Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Ridha

NIM : 26142223-2
Jurusan : Sejarah Tamaddun Islam

Tugas: Terjemahan Bahasa Arab

Wanita Penjual Susu

Rasulullah SAW sangat memperhatikan umatnya dengan cara mengajarkan mereka


perkara agama. Rasul pergi ke pasar-pasar, memeriksa barang-barang dagangan dan menjawab
pertanyaan pembeli dan menasehati para pedagang untuk bertakwa kepada Allah azza wajalla dan
hanya menjual barang-barang yang bagus saja dan tidak menipu orang serta hendaknya mereka
mengetahui bahwa Allah melihat mereka, memantau perbuatan mereka.

Suatu ketika tatkala Rasulullah SAW memeriksa barang-barang dagangan, berhenti pada
salah satu pedagang wanita. Rasulullah melihat sebuah keranjang yang penuh dengan kurma yang
bagus, dan tatkala Rasul memasukkan tangannya ke dalam keranjang tersebut Rasul mendapati
keranjang tersebut penuh dengan air artinya kurma itu jelek. Rasul merasa heran kepada penjual
tersebut dan berkata kepadanya apa ini? Penjual itu menjawab semalam hujan membasahi kurma
ya Rasulullah… Rasulullah berkata… Kenapa kamu tidak meletakkan kurma yang basah di atas
sehingga orang yang ingin membelinya dapat melihatnya, dan mengetahui keadaan kurma dan
kejelekan kurma tersebut. Maka sesungguhnya, “siapa yang menipu kami tidak termasuk
golongan kami”.

Setelah Rasulullah wafat, diangkatlah Abu Bakar As Sidiq sebagai khalifah. Digelari
dengan as sidiq karena beliau selalu membenarkan Rasulullah dan tidak pernah berbohong kepada
Rasul selamanya.

Kemudian Umar bin Khatab diberi gelar dengan Al Faruq karena membedakan antara
yang hak dan yang bathil, dan beliau menjadi khalifah bagi orang mukmin dan menjadi pemimpin
mereka. Beliau juga mengikuti Rasulullah SAW dan khalifah Abu Bakar dalam memeriksa pasar-
pasar dan menasehati penjual dan memeriksa barang dagangan mereka.

Suatu ketika setelah Umar berjalan di pasar yang penuh dengan orang-orang, yaitu di
pasar Madinah yang menjual kebutuhan penduduk desa sekitarnya…, ada penjual yang menjual
baju dan ada yang menjual kurma… dan yang lainnya menjual susu di dalam tembikar yang
cantik… khalifah berhenti untuk mencicipi susu di dalam tembikar dan beliau mendapati susu itu
bercampur dengan air sehingga susu itu menjadi banyak.

Disini khalifah marah atas apa yang dilakukan, dan memerintahkan untuk member
pengumuman… (yang member pengumuman adalah seorang laki-laki yang mengelilingi pasar-
pasar yang terletak dekat rumah-rumah penduduk dan menyampaikan amanah khalifah dengan
suara yang keras/tinggi) memberikan pengumuman di pasar-pasar… “Dengarkan dan laksanakan
oleh kalian semua! Khalifah Umar Bin Khatab memerintahkan kalian untuk tidak menjual susu
yang dicampur dengan air.” Orang yang member pengumuman ini mengelilingi pasar dan dia
mengulangi selalu seruan tersebut sehingga didengar oleh semua orang. Di ujung pasar ada
seorang pemudi yang mendengar apa yang diucapkan oleh pemberi pengumuman tersebut dengan
baik, dia menundukkan kepalanya ke tanah dan ia merasa sangat malu… Dia adalah penjual susu
yang datang setiap hari ke pasar, dia selalu bangun dengan penuh semangat dan membawa kendi
susu untuk dijualnya kesana (di pasar).

Dia adalah penjual susu, penjual susu tersebut adalah seorang pemudi yang baik dan taat
kepada ibunya yang miskin; dimana keduanya tinggal di rumah yang kecil yang hanya memiliki
perabotan yang sangat sedikit dan sebagian harta yang dihasilkan dari pemerahan susu setiap sore
bersama ibunya, dan dia membersihkan rumah dan memberikan makanan kepada adik-adiknya
yang kecil-kecil, dimana orangtuanya (ayah) telah meninggalkan mereka di bawah asuhan ibunya
yang lemah.

Semua sifat-sifat yang baik ini dimiliki oleh wanita penjual susu tersebut, dia telah
melakukan kesalahn yang besar dimana dia mencampur susu dengan air sehingga menjadi
banyak; dan dia mengisi beberapa kendi.

Wanita pedagang/penjual susu tersebut mengangkat wajahnya yang telah memerah karena
malu kepada Allah yang pertama, kemudian dia malu kepada khalifah muslimim Umar Bin
Khatab yang telah memerintah dengan adil dan amanah dan memuliakan hak-hak orang muslim,
takut kepada Allah azza wajalla, dan memerintah orang-orang muslimin takut kepada Allah azza
wajalla, memiliki sifat-sifat ini, diperintahkan oleh Allah azza wajalla dalam Al Quran. Wanita
penjual susu tersebut membawa kendi yang kosong dan berjalan dengan penuh rasa kerinduan
kepada adik-adiknya dan dia membawa makanan yang dibeli dari hasil penjualan susu.

Tatkala kegelapan telah menyelimuti seluruh kota Madinah nabawiyah, dan seluruh
tempat menjadi sepi, dan tidak ada lagi orang-orang lalu lalang kecuali hanya rumah-rumah yang
terbuat dari tanah di sekitar mesjid nabawiyah, dan pohon-pohon kurma yang banyak dikelilingi
oleh gunung-gunung uhud yang tinggi menaungi semua tempat.

Di sebuah lorong dua orang laki-laki yang tinggi sedang berjalan tenang. Keduanya adalah
Umar Bin Khatab dan pengawasnya Aslam, khalifah tidak merasa cukup dengan apa yang sudah
dilakukannya pada siang hari tadi dengan memeriksa keadaan kaum muslimin dan pasar-pasar
mereka, akan tetapi beliau juga mengunjungi mereka pada saat malam hari; jika dia mendapatkan
orang fakir maka dia akan menenangkannya atau orang sakit maka dia akan mengobatinya atau
menjaganya atau orang lapar maka dia akan memberinya makan dari harta baitul mal kaum
muslimin. Mereka telah berjalan sepanjang malam dan merasa lelah; khalifah memandang pada
pembantunya Aslam sambil berkata

“ya Aslam, kemarilah kita duduk di samping dinding ini untuk beristirahat sejenak”.
Ketika mereka sedang duduk dan kesunyian menyelimuti seluruh tempat tersebut, keduanya
mendengar suara perempuan di balik dinding rumah dengan jelas perempuan tersebut berkata;

“Ayo bangunlah wahai anakku, campurlah susu ini dengan air agar kita jual besok di
pasar.”

“Kemudian kamu masukkan ke dalam beberapa kendi untuk memberikan makan kepada
adik-adikmu.”

Anak perempuan tersebut berkata,”Tidak wahai ibuku, tidak akan aku lakukan.”

“Apakah engkau tidak mendengar apa yang diumumkan hari ini di pasar?” Ibunya
berkata,”Apa yang diumumkan?” Maka perempuan itu berkata,”Amirul mukminin Umar Bin
Khatab memberikan pengumuman agar tidak mencampurkan susu dengan air, karena yang
demikian itu merupakan penipuan bagi orang-orang muslim. Sang ibu berkata,”ah, ayo bangun
kamu berada di tempat yang tidak dilihat Umar Bin Khatab dan tidak juga dilihat oleh pemberi
pengumaman tersebut.” Anak perempuan tersebut berkata dengan jujur dan percaya diri,”apabila
Umar tidak melihat kita maka sesungguhnya Allah melihat kita.”

“Adapun adik-adikku tidak kuberi makan dengan harta dari hasil menipu orang-orang
muslim.”

Umar bangkit dari tempat duduknya sambil berkata dengan mengulang-ngulang


kalimat,”Apabila Umar tidak meihat kita maka Allah melihat kita,” dan dia pulang menuju
rumahnya dengan sangat gembira dan dia telah berjanji untuk memberikan kehidupan yang baik
bagi wanita tersebut. Beliau memandang ke arah Aslam sambil berkata,”Tandai untukku rumah
ini dan tanyakan apakah perempuan tersebut sudah punya suami?”

Keesokan harinya Aslam mengabarkan kepada khalifah bahwa perempuan tersebut belum
punya suami karena kefakiran mereka.

Umar mengumpulkan semua anak-anaknya dan berkata kepada mereka,”siapa diantara


kalian yang mau menikahi seorang wanita yang memiliki kejujuran dan keamanahan yang
tinggi?” Anaknya Abdullah dan Abdurrahman berkata,”kami telah mempunyai isteri wahai ayah.”
Adapun ‘Asim pemuda yang dididik oleh orangtuanya untuk member kebaikan dan keutamaan,
dia mendapatkan bahwasannya sifat-sifat ini mempeunyai keuntungan yang besar bagi siapa yang
akan menjadi ibu bagi anak-anaknya, dan dia tidak mensyaratkan seperti sebagian pemuda untuk
memilih perempuan kaya, cantik, dll. ‘Asim bangun dan berkata,”Aku wahai ayahku, aku belum
punya isteri wahai ayah, maka nikahkanlah aku; kemudian ‘Asim anak khalifah menikahi wanita
penjual susu. Kemudian dipindahkanlah dari rumahnya yang kecil yang terletak di pinggir kota
untuk tinggal di rumah khalifah. Kemudian melahirkan seorang anak perempuan yang dididik
oleh kedua orangtuanya dengan akhlak yang mulia, tatkala anak perempuan ini dewasa dan
menikah maka dia melahirkan seorang khalifah yang adil – Umar Bin Abdul Aziz – yang
memimpin dengan penuh keadilan.

Anda mungkin juga menyukai