Pembelajaran
1. Pendahuluan
Teori yang melandasi pendidikan tersebut pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Teoriasosiasi yang
berorientasi induktif artinya bahwa bangunan ilmu dalam pengembangan pendidikan didasarkan atas unit-
unit pengetahuan, sikap dan keterampilan menjadi unit yang lebih universal dan general, aliran dalam teori
ini adalah aliran behaviorisme, atau lebih dikenal dengan aliran Stimulus-Respon (S-R) yaitu aliran yang
beranggapan bahwa pendidikan diarahkan pada terciptakanya perilaku-perilaku baru pada peserta didik
melalui stimus respon yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian yang kedua adalah
teori lapangan (Field Theory) yang justru berbeda dengan teori asisiasi, teori ini lebih mengarah pada deduktif,
artinya pengetahuan itu diperoleh dari sesuatu yang general dan holistik untuk menemukan kebenaran-
kebenaran dari unit-unit yang ada dalam pembelajaran tersebut. Teori ini memiliki dua aliran yaitu
Pada bahasan makalah ini, penulis hanya akan membicarakan tentang teori belajar menurut aliran psikologi
Berbeda dengan aliran psikologi behavioristik, Psikologi Kognitif merupakan cabang ilmu yang mempelajari
proses mental, bagaimana manusia berpikir, merasakan, mengingat, belajar dimana otak akan menjalankan
fungsi utamanya yang disebut dengan berpikir. Dalam hal ini otak adalah sistem fisik dalam bekerja pada
batas hukum alam dan kekuatan sebab akibat, bisa menampung sebanyak-banyaknya, apapun item yang
masuk kedalam memorinya secara simultan. Kemampuan membedakan hasil penginderaan, menghasilkan
Solso, dkk., (2008 : 2) menyatakan bahwa Psikologi kognitif adalah ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia.
Psikologi kognitif membahas persepsi terhadap informasi (Anda membaca pertanyaan), membahas
pemahaman terhadap informasi (Anda memahami inti pertanyaan tersebut), membahas alur pikiran (Anda
menentukan apakah anda mengetahui jawabannya atau tidak), dan membahas formulasi dan produksi
jawaban Anda.Kemudian psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi terhadap proses-proses yang
melandasi dinamika mental.Sesungguhnya, psikologi kognitif meliputi segala hal yang kita lakukan.
Aliran kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konseps manusia
menurut behaviorisme dan psikoanalisa. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens).
Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme yang menyatakan bahwa
manusia itu dapat berpikir lebih baik dari makhluk hidup lainnya.
Danim dan Khairil (2010 : 38) menyatakan bahwa Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari
proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Sebagai bagian
bidang ilmu kognitif yang lebih besar, cabang psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain termasuk
Ormrod (2009 : 270) menyatakan bahwa Psikologi kognitif adalah perspektif teoritis yang memfokuskan pada
Saam (2010 : 59) menyatakan bahwa Teori kognitif menekankan bahwa peristiwa belajar merupakan proses
internal atau mental manusia. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku manusia yang tampak tidak bisa
diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental yang lain seperti motivasi, sikap, minat, dan
kemauan.
Gredler dalam Uno (2006 : 10) menyatakan bahwa Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar melibatkan
Dalyono (2007 : 34) bahwa Dalam teori belajar kognitif dinyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya
dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis.Menurut
pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
Berdasarkan penjelasan dari berbagai pendapat dari ahli-ahli di atas maka menurut saya teori belajar menurut
aliran psikologi-psikologi kognitif adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada
hasil belajar itu sendiri dan ini merupakan teori belajar yang melibatkan pola pikir siswa dalam proses belajar.
Pada model belajar kognitif adalah suatu bentuk teori belajar yang sering disebut dengan model
perseptual.Belajar kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pandangan serta
pemahamannya mengenai situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar mereka.Belajar adalah perubahan
pandangan dan pemahaman yang tidak selalu bisa terlihat sebagai perilaku yang terlihat.
Psikologi kognitif berfokus menggali sebagai spesifikasi dari otak manusia tersebut.Kognisi adalah suatu
perabot dalam benak manusia sebagai pusat penggerak berbagai aktivitas untuk mengenali lingkungan,
melihat berbagai masalah, menganalisa beragam masalah, mencari informasi baru, menarik kesimpulan.
Aliran kognitif adalah suatu proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan
pengetahuan, maka dengan itu sebuah perilaku yang tampak tidak dapat diukur, diamati tanpa melihat proses
mentalnya, seperti : (1) motivasi. (2) kesengajaan. (3) keyakinan dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa psikologi kognitif adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang proses mental yang aktif untuk
memperoleh informasi untuk akhirnya terjadinya perubahan tingkah laku. Berikut akan dibahas teori-teori
Informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila
informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer
ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam
mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu
terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
Jean Piaget merupakan seorang psikologi pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme sedangkan
teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Gredler (2011:336-338) menjelaskan bahwa
piaget membagi proses belajar menjadi tiga tahapan yaitu: Tahap asimilasi maksudnya sebuah proses
penyatuan informasi yang baru ke struktur yang sudah ada dalam benak siswa. Misalnya: Tahap akomodasi
maksudnya proses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru dan Tahap equilibrasi adalah
proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dengan akomodasi. Selanjutnya, Hergenhall dan
Onson (200) berpendapat bahwa ada lima konsep utama dalam teori Piaget ini, yakni intelegensi (ciri bawaan
yang dinamis berupa tindakan cerdas yang membawa manusia secara optimal pada kelangsungan hidup
organisme), skemata (potensi untuk bergerak dengan cara tertentu atau untuk berperilaku tertentu), asimilasi
(pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik) dan akomodasi (penyesuaian
struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), ekuilibrasi (penyeimbangan dari asimilasi dan akomodasi atau
Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan
Awalnya pengalaman bersatu dengan dirinya. Pada tahap ini pengalaman yang diperolehnya melalui pada
perubahan fisik sebagai gerakan anggota tubuh dan sensori sebagai koordinasi alat-alat indera bersatu, berarti
dalam satu objek ada, apabila ada penglihatannya selanjutnya berusaha mencari objek asal kemudian hilang
dari pandangannya (berpindah/terlihat).Misalnyaanak mulai bisa berbicara meniru suara kenderaan, suara
kucing megeong dan sebagainya.pada usia 0 – 2 tahun gerakan tubuhlan yang berkoordinasi dengan alat
inderanya.
Istilah operasi maksudnya adalah berupa tindakan-tindakan yang kognitif dan tahapan ini disebut tahap
pengorganisasian operasi kongkrit seperti mengklasifikasikan sekelompok objek atau menata benda-benda
menurut aturan, urutan tertentu dan membilangkan. Pemikiran anak lebih banyak berdaarkan pengalaman
konkrit dibanding dengan pemikiran yang logis sehingga jika dia melihat objek yang kelihatan berbeda akan
mengatakan yang berbeda. Misalnya kelereng besar lima buah terletak diatas meja lalu dirubah letak kelereng
tersebut agak jauh maka ia mengatakan jumlah kelereng tersebut lebih banyak.
Pada tahap ini pada umumnya anak-anak sudah berada di bangku sekolah dasar akan dapat memahami
operasi logis melalui bantuan berupa benda-benda yang kongkrit, mampu mengklasifikasikan, mampu
memandang objek secara objektif dan berpikir reversible contoh : diberikan bola warna merah 10 buah,
kuning 5 buah, hijau 3 buah. Jika ditanyakan bola warna apa yang paling sedikit maka dia akan menjawab
generalisasi.Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas dan anak sudah
mampu mengadakan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak telah memiliki kemampuan untuk
melakukan operasi yang menyatakan hubungan diantara hubungan-hubungan dan memahami konsep
promosi. Missal: berikan gambar dua buah pohon, satu gambar pohon yang kecil/pendek dan satu lagi pohon
besar/tinggi suruh anak-anak tersebut untuk mengukur. Jadi berdasarkan hal ini menurut Jean Piaget bahwa
pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkontruksikan
pengetahuannya sendiri.
Sanjaya (2006) menyatakan, pengetahuan yang dikontruksi si anak sebagai subjek maka akan menjadi
pengetahuan yang sangat bermakna (berusaha sendiri untuk mencari jawaban), sedangkan pengetahuan
yang diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, hanya diingat
sementara setelah itu lupa, apa kira-kira keterkaitan hal tersebut dengan proses belajar?
Berikut ini Elkind mengemukakan bahwa perlunya singkronisasi kurikulum dengan tingkat kemampuan fisik
dan kognitif serta kebutuhan social dan emosional siswa. Implikasi lain terkait dengan pernyataan Piaget yang
menekankan betapa strategisnya interaksi individu dan lingkungan, mengharuskan kurikulum peduli pada
pengembangan interactive learning siswa sesuai dengan tingkat kemampuan sianak. Slavin (1994)
menyimpulkan bahwa teori piaget memberikan arahan tentang krusialnya inisiatif diri yang relevan untuk
Dari seluruh penjelasan di atas, Piaget jelas berpendapat bahwa pengalaman pendidikan anak harus dibangun.
Pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses
Santrock (2008:61) menyatakan bahwa Teori Piaget dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan cara:
menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan mencari
solusi sendiri.
2. Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi yang membuat murid
3. Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak datang ke sekolah dengan
kepala kosong. Mereka punya banyak gagasan tentang dunia fisik dan alam.
4. Gunakan penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh individu tidak dapat diukur dengan
tes standar. Penilaian matematika dan bahasa (yang menilai kemajuan dan hasil akhir),
pertemuan individual di mana murid mendiskusikan strategi pemikiran mereka, dan penjelasan
lisan dan tertulis oleh murid tentang penalaran mereka dapat dipakai sebagai alat untuk
intelektual murid berkembang secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk
6. Jadikan ruang kelas menjadi eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan agar murid melakukan
eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak mengamati minat murid dan
partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk menentukan pelajaran apa yang diberikan.
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, sebab itu guru akan mengajar
2. Anak-anak belajar lebih baik bila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, guru harus
3. Bahan yang harus dipelajari anak, hendaknya dirasakan baru dan tidak asing.
5. Di dalam kelas anak-anak hendaknya, diberikan peluang saling berbicara dan berdiskusi dengan
teman-temannya.
Tiga prinsip utama pembelajaran yang dikemukakan Jean Piaget, antara lain:
1. Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk
membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-simbol;
mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri dengan
penemuan temannya.
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar.
Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu
perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat
egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam. Hal ini memperkuat
Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada
hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun
jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung
mengarah ke verbalisme.
Jadi jelaslah sudah bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,
yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
Menurut Jerome Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar
dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru
yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk
meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat
Sebagaimana direkomendasikan Merril, bahwa jenjang belajar bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan
ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan
Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika
siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan
(1) Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
(2) Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta
mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
(3) Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Jerome Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan .
Perlu ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu :
(4) Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Jerome Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif
dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.
Teori belajar kognitif menurut Jerome Bruner dapat disimpulkan, bahwa dalam proses belajar terdapat tiga
tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
Jerome Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna
adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat
membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin
bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas seseorang memberikan respon
Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada
pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan
menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta
menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Teori kognitif yang juga sering dijadikan acuan adalah teori Gestalt. Peletak dasar teori Gestalt adalah Merx
Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Menurut pandangan
hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurutnya tingkat kejelasan dan keberartian dari apa
yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada
Teori belajar Cognitive-field ini menaruh perhatian pada kepribadian dan pisikologi social.Belajar langsung
sebagai akibat dari perubahan dalam Struktur kognitif.Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar
kekuatan baik dari diri individu. Kurt Lewin mengkaji perilaku social melalui pendekatan konsep ‘ medan’ atau
‘field atau ‘ruang kehidupan’ – like space. Kurt Lewin merumuskan perilaku sebagai B = f (P,E) dimana B,P
dan E, ini adalah Behavior (pelaku), Person (individu) dan Environment (lingkungan). Perilaku yang tidak
memperhitungkan situasi tidaklah lengkap. Bagi Kurt Levin pemahaman atas perilaku harus selalu dikaitkan
dengan konteks, intinya teori medan berupaya menguraikan bagaimana situasi yang ada (field). Dalam
psikologi eksistensi unsure tidak bisa terlepas dari satu sama lain, misalnya seseorang yang agresif karena
berada dalam lingkungan yang agesif. Ciri-ciri utama teori medan Lewin adalah :
1. Tingkah laku merupakan suatu fungsi dari medan yang ada ketika tingkah laku itu terjadi.
3. Orang yang kongkrit dalam situasi yang kongkrit dapat digambarkan secara matematis.
Teori ini muncul akibat dari keprihatinan kepada perubahan kehidupan masyarakat dengan problem social,
aliran pendidikan yang ada kurang dapat menjawab masalah-masalah social yang terjadi. Untuk itu perlu
pendekatan konstruktivisme Vygotsky yang berasumsi bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi
dengan lingkungan social dan fisik. Teori ini mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari
latar social budaya dan sejarahnya atau asal-usul tindakan sadarnya yang dilatari oleh sejarah hidupnya.Anak-
anak tersebut memperoleh pengetahuan atau keterampilan dari interaksi social sehari-hari yang terlibat
secara aktif.
Dimensi kesadaran social bersifat primer sedangkan dimensi individualnya bersifat derivate (turunan).Jadi
perkembangan kognitif seseorang ditentukan diri sendiri dan lingkungan social yang aktif.
Teori perkembangan Vygotsky adalah teori perkembangan biolosgs dan kultural historis (Gredler, 2010).
Selanjutnya teori perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Vygotsky (Santrock, 2010) dalam tiga teori,
yaitu:
1. keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara
developmental;
2. kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransofrmasi aktivitas mental; dan
3. kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Menggunakan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal
usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Tindakan mental tertentu, seperti
menggunakan “ucapan batin” (inner speech) tidak bisa dilihat dengan tepat secara tersendiri tetapi harus
dievaluasi sebagi satu langkah dalam proses perkembangan bertahap. Menurut teori yang kedua, untuk
memahami kognitif anak harus menggunakan media, yakni berupa bahasa.Bahasa digunakan untuk
membantu anak merancang aktivitas dan memecahkan masalah.Berikutnya, bahwa perkembangan kognitif
anak berasal dari sosial dan kultural.Perkembangan kognitif anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial
dan budaya.Vygotsky juga mengungkapkan ide Zone of Proximal Development.Hal ini menyatakan bahwa
perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau
pengajaran.
Bila dibandingkan teori Piaget dan Vygotsky, maka jelas bahwa pandangan Vygotsy lebih memfokuskan bahwa
kognitif anak dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak, sehingga penting sekali untuk memperbaiki atau
mengevaluasi faktor yang berkaitan dengan kontekstual dalam pembelajaran.Sementara Piaget menyatakan
bahwa kognitif anak trekait dengan bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, sensori, dan
strategi.Vygotsky lebih menekankan pada inner speech, sementara Piaget bersifat immature.Kedua ahli ini
merupakan ahli konstruktivisme, yang menekankan bahwa anak secara aktif mengkonstruksi atau menyusun
pengetahuan dan pemahaman, bukan penerima pasif.Piaget memfokuskan pada konstruktivisme kognitif,
sementara Vygotsky lebih pada konstruktivisme sosial. Menurut Piaget anak menyusun pengetahuan dan
menurut Vygotsky anak-anak menyusun pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengimplikasikan teori belajar Vygotsky adalah: a) menunjukkan
contoh pemecahan soal dan mengamati pakah anak dapat meniru contoh itu; b) memulai memecahkan soal
dan menyuruh anak untuk menyelesaikan solusi; c) meminta anak untuk bekerjasama engan anak yang lebih
maju dalam memecahkan soal itu; atau d) menjelaskan proses penyelesaian soal kepada anak, mengajukan
pertanyaan, menganalisis sosal untuk anak, dan sebagainya (Gredler, 2011). Bentuk-bentuk pembelajaran
1. Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan membantu mereka
mengingatnya. Contoh ketika mengenalkan konsep mamalia, minta siswa untuk memberikan
banyak contoh.
2. Bantu siswa mengindentifikasi hal-hal yang paling penting bagi mereka untuk dipelajari. Contoh
berikan pertanyaan kepada siswa yang harus mereka coba jawab sementara mereka membaca
buku teks mereka. Masukkan pertanyaan yang meminta mereka menerapkan apa yang mereka
3. Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topik-topik yang mereka pelajari.
Ketika mempelajari The Scarlett Letter karya Nathaniel Hawthorne, bagilah siswa dalam
4. Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang dunia. Contoh
Ketika mengenalkan kosa kata debut kepada siswa-siswa Meksiko-Amerika, kaitkan dengan
5. Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif siswa pada
tingkat usia berbeda. Contoh Ketika mengajarkan anak-anak TK keterampilan hitung dasar,
bantulah rentang perhatian mereka yang pendek dengan memberikan penjelasan verbal yang
singkat dan libatkan anak-anak dalam beragam aktivitas berhitung aktif dan langsung.
6. Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan menggunakan
mata pelajaran di kelas. Contoh untuk membantu siswa memahami garis lintang dan garis bujur,
minta mereka menelusuri jalur sebuah angin topan dengan menggunakan koordinat garis lintang
DAFTAR BACAAN
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Pengantar Kependidikan. Cetakan Pertama. Bandung : CV. Alfabeta.
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi: Edisi Keenam. Alih Bahasa oleh Tri
Hergenhahn, B. R. Theories of Learning (Teori Belajar) dialih bahasakann oleh Tri Wibowo B. S. Jakarta: