
Gladia Putri A. 4111151094
Mia Fauziah 4111151097
Syafira Pratiwi K. 4111151145
Syifa Salsabila 4111151150
Farraskya Pradhany 4111151158
Deslya Delfy D. 4111151176

Cimahi, Desember 2018


Menyetujui,

Ketua Blok Dosen Pembimbing

Desire Maria N, dr., M.KK., Sp.Ok Henny Juliastuti, dr., M.Kes


NID. 4121 791 66 NID. 4121 376 70
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang dengan karunia dan kasih sayang-Nya telah
memberikan segala kemudahan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kegiatan pembelajaran luar kelas yang berjudul “Laporan
Kegiatan Pembelajaran Luar Kelas Di Rumah Sakit Dustira Bagian Gizi, Dapur,
dan Laundry”.
Kami menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan masukan dan
bimbingan, membantu, serta mendukung penulis selama proses penyusunan
laporan kegiatan ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Desire Maria N, dr., M.KK., Sp.Ok sebagai ketua blok kedokteran kerja
yang telah membimbing kami dalam proses kegiatan pembelajaran di blok
kedokteran kerja.
2. Siska Telly, dr., sebagai sekretaris blok kedokteran kerja yang telah
membimbing kami dalam proses kegiatan pembelajaran di blok
kedokteran kerja.
3. Henny Juliastuti, dr., M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dengan penuh kesabaran, memberikan masukan,
pengarahan, dan saran dalam penyusunan laporan kegiatan ini.
Penulis menyadari bahwa naskah usulan penelitian ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua
pihak agar pada saat pelaksanaan serta penulisan laporan kegiatan ini kelak
menjadi lebih baik. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Cimahi, Desember 2018


Kelompok 8

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 8

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 8

1.2 Tujuan Kunjungan ............................................................................................. 9

1.3 Manfaat Kunjungan ........................................................................................... 9

BAB II HASIL KUNJUNGAN .......................................................................... 10

2.1 Profil Rumah Sakit .......................................................................................... 10

2.2 Bagian yang Dikunjungi ................................................................................. 10

2.3 Data Pegawai ................................................................................................... 10

2.3.1 Administrasi Gizi .................................................................................. 10


2.3.2 Dapur..................................................................................................... 12
2.3.3 Laundry ................................................................................................. 14
BAB III HASIL OBSERVASI ........................................................................... 16

3.1 Matriks Hazard ............................................................................................... 16

3.1.1 Bagian Gizi ........................................................................................... 16


Tabel 3. 1 Matriks hazard bagian gizi ............................................................ 16
3.1.2 Bagian Dapur ........................................................................................ 16
3.1.3 Bagian Laundry ..................................................................................... 18
3.2 Hasil Observasi ............................................................................................... 20

3.3 Hubungan Brief Survey dan Body Discomfort Map ........................................ 23

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 25

v
4.1 Patofisiologi Sprain ......................................................................................... 25

4.2 Tatalaksana Sprain .......................................................................................... 26

BAB V PENCEGAHAN ..................................................................................... 29

5.1 Pencegahan Sprain .......................................................................................... 29

5.1.1 Administrasi Gizi .................................................................................. 29


5.1.2 Dapur..................................................................................................... 30
5.1.3 Laundry ................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

LAMPIRAN………………………………………………………………...…...33

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Matriks hazard bagian gizi............................................................. 16


Tabel 3. 2 Matriks hazard bagian dapur ......................................................... 16
Tabel 3. 3 Matriks hazard bagian laundry ...................................................... 18
Tabel 3. 4 Tabel hasil obeservasi .................................................................... 20
Tabel 3. 5 Hasil brief survey dan body discomfort map ................................. 23
Tabel 3. 6 Tabel body discomfort map ........................................................... 23

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan kerja sangatlah penting bagi suatu perusahaan, karena berkaitan
dengan produktivitas seorang pekerja. Tingkat produktivitas pekerja akan rendah
apabila kesehatannya terganggu akibat lingkungan kerja yang buruk. Gangguan
kesehatan yang tidak ditanggulangi sesegera mungkin menyebabkan timbulnya
penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Hubungan penyakit dengan pekerjaan
dikelompokan menjadi dua, yaitu penyakit akibat kerja (PAK) dan bukan PAK.
PAK terdiri dari penyakit akibat kerja dan penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan, sedangkan bukan PAK, yaitu penyakit yang faktornya diperberat
karena pekerjaan dan bukan penyakit akibat kerja. Menurut hasil symposium
internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan
International Labour Organization (ILO), penyakit akibat kerja adalah adalah
penyakit yang mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui
Setiap pekerja berisiko mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat
kerja.1
Banyak faktor penyebab penyakit akibat kerja maupun risiko kecelakan kerja,
diantaranya pajanan fisik, pajanan kimia, pajanan fisika, pajanan biologi,
ergonomi, dan psikososial.1 Pegawai yang bekerja di bagian gizi, dapur dan
laundry memiliki risiko kerja di bidang musculoskeletal karena melakukan
aktifitas fisik berulang dalam waktu yang lama.2 Berdasarkan cara kerja pegawai
yang melakukan banyak aktifitas fisik berulang dalam waktu yang lama, beban
pekerjaan yang berat, lingkungan kerja yang dipenuhi genagan air dan kondisi
lantai yang licin serta beberapa faktor pajanan lain, pekerja dibagian laundry
memiliki risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi, sehingga berisiko untuk
terjadinya sprain. Sprain adalah peregangan ligamentum yang melampaui batas
sehingga robeknya beberapa serabut ligamentum.3 Sprain pada pekerja
menyebabkan kemampuan memindahkan sendi yang terkena menjadi terbatas.
8
9

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian faktor yang berhubungan dengan
kejadian sprain pada pegawai bagian Dapur, Gizi, dan Laundry di RS Dustira,
Cimahi.

1.2 Tujuan Kunjungan


Tujuan dilakukannya kunjungan Rumah Sakit Dustira bagian gizi, dapur, dan
laundry adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pola pekerjaan di Rumah Sakit Dustira khususnya di bagian
gizi, dapur, dan laundry.
2. Mengetahui jenis paparan yang terdapat di bagian gizi, dapur, dan
laundry.
3. Mengetahui risiko kesehatan yang dapat dialami oleh pegawai di bagian
gizi, dapur, dan laundry.
4. Merekomendasikan cara penanggulangan dan penatalaksanaan terhadap
risiko kesehatan yang dapat dialami oleh pegawai di bagian gizi, dapur,
dan laundry.

1.3 Manfaat Kunjungan


Manfaat dilakukannya kunjungan ke Rumah Sakit Dustira dibagian gizi,
dapur, dan laundry adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas pada blok kedokteran kerja dengan melakukan kunjungan
ke Rumah Sakit Dustira pada bagian gizi, dapur, dan laundry.
2. Mengimplementasikan pembelajaran blok kedokteran kerja dalam
mengidentifikasi jenis paparan dan risiko kesehatan yang dapat terjadi
berdasarkan pola kerja di bagian gizi, dapur, dan laundry.
3. Mengimplementasikan pembelajaran blok kedokteran kerja dalam
melakukan rekomendasi pencegahan pada kegiatan yang berisiko terhadap
kesehatan pegawai di bagian gizi, dapur, dan laundry.
BAB II
HASIL KUNJUNGAN

2.1 Profil Rumah Sakit


Rumah Sakit Dustira (RS Dustira) merupakan rumah sakit di Cimahi, Jawa
Barat yang dibangun pada tahun 1887 di masa penjajahan Hindia-Belanda sebagai
Rumah Sakit Militer (Militare Hospital) dengan luas tanah 14 hektar untuk
keperluan militer Hindia Belanda yang bertugas di daerah cimahi dan sekitarnya.
Rumah Sakit Dustira merupakan rumah sakit tipe B sebagai rumah sakit rujukan
tertinggi di Cimahi karena mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif
dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif
dan preventif.2

2.2 Bagian yang Dikunjungi


Rumah Sakit Dustira memiliki beberapa bagian dengan fungsi masing-masing
yang berbeda, selain bagian-bagian yang menangani berbagai macam penyakit,
ada beberapa bagian yang menunjang untuk tercapainya taraf kesehatan yang di
inginkan. Gizi, Dapur dan Laundry merupakan salah satu bagian yang
menyediakan pelayanan kesehatan untuk pasien rawat inap.

2.3 Data Pegawai


2.3.1 Administrasi Gizi
Bagian : Administrasi Gizi
Jumlah : 6 orang
Teknis Kerja : - Membuat laporan diet pasien
- Merekap kebutuhan gizi pasien, untuk membuat menu
makan
- Melakukan cross check perubahan kebutuhan gizi
pasien (setelah jam visit dokter) melalui telepon pada
perawat
- Konversi makanan untuk kebutuhan belanja makanan
10
11

Shift : Tidak ada shift, bekerja dari jam 07.00―16.30.


Bekerja dari hari senin sampai jumat, untuk hari sabtu dan minggu libur
bergiliran dengan anggota lain.
APD : Tidak ada
Bahan : Tidak ada
Tabel 2. 1 Pegawai bagian administrasi gizi

No Nama Penanggung Jawab Bagian


1. Maretha (081320507464) Kepala bagian unit gudang
2. Reisita Sudrajat (085221448071) Kepala bagian unit produksi
dan distribusi
3. Diah Wulandari Kepala bagian litbang
4. Irena Juandi Kepala unit produksi dan
distribusi makan pasien
5. Yofa Yulfeni Kepala unit litbang
6. Dede Hermawati Kepala unit produksi dan
distribusi makan jaga dan
profilaksis

Lingkungan:
Terdiri dari satu ruangan, dengan luas 10x7 m2, memiliki empat buah jendela,
pencahayaan yang menunjang ada 2 buah lampu neon dan dari jendela yang tak di
tutup gorden, cukup terang untuk membaca dan menulis. Ventilasi di dapat dari
jendela dan pintu yang selalu di buka, cukup untuk pertukaran udara. Terdapat
beberapa meja dan kursi kerja untuk masing-masing pegawai, serta ruangan
tempat penyimpanan data-data. Terdapat satu buah AC, suhu di ruangan cukup
nyaman untuk beraktivitas.
12

2.3.2 Dapur
Bagian : Dapur
Jumlah : 20 orang
Teknis Kerja : - Menerima belanjaan
- Mengangkat belanjaan ke dapur
- Mencuci bahan makanan
- Memotong bahan makanan
- Memasak makanan sesuai menu tiap hari
- Mencuci alat dapur dan piring
- Mengantarkan makanan ke bangsal dan pegawai piket
Kepala bagian : Khodijah (085222511496)
Shift : Subuh jam 04.00―11.00
Pagi jam 07.00―15.30
Siang jam 12.00―18.00
APD : Apron, masker mulut, sarung tangan, penutup kepala
Bahan : Bahan makanan, minyak, air
Tabel 2. 2 Pegawai bagian dapur

No Nama Penanggung Jawab Bagian


1. Khodijah Penanggung jawab dapur,
membantu pekerjaan yang
belum diselesaikan
2. Nanang Sutiawan Bagian gudang makanan
3. Suprapti Memasak makanan untuk
VIP dan karyawan
4. Eliani Memasak untuk makanan
solid, pasien baru, makanan
diet, dan bubur tepung
5. Kemira Mengupas dan memotong
buah-buahan
13

Lingkungan:
Terdiri dari 8 ruangan. Ruangan pertama berhubungan dengan gudang.
Ruangan ini sebagai ruangan utama sebelum masuk ke ruangan yang lain.
Ruangan tersebut berukuran 3 m x 10 m. Pencahayaan hanya berasal dari satu
bohlam. Gudang berukuran 3 m x 5 m. Gudang merupakan tempat untuk
menyimpan bahan-bahan makanan. Pencahayaan hanya berasal dari satu bohlam
dan tidak memiliki jendela sehingga ruangan terasa panas.
Ruangan kedua merupakan tempat untuk memotong bahan-bahan
makanan. Ruangan tersebut berukuran 3 m x 10 m. Pekerja duduk di bangku
panjang berukuran 30 cm x 200 cm tanpa sandaran sambil melakukan kegiatan
pemotongan. Sampah sisa potongan langsung dimasukkan kedalam karung atau
wadah sehingga bisa langsung dibuang. Wadah penampungan sayuran dan
pembuangan sampah berada di bawah sehingga pekerja melakukan pekerjaannya
dengan posisi membungkuk. Terdapat ruangan lain di area ruangan kedua yang
digunakan untuk memotong bahan makanan juga. Ukuran ruangan tersebut hanya
3 m x 5 m.
Ruangan ketiga terbagi menjadi 2 ruangan dan merupakan ruangan
terbesar yang digunakan sebagai tempat untuk memasak. Ruangan pertama
digunakan untuk memasak nasi dan ruangan kedua digunakan untuk menggoreng
atau merebus makanan. Kedua ruangan masing-masing berukuran 3 m x 15 m.
Pada ruangan pertama terdapat 6 kompor di mana di atas setiap kompor terdapat
blower sehingga asap hasil memasak bisa langsung dibuang. Blower
menghasilkan suara sehingga ruangan ketiga agak sedikit bising. Di tengah
ruangan terdapat meja besar untuk menyimpan masakan. Ada juga wastafel untuk
mencuci bahan makanan. Pencahayaan diruangan ketiga berasal dari jendela-
jendela besar sehingga saat siang hari tidak memerlukan cahaya dari lampu.
Ruangan terasa panas namun jendela hanya dibuka sesekali.
Ruangan keempat merupakan ruangan untuk membuat makanan cair dan
makanan untuk pasien setelah operasi. Ruangan tersebut berukuran 3 m x 5 m.
Ruangan tersebut terasa panas karena tidak ada jendela. Pencahayaan hanya
berasal dari satu bohlam. Terdapat ruangan lain sebagai tempat penyimpanan alat-
14

alat makan. Ruangan tersebut jarang dimasuki karena hanya sebagai tempat
penyimpanan saja.
Ruangan kelima merupakan ruangan untuk menyimpan makanan yang
siap didistribusikan ke setiap bangsal. ruangan tersebut juga terasa panas karena
hanya ada sedikit jendela dan tidak dibuka. Terdapat AC di ruangan tersebut
namun sudah rusak dan belum diperbaiki.

2.3.3 Laundry
Bagian : Laundry
Jumlah : 14 orang
Teknis Kerja : - Mengambil cucian kotor dari setiap ruangan.
- Memilah cucian kotor yang bernoda (darah/urin/feses)
dan tidak.
- Menyikat cucian yang dipenuhi darah, urin, atau feses.
- Mencuci cucian menggunakan mesin dengan
penambahan air secara manual dari bak penampungan
air yang besar ke mesin.
- Mengeringkan dan menjemur cucian bersih di luar
ruangan.
- Melipat dan menyetrika cucian bersih.
Kepala Bagian : Dameiuli (08121417700)
Shift : Tidak ada shift, kerja dari jam 06.00 s.d 14.30. Hari senin
sampai dengan sabtu. Hari minggu lembur.
APD : Disediakan APD, namun sebagian menggunakan dan
sebagian tidak.
Bahan : Deterjen, Pemutih.
15

Tabel 2. 3 Pegawai bagian laundry

No Nama Penanggung Jawab Bagian


1. Dameiuli Kepala Bagian laundry
2. Amasih Ruang 3, ruang 4, HCU,
pogin, terapi
3. Neneng rohayati Ruang 7, ruang 9, Poli
Jantung, Rawat Inap
4. Mimin Ruang 5, ruang 6, Poli THT
5. Nellys Khomarawati Ruang siliwangi dan pelangi
Poli Mata, dan Poli Gigi

Lingkungan:
Terdiri dari tiga ruangan:
Ruangan pertama merupakan tempat untuk mencuci dan mengeringkan
pakaian, terdapat empat mesin cuci, dua mesin pengering dan satu bak air besar.
Pencahayaan berasal dari empat lampu neon dan cahaya dari ventilasi. Sirkulasi
udara berasal dari kaca yang ada celah sedikit dan dari pintu yang selalu terbuka.
Udara pada ruangan pertama cukup lembab.
Ruangan kedua merupakan tempat untuk menyetrika dan melipat pakaian yang
sudah kering. Setrika menggunakan setrika listrik yang berjumlah tiga buah.
Pencahayaan berasal dari 8 lampu neon, dan dari kaca. Sirkulasi udara berasal dari
pintu yang selalu terbuka. Ruangan tidak menggunakan pendingin atau kipas.
Ruangan ketiga merupakan ruangan kepala bagian, terdapat meja kerja dan
sofa untuk tamu, pencahayaan berasal dari dua buah lampu bohlam. Sirkulasi
udara berasal dari jendela namun jarang dibuka karena sudah terdapat pendingin
ruangan.
BAB III
HASIL OBSERVASI

3.1 Matriks Hazard


3.1.1 Bagian Gizi
Tabel 3. 1 Matriks hazard bagian gizi
Pajanan
Kegiatan Risiko
Biologi Kimia Fisika Ergonomi Psikososial
Membuatan - - - Posisi Stres Low back
laporan diet menulis, pain,
pasien dan posisi pegal
membuat duduk pada
menu tangan
makanan
Membuat - - Cahaya Posisi - Computer
laporan akhir dari duduk vision
di komputer komputer syndrome
Melakukan - - - Posisi Stres -
cross check duduk
perubahan
kebutuhan
gizi pasien
melalui
telpon

3.1.2 Bagian Dapur


Tabel 3. 2 Matriks hazard bagian dapur

Pajanan
Kegiatan Psiko- Risiko
Biologi Kimia Fisika Ergonomi
sosial
Memo- Bakteri, - Suhu ruangan Berdiri Lama Stres Terkena
tong parasit yang panas, pisau, low
bahan ventilasi kurang, back pain,
makanan dan pencahayaan gangguan
kurang, bising pendengar
dari cerobong, an
penggunaan
benda tajam
seperti pisau

16
17

Menggo- - Minyak Suhu ruangan Berdiri lama, Stres Luka


reng dan yang panas, Posisi tangan bakar
merebus ventilasi kurang, ekstensi yang karena
bahan dan pencahayaan lama minyak
makanan kurang, bising dan air
dari cerobong, air panas, low
panas back pain
Mengem- - - Suhu ruangan Berdiri lama, Stres Low back
as dan yang panas, Posisi tangan pain, nyeri
menyiapk ventilasi kurang, ekstensi yang lengan
an dan pencahayaan lama
makanan kurang, bising
ke dalam dari cerobong
tempat
makan
Membuat - - Suhu ruangan Berdiri Stres Low back
makanan yang panas, Lama, posisi pain, nyeri
solid ventilasi kurang, tangan yang lengan
dan pencahayaan mengaduk
kurang terlalu lama
Membuat - - Suhu ruangan Berdiri lama, Stres Low back
makanan yang panas, Posisi tangan pain, nyeri
untuk ventilasi kurang, ekstensi yang lengan
pasien dan pencahayaan lama
baru kurang,

Membuat - - Suhu ruangan Berdiri lama, Stres Low back


makanan yang panas, posisi tangan pain, nyeri
diet ventilasi kurang, yang lengan
dan pencahayaan mengaduk
kurang, terlalu lama
Membuat - - Suhu ruangan Berdiri Stres Low back
bubur yang panas, lama, pain, nyeri
tepung ventilasi kurang, posisi lengan
untuk dan pencahayaan tangan yang
pasien kurang, mengaduk
setelah terlalu lama
operasi
18

3.1.3 Bagian Laundry


Tabel 3. 3 Matriks hazard bagian laundry

Pajanan
Kegiatan Psiko- Risiko
Biologi Kimia Fisika Ergonomi
sosial
Mengambil bakteri, - - Mendorong Stres Low back
cucian kotor virus, troli yang pain,
dari setiap jamur, cukup besar Strain,
ruangan parasit Strength
Memilah bakteri, Deterjen, - Berdiri - Tertular
dan menyikat virus, pemutih lama dan penyakit
cucian kotor jamur, dan jongkok infeksi,
yang bernoda parasit pewangi iritasi
(darah/urin/ tangan
feses)
Mencuci - Deterjen, Getaran, Posisi saat - Low back
cucian pemutih bising, mengambil pain,
menggunakan dan dan air dengan strain,
mesin dengan pewangi lantai ember kecil terpeleset,
penambahan licin mengguna- iritasi
air secara kan satu tangan
manual dari tangan
bak
penampungan
air yang besar
ke mesin
19

Mengeringkan - - Suhu Posisi - Strain, low


dan menjemur panas, tangan back pain
cucian bersih cahaya extented
di luar matahari dan terlalu
ruangan lama berdiri
Melipat dan - - Terlalu - Luka
menyetrika lama duduk, bakar, low
cucian bersih posisi back pain,
meng- strain
genggam
lama
20

3.2 Hasil Observasi


Tabel 3. 4 Tabel hasil obeservasi

No. Bagian Kegiatan Durasi Frekuensi Keluhan


1. Gizi Membuat laporan diet ≥10 detik ≥2x/menit Pegal pada
dan membuat menu pergelangan
makan sesuai tangan, saat
kebutuhan pasien menulis banyak
(dengan posisi laporan, mata
pegawai duduk dan menjadi miopi,
menulis), melakukan dan sakit kepala
cross check perubahan karena stres.
kebutuhan gizi pasien
melalui telepon pada
perawat(posisi duduk)
2. Dapur Membuat makanan ≥10 detik ≥2x/menit Pegal bagian
cair, makanan diet, pinggang dan
bubur tepung untuk kaki karena
pasien setelah operasi, berdiri lama,
menggoreng bahan pegal pada bahu
makanan. (posisi karena
pekerja berdiri terus mengaduk
menerus, dan makanan terus
mengaduk makanan
terus)
Mengupas buah,sayur, ≥10 detik ≥2x/menit Pegal pada
dan bahan makanan bagian leher,
(posisi pegawai duduk pegal pada
dikursi kecil, posisi bagian pinggang
membungkuk dan
menunduk)
21

Mengemas dan ≥10 detik ≥2x/menit Pegal pada


menyiapkan makanan tangan karena
ke tempat makanan mengemas
(posisi berdiri terus makanan dan
menerus) pegal pada kaki
karena berdiri
lama
Menerima barang (ada ≥10 detik ≥2x/menit Pegal pada leher
alat bantu trolly), cek karena
barang (waktu >15 menunduk
menit, dan berkali- mengecek
kali), penimbangan catatan makanan
barang mengeluarkan yg akan di
barang dari gudang distribusikan.
untuk diolah di dapur, Bagian lengan
bersih-bersih ruangan bawah karena
gudang mengangkat
makanan
Menyiapkan makanan ≥10 detik ≥2x/menit Pegal pada
ke box/trolly makan bagian bahu
berat/snack, karena
mengantarkan meletakkan
makanan ke bangsal makanan ke
(pegawai berjalan trolly dan pada
sambil mendorong bagian betis
trolly), mencuci karena berdiri
perabotan alat makan dan jalan lama
setelah dipakai pasien,
dan mengembalikan
ke dapur (berdiri)
22

3. Laundry Mengambil pakaian ≥10 detik ≥2x/menit Pegal pada bahu


dan seprei yang akan kanan dan kiri
dicuci (berjalan jauh bagian depan
dan mendorong trolly dan belakang,
yang berat), menyikat pegal pada
pakaian yang lengan atas
mengandung bagian
darah/feses/urin belakang, pegal
(posisi jongkok, tidak pada punggung
pakai APD), bawah, dan
memindahkan cucian pegal pada
ke bak dan mesin cuci, tungkai atas
mengangkut air kanan dan kiri.
dengan ember (posisi
lengan kanan
hiperekstensi),
menjemur pakaian,
menyetrika pakaian,
dan Menyetorkan
pakaian di bagian
yang sudah ditentukan
23

3.3 Hubungan Brief Survey dan Body Discomfort Map


Tabel 3. 5 Hasil brief survey dan body discomfort map

Hands and
No Nama Elbows Shoulders Neck Back Legs
wrists
1. Dapur (+) (+) (+) (+) (+) (+)
2. Gizi (+) (-) (-) (-) (-) (-)
3. Laundry (+) (+) (+) (+) (+) (+)

Hasil dari brief survey semua responden memiliki posisi kerja yang salah.
Pada bagian dapur posisi kerja yang salah pada tangan dan pergelangan tangan,
siku, bahu, dan leher. Pada bagian gizi posisi kerja yang salah pada tangan dan
pergelangan tangan saja. Pada bagian laundry memiliki posisi kerja yang salah
pada semua bagian.

Tabel 3. 6 Tabel body discomfort map

Bagian Depan
No Nama Bahu Lengan Tungkai
Kepala Leher Dada
kanan/kiri kanan/kiri kanan/kiri
1. Dapur (-) (+) (+) (+) (-) (+)
2. Gizi (+) (-) (-) (-) (-) (-)
3. Laundry (-) (-) (+) (-) (-) (+)

Bagian belakang
Tengkuk Punggung atas Punggung bawah Lengan kanan/kiri Tungkai kanan/kiri
(+) (-) (+) (+) (+)
(-) (-) (-) (+) (-)
(-) (-) (+) (+) (-)

Hasil Body Discomfort Map pada bagian dapur menunjukan keluhan nyeri
pada leher, bahu, lengan, tungkai, tengkuk, punggung bawah, dan tungkai. Pada
bagian gizi memiliki keluhan nyeri pada kepala dan lengan, sedangkan pada
bagian laundry memiliki keluhan nyeri pada bahu, tungkai, punggung bawah, dan
lengan.
24

Berdasarkan hasil brief survey dan body discomfort map dari bagian dapur
dapat dilihat adanya hubungan antara posisi kerja yang salah dengan keluhan
muskuloskeletal pada leher, bahu, lengan,dan tungkai. Pada bagian gizi terdapat
hubungan hubungan antara posisi kerja yang salah dengan keluhan
muskuloskeletal pada tangan dan tengkuk. Pada bagian laundry terdapat
hubungan hubungan antara posisi kerja yang salah dengan keluhan
muskuloskeletal pada bagian bahu, lengan, punggung bawah, dan tungkai.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Patofisiologi Sprain


Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran
atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan
kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada
sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau
tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.
Tingkatan Cedera Keseleo Tingkatan keseleo dapat dibagi menjadi; keseleo
ringan, sedang atau keseleo parah. Keseleo ringan biasanya hanya terjadi pada
ligament talofibula anterior, yang dapat mengakibatkan retak pada sebagian tulang
tertentu, keseleo tingkat sedang meliputi talofibula anterior dan calcaneo fibula
ligament dapat memperparah terjadinya kerusakan pada struktur ligament.
Keseleo tingkat parah meliputi kedua ligament seperti pada posterior talofibula
ligament dan dapat menimbulkan putus urat otot yang kompleks atau
kadangkadang retak atau patah tulang (Paul, 2002; 115).
Mekanisme cedera Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh
gerakan ke sisi luar/samping (lateral) atau sisi dalam/tengah (medial) dari
pergelangan kaki yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki
berbelok dan atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera
yang paling umum terjadi pada pergelangna kaki (Arnheim, 1985; 473 Peterson
dan Renstrom, 1990; 345-346). Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang
penstabil pada sisi belah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi
terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari pergelangan kaki
tejadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan menciptakan titik
tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki (Arheim, 1985; 473).
Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk menahan
atau melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi sebelah samping
25
26

menjadi tertekan atau robek. Biasanya terkilir pada kaki bagian samping meliputi
satu atau dua robekan pada serabut ligamentum. Jika satu ligamentum robek,
biasanya termasuk juga ligamentum calcanae fibular akan robek.
Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inverse, membuatnya
lebih mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah luar/samping. Kebalikannya,
kaki yang pronasi, kelebihan gerakan atau adanya tekanan dari telapak kaki sisi
sebelah dalam/tengah secara longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi
eversi sebagai salah satu pola sprain pada pergelangan kaki (Arnheim, 1985; 473).
Cedera sprain pada pergelangan kaki dengan pola eversi lebih jarang terjadi
daripada cedera sprain dengan pola inverse. Mekanisme yang biasa terjadi adalah
olahragawan yang tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang di lapangan
olahraga menyebabkan kaki tergerak dengan paksa dan menanamkan kaki pada
gerakan yang eksternal. Dengan mekanisme ini ligamentum anterior tibiofibular,
ligamentum interosseus dan ligamentum deltoid menjadi robek. Perobekan pada
ligamentum tersebut menyebabkan talus bergerak secara lateral, terutama
mengakibatkan degenarasi pada persendian, dan juga berakibat adanya ruangan
abnormal antara medial malleolus dan talus (Arheim, 1985; 473, Peterson dan
renstrom, 1990; 342-343).
Kekuatan inversi secara tiba-tiba dapat menyebakan berbagai intensitas
seperti menyebabkan patah pada kaki bagian bawah. Perputaran yang tidak
diharapkan pada ligamentum lateral dapat menyebabkan bagian tulang menjadi
avulsi dari malleolus. Satu situasi yang khusus adalah ketika lateral malleolus
teravulsi oleh tulang calcaneo fibula, dan talus melawan medial malleolus untuk
menghasilkan patah yang kedua kalinya. Kejadian ini disebut bimalleolar fracture.

4.2 Tatalaksana Sprain


Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi pembengkakan dan
nyeri yang terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal
(24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu :
1. Rest (istirahat)
27

Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban pada


tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu
seperticrutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk
mengurangi beban pada tempat yang cedera.
2. Ice (es)
Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik atau
semacamnya. Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2
menit guna menghindari cedera karena dingin.
3. Compression (penekanan)
Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan
penekanan pada daerah yang cedera. Penekanan dapat dilakukan dengan perban
elastik. Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung
ke arah jantung.
4. Elevation (peninggian)
Balut tekan dan tetap tinggikan. Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah
yang cedera berada lebih tinggi daripada jantung. Sebagai contoh jika daerah
pergelangan kaki yang terkena, dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya
supaya pergelangan kaki lebih tinggi daripada jantung. Tujuan daripada tindakan
ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat dikurangi. Bila ragu rawat
sebagai patah tulang. Jika nyeri dan bengkak berkurang 48 jam setelah cedera,
gerakkan persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cedera
sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai
5 minggu untuk cedera berat). Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika
berjalan. Bantu dengan tongkat atau kruk.
- Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap. Tetapi jika diperlukan rujuk
ke fasilitas kesehatan. Keadaan-keadaan berikut di bawah ini merupakan indikasi
kita untuk membawa diri kita ke dokter :
Anda menderita rasa sakit yang sangat dan bahkan sendi yang terkena tidak
dapat digunakan untuk menahan beban sedikitpun.
a. Pada sendi yang terkena terlihat adanya memar selain adanya bengkak
b. Sendi yang terkena tidak dapat digerakkan
28

c. Anda tidak dapat berjalan lebih dari 4 langkah tanpa rasa sakit
d. Sendi anda terasa bergeser saat akan digerakkan
e. Sendi yang terkena terasaa baal
f. Anda ragu apakah cedera yang rasa alami itu serius atau tidak
Dan hindari HARM, yaitu
1. H: heat, peberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
2. A: alcohol, akan meningkatkan pembengkakan
3. R: running, atau exercis/latihane terlalu dini akan memburuk cidera
4. M: massage, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak
jaringan.
BAB V
PENCEGAHAN

5.1 Pencegahan Sprain


Prinsip pencegahan pada sprain adalah mencegah terjadinya kecelakaan kerja
atau penyakit kedepannya. Berikut langkah pencegahan sprain pada masing-
masing sasaran.
5.1.1 Administrasi Gizi
 Setiap 30 menit lakukan istirahat dengan tidak melihat komputer atau
melakukan peregangan agar mengurangi risiko sprain pada pinggang dan bahu
akibat duduk terlalu lama.
 Memakai obat tetes mata setiap minggu agar mengurangi penyakit berupa
Computer Vision Syndrome (CVS)
 Membagi dengan sistem shift sehingga mengurangi kerja lembur pada
pegawai.
 Menyiapkan obat pereda nyeri otot apabila muncul rasa pegal-pegal saat
bekerja
 Atur jarak dan posisi antar pegawai dan komputer seergonomis mungkin agar
mengurangi gejala sprain.
 Pastikan sudut pergelangan tangan dan telapak tangan saat mengetik di depan
komputer dibawah 30o agar mengurangi gejala sprain dan Carpal Tunnel
Syndrome.
 Melakukan pengawasan dan evaluasi kesehatan pegawai dengan medical
check up secara berkala setiap 3 bulan.

29
30

5.1.2 Dapur
 Memakai alat proteksi diri berupa handscoon, masker, dan penutup kepala
agar mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
 Memberikan edukasi kepada pegawai dapur mengenai pentingnya memakai
alat proteksi diri untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
 Membagi dengan sistem shift sehingga pegawai tidak lembur dan mengurangi
beban kerja pegawai.
 Membersihkan area dapur sebelum dan sesudah memasak menggunakan
desinfektan ruangan agar mengurangi terjadinya infeksi.
 Menggunakan kain pel otomatis saat mengepel bagian dapur agar mengurangi
risiko sprain pada pegawai dapur akibat terpeleset.
 Atur ventilasi dengan menambahkan jendela atau menyalakan lampu bagian
dapur sehingga sistem pencahayaan memadai dan mengurangi risiko
kecelakaan kerja.
 Sebelum memasak, mencuci tangan terlebih dahulu untuk mengurangi risiko
terjadinya infeksi.
 Mencuci alat dan bahan secara benar agar mengurangi risiko terjadinya infeksi
pada pegawai maupun pasien.
 Melakukan uji kelayakan peralatan dapur secara berkala sehingga mengurangi
terjadinya risiko kecelakaan kerja.
 Melakukan pengawasan dan evaluasi kesehatan pegawai dengan medical
check up secara berkala setiap 3 bulan.
31

5.1.3 Laundry
 Menggunakan troli sehingga mengurangi beban kerja tangan saat membawa
cucian.
 Memakai sarung tangan dan masker untuk mencegah terjadinya infeksi yang
bersumber dari darah, urin, atau feses pada pakaian.
 Berikan edukasi kepada pegawai mengenai pentingnya memakai alat
proteksi diri sehingga mencegah terjadinya kecelakaan kerja kedepannya.
 Dilakukan pembagian kerja berupa shift secara bergantian sehingga
mengurangi beban kerja pegawai laundry.
 Setiap 30 menit lakukan peregangan atau pemanasan agar merelaksasi otot
terutama bagian bahu, lengan, dan pinggang.
 Menggunakan kain pel otomatis saat mengepel bagian dapur agar
mengurangi risiko sprain pada pegawai dapur akibat terpeleset.
 Memakai alat pengering baju otomatis sehingga mengurangi beban kerja
pegawai laundry.
 Melakukan pengawasan dan evaluasi kesehatan pegawai dengan medical
check up secara berkala setiap 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lesage M. Work related disease and occupational disease: the ILO


international list. Encyclopaedia of Occuptional Health and Safety.
http://www.iloencyclopaedia.org/part-iii-48230/topics-in-workers-
compensation-system-in/work-related-diseases-and-occupational-diseases-the-
ilo-international-list. Published 2011. Diakses November 29, 2018.
2. ILO. ILO list of occupational diseases. Int Labour Organ. 2010;(revised):1–8.
3. Mayo clinic staff. Sprains and strains. Mayoclinic.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sprains-and-
strains/symptoms-causes/syc-20377938. Published 2017. Diakses Desember 2,
2018.
4. Van Mechelen, W., H. Hlobil, et al. (1992). "Incidence, severity, aetiology and
prevention of sports injuries. A review of concepts." Sports Medicine (Auckl
and, NZ) 14(2): 82.
5. Bahr, R. and I. Holme (2003). "Risk factors for sports injuries—
a methodological approach." British journal of sports medicine 37(5): 384

32
33

Lampiran 1. Brief survey


34

Lampiran 2. Body Discomfort

Anda mungkin juga menyukai