Anda di halaman 1dari 81

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2017

Uji Antidiabetes dari Fraksi Etil Asetat


Daun Jambu Bol (Syzygium malaccense
[L.] Merr & Perry)

Sari, Ismita
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12812
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI ANTIDIABETES DARI
BAHAN FRAKSI ETIL ASETAT
SEMINAR
DAUN JAMBU BOL (Syzygium malaccense [L.] Merr &
Perry)
SKRIPSI

OLEH:
ISMITA SARI
NIM 121501068

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGESAHAN
MEDAN SKRIPSI
2017

Universitas Sumatera Utara


UJI ANTIDIABETES DARI
BAHAN FRAKSI ETIL ASETAT
SEMINAR
DAUN JAMBU BOL (Syzygium malaccense [L.] Merr &
Perry)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
ISMITA SARI
NIM 121501068

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN SKRIPSI

UJI ANTIDIABETES DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU


BOL (Syzygium malaccense [L.] Merr & Perry)

OLEH:
ISMITA SARI
NIM 121501068

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 1 Februari 2017

Disetujui Oleh:
pp
Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt.


Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. NIP 195310301980031002
NIP 195504241983031003

Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.


NIP 195504241983031003
Pembimbing II,

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.


NIP 198005202005012006
Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.
NIP 195709091985112001
Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.
NIP 195709091985112001

Medan, Maret 2017


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Uji Antidiabetes dari Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Bol

(Syzygium malaccense [L.] Merr & Perry)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas dan

masukan selama masa pendidikan dan penelitian. Bapak Dr. Kasmirul Ramlan

Sinaga, M.S., Apt., dan Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan

selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih

kepada Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., dan Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt.,

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi

ini. Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., selaku dosen penasihat akademik

yang telah banyak memberikan nasihat dan bimbingan selama masa perkuliahan.

Bapak dan Ibu koordinator laboratorium yang telah memberikan izin dan fasilitas

sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian, serta kepada

Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang

telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus dan

tak terhingga kepada orang tua tercinta, Ayahanda Edy Hariono dan Ibunda

iv
Universitas Sumatera Utara
Waginem, serta kakak, abang, dan adik tercinta, Ely Syafitri, M.Pd., Ewin

Syahputra, S.P., dan Arif Hanali, atas doa dan dukungan baik moril maupun

materiil kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

pemerintah yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama masa

perkuliahan, teman-teman semua khususnya Ani, Ayu, Yuni, Meighin, Andriana,

Rien, Vita, Kak Ika, Novita Tobing, seluruh teman-teman kelas B 2012, STF

2012, keluarga Ath-Thibb, alumni XII IPA 6 T.A. 2011/2012, dan asisten

laboratorium fitokimia yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama

penulis melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang farmasi.

Medan, Februari 2017


Penulis,

Ismita Sari
NIM 121501068

v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
UJI ANTIDIABETES DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU BOL
(Syzygium malaccense [L.] Merr & Perry)

ABSTRAK

Prevalensi diabetes melitus meningkat setiap tahun. Komplikasi yang


ditimbulkan dan keterbatasan ilmu kedokteran dalam mengatasinya menyebabkan
diabetes masih menjadi permasalahan medis. Daun jambu bol secara tradisional
dapat digunakan sebagai antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas antidiabetes fraksi etil asetat daun jambu bol (Syzygium malaccense
[L.] Merr & Perry).
Serbuk simplisia daun jambu bol dimaserasi dengan pelarut etanol 80%,
maserat dipekatkan menggunakan rotary evaporator, kemudian difraksinasi
dengan n-heksana dan etil asetat. Simplisia, ekstrak etanol dan fraksi etil asetat
daun jambu bol (FEDJB) diskrining fitokimia dan diuji antidiabetes FEDJB.
Metode yang digunakan adalah toleransi glukosa dengan pembanding
glibenklamid dosis 0,65 mg/kg bb dan induksi aloksan dengan dosis 150 mg/kg
bb digunakan metformin 65 mg/kg bb sebagai pembanding. Perlakuan dibagi 7
kelompok dengan 5 ekor mencit setiap kelompok dan bahan uji adalah FEDJB
dosis 75, 100, 125, 150, 175 mg/kg bb. Data dianalisis dengan SPSS
menggunakan ANAVA dan dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey.
Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak etanol dan FEDJB diperoleh
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan glikosida. Senyawa triterpenoid/
steroid hanya positif pada simplisia dan ekstrak etanol tetapi negatif pada FEDJB.
Hasil uji antidiabetes FEDJB untuk semua dosis mempunyai efek menurunkan
kadar glukosa darah (KGD) mencit diabetes dengan persen penurunan 55,19%,
66,77%, 70,43%, 71,59% dan 73,04% pada hari ke- 15. FEDJB dosis 100, 125,
150 dan 175 mg/kg bb tidak mempunyai perbedaan penurunan KGD yang
signifikan dengan kelompok metformin (p>0,05).

Kata kunci: Antidiabetes, daun jambu bol, fraksi etil asetat, mencit jantan.

vii
Universitas Sumatera Utara
ANTIDIABETIC TEST OF ETHYL ACETATE FRACTION OF MALAY
APPLE LEAVES (Syzygium malaccense [L.] Merr & Perry)

ABSTRACT

The prevalence of diabetes mellitus increases every year. Complication


resulted and limitation of medical to resolve it cause diabetes still becomes a
serious medical case. Malay apple leaves traditionally was used as antidiabetic.
The study aims to found out the antidiabetic effectiveness of ethyl acetate fraction
of malay apple leaves (Syzygium malaccense [L.] Merr & Perry).
The simplex powder of malay apple leaves was macerated with ethanol
80%. Macerate was concentrated by rotary evaporator, then it was fractionated by
n- hexane and ethyl acetate. Simplex, ethanol extract and ethyl acetate fraction of
malay apple leaves (EFMAL) were screened phytochemistry and were tested
antidiabetic of EFMAL. The methods used were glucose tolerance with
comparison glibenclamide dose 0.65 mg/kg bw and alloxan induced dose 150
mg/kg bw was used metformin 65 mg/kg bw as comparison. The treatment were
divided into 7 groups with 5 mice each groups and test material was EFMAL
doses 75, 100, 125, 150, 175 mg/kg bw. The data were analyzed with SPSS using
ANOVA and continued with Post-Hoc Tukey.
The phytochemistry screening of simplex, ethanol extract and EFMAL
results was obtained compounds of alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, and
glycoside. Triterpenoid/steroid compound only positive in simplex and ethanol
extract but it was negative in EFMAL. Antidiabetic test results of all doses have
effect to reduce blood glucose level (BGL) of diabetic mice with the percentage of
reduction 55.19%, 66.77%, 70.43%, 71.59% and 73.04% at day 15. EFMAL at
doses 100, 125, 150 and 175 mg/kg bw do not have significant difference of BGL
reduction with metformin group (p>0.05).

Keywords: Antidiabetic, malay apple leaves, ethyl acetate fraction, male mice.

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN....................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................ vii

ABSTRACT .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 3

1.3 Hipotesis ............................................................................ 3

1.4 Tujuan Penelitian................................................................ 4

1.5 Manfaat Penelitian.............................................................. 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6

2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Bol ............................................ 6

2.1.1 Sejarah singkat ......................................................... 6

2.1.2 Sistematika tumbuhan ............................................... 6

2.1.3 Nama asing ............................................................... 6

2.1.4 Nama daerah ............................................................. 7

ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Sinonim .................................................................... 7

2.1.6 Morfologi tumbuhan ................................................. 7

2.1.7 Syarat tumbuh........................................................... 8

2.1.8 Manfaat .................................................................... 8

2.1.9 Kandungan kimia ..................................................... 8

2.2 Ekstraksi ........................................................................... 9

2.3 Insulin ............................................................................... 11

2.4 Diabetes Melitus (DM) ...................................................... 11

2.4.1 Klasifikasi DM ......................................................... 12

2.4.2 Hewan percobaan diabetes melitus............................ 13

2.4.3 Obat antidiabetes oral ............................................... 14

2.5 Aloksan ............................................................................. 16

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 17

3.1 Alat ................................................................................... 17

3.2 Bahan ................................................................................ 17

3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan ............................................. 18

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan ................................. 18

3.3.2 Identifikasi tumbuhan ............................................... 18

3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan..................................... 18

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol ...................... 19

3.5 Pembuatan Fraksi-Fraksi dari Ekstrak Etanol .................... 19

3.6 Skrining Fitokimia............................................................. 20

3.6.1 Pemeriksaan alkaloida .............................................. 20

3.6.2 Pemeriksaan flavonoida............................................ 20

3.6.2.1 Pembuatan larutan percobaan........................ 20

x
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.2 Percobaan pada larutan percobaan ................ 20

3.6.3 Pemeriksaan glikosida .............................................. 21

3.6.4 Pemeriksaan saponin ................................................ 21

3.6.5 Pemeriksaan tanin ..................................................... 22

3.6.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid ............................... 22

3.7 Penyiapan Hewan Percobaan ............................................. 22

3.8 Pembuatan Larutan dan Suspensi Pengujian Antidiabetes .. 22

3.8.1 Pembuatan larutan glukosa 50% ............................... 22

3.8.2 Pembuatan larutan aloksan monohidrat 150 mg/kgbb 23

3.8.3 Pembuatan suspensi Na CMC 0,5% .......................... 23

3.8.4 Pembuatan suspensi glibenklamid 0,65 mg/kg bb ..... 23

3.8.5 Pembuatan suspensi metformin 65 mg/ kg bb ........... 23

3.8.6 Pembuatan suspensi FEDJB ...................................... 23

3.9 Tahap Pengujian ................................................................ 24

3.9.1 Penggunaan glukometer “EasyTouch®GCU” .......... 24

3.9.2 Pengukuran kadar glukosa darah (KGD) .................. 24

3.9.3 Pengujian efek antidiabetes FEDJB dengan metode


toleransi glukosa ...................................................... 24

3.9.4 Pengujian efek antidiabetes FEDJB dengan metode


induksi aloksan......................................................... 25

3.10 Analisis Data .................................................................... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 26

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan.............................................. 26

4.2 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi ........................................... 26

4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol, dan


Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Bol .................................... 26

xi
Universitas Sumatera Utara
4.4 Efek Antidiabetes FEDJB .................................................. 27

4.4.1 Hasil uji antidiabetes FEDJB menggunakan metode


toleransi glukosa ....................................................... 27

4.4.2 Hasil uji antidiabetes FEDJB menggunakan metode


induksi aloksan ......................................................... 31

4.4.2.1 Hasil pengukuran KGD puasa rata-rata


mencit ........................................................... 31

4.4.2.2 Data KGD puasa rata-rata mencit setelah


diinduksi aloksan .......................................... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 39

5.1 Kesimpulan ....................................................................... 39

5.2 Saran ................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 40

LAMPIRAN .......................................................................................... 46

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak etanol, dan fraksi etil
asetat daun jambu bol ................................................................. 27

4.2 Persen penurunan KGD rata-rata mencit pada uji toleransi


glukosa ....................................................................................... 30

4.3 Data KGD puasa rata-rata mencit sebelum diinduksi aloksan...... 31

4.4 Hasil KGD puasa rata-rata mencit setelah diinduksi aloksan ....... 32

4.5 Data penurunan KGD rata-rata mencit setelah perlakuan pada


metode induksi aloksan............................................................... 35

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Skema kerangka pikir penelitian................................................. 5

2.1 Struktur kimia aloksan ............................................................... 16

4.1 Grafik KGD rata-rata mencit setelah perlakuan .......................... 34

4.2 Struktur kimia (a) miricetin-3-glukosida, (b) miricetin-3-α-L-


arabinofuranosida dan (c) miricitrin............................................ 37

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil identifikasi tumbuhan jambu bol (Syzygium malaccense


[L.] Merr & Perry) .................................................................. 46

2 Gambar tumbuhan jambu bol (Syzygium malaccense [L.] Merr


& Perry) .................................................................................. 47

3 Gambar serbuk simplisia daun jambu bol ................................ 48

4 Bagan prosedur kerja ............................................................... 49

5 Pembuatan ekstrak etanol daun jambu bol ............................... 50

6 Pembuatan fraksi-fraksi dari ekstrak etanol ............................. 51

7 Tabel konversi dosis hewan dengan manusia dan volume


maksimal larutan sediaan uji yang diberikan pada hewan ........ 52

8 Contoh perhitungan dosis ........................................................ 53

9 Surat persetujuan etik penelitian .............................................. 56

10 Gambar alat pengukur KGD mencit......................................... 57

11 Data pengukuran KGD mencit dengan metode uji toleransi


glukosa ................................................................................... 58

12 Hasil analisis secara statistik pada metode toleransi glukosa .... 61

13 Data pengukuran KGD mencit dengan metode induksi aloksan 62

14 Hasil analisis statistik uji antidiabetes dengan metode induksi


aloksan.................................................................................... 66

xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman hayati

terbesar kedua di dunia setelah Cina (Spillane, 2010), di hutan tropis Indonesia

terdapat sekitar 30.000 tumbuhan, jauh melebihi daerah tropis lainnya di dunia,

seperti Amerika Selatan dan Afrika Barat. Sekitar 9.600 spesies diketahui

berkhasiat obat dan 200 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat penting

bagi industri obat tradisional (Kardinan dan Kusuma, 2004). Kecenderungan gaya

hidup back to nature membuat pengobatan tradisional semakin meningkat

penggunaannya (AgroMedia, 2008).

Kegunaan tumbuhan sebagai obat disebabkan oleh kandungan kimia yang

dimiliki, namun tidak seluruh kandungan kimia diketahui secara lengkap karena

pemeriksaan bahan kimia dari satu tumbuhan memerlukan biaya yang mahal

(Hariana, 2004). Rendahnya pengetahuan terhadap kandungan senyawa berbagai

tumbuhan obat kadang-kadang membuat pengobatan tradisional terasa

meragukan, sehingga pendekatan secara farmakologi akan menghasilkan

informasi dari kegunaan tumbuhan obat (AgroMedia, 2008).

Ilmu kedokteran modern masih mempunyai kekurangan dan keterbatasan

dalam mengatasi berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus (Kardinan

dan Kusuma, 2004). Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik pada

sistem endokrin yang dapat ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah.

DM dapat disebabkan oleh kekurangan sekresi insulin, gangguan aksi insulin, atau

keduanya, dan merupakan penyakit yang sering terjadi di dunia (Talaviya, dkk.,

1
Universitas Sumatera Utara
2014). Tahun 2000, Indonesia menempati posisi keempat jumlah penderita DM

terbanyak setelah India, Cina, dan Amerika Serikat, yaitu sekitar 8,4 juta jiwa

(Wild, dkk., 2004). Tahun 2005 sekitar 173 juta orang menderita DM, tahun 2012

sekitar 3,7 juta kematian terjadi di dunia dengan 1,5 juta kematian akibat diabetes

dan 2,2 juta kematian akibat dari komplikasinya. Tahun 2014 sekitar 422 juta

orang dewasa menderita diabetes (WHO, 2016) dan jumlah penderita DM

diperkirakan akan meningkat (Funkedan Melzig, 2006).

Diabetes mellitus menjadi salah satu permasalahan, bukan hanya

prevalensinya yang meningkat dari tahun ke tahun (Wild, dkk., 2004), tetapi juga

karena dapat memicu komplikasi serius seperti neuropati, nefropati, retinopati,

luka bernanah pada kaki, hipertensi, penyakit jantung, dan impotensi (Talaviya,

dkk., 2014). Pengobatan DM mempunyai kelemahan, diantaranya terjadi

resistensi dan efek samping yang tidak diinginkan. Sulfonilurea menjadi kurang

efektif terhadap 44% pasien setelah penggunaan selama 6 tahun, dapat

menyebabkan penyakit hati, dan meningkatkan berat badan. Tiazolidindion dapat

menyebabkan toksisitas hati (Talaviya, dkk., 2014). Inhibitor α-glukosidase dan

metformin menyebabkan diare, perut kembung dan terasa tidak nyaman, serta

nyeri (Ministry of Health Malaysia, 2009).

Jambu bol (Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry) merupakan famili

dari Myrtaceae yang secara tradisional digunakan untuk mengobati diabetes

(WHO, 1998). Adanya potensi antioksidan dan agen antihiperglikemik miricitrin

dalam ekstrak daun Syzygium malaccense mengindikasikan potensi dalam

pengobatan diabetes melitus dan komplikasinya (Arumugam, dkk., 2014).

Penelitian ekstrak etanol daun jambu bol telah dilakukan oleh Arifin dan kawan-

kawan (2009), menunjukkan dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb dapat menurunkan

2
Universitas Sumatera Utara
kadar gula darah, volume konsumsi air minum, dan volume urin, serta dapat

memperbaiki berat badan tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin.

Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini dilakukan uji

antidiabetes terhadap fraksi etil asetat yang diperoleh melalui fraksinasi cair-cair

dari ekstrak etanol daun jambu bol untuk mengetahui sejauh mana efektifitasnya,

yang diuji terhadap mencit jantan diabetik (diinduksi dengan aloksan) dan sebagai

pembanding digunakan metformin.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini

adalah:

a. Apakah fraksi etil asetat daun jambu bol memiliki efek antidiabetes terhadap

mencit jantan yang diinduksi aloksan?

b. Apakah efek penurunan kadar glukosa darah (KGD) dari fraksi etil asetat daun

jambu bol sama dibandingkan dengan metformin pada mencit jantan yang

diinduksi aloksan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini

adalah:

a. Fraksi etil asetat daun jambu bol memiliki efek antidiabetes terhadap mencit

jantan yang diinduksi aloksan.

b. Terdapat persamaan efek penurunan kadar glukosa darah (KGD) antara fraksi

etil asetat daun jambu bol dengan metformin pada mencit jantan yang

diinduksi aloksan.

3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui efek antidiabetes fraksi etil asetat daun jambu bol terhadap

mencit jantan yang diinduksi aloksan.

b. Untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah (KGD) dari fraksi etil

asetat daun jambu bol dibandingkan dengan metformin pada mencit jantan

yang diinduksi aloksan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Memberikan informasi ilmiah mengenai khasiat daun jambu bol sebagai

penurun kadar glukosa darah.

b. Menambah inventaris obat tradisional yang berkhasiat sebagai antidiabetes.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk

simplisia dan ekstrak etanol daun jambu bol, suspensi Na CMC 0,5%, fraksi etil

asetat daun jambu bol (FEDJB) dosis 75, 100, 125, 150 dan 175 mg/kg bb,

metformin dosis 65 mg/kg bb serta waktu pengamatan. Sedangkan skrining

fitokimia dan penurunan kadar glukosa darah mencit adalah variabel terikat

dengan parameter berupa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin,

triterpenoid/steroid, dan kadar glukosa darah mencit.

4
Universitas Sumatera Utara
Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Serbuk simplisia
daun jambu bol
- Alkaloid
- Flavonoid
Ekstrak etanol Skrining - Glikosida
daun jambu bol fitokimia - Saponin
- Tanin
- Triterpenoid/Steroid

Fraksi etil asetat


daun jambu bol
(FEDJB)

Kelompok kontrol:
- Suspensi Na
CMC 0,5%
Kelompok uji: Kadar glukosa
- Suspensi FEDJB Penurunan darah mencit
dosis 75, 100, kadar glukosa (mg/dl)
125, 150 dan 175 darah mencit
mg/kg bb
Kelompok
pembanding:
- Suspensi
metformin 65
mg/kg bb

Waktu pengamatan:
15 hari

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Bol

Uraian tumbuhan meliputi sejarah singkat, sistematika tumbuhan, nama

asing, nama daerah, sinonim, morfologi tumbuhan, syarat tumbuh, manfaat, dan

kandungan kimia.

2.1.1 Sejarah singkat

Jambu bol merupakan tumbuhan yang berasal dari kawasan Malaysia,

Filipina, dan Indonesia. Penyebaran jambu bol di Indonesia terkonsentrasi di

Pulau Jawa (Menegristek, 2000).

2.1.2 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan jambu bol (Menegristek, 2000; Arifin, dkk., 2009)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Myrtales

Keluarga : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry

2.1.3 Nama asing

Jambu bol memiliki nama lain di berbagai negara seperti di Burma

(thabyo-thabyay), Inggris (wax jambu dan malay-apple), Filipina (tersana dan

6
Universitas Sumatera Utara
pomerac), Perancis (poirier de malaque, jambosier rouge, dan pomme malac),

Jerman (apfel-jambose), Malaysia (jambu merah, jambu bar, jambu melaka,

jambu kling dan jambu kapal), Spanyol (pomarrosa malay), Hawaii (ohia),

Thailand (chomphu-saraek dan chomphu-daeng), Kamboja (compuh kraham), dan

Vietnam (cay roi, dan man hurong tau) (Morton, 1987; Orwa, dkk., 2009).

2.1.4 Nama daerah

Nama daerah jambu bol diantaranya adalah jambu ripu (Aceh), dharsana

(Madura), myambu bol (Bali), jambu bo (Padang), jambu boa (Jambi), Maufa

(Nias) (Menegristek, 2000).

2.1.5 Sinonim

Sinonim dari Syzygium malaccense antara lain Eugenia malaccensis,

Jambos malaccensis DC (Morton, 1987), Caryophyllus malaccensis (L.) Stokes,

Eugenia domestica Baill., Eugenia macrophylla Lamarck, Eugenia

pseudomalaccensis Linden, Eugenia purpurascens Baill., Eugenia purpurea

Roxb., Jambosa domestica DC., Jambosa macrophylla (Lam.) DC., Jambosa

purpurascens DC., Jambosa purpurea (Roxb.) Wight & Arn., Myrtus

macrophylla (Lam.) Spreng. nom. illeg., dan Myrtus malaccensis (L.) Spreng

(Lim, 2012).

2.1.6 Morfologi tumbuhan

Jambu bol merupakan tumbuhan dengan tinggi 20 m dan berdiameter 20-

45 cm. Daun tebal, berhadapan, bentuk lonjong, ukuran 15-38 cm x 7-20 cm,

panjang tangkai daun 0,5-1,5 cm. Bunga berwarna merah muda dengan diameter

5-7 cm. Buah berbentuk lonjong dengan diameter 5-8 cm, berwarna merah gelap.

Daging buah tebal (0,5-2,5 cm), mempunyai kandungan air yang banyak, dan

harum. Biji bulat, diameter 2,5-3,5 cm, dan berwarna coklat (Orwa, dkk., 2009).

7
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Syarat tumbuh

Syarat tumbuh ideal dari tumbuhan jambu bol adalah temperatur 18-28ºC,

kelembaban udara 50-80%, serta tanah dengan keasaman (pH) antara 5,5-7,5,

subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (Menegristek, 2000).

2.1.8 Manfaat

Syzygium malaccense dikenal sebagai tumbuhan obat di sepanjang pulau

Pasifik dan Asia Timur-Selatan. Jambu bol secara tradisional digunakan untuk

mengobati nafsu makan yang buruk, nyeri tulang, diabetes, gonore, dan perut

melar setelah melahirkan (WHO, 1998). Infusa dari kulit pohon dan daun dapat

berkhasiat mengobati sariawan, sakit tenggorokan, muntah, sakit perut, bronkitis,

tuberculosis, dan gangguan saluran cerna. Selain itu, jambu bol juga dapat

digunakan untuk mengobati disentri (kulit akar), batuk (sari air daun), sakit mata

(sari air daun), kulit gatal (akar), dan konstipasi (akar) (Cheryll, 2010). Ekstrak

kulit batang jambu bol menunjukkan keefektifan sebagai agen hipoglikemik

dengan memperbaiki kadar glukosa darah puasa, pengosongan glikogen hati, dan

sebagai agen hipolipidemia pada tikus diabetes (Bairy, dkk., 2005).

2.1.9 Kandungan kimia

Daun jambu bol mengandung minyak esensial monoterpen 61,1% (secara

umum terdiri dari α-pinen 7,3%, (-)-β-pinen 8,0%, p-cimen 13,5% dan α-terpineol

7,5%) dan seskuiterpen 30,8% ((-)-β-caryophyllen sebagai komponen utama)

(Karioti, dkk., 2007). Ekstrak etanol daun jambu bol mengandung turunan

miricetin, yaitu miricetin-3-O-L-ramnosida (miricitrin), miricetin-3-glukosida,

dan miricetin-3-α-L-arabinofuranosida yang berpotensi sebagai antioksidan dan

agen antihiperglikemik (Arumugam, dkk., 2014). Casuarine-6-O-α-glukosida,

senyawa golongan alkaloid, yang diisolasi dari ekstrak metanol kulit batang

8
Universitas Sumatera Utara
Syzygium malaccense menunjukkan potensi menghambat aktivitas α-glukosidase

(Gaikwad, dkk., 2014). Buah jambu bol mengandung antosianin (sianidin-3,5-

diglukosida, sianidin-3-glukosida, dan peonidin-3-glukosida) (Nunes, dkk., 2016).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan

asal dengan menggunakan pelarut (Syamsuni, 2006). Beberapa metode ekstraksi

yaitu:

a. Maserasi

Maserasi digunakan untuk simplisia segar, kering, atau serbuk yang zat

aktifnya tidak tahan terhadap pemanasan. Keuntungan maserasi adalah pengerjaan

dan peralatannya mudah dan sederhana, sedangkan kekurangannya yaitu waktu

yang diperlukan untuk mengekstraksi bahan cukup lama, penyarian kurang

sempurna, dan pelarut yang digunakan jumlahnya banyak (BPOM RI, 2012).

b. Perkolasi

Perkolasi umumnya digunakan untuk mengekstraksi serbuk kering

simplisia terutama untuk bahan yang keras seperti kulit batang, kulit buah, biji,

kayu dan akar. Pelarut yang umum digunakan adalah etanol atau campuran etanol-

air. Jika dibandingkan dengan metode maserasi, metode ini tidak memerlukan

tahapan penyaringan perkolat, namun kerugiannya adalah waktu yang dibutuhkan

lebih lama dan jumlah pelarut yang digunakan lebih banyak (BPOM RI, 2012).

c. Digesti

Digesti adalah cara maserasi menggunakan pemanasan suhu 40-50°C dan

hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap

pemanasan (BPOM RI, 2012).

9
Universitas Sumatera Utara
d. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik (kondensor) (Depkes RI, 2000).

e. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 96-98oC selama 15-20 menit (Depkes RI, 2000).

f. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur titik didih air selama ≥ 30 menit (Depkes RI, 2000).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi padat-cair (Bustan, dkk.,

2008) yaitu:

1) Jumlah pelarut

Semakin banyak jumlah pelarut yang digunakan, maka semakin banyak

pula hasil yang didapatkan. Hal ini disebabkan oleh distribusi partikel dalam

pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas permukaan kontak.

2) Ukuran partikel

Ukuran partikel yang kecil akan memperluas permukaan kontak dan

meningkatkan laju difusi, namun ukuran partikel yang terlalu halus akan

menyulitkan pemisahan dan membuat biaya operasi semakin mahal.

3) Temperatur

Kecepatan pelarutan akan bertambah dengan menaiknya temperatur.

4) Waktu kontak

Waktu kontak antara zat pelarut dengan parikel-partikel padat pada operasi

padat-cair dipengaruhi temperatur, jenis pelarut, dan ukuran partikel.

10
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak yang diperoleh masih mengandung senyawa yang sangat

kompleks, sehingga perlu dilakukan fraksinasi cair-cair atau partisi. Gunakan

corong pisah yang berbentuk buah pir/lebih bulat untuk mempartisi dua pelarut

yang memiliki perbedaan polaritas yang tinggi seperti air dengan n-heksana,

sedangkan corong pisah yang berbentuk lebih memanjang digunakan untuk dua

pelarut yang memiliki polaritas yang berdekatan misalnya air dengan butanol

(Saifudin, 2014).

2.3 Insulin

Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam responnya

terhadap peningkatan glukosa darah. Pankreas secara normal mensekresikan 40-

60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa, asam

amino, dan asam lemak untuk mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan

dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di

masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga kadar glukosa dalam darah

menurun. Nilai glukosa darah normal adalah 60-100 mg/dl. Ketika kadar glukosa

darah lebih besar dari 180 mg/dl maka dapat terjadi glukosuria (gula dalam urin).

Peningkatan kadar gula darah bertindak sebagai diuretik osmotik yang

menyebabkan poliuria. Bila gula darah tetap tinggi (>200 mg/dl), maka terjadi

diabetes melitus (Kee dan Hayes, 1996).

2.4 Diabetes Melitus (DM)

Diabetes melitus ditandai oleh 3P: poliuria (meningkatnya pengeluaran

urin), polidipsia (meningkatnya rasa haus), dan polifagia (meningkatnya rasa

lapar) (Kee dan Hayes, 1996).

11
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Klasifikasi DM

Klasifikasi DM berdasarkan patologi meliputi:

a. DM tipe 1

DM tipe 1 disebut juga sebagai Insulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM) atau juvenile onset diabetes, umumnya ditemukan pada anak-anak atau

remaja, terjadi sekitar 5-10% dari kasus diabetes (Talaviya, dkk., 2014). DM tipe

ini diperantarai oleh degenerasi sel β Langerhans pankreas akibat infeksi virus,

pemberian senyawa diabetogenik atau secara genetik yang mengakibatkan

produksi insulin sangat rendah atau berhenti sama sekali. Hal tersebut

mengakibatkan pemasukan glukosa dalam otot dan jaringan adiposa menurun

(Nugroho, 2006).

DM tipe 1 menunjukkan kadar glukosa darah yang sangat tinggi, tetapi

tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Oleh karena itu, energi

diperoleh melalui peningkatan katabolisme protein dan lemak. Ketoasidosis sering

terjadi pada DM tipe 1 (Federiuk, dkk., 2004).

b. DM tipe 2

DM tipe 2 disebut juga sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM) atau adult-onset diabetes, umumnya terjadi pada orang dewasa dengan

umur lebih 40 tahun, namun terkadang ditemukan pada remaja. Sekitar 76-85%

kasus diabetes merupakan DM tipe 2. Keadaan yang terjadi pada DM tipe 2

menunjukkan bahwa insulin tetap dihasilkan dalam jumlah normal atau

meningkat, tetapi tidak berkerja dengan baik dalam memanfaatkan gula. Faktor

resiko DM tipe 2 meliputi usia, obesitas, riwayat diabetes keluarga, riwayat

diabetes gestasional, gangguan toleransi glukosa, inaktivitas fisik, dan ras/etnik

(Talaviya, dkk., 2014).

12
Universitas Sumatera Utara
DM tipe 2 secara patologis disebabkan oleh dua hal yaitu penurunan

respon jaringan perifer terhadap insulin (resistensi insulin) dan penurunan

kemampuan respon sel β pankreas dalam mensekresi insulin. DM tipe 2 sebagian

besar diawali dengan kegemukan karena kelebihan makan, kemudian sel β

pankreas merespon dengan mensekresi insulin lebih banyak sehingga kadar

insulin meningkat (hiperinsulinemia). Konsentrasi insulin yang tinggi

mengakibatkan reseptor insulin melakukan pengaturan sendiri dengan

menurunkan jumlah reseptor, sehingga membawa dampak terhadap penurunan

respon reseptornya dan mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Peningkatan

produksi glukosa dan penurunan penggunaannya pada resistensi insulin

mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemik). Hal ini

menyebabkan sel β pankreas menjadi kurang sensitif dalam mensekresi insulin

dan mengakibatkan defisiensi insulin. Pemberian obat antidiabetes oral seperti

sulfonilurea pada pasien DM tipe 2 masih dapat merangsang kemampuan sel β

Langerhans pankreas untuk mensekresi insulin (Nugroho, 2006).

c. Diabetes gestasional

Diabetes ini merupakan intoleransi glukosa selama kehamilan yang dapat

menyebabkan kacacatan dan kematian prenatal. DM ini dapat disembuhkan secara

utuh tetapi membutuhkan pengawasan medis selama kehamilan. Sekitar 20-50%

wanita berkembang menjadi DM tipe 2 di kemudian hari (Talaviya, dkk., 2014).

2.4.2 Hewan percobaan diabetes melitus

Kondisi hiperglikemia pada hewan pertama kali dilakukan dengan cara

pengambilan organ pankreas secara menyeluruh atau sebagian, yang dikenal

dengan nama “pankreatektomi”. Metode ini sudah jarang digunakan karena tidak

secara kuat mencerminkan kondisi patologi pada manusia. Oleh karena itu, para

13
Universitas Sumatera Utara
peneliti menggunakan metode tanpa pembedahan yang pertama kali dikenalkan

dengan pemberian diabetogenik, misalnya streptozotosin dan aloksan.

Streptozotosin, aloksan, asam urat, asam dialurat, asam ksanturenat dapat

digunakan untuk menghasilkan hewan uji DM tipe 1, sedangkan hewan uji DM

tipe 2 dapat dihasilkan dengan beberapa cara yaitu: pemberian nutrisi (seperti

makanan yang kaya fruktosa pada tikus selama lebih dari 2 bulan) sehingga dapat

menstimulasi resistensi insulin, pankreaktomi parsial, pemberian senyawa

diabetogenik, ataupun secara genetik. Pemberian streptozotosin dosis 90 mg/kg bb

secara i.p. pada tikus neonatal akan menginduksi DM tipe 2 pada usia 6 minggu

atau lebih (Nugroho, 2006).

Berdasarkan cara pembuatannya, hewan percobaan diabetes melitus

dibedakan menjadi dua yaitu: (1) terinduksi, misalnya melalui pankreatomi,

senyawa kimia (diabetogenik) dan virus; (2) spontan, misalnya menggunakan

tikus BB (bio breeding) atau mencit NOD (non-obese diabetic) (Nugroho, 2006).

2.4.3 Obat antidiabetes oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antidiabetes oral dibagi menjadi 5

golongan, yaitu (Perkeni, 2015):

a. Pemacu sekresi insulin

a.1 Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek meningkatkan sekresi insulin oleh sel

beta pankreas. Efek samping dari sulfonilurea adalah hipoglikemia dan

peningkatan berat badan.

a.2 Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea.

Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu repaglinid (derivat asam benzoat)

14
Universitas Sumatera Utara
dan nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah

pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Efek samping

yang mungkin terjadi dari penggunaan golongan ini adalah hipoglikemia.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap insulin

b.1 Metformin

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa di hati

(glukoneogenesis) dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Efek

samping yang mungkin terjadi adalah gangguan pada saluran percernaan.

b.2 Tiazolidindion (TZD)

Tiazolidindion mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan cara

meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan

ambilan glukosa di jaringan perifer. Obat yang termasuk dalam golongan ini

adalah pioglitazon.

c. Penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan

c.1 Penghambat alfa glukosidase

Obat penghambat alfa glukosidase bekerja dengan memperlambat absorbsi

glukosa dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa

darah setelah makan. Efek samping yang mungkin terjadi adalah penumpukan

gas dalam usus. Efek samping ini dapat dikurangi dengan cara pemberian dengan

dosis kecil. Contoh obat golongan ini adalah akarbose.

d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)

Obat golongan ini menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1

(Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif.

Aktivitas GLP-1 dapat meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi

glukagon. Contoh obat golongan ini adalah sitagliptin dan linagliptin.

15
Universitas Sumatera Utara
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)

Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral

jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal

dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2. Obat yang

termasuk golongan ini antara lain canagliflozin, empagliflozin, dapagliflozin,

ipragliflozin. Dafagliflozin telah mendapat approvable letter dari Badan POM RI

pada bulan Mei 2015.

2.5 Aloksan

Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa

hidrofilik dan tidak stabil. Waktu paro pada suhu 37°C dan pH netral adalah 1,5

menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Aloksan dapat digunakan

sebagai diabetogenik secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis

intravena yang digunakan biasanya 65 mg/kg bb, sedangkan intraperitoneal dan

subkutan adalah 2-3 kalinya (Szkudelski, 2001). Aloksan dapat secara cepat

mencapai pankreas. Pembentukan oksigen reaktif merupakan faktor utama pada

kerusakan sel β pankreas (Nugroho, 2006).

Gambar 2.1 Struktur kimia aloksan

16
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental, meliputi pengumpulan tumbuhan dan pengolahan sampel,

pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanol daun jambu bol, pembuatan fraksi

etil asetat daun jambu bol, penyiapan hewan percobaan, pengujian efek

antidiabetes fraksi etil asetat daun jambu bol pada mencit jantan dengan

menggunakan metode toleransi glukosa dan induksi aloksan. Data hasil penelitian

dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)

menggunakan analisis variansi (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Post-

Hoc Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas

laboratorium, blender (Philips), aluminium foil, glukometer dan strip glukotes

(EasyTouch®GCU), lemari pengering, mortir dan stamper, neraca hewan (Presica

Geniweigher GW-1500), neraca listrik (Mettler Toledo), oral sonde, rotary

evaporator, stopwatch, penangas air, dan spuit 1ml.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan

tumbuhan dan bahan kimia. Bahan tumbuhan yang digunakan yaitu daun jambu

bol (Syzygium malaccense [L.] Merr & Perry). Bahan kimia yang digunakan

adalah akuades, etanol destilasi, n-heksana destilasi, etil asetat destilasi, metanol,

17
Universitas Sumatera Utara
asam sulfat pekat, asam klorida 2N, asam klorida pekat, kloroform, LP Mayer, LP

Dragendorff, LP Bouchardat, eter minyak tanah, serbuk seng, serbuk magnesium,

LP Molisch, isopropanol, FeCl3 1%, LP Liebermann-Burchard, natrium sulfat

anhidrat, Na CMC (Natrii Carboxy Methyl Cellulose), aloksan monohidrat (Sigma

Aldrich), larutan NaCl 0,9%, tablet glibenklamid (Indofarma), dan tablet

metformin (Hexpharm).

3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan tanpa membandingkan dengan

bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan diambil dari pohon yang

tumbuh di Emplasmen, PTPN 3 Kebun Pulau Mandi, Kec. Buntu Pane, Kab.

Asahan. Daun yang diambil adalah helai daun yang masih segar, berwarna hijau,

dalam keadaan baik dengan usia dewasa, tidak terlalu tua, dan tidak terlalu muda.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Herbarium Bogoriense,

Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Bogor dan telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Mulyana, 2016).

3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan

Daun segar jambu bol dibersihkan dari kotoran, dicuci, ditiriskan,

dipotong, kemudian ditimbang sebagai berat basah. Selanjutnya dikeringkan

dalam lemari pengering pada temperatur ±40°C sampai kering (ditandai bila

diremas rapuh), kemudian ditimbang sebagai berat kering. Simplisia yang telah

kering diblender menjadi serbuk lalu disimpan dalam wadah tertutup rapat pada

suhu kamar untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain.

18
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol

Pembuatan ekstrak etanol daun jambu bol dilakukan dengan cara maserasi

menggunakan etanol 80%. Serbuk simplisia sebanyak 10 bagian dimasukkan ke

dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup, dan

dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Selanjutnya

diserkai, diperas, dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga

diperoleh 100 bagian, dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan selama 2

hari di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya, lalu dienaptuangkan atau disaring.

Maserat etanol yang diperoleh dienapkan di temapat sejuk selama 24 jam,

diserkai, dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada temperatur < 50oC

sampai diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, 1979).

3.5 Pembuatan Fraksi-Fraksi dari Ekstrak Etanol

Sebanyak 20 g ekstrak etanol ditambahkan sedikit demi sedikit pelarut

etanol sambil diaduk sampai larut, ditambahkan 40 ml akuades, dimasukkan ke

dalam corong pisah. Selanjutnya ditambahkan 100 ml pelarut n-heksana, dikocok,

didiamkan sampai terdapat 2 lapisan, lapisan n-heksana (lapisan atas) dipisahkan.

Pengerjaan ini dilakukan sampai lapisan n-heksana memberikan hasil negatif

terhadap pereaksi Liebermann-Burchard. Lapisan n-heksana digabungkan,

dipekatkan dengan rotary evaporator, sehingga diperoleh fraksi n-heksana kental.

Residu (sisa) ditambahkan dengan 100 ml pelarut etil asetat, dikocok, kemudian

didiamkan sampai terdapat 2 lapisan, lapisan etil asetat (lapisan atas) dipisahkan.

Pengerjaan ini dilakukan sampai lapisan etil asetat memberikan hasil negatif

terhadap pereaksi FeCl3. Lapisan etil asetat digabungkan, kemudian dipekatkan

dengan bantuan rotary evaporator, sehingga diperoleh fraksi etil asetat kental.

19
Universitas Sumatera Utara
Lapisan etanol-air (sisa) diambil, kemudian dipekatkan menggunakan rotary

evaporator, sehingga didapat fraksi etanol-air (Bassett, dkk., 1994).

3.6 Skrining Fitokimia

3.6.1 Pemeriksaan alkaloida

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g, ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan

9 ml akuades, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan

disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalam

masing-masing tabung reaksi dimasukkan 3 tetes filtrat.

Tabung I : ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer

Tabung II : ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff

Tabung III : ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat

Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga

dari percobaan di atas (Depkes RI, 1995).

3.6.2 Pemeriksaan flavonoida

3.6.2.1 Pembuatan larutan percobaan

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g, ditambahkan 10 ml metanol, direfluks

dengan menggunakan pendingin balik selama 10 menit. Kemudian disaring panas

melalui kertas saring berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml akuades. Setelah

dingin ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati lalu didiamkan.

Lapisan metanol diambil, diuapkan pada suhu 40° C di bawah tekanan. Kemudian

sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat.

3.6.2.2 Percobaan pada larutan percobaan

a. Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan

dalam 2 ml etanol 96%, ditambahkan 0,5 mg serbuk seng dan 2 ml asam

20
Universitas Sumatera Utara
klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam

klorida pekat, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif

menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol).

b. Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan

dalam 1 ml etanol 96%, ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 ml asam

klorida pekat, jika terjadi warna merah jingga sampai warna merah ungu

menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga,

menunjukkan adanya flavon dan kalkon (Depkes RI, 1995).

3.6.3 Pemeriksaan glikosida

Sampel 3 g disari dengan 30 ml campuran etanol 96% dan akuades (7:3),

lalu ditambahkan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan,

lalu disaring. Sebanyak 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml akuades dan 25 ml timbal

(II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari 3 kali

dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3). Lapisan air diambil,

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diuapkan di atas penangas air sampai tersisa

sedikit, lalu ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes larutan pereaksi Molisch, lalu

ditambahkan dengan perlahan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung,

terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula

(glikon) atau glikosida (Depkes RI, 1995).

3.6.4 Pemeriksaan saponin

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat

selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak

kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida

2N menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1995).

21
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Pemeriksaan tanin

Sampel 1 g dididihkan dengan akuades selama 3 menit, didinginkan dan

disaring. Filtrat diencerkan sampai tidak berwarna, diambil 2 ml larutan dan

ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1% b/v. Jika terjadi warna biru

kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.6.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid

Sampel ditimbang sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml

n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap.

Pada sisa ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya

warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid sedangkan warna merah,

merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).

3.7 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit

putih jantan dengan berat badan 20-30 g usia sekitar 2-3 bulan. Mencit ini

sebelumnya diaklimatisasi selama dua minggu (BPOM RI, 2014). Dua minggu

sebelum pengujian dilakukan, hewan percobaan harus dipelihara dan dirawat

dengan sebaik-baiknya pada kandang yang mempunyai ventilasi baik dan dijaga

kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan pertumbuhan yang normal

(Depkes RI, 1979).

3.8 Pembuatan Larutan dan Suspensi Pengujian Antidiabetes

3.8.1 Pembuatan larutan glukosa 50%

Sebanyak 50 g glukosa yang telah ditimbang seksama dilarutkan dalam

akuades panas, kemudian volume dicukupkan sampai 100 ml.

22
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Pembuatan larutan aloksan monohidrat 150 mg/kg bb

Sebanyak 150 mg aloksan monohidrat dimasukkan ke dalam labu tentukur

10 ml, dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9% dalam keadaan dingin. Volume

dicukupkan sampai garis tanda.

3.8.3 Pembuatan suspensi Na CMC 0,5%

Sebanyak 0,5 g Na CMC yang telah ditimbang seksama ditaburkan dalam

lumpang panas yang berisi 10 ml akuades panas. Kemudian didiamkan selama 15

menit hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen,

diencerkan dengan akuades hangat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100

ml kemudian dicukupkan volumenya dengan akuades hangat hingga 100 ml.

3.8.4 Pembuatan suspensi glibenklamid 0,65 mg/kg bb

Sebanyak 26 mg serbuk tablet glibenklamid dimasukkan ke dalam

lumpang, digerus dan ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% sedikit demi sedikit

sambil digerus sampai homogen. Volume dicukupkan hingga 10 ml.

3.8.5 Pembuatan suspensi metformin dosis 65 mg/kg bb

Sebanyak 70 mg serbuk tablet metformin dimasukkan ke lumpang dan

ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil digerus sampai

homogen. Volume dicukupkan hingga 10 ml.

3.8.6 Pembuatan suspensi FEDJB

Variasi dosis yang digunakan dalam pengujian ini adalah dosis 75, 100,

125, 150 dan 175 mg/kg bb. Pembuatan suspensi FEDJB dosis 75 mg dilakukan

dengan cara sejumlah 75 mg FEDJB dimasukkan ke dalam lumpang, ditambahkan

suspensi Na CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen,

volume dicukupkan hingga 10 ml. Prosedur yang sama dilakukan untuk

pembuatan suspensi FEDJB dosis 100, 125, 150 dan 175 mg/kg bb.

23
Universitas Sumatera Utara
3.9 Tahap Pengujian

3.9.1 Penggunaan glukometer “EasyTouch


GCU”

Kadar glukosa darah diukur dengan glukometer secara enzimatis. Strip

glukotes dimasukkan ke glukometer sehingga glukometer akan hidup secara

otomatis. Kode nomor yang muncul pada layar dicocokkan dengan yang ada pada

vial strip glukotes. Pada layar muncul tanda siap untuk diteteskan darah, 1 tetes

darah disentuhkan ke strip glukotes dan akan terserap melalui aksi kapiler. Ketika

wadah terisi penuh oleh darah, alat mulai mengukur kadar glukosa darah.

3.9.2 Pengukuran kadar glukosa darah (KGD)

Mencit dipuasakan (tidak diberi makan tetapi tetap diberi minum) selama

18 jam sebelum percobaan. Kemudian KGD mencit diukur melalui pembuluh

darah vena dengan cara ekor mencit didisinfektan dengan etanol 70% lalu ujung

ekor digunting secara aseptik (Thomson, 1985), tetesan darah pertama dibuang,

tetesan berikutnya diserapkan pada strip glukotes yang terselip pada alat.

Sejumlah darah tertentu akan terserap sesuai dengan kapasitas serap strip, setelah

itu perdarahan ekor mencit dihentikan, dalam waktu 10 detik pada layar tertera

kadar glukosa darah dalam satuan mg/dl.

3.9.3 Pengujian efek antidiabetes FEDJB dengan metode toleransi glukosa

Mencit dipuasakan selama 18 jam, ditimbang berat badannya, diukur KGD

puasa, dan dikelompokkan secara acak menjadi 7 kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 3 ekor mencit yang diberi perlakuan per oral. Kelompok 1

diberi suspensi Na CMC 0,5%, kelompok 2 diberi suspensi glibenklamid dosis

0,65 mg/kg bb, dan kelompok 3-7 diberi suspensi FEDJB dosis 75, 100, 125, 150,

175 mg/kg bb. Setiap kelompok yang telah diberikan sediaan uji, setelah 30 menit

diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 3 g/kg bb per oral. Setelah pemberian

24
Universitas Sumatera Utara
glukosa, dilakukan pengukuran KGD mencit pada menit ke- 30, 60, 90, dan 120

menggunakan glukometer.

3.9.4 Pengujian efek antidiabetes FEDJB dengan metode induksi aloksan

Penentuan jumlah hewan uji tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus

Federer: (n-1) (t-1) ≥15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n

menunjukkan jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan (Sudjana, 1992).

Mencit jantan sebanyak 35 ekor dipuasakan selama 18 jam, ditimbang

berat badannya, diukur KGD puasa, dan diinduksi aloksan dosis 150 mg/kg bb

secara intraperitonial (Ofor, dkk., 2013). Kemudian pada hari ke- 3 KGD mencit

diukur. Mencit dianggap diabetes apabila kadar glukosa darah puasa ≥ 200 mg/dl

dan telah dapat digunakan untuk pengujian (Adejoh, dkk., 2016).

Mencit diabetes dikelompokkan menjadi 7 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 5 ekor dan diberi perlakuan secara oral. Kelompok 1 diberi

suspensi Na CMC 0,5%, kelompok 2 diberi suspensi metformin dosis 65 mg/kg

bb, dan kelompok 3-7 diberi suspensi FEDJB dosis 75, 100, 125, 150 dan 175

mg/kg bb. Ketujuh kelompok diberi sediaan uji selama 15 hari berturut-turut,

pengukuran kadar glukosa darah diukur pada hari ke- 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15

menggunakan alat glukometer EasyTouchGCU.

3.10 Analisis data

Data hasil penelitian dianalisis dengan SPSS versi 17, menggunakan

metode analisis variansi (ANAVA) dengan tingkat kepercayaan 95% dan

dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tukey untuk melihat perbedaan yang nyata antar

perlakuan.

25
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi,

LIPI, Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah daun jambu

bol (Syzygium malaccense [L.] Merr & Perry) suku Myrtaceae. Hasil identifikasi

dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 46, sedangkan gambar tumbuhan jambu

bol dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 47.

4.2 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi

Hasil maserasi dari 900 g serbuk simplisia (Lampiran 3, halaman 48)

diperoleh ekstrak kental 113,7 g. Pelarut etanol 80% (campuran alkohol dan air)

memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengekstraksi hampir semua senyawa

bahan alam (Andriani, 2011). Pelarut etanol tidak toksik (Harborne, 1987) dan

tidak bereaksi dengan senyawa yang ada pada tumbuhan (Khairunnisa, 2012).

Bagan prosedur kerja dan pembuatan ekstrak etanol dapat dilihat pada Lampiran

4, halaman 49 dan Lampiran 5, halaman 50. Ekstrak etanol kemudian dilakukan

fraksinasi cair-cair dengan pelarut n-heksana dan etil asetat. Pembuatan fraksi-

fraksi dari ekstrak etanol dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 51.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol, dan Fraksi Etil
Asetat Daun Jambu Bol

Skrining fitokimia terhadap simplisia, ekstrak etanol, dan fraksi etil asetat

daun jambu bol dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa

26
Universitas Sumatera Utara
metabolit sekunder yang terdapat di dalam simplisia, ekstrak etanol, dan fraksi etil

asetat. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan

ekstrak etanol daun jambu bol mengandung senyawa golongan alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid/steroid dan glikosida. Fraksi etil asetat daun

jambu bol mengandung senyawa golongan metabolit sekunder yang sama dengan

simplisia dan ekstrak etanol tetapi negatif terhadap triterpenoid/steroid, hasilnya

dapat dilihat pada Tabel 4.1. Kandungan metabolit sekunder fraksi etil asetat daun

jambu bol diharapkan mempunyai aktivitas sebagai antidiabetes karena dijumpai

senyawa alkaloid (Prameswari dan Simon, 2014), flavonoid (Pourchel, dkk.,

2006), saponin (Firdous, dkk., 2009), tanin (Ravichandiran, dkk., 2012) yang

dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak etanol, dan fraksi etil asetat
daun jambu bol

Ekstrak Fraksi etil


No. Metabolit sekunder Simplisia
etanol asetat
1. Alkaloid + + +
2. Flavonoid + + +
3. Saponin + + +
4. Tanin + + +
5. Triterpenoid/steroid + + -
6. Glikosida + + +

Keterangan: (+) = mengandung golongan senyawa metabolit sekunder


(-) = tidak mengandung golongan senyawa metabolit sekunder

4.4 Efek Antidiabetes FEDJB

4.4.1 Hasil uji antidiabetes FEDJB menggunakan metode toleransi glukosa

Metode toleransi glukosa digunakan sebagai uji pendahuluan, yang

bertujuan untuk mengetahui kemampuan kelompok uji dalam mengembalikan ke

27
Universitas Sumatera Utara
keadaan homeostasis setelah kadar glukosa darah meningkat (Syah, dkk., 2015).

Hewan coba sebelum diberi perlakuan, dipuasakan terlebih dahulu untuk

meniadakan pengaruh zat-zat lain terhadap kadar glukosa darah (KGD) puasa

sehinga peningkatan KGD mudah terlihat dan meningkatkan rasa lapar pada tikus

sehingga tikus mau menelan sediaan uji pada saat diberi perlakuan (Padilah,

2009). Pemberian glukosa secara oral atau intraperitonial dapat memicu kenaikan

insulin plasma yang lebih besar dibandingkan dengan pemberian secara intravena,

hal ini dipengaruhi oleh adanya hormon-hormon pencernaan dalam metabolisme

glukosa. Pengujian glukosa dilakukan selama 2 jam dengan tujuan untuk melihat

efek penurunan kadar glukosa darah dengan selang waktu 30 menit, diharapkan

absorbsi glukosa darah ke dalam jaringan dapat teramati dengan baik (Syah, dkk.,

2015). Puncak kadar glukosa dalam ½ atau 1 jam dan kembali normal setelah 2-3

jam (Otari, 2013).

Penelitian ini menggunakan mencit sebagai hewan coba karena mudah

didapat, mudah ditangani, murah dan telah ada penelitian sebelumnya yang

berhasil, contohnya yang telah dilakukan oleh Haro (2015) yang melakukan uji

antidiabetes ekstrak etanol daun kelapa sawit terhadap mencit jantan. Mencit

jantan dipilih karena memiliki kondisi hormonal yang lebih stabil dibanding

betina dan tidak mengalami siklus estrus, masa kehamilan dan menyusui yang

mempengaruhi psikologis hewan uji. Mencit jantan pada usia 2-3 bulan adalah

mencit dewasa muda yang mempunyai keadaan fisiologik yang optimum

(Indrawati, dkk., 2015).

28
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. FEDJB dosis 75, 100, 125, 150 dan 175 mg/kg bb mempunyai efek

antidiabetes terhadap mencit jantan yang diinduksi aloksan dengan persen

penurunan 55,19%, 66,77%, 70,43%, 71,59%, dan 73,04% pada hari ke- 15.

Kelompok FEDJB dosis 75, 100, 125, 150 dan 175 mg/kg bb terdapat

perbedaan penurunan KGD yang bermakna dengan kontrol negatif (p<0,05).

b. FEDJB dosis 100, 125, 150 dan 175 mg/kg bb tidak mempunyai perbedaan

penurunan KGD yang bermakna dengan metformin (p>0,05) yang mulai

terlihat dari hari ke- 9 setelah pemberian FEDJB.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk:

a. Melakukan standarisasi ekstrak etanol daun jambu bol agar dapat digunakan

dalam pelayanan farmasi.

b. Melakukan uji toksisitas ekstrak etanol daun jambu bol.

c. Mengisolasi kandungan aktif dari fraksi etil asetat daun jambu bol yang

berkhasiat sebagai antidiabetes.

39
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Medicinal Plants of the Myrtaceae: Psidium, Pimenta and


Syzygium. Chapter 11. Diakses tanggal 14 November 2016 pukul 20.55.
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/60652/15/15_chapter%2
011.pdf. Halaman 94-103.

Adejoh, I.P., Chiadikaobi, O.S., Barnabas, A.O., Ifeoluwa, A.O., dan Muhammed,
H. S. (2016). In Vivo and In Vitro Comparative Evaluation of the Anti-
diabetic Potentials of the Parts of Moringa oleifera Tree. European
Journal of Biotechnology and Bioscince. ISSN 2321-9122. 4(1): 15.
www.bioscienejournals.com.

AgroMedia. (2008). 273 Ramuan Tradisional untuk Mengatasi Aneka Penyakit.


Jakarta: PT AgroMedia Pusaka. Halaman 6.

Amma, N.R. (2009). Efek Hipogligemik Ekstrak Daun Murbei (Morus


multicaulis) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus DM. Tesis. Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Andriani, A. (2011). Skrining Fitokimia dan Uji Penghambatan Aktivitas α-


Glukosidase pada Ekstrak Etanol dari Beberapa Tanaman yang Digunakan
sebagai Obat Antidiabetes. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok.

Arifin, H., Henny, L., dan Roslinda, R. (2009). Pengembangan Tumbuhan Jambu
Bol (Eugenia malaccensis L.) sebagai Obat Antidiabetes. Hasil Penelitian
Hibah Unggulan Strategis Nasional. Fakultas Farmasi. Universitas
Andalas. Padang.

Arifin, H., Ann, M., dan Asram, A. (2011). Pengaruh Air Perasan Bengkuang
(Pachrizus erosus L. Urb.) terhadap Kadar Gula Darah Mencit Putih
Jantan Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi. 16(2):128-137.

Arumugam, B., Manaharan, T., Chua, K. H., Kuppusamy, U.R., dan Palanisamy,
U. D. (2014). Antioxidant and Antiglicemic potentials of a standardized
extract of Syzygium malaccense. LWT-Food Science and Technology.
Elsevier. 59: 707-712.

Arumugam, B., Manaharan, T., Chua, K. H., Kuppusamy, U.R., dan Palanisamy,
U. D. (2016). Potential Antihyperglycaemic Effect of Myricetin
Derivatives from Syzygium malaccense. Journal of Functional Foods.
Elsevier. 22: 325-336.

Bairy, K.L., Sharma, A., dan Shalini, A. (2005). Evaluation of Hypoglycemic,


Hypolipidemic and Hepatic Glycogen Raising Effects of Syzygium

40
Universitas Sumatera Utara
malaccense upon Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Journal of
Natural Remedies. 5: 46-51.

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. (1994). Buku Ajar
Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Halaman 165.

Batista, A.G., Silva, J.K., Cazarin, C.B.B., Biasoto, A.C.T., Sawaya, A.C.H.F.,
Prado, M.A., dan Junior, M.R.M. (2016). Red-Jambo (Syzygium
malaccense): Bioactive Compounds in Fruits and Leaves. LWT-Food
Science and Technology. Elsevier. Halaman 1-8.

BPOM RI. (2012). Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak.


Volume I. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Halaman 12-14.

BPOM RI. (2014). Pedoman Uji Toksisitas Non Klinik secara In Vivo. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Halaman 12-13.

Brahmachari, G. (2011). Bio-flavonoids with Promising Antidiabetic Potentials:


A Critical Survey. Research Signpost. Halaman 187-212.

Bustan, M.D., Febriyani, R., dan Pakpahan ,H. (2008). Pengaruh Waktu Ekstraksi
dan Ukuran Partikel terhadap Berat Oleoresin Jahe yang Diperoleh dalam
Berbagai Jumlah Pelarut Organik (Metanol). Jurnak Teknik Kimia
Fakultas Teknik Unsri. 15(4): 18.

Cheryll, J.W. (2010). Medicinal Plants in Australia. Vol. I, Bush Pharmacy.


Australia: Rosenberg Publishing Pry Ltd. Halaman 255-256.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 9, 33, 902.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 5-14, 80-91, 325.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 17.

Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants.


Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3):263.

Federiuk, I.F., Casey, H.M., Quinn, M.J., Wood, M.D., dan Ward, W.K. (2004).
Induction of Type-1 Diabetes Mellitus in Laboratory Rats by Use of
Alloxan: Route of Administration, Pitfalls, and Insulin Treatment. 54(3):
252-257.

Firdous, M., Koneri, R., Sarvaraidu, C.H., Harish, M., dan Shubhapriya, K.H.
(2009). NIDDM Antidiabetic Activity of Saponins of Momordica

41
Universitas Sumatera Utara
cymbalaria in Streptozotocin-Nicotinamide NIDDM Mice. Journal of
Clinical and Diagnosis Research. 3: 1460-1465.

Funke, I., dan Melzig, M.F. (2006). Traditionally Used Plants in Diabetes
Therapy-Phytotherapeutics as Inhibitors of α-Amylase Activity. Revista
Brasileria de Farmacognosia Brazilian Journal of Pharmacognos. 16(1):
1-5.

Gaikwad, S.B., Mohan, G.K., dan Rani, M.S. (2014). Phytochemicals for Diabetes
Management. Pharmaceutical Crops. 5: 11-28.

Guzman, A., dan Guerrero, R.O. (2005). Inhibition of Aldose Reductase by Herbs
Extracts and Natural Substances and Their Role in Prevention of
Cataracts. Revista Cubana de Plantas Medicinales.10: 3-4.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan


Iwang Soediro. Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 152.

Hariana, H.A. (2004). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 1. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 1.

Harmita dan Radji, M. (2008). Kepekaan terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar
Analisis Hayati. Edisi 3. Jakarta: EGC. Halaman 67.

Haro, D. V. (2015). Uji Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) terhadap Mencit Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Indrawati, S., Yuliet, dan Ihwan. (2015). Efek Antidiabetes Ekstrak Air Kulit
Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) terhadap Mencit (Mus
musculus) Model Hiperglikemia. Galenika Journal of Pharmacy. 2(1): 69-
76.

Kardinan, A., dan Kusuma, F.R. (2004). Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh
Alami. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Halaman 1-5.

Karioti, A., Skaltsa, H., dan Gbolade, A.A. (2007). Analysis of the Leaf Oil of
Syzygium malaccense Merr. Et Perry from Nigeria. Journal of Essential
Oil Research. 19: 2.

Kee, J.L., dan Hayes, E.R. (1996). Farmakologi: Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta: EGC. Halaman 588-600.

Khairunnisa, S. (2012). Uji Aktivitas Antidiabetes Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol


Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) melalui Penghambatan Aktivitas α-
Glukosidase dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dari Fraksi yang
Aktif. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.

42
Universitas Sumatera Utara
Kumar, A.Y., Nandakumar, K., Handral, M., Talwar, S., dan Dhayabaran, D.
(2011). Hypoglycaemic and Anti-diabetic Activity of Stem Bark Extracts
Erythina indina in Normal and Alloxan-Induced Diabetec Rats. Saudi
Pharmaceutical Journal. 19: 35-42.

Lim, T.K. (2012). Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants. Fruits. ISBN 978-
94-007-2533-1. Volume 3. New York: Springer Science+Business Media
B.V. Halaman 769.

Menegristek. (2000). Jambu Bol (Syzygium malaccense L.). Editor Kemal


Prihatman. Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Diakses tanggal 02
Januari 2017 pukul 20.05. http://sdmuhcc.net/elearning/aridata_web
/how/b/buah/jambu_bol.pdf. Halaman 1-3.

Ministry of Health Malaysia. (2009). Management of Type 2 Diabetes Melitus.


Clinical Practice Guidelines. Malaysia: Ministry of Health Malaysia.
Halaman 15-21.

Morton, J.F. (1987). Malay Apple. Dalam buku Fruits of Warm Climates. Miami:
Purdue University. ISBN: 0-9610184-1-0. Halaman 378-381.

Mulyana, L. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol (Syzygium
malaccense L. Merr & Perry) sebagai Antikolesterol Menggunakan Tikus
Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nugroho, E.O. (2006). Hewan Percobaan Diabetes Mellitus: Patologi dan


Mekanisme Aksi Diabetogenik. Review Article. Biodiversitas. ISSN:
1412-033X. 7(4): 378-382.

Nunes, P.C., Aquino, J.S., Rockenbach, I.I., dan Stamford, T.L.M. (2016).
Physico-Chemical Characterization, Bioactive Compounds and
Antioxidant Activity of Malay Apple [Syzygium malaccense (L.) Merr.
& L.M. Perry]. Research Article. Plos One. Pages 1-11.

Ofor, C.C., Oguwike, F.N., Onubueze, D.P.M., dan Olisa, M.C. (2013). Effects of
Bitter Cola (Garcinia kola) on Haemostatic and Biochemical Indiced Male
Diabetic Albino Wistar Rats. Journal of Dental and Medical Science
(IOSR-JDMS). E-ISSN: 2279-0853. P-ISSN: 2279-0861. 11(3):54.

Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R., Anthony, S. (2009). Syzygium
malaccense. Dalam Agroforestree Database: a Tree Reference and
Selection Guide Version 4.0.Kenya: World Agroforestry Centre. Diakses
tanggal 30 Desember 2016 pukul 19.48.http://www.worldagroforestry.org
/treedb/AFTPDFS/Syzygium_malaccense.PDF.Halaman 1.

Otari, A. (2013). Uji Efek Antihiperglikemia Ekstrak n-Heksan dari Lumut Hati
(Mastigophora diclados) dengan Metode Induksi Aloksan. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

43
Universitas Sumatera Utara
Padilah, I. (2009). Uji Efek Hipoglikemia Fraksi Etil Asetat Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa Linn) pada Tikus Putih Jantan dengan Metode Induksi
Aloksan dan Toleransi Glukosa. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.

Perkeni. (2015). Konsensus: Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia 2015. Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. Halaman 27-30.

Pourcel, L., Routaboul, J.M., Cheynier, V., Lepiniec, L., dan Debeaujon, I.
(2006). Flavonoid Oxidation in Plants: From Biochemical Properties to
Physiological. Review. TRENDS in Plant Science. 12(1): 29-36.

Prameswari, O.M., dan Simon, B.W. (2014). Uji Efek Ektrak Air Daun Pandan
Wangi terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Histopatologi Tikus
Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2): 16-27.

Ravichandiran, V., Sankaradoss, N., dan Nazerr, A. (2012). Protective Effect of


Tannins from Ficus racemosa in Hypercholesterolemia and Diabetes
Induced Vascular Tissue Damage in Rats. Asian Pacific Journal of
Tropical Medicine.

Rohilla, A., dan Ali, S. (2012). Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and
Effects. Review Article. International Journal of Research in
Pharmaceutical and Biomedical Science. ISSN 2229-3701. 3(2): 819-823.

Saifudin, A. (2014). Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep, dan


Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish. 46-48.

Spillane, J.J. (2010). Ekonomi Farmasi. Jakarta: Grasindo. Halaman 45.

Subramanian, S., Kalpana, M.B., dan Prasath, G.S. (2014). Studies on the
antidiabetic activity of Ananas comosus leaves in STZ induced diabetic
rats. Der Pharmacia Lettre. Schoolars Research Library. ISSN 0975-5071.
6(1): 190-198.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Halaman 219-307.

Syah, M.I., Suwendar, dan Mulqie, L. (2015). Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak
Etanol Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L. “Arumanis”) pada
Mencit Swiss Webster Jantan dengan Metode Tes Toleransi Glukosa
(TTGO). Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba. ISSN 2460-6472.

Syamsyudin dan Darmono. (2011). Buku Ajar Farmakologi Eksperimental.


Jakarta: UI Press. Halaman 21.

Szkudelski, T. (2001). The mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in β


Pancreas. Physiology Research. 50: 536-540.

44
Universitas Sumatera Utara
Talaviya, P.A., Rao, S.K., Vyas, B.M., Indoria, S.P., Suman, R.K., dan Suvagiya,
V. P. (2014). A Review On: Potential Antidiabetic Herbal Medicines.
International Journal of Pharmaceutical Science and Research. IJPSR. E-
ISSN 0975-8232; P-ISSN 2320-5148.5(2): 302-319.

Thomson. (1985). Drug Bioscreening-Fundamental of Drug Evaluation


Techniques in Pharmacology. New York: Graceway Publ. Co. Inc.
Halaman 98.

WHO. (1998). Medicinal Plants in the South Pasific: Information on 102


Commonly Used Medicinal Plants in the South Pacific. Manila: World
Health Organization, Regional Office for the Western Pacific. Halaman
187.

WHO. (2016). Global Report on Diabetes. Perancis: World Health Organization.


Halaman 21-25.

Widowati, W. (2008). Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. JKM. 7(2): 1-11.

Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., dan King, H. (2004). Global
Prevalence of Diabetes: Estimates for the Year 2000 and Projections for
2030. Original Article. Diabetes Care. 27(5): 1047-1053.

45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan jambu bol (Syzygium malaccense [L.]
Merr. & Perry)

46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar tumbuhan jambu bol (Syzygium malaccense [L.] Merr &
Perry)

Gambar tumbuhan jambu bol

Gambar daun jambu bol Gambar buah jambu bol

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar serbuk simplisia daun jambu bol

48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan prosedur kerja

Daun jambu bol

Dicuci
Ditiriskan
Dikeringkan

Simplisia

Dihaluskan

Serbuk simplisia

Pembuatan
ekstrak

Dimaserasi dengan
etanol

Skrining
fitokimia, Ekstrak etanol
meliputi
pemeriksaan Difraksinasi dengan
terhadap: n-heksana, dan etil
− alkaloid asetat
− glikosida
− flavonoid
− saponin
− tanin Fraksi Fraksi Fraksi
− triterpenoid/ n-heksana etil asetat etanol-air
streroid

Diuji efek antidiabetes

Kadar glukosa darah (mg/dl)

Analisis data

49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pembuatan ekstrak etanol daun jambu bol

10 bagian serbuk simplisia

Dimasukkan ke dalam bejana

Dituangi dengan 75 bagian etanol

Ditutup rapat

Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil


sering diaduk

Diserkai, diperas

Maserat I Ampas

Dicuci dengan etanol hingga


diperoleh 100 bagian.

Dipindahkan ke dalam bejana


tertutup

Dibiarkan di tempat sejuk,


terlindung dari cahaya selama 2
hari

Dienaptuangkan atau disaring

Maserat II Ampas

Dienapkan di tempat sejuk selama 24 jam dan diserkai

Diuapkan dengan rotary evaporator

Ekstrak etanol daun


jambu bol

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Pembuatan fraksi-fraksi dari ekstrak etanol

Ekstrak etanol daun jambu bol


Dilarutkan dalam etanol sampai larut

Ditambahkan akuades

Dimasukkan ke dalam corong pisah

Ditambahkan n-heksana

Dikocok

Didiamkan sampai terdapat 2 lapisan yang


terpisah

Lapisan atas Lapisan bawah


(Lapisan n-heksana) (Lapisan etanol-air)

Difraksinasi dengan
n- heksana sampai
memberikan hasil
negatif dengan
Liebermann-
Burchard

Ditambahkan etil
asetat

Dikocok

Didiamkan sampai
terdapat 2 lapisan
yang terpisah

Fraksi Lapisan atas Lapisan bawah


n- heksana (Fraksi etilasetat) (Fraksi etanol-air)

. Dipekatkan

Fraksi kental

51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Tabel konversi dosis hewan dengan manusia dan volume maksimal
larutan sediaan uji yang diberikan pada hewan

1. Tabel konversi dosis hewan dengan manusia

Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia


20 g 200 g 400 g 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit
1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9
20 g
Tikus
0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0
200 g
Marmot
0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
70 kg
(Syamsyudin dan Darmono, 2011).

2. Volume maksimal larutan sediaan uji yang diberikan pada hewan

Jenis Volume maksimal (ml)


hewan uji i.v. i.m. i.p. s.c. p.o.
Mencit
0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0
(20-30 g)
Tikus
1,0 0,1 2,5 2,5 5,0
(100 g)
Hamster
- 0,1 1-2 2,5 2,5
(50 g)
Marmut
- 0,25 2-5 5,0 10,0
(250 g)
Merpati
2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
(300 g)
Kelinci
5-10 0,5 10-20 5-10 20,0
(2,5 kg)
Kucing
5-10 1,0 10-20 5-10 50,0
(3 kg)
Anjing
10-20 5,0 20-50 10,0 100,0
(5 kg)
(Harmita dan Radji, 2008).

52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Contoh perhitungan dosis

1. Contoh perhitungan volume larutan aloksan yang diberikan secara


intraperitoneal (i.p.) pada mencit

− Dosis pemberian secara intraperitonial: 150 mg/kg bb

− Syarat volume maksimum larutan sediaan uji yang diberikan pada mencit (20-

30 g) secara i.p. adalah 1 ml (lampiran 10).

− Konsentrasi larutan induksi aloksan yang dibuat = 150 mg/10 ml = 15 mg/ml

− Jumlah aloksan yang diberikan untuk mencit (misal BB mencit= 20 g) adalah

= 150 mg/kg bb x BB

= 3 mg

− Volume larutan aloksan yang diberikan untuk mencit adalah

= 0,2 ml

2. Contoh perhitungan volume suspensi glibenklamid yang diberikan pada


mencit

− Tiap tablet mengandung 5 mg glibenklamid.

− Berat 20 tablet glibenklamid adalah 4022 mg, mengandung 100 mg

glibenklamid.

− Dosis glibenklamid yang digunakan adalah 5 mg

− Konversi dosis manusia (70 kg) ke dosis mencit dengan berat 20 g adalah

= 5 mg x 0,0026

= 0,013 mg (untuk mencit 20 g)

= 0,65 mg/kg bb

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)

− Serbuk tablet glibenklamid yang digunakan

= x 4022 mg

= 26,14 mg ≈ 26 mg

(26 mg serbuk tablet glibenklamid setara dengan 0,65 mg glibenklamid)

− Pembuatan suspensi glibenklamid:

Sebanyak 26 mg serbuk tablet glibenklamid dimasukkan ke dalam lumpang

dan ditambahkan larutan Na CMC 0,5% b/v sedikit demi sedikit sambil

digerus sampai homogen, lalu dimasukkan ke labu tentukur 10 ml. Volume

dicukupkan sampai garis tanda.

− Konsentrasi suspensi glibenklamid yang dibuat = 0,65 mg/ 10 ml

− Suspensi glibenklamid yang diberikan untuk mencit 20 g adalah

= x 10 ml

= 0,2 ml

3. Contoh perhitungan volume suspensi metformin yang diberikan pada mencit

− Tiap tablet mengandung 500 mg metformin HCl.

− Berat 20 tablet metformin adalah 10830 mg, mengandung 10000 mg

metformin HCl.

− Dosis metformin yang digunakan adalah 500 mg.

− Konversi dosis manusia (70 kg) ke dosis mencit dengan berat 20 g adalah

= 500 mg x 0,0026

= 1,3 mg (untuk mencit 20 g)

= 65 mg/kg bb

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
− Serbuk tablet metformin yang digunakan

= x 10830 mg

= 70, 40 mg 70 mg (70 mg serbuk tablet metformin setara dengan 65 mg


metformin)
− Pembuatan suspensi metformin:

Sebanyak 70 mg serbuk metformin dimasukkan ke dalam lumpang dan

ditambahkan larutan Na CMC 0,5% b/v sedikit demi sedikit sambil digerus

sampai homogen, volume dicukupkan hingga 10 ml.

− Konsentrasi suspensi metformin yang dibuat = 65 mg/ 10 ml = 6,5 mg/ml

− Suspensi metformin yang diberikan untuk mencit 20 g adalah:

= 0,2 ml

4. Contoh perhitungan dosis FEDJB yang diberikan pada mencit diabetes

− Dosis suspensi ekstrak fraksi etil asetat daun jambu bol yang akan dibuat

adalah 75, 100, 125, 150, dan 175 mg/kg bb.

− Pembuatan suspensi fraksi etil asetat daun jambu bol:

Timbang 75 mg, 100 mg, 125 mg, 150 mg, 175 mg fraksi etil asetat daun

jambu bol, masing-masing dilarutkan dalam 10 ml larutan Na CMC 0,5%.

− Volume suspensi FEDJB 75, 100, 125, 150, dan 175 mg/kg bb yang diberikan

untuk mencit 20 g adalah

= x 10 ml

= 0,2 ml

55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Surat persetujuan etik penelitian

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Gambar alat pengukur KGD mencit

a b

c d

Keterangan gambar:
a = glukometer EasyTouch®GCU
b = wadah strip
c = chip
d = strip glukotes

57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Data pengukuran KGD mencit dengan metode toleransi glukosa

1. Kelompok kontrol negatif (CMC Na 0,5%)

KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB mencit KGD puasa
Menit ke-
(g) (mg/dl)
30 60 90 120
27,3 99 264 190 166 144
26,5 80 230 160 150 147
25,3 86 279 199 185 160
Rata-rata 88,33 257,67 183,00 167,00 150,33
SD 9,71 25,11 20,42 17,52 8,50

2. Kelompok kontrol positif (glibenklamid dosis 0,65 mg/kg bb)

KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB mencit KGD puasa
Menit ke-
(g) (mg/dl)
30 60 90 120
28,3 99 315 162 118 80
25,6 98 298 158 115 82
22,3 93 295 152 112 79
Rata-rata 96,67 302,67 157,33 115,00 80,33
SD 3,22 10,79 5,03 3,00 1,53

3. Kelompok FEDJB dosis 75 mg/kg bb

KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB mencit KGD puasa
Menit ke-
(g) (mg/dl)
30 60 90 120
25,1 91 260 190 143 110
26,4 88 256 185 140 96
24,7 82 236 177 138 95
Rata-rata 87,00 250,67 184,00 140,33 100,33
SD 4,58 12,59 6,56 2,52 8,39

58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (lanjutan)

4. Kelompok FEDJB dosis 100 mg/kg bb

KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB mencit KGD puasa
Menit ke-
(g) (mg/dl)
30 60 90 120
22,6 92 268 129 73 58
23,0 89 279 148 86 69
24,5 97 289 150 87 72
Rata-rata 92,67 278,67 142,33 82,00 66,33
SD 4,04 10,50 11,59 7,81 7,37

5. Kelompok FEDJB dosis 125 mg/kg bb

KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB mencit KGD puasa
Menit ke-
(g) (mg/dl)
30 60 90 120
23,0 95 287 178 135 90
25,2 83 294 154 121 93
22,7 92 283 168 114 85
Rata-rata 90,00 288,00 166,67 123,33 89,33
SD 6,25 5,57 12,06 10,69 4,04

6. Kelompok FEDJB dosis 150 mg/kg bb

KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB mencit KGD puasa
Menit ke-
(g) (mg/dl)
30 60 90 120
25,3 80 266 160 123 86
25,0 90 271 168 132 88
24,3 93 284 140 128 90
Rata-rata 87,67 273,67 156,00 127,67 88,00
SD 6,81 9,29 14,42 4,51 2,00

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (lanjutan)

7. Kelompok FEDJB dosis 175 mg/kg bb

KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB mencit KGD puasa
Menit ke-
(g) (mg/dl)
30 60 90 120
26,7 85 280 151 114 93
23,5 92 274 143 116 90
27,1 95 289 160 120 92
Rata-rata 90,67 281,00 151,33 116,67 91,67
SD 5,13 7,55 8,50 3,06 1,53

60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12 . Hasil analisis secara statistik pada metode toleransi glukosa

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.

BBmencit Between Groups 21.970 6 3.662 1.435 .269

Within Groups 35.713 14 2.551

Total 57.683 20

KGDP Between Groups 203.810 6 33.968 .937 .499

Within Groups 507.333 14 36.238


Total 711.143 20

KGD30 Between Groups 5611.619 6 935.270 5.471 .004

Within Groups 2393.333 14 170.952

Total 8004.952 20

KGD60 Between Groups 4496.286 6 749.381 5.018 .006

Within Groups 2090.667 14 149.333

Total 6586.952 20

KGD90 Between Groups 12078.476 6 2013.079 26.722 .000

Within Groups 1054.667 14 75.333


Total 13133.143 20

KGD120 Between Groups 12657.238 6 2109.540 66.517 .000

Within Groups 444.000 14 31.714

Total 13101.238 20

Persen Between Groups 1482.241 6 247.040 20.270 .000


penurunan menit
Within Groups 170.626 14 12.188
30-60
Total 1652.867 20

Persen Between Groups 2471.739 6 411.956 99.394 .000


penurunan menit
Within Groups 58.026 14 4.145
30-90
Total 2529.765 20

Persen Between Groups 2427.844 6 404.641 81.182 .000


penurunan menit
Within Groups 69.781 14 4.984
30-120
Total 2497.625 20

61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Data pengukuran KGD mencit dengan metode induksi aloksan

1. Kelompok kontrol negatif (CMC Na 0,5%)

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB sebelum setelah
Hari ke-
mencit diinduksi diinduksi
(g) aloksan aloksan
(mg/dl) (mg/dl) 3 5 7 9 11 13 15

30,0 100 357 374 411 455 493 499 540 550

27,1 96 415 424 448 458 472 482 497 522

28,0 94 335 350 396 430 443 456 463 477

26,3 95 310 325 343 369 378 382 398 456

27,5 94 425 442 458 469 480 495 501 563


Rata-
95,8 368,4 383,0 411,2 436,2 453,2 462,8 479,8 513,6
rata
SD 2,49 50,08 49,23 45,90 40,18 45,87 48,19 53,25 46,08

2. Kelompok kontrol positif (metformin 65 mg/kg bb)

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB sebelum setelah
mencit diinduksi diinduksi Hari ke-
(g) aloksan aloksan
(mg/dl) (mg/dl) 3 5 7 9 11 13 15

26,3 87 453 392 333 311 226 186 132 112

27,1 95 398 358 297 264 237 201 129 101

25,6 90 375 335 296 266 225 187 132 106

24,1 92 328 299 259 230 186 178 120 102

25,8 93 438 395 282 268 241 165 128 105


Rata-
91,4 398,4 355,8 293,4 267,8 223,0 183,4 128,2 105,2
rata
SD 3,05 50,13 40,35 26,93 28,78 21,81 13,20 4,92 4,32

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)

3. Kelompok FEDJB dosis 75 mg/kg bb

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB sebelum setelah
mencit diinduksi diinduksi Hari ke-
(g) aloksan aloksan
(mg/dl) (mg/dl) 3 5 7 9 11 13 15

25,6 89 325 322 314 289 262 224 178 159

27,3 94 392 386 367 335 301 252 196 168

28,1 98 421 410 396 356 298 249 194 182

27,5 97 398 397 376 341 282 238 185 170

26,8 93 356 351 333 312 269 229 180 165


Rata-
94,2 378,4 373,2 357,2 326,6 282,4 238,4 186,6 168,8
rata
SD 3,56 37,87 36,05 33,19 26,31 17,21 12,18 8,11 8,47

4. Kelompok FEDJB dosis 100 mg/kg bb

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB sebelum setelah
mencit diinduksi diinduksi Hari ke-
(g) aloksan aloksan
(mg/dl) (mg/dl) 3 5 7 9 11 13 15

25,0 100 455 440 407 369 298 193 150 144

24,7 95 398 394 362 343 254 176 146 138

25,0 89 489 478 444 352 277 160 143 130

29,4 98 376 365 349 298 266 188 155 148

26,5 97 428 412 388 325 247 165 154 145


Rata-
95,8 429,2 417,8 390,0 337,4 268,4 176,4 149,6 141,0
rata
SD 4,21 44,85 43,32 37,66 27,15 20,13 14,22 5,13 7,14

63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)

5. Kelompok FEDJB dosis 125 mg/kg bb

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB sebelum setelah
Hari ke-
mencit diinduksi diinduksi
(g) aloksan aloksan
(mg/dl) (mg/dl) 3 5 7 9 11 13 15

30,0 99 580 564 498 376 288 167 134 122

29,8 96 458 450 398 355 248 157 148 130

27,7 99 389 378 349 305 283 171 143 126

26,6 94 350 341 318 296 255 162 146 128

25,5 98 421 406 352 320 274 175 140 116


Rata-
97,2 439,6 427,8 383,0 330,4 269,6 166,4 142,2 126,0
rata
SD 2,17 88,01 85,93 70,34 33,99 17,44 7,13 5,50 3,16

6. Kelompok FEDJB dosis 150 mg/kg bb

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB sebelum setelah
Hari ke-
mencit diinduksi diinduksi
(g) aloksan aloksan
(mg/dl) (mg/dl) 3 5 7 9 11 13 15

26,7 99 352 318 292 253 235 148 128 105

27,4 95 408 387 346 300 270 172 140 116

29,8 90 397 372 347 285 249 158 135 110

29,4 98 386 352 304 273 245 155 134 109

29,0 94 402 372 357 295 262 168 138 112


Rata-
95,2 389,0 360,2 329,2 281,2 252,2 160,2 135,0 110,4
rata
SD 3,56 22,20 26,67 29,12 18,85 13,88 9,76 4,58 4,04

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)

7. Kelompok FEDJB dosis 175 mg/kg bb

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dl)


BB sebelum setelah
Hari ke-
mencit diinduksi diinduksi
(g) aloksan aloksan
(mg/dl) (mg/dl) 3 5 7 9 11 13 15

30,0 99 455 410 368 291 259 153 128 109

29,8 96 335 304 267 253 194 137 120 98

25,1 98 416 376 303 267 242 148 127 104

29,4 92 350 316 286 269 198 140 122 103

27,0 96 368 328 288 252 217 142 124 100


Rata-
96,2 384,8 346,8 302,4 266,4 222,0 144,0 124,2 102,8
rata
SD 2,68 49,69 44,69 38,84 15,81 21,81 6,44 3,35 4,21

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik uji antidiabetes metode induksi aloksan

ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.

BBmencit Between Groups 33.156 6 5.526 2.134 .081

Within Groups 72.508 28 2.590

Total 105.664 34

KGD puasa Between Groups 105.543 6 17.590 1.747 .147

Within Groups 282.000 28 10.071


Total 387.543 34

KGD setelah Between Groups 21096.286 6 3516.048 1.284 .297


induksi aloksan Within Groups 76700.400 28 2739.300

Total 97796.686 34

H3 Between Groups 29229.086 6 4871.514 1.969 .104

Within Groups 69268.800 28 2473.886


Total 98497.886 34

H5 Between Groups 61749.086 6 10291.514 5.692 .001

Within Groups 50624.800 28 1808.029

Total 112373.886 34

H7 Between Groups 105275.086 6 17545.848 21.805 .000

Within Groups 22531.200 28 804.686


Total 127806.286 34

H9 Between Groups 188079.486 6 31346.581 48.053 .000

Within Groups 18265.200 28 652.329

Total 206344.686 34

H11 Between Groups 373729.200 6 62288.200 143.658 .000

Within Groups 12140.400 28 433.586


Total 385869.600 34

H13 Between Groups 495258.571 6 82543.095 191.680 .000

Within Groups 12057.600 28 430.629


Total 507316.171 34

H15 Between Groups 661208.743 6 110201.457 334.132 .000

Within Groups 9234.800 28 329.814

Total 670443.543 34

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

Penurunan pada Between Groups 820.633 6 136.772 93.066 .000


hari ke- 3 Within Groups 41.150 28 1.470
Total 861.783 34

Penurunan pada Between Groups 4555.802 6 759.300 55.242 .000


hari ke- 5 Within Groups 384.862 28 13.745
Total 4940.665 34

Penurunan pada Between Groups 9465.674 6 1577.612 51.459 .000


hari ke-7 Within Groups 858.421 28 30.658

Total 10324.095 34

Penurunan pada Between Groups 16801.510 6 2800.252 63.274 .000


hari ke 9 Within Groups 1239.158 28 44.256

Total 18040.667 34

Penurunan pada Between Groups 30687.128 6 5114.521 122.939 .000


hari ke-11 Within Groups 1164.863 28 41.602

Total 31851.990 34

Penurunan pada Between Groups 39556.636 6 6592.773 157.072 .000


hari ke-13 Within Groups 1175.239 28 41.973
Total 40731.874 34

Penurunan pada Between Groups 51869.087 6 8644.848 294.489 .000


hari ke-15 Within Groups 821.951 28 29.355

Total 52691.038 34

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

Multiple Comparisons
Tukey HSD
95% Confidence
Mean Interval
Dependent Std.
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Difference Sig.
Variable Error Lower Upper
(I-J)
Bound Bound
*
Penurunan pada CMC Na 0,5% FEDJB 75 -5.39383 .76672 .000 -7.8260 -2.9617
hari ke- 3 mg/kg bb
*
FEDJB 100 -6.69239 .76672 .000 -9.1245 -4.2603
mg/kg bb
*
FEDJB 125 -6.74288 .76672 .000 -9.1750 -4.3108
mg/kg bb
*
FEDJB 150 -11.52425 .76672 .000 -13.9564 -9.0921
mg/kg bb
*
FEDJB 175 -13.91800 .76672 .000 -16.3501 -11.4859
mg/kg bb
*
Metformin 65 -14.61768 .76672 .000 -17.0498 -12.1856
mg/kg bb
Metformin 65 CMC Na 14.61768* .76672 .000 12.1856 17.0498
mg/kg bb 0,5%
FEDJB 75 9.22385* .76672 .000 6.7917 11.6560
mg/kg bb
FEDJB 100 7.92529* .76672 .000 5.4932 10.3574
mg/kg bb
FEDJB 125 7.87481* .76672 .000 5.4427 10.3069
mg/kg bb
*
FEDJB 150 3.09343 .76672 .006 .6613 5.5256
mg/kg bb
FEDJB 175 .69969 .76672 .967 -1.7324 3.1318
mg/kg bb
*
Penurunan pada CMC Na 0,5% FEDJB 75 -17.47708 2.34479 .000 -24.9151 -10.0391
hari ke- 5 mg/kg bb
*
FEDJB 100 -21.00409 2.34479 .000 -28.4421 -13.5661
mg/kg bb
*
FEDJB 125 -24.55005 2.34479 .000 -31.9880 -17.1121
mg/kg bb
*
FEDJB 150 -27.39404 2.34479 .000 -34.8320 -19.9561
mg/kg bb
*
FEDJB 175 -33.26087 2.34479 .000 -40.6988 -25.8229
mg/kg bb
Metformin 65 -37.85666* 2.34479 .000 -45.2946 -30.4187
mg/kg bb
Metformin 65 CMC Na 37.85666* 2.34479 .000 30.4187 45.2946
mg/kg bb 0,5%
*
FEDJB 75 20.37958 2.34479 .000 12.9416 27.8176
mg/kg bb

68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

*
FEDJB 100 16.85257 2.34479 .000 9.4146 24.2905
mg/kg bb
*
FEDJB 125 13.30662 2.34479 .000 5.8686 20.7446
mg/kg bb
*
FEDJB 150 10.46262 2.34479 .002 3.0246 17.9006
mg/kg bb
FEDJB 175 4.59579 2.34479 .460 -2.8422 12.0338
mg/kg bb
Penurunan pada CMC Na 0,5% FEDJB 75 -32.65883* 3.50188 .000 -43.7672 -21.5504
hari ke-7 mg/kg bb
FEDJB 100 -40.22050* 3.50188 .000 -51.3289 -29.1121
mg/kg bb
FEDJB 125 -42.84605* 3.50188 .000 -53.9545 -31.7376
mg/kg bb
*
FEDJB 150 -46.85091 3.50188 .000 -57.9593 -35.7425
mg/kg bb
*
FEDJB 175 -49.31186 3.50188 .000 -60.4203 -38.2034
mg/kg bb
*
Metformin 65 -51.66565 3.50188 .000 -62.7741 -40.5572
mg/kg bb
*
Metformin 65 CMC Na 51.66565 3.50188 .000 40.5572 62.7741
mg/kg bb 0,5%
*
FEDJB 75 19.00682 3.50188 .000 7.8984 30.1152
mg/kg bb
*
FEDJB 100 11.44515 3.50188 .040 .3367 22.5536
mg/kg bb
FEDJB 125 8.81960 3.50188 .191 -2.2888 19.9280
mg/kg bb
FEDJB 150 4.81474 3.50188 .810 -6.2937 15.9232
mg/kg bb
FEDJB 175 2.35379 3.50188 .993 -8.7546 13.4622
mg/kg bb
Penurunan pada CMC Na 0,5% FEDJB 75 -48.86893* 4.20740 .000 -62.2154 -35.5225
hari ke 9 mg/kg bb
*
FEDJB 100 -60.90617 4.20740 .000 -74.2526 -47.5597
mg/kg bb
*
FEDJB 125 -60.89022 4.20740 .000 -74.2367 -47.5438
mg/kg bb
*
FEDJB 150 -58.92835 4.20740 .000 -72.2748 -45.5819
mg/kg bb
*
FEDJB 175 -66.08004 4.20740 .000 -79.4265 -52.7336
mg/kg bb
*
Metformin 65 -67.55563 4.20740 .000 -80.9021 -54.2092
mg/kg bb
*
Metformin 65 CMC Na 67.55563 4.20740 .000 54.2092 80.9021
mg/kg bb 0,5%

69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

*
FEDJB 75 18.68670 4.20740 .002 5.3403 32.0331
mg/kg bb
FEDJB 100 6.64945 4.20740 .695 -6.6970 19.9959
mg/kg bb
FEDJB 125 6.66541 4.20740 .693 -6.6810 20.0118
mg/kg bb
FEDJB 150 8.62727 4.20740 .408 -4.7192 21.9737
mg/kg bb
FEDJB 175 1.47558 4.20740 1.000 -11.8709 14.8220
mg/kg bb
*
Penurunan pada CMC Na 0,5% FEDJB 75 -63.05155 4.07933 .000 -75.9917 -50.1114
hari ke-11 mg/kg bb
*
FEDJB 100 -84.76527 4.07933 .000 -97.7054 -71.8251
mg/kg bb
*
FEDJB 125 -87.37029 4.07933 .000 -100.3104 -74.4301
mg/kg bb
FEDJB 150 -85.15780* 4.07933 .000 -98.0979 -72.2176
mg/kg bb
FEDJB 175 -88.61010* 4.07933 .000 -101.5503 -75.6700
mg/kg bb
Metformin 65 -79.67360* 4.07933 .000 -92.6137 -66.7334
mg/kg bb
*
Metformin 65 CMC Na 79.67360 4.07933 .000 66.7334 92.6137
mg/kg bb 0,5%
*
FEDJB 75 16.62204 4.07933 .006 3.6819 29.5622
mg/kg bb
FEDJB 100 -5.09168 4.07933 .869 -18.0318 7.8485
mg/kg bb
FEDJB 125 -7.69669 4.07933 .505 -20.6368 5.2435
mg/kg bb
FEDJB 150 -5.48420 4.07933 .825 -18.4244 7.4559
mg/kg bb
FEDJB 175 -8.93651 4.07933 .332 -21.8767 4.0036
mg/kg bb
Penurunan pada CMC Na 0,5% FEDJB 75 -81.52075* 4.09745 .000 -94.5184 -68.5231
hari ke-13 mg/kg bb
FEDJB 100 -95.87989* 4.09745 .000 -108.8775 -82.8822
mg/kg bb
*
FEDJB 125 -97.67014 4.09745 .000 -110.6678 -84.6725
mg/kg bb
*
FEDJB 150 -96.35443 4.09745 .000 -109.3521 -83.3568
mg/kg bb
*
FEDJB 175 -98.49271 4.09745 .000 -111.4904 -85.4951
mg/kg bb
*
Metformin 65 -98.58754 4.09745 .000 -111.5852 -85.5899
mg/kg bb

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

*
Metformin 65 CMC Na 98.58754 4.09745 .000 85.5899 111.5852
mg/kg bb 0,5%
*
FEDJB 75 17.06679 4.09745 .004 4.0691 30.0644
mg/kg bb
FEDJB 100 2.70765 4.09745 .994 -10.2900 15.7053
mg/kg bb
FEDJB 125 .91740 4.09745 1.000 -12.0803 13.9151
mg/kg bb
FEDJB 150 2.23311 4.09745 .998 -10.7645 15.2308
mg/kg bb
FEDJB 175 .09483 4.09745 1.000 -12.9028 13.0925
mg/kg bb
Penurunan pada CMC Na 0,5% FEDJB 75 -95.54553* 3.42668 .000 -106.4154 -84.6757
hari ke-15 mg/kg bb
*
FEDJB 100 -107.13068 3.42668 .000 -118.0006 -96.2608
mg/kg bb
*
FEDJB 125 -110.79311 3.42668 .000 -121.6630 -99.9232
mg/kg bb
*
FEDJB 150 -111.94648 3.42668 .000 -122.8164 -101.0766
mg/kg bb
*
FEDJB 175 -113.39758 3.42668 .000 -124.2675 -102.5277
mg/kg bb
*
Metformin 65 -113.67248 3.42668 .000 -124.5424 -102.8026
mg/kg bb
*
Metformin 65 CMC Na 113.67248 3.42668 .000 102.8026 124.5424
mg/kg bb 0,5%
*
FEDJB 75 18.12695 3.42668 .000 7.2571 28.9968
mg/kg bb
FEDJB 100 6.54180 3.42668 .491 -4.3281 17.4117
mg/kg bb
FEDJB 125 2.87937 3.42668 .978 -7.9905 13.7493
mg/kg bb
FEDJB 150 1.72600 3.42668 .999 -9.1439 12.5959
mg/kg bb
FEDJB 175 .27490 3.42668 1.000 -10.5950 11.1448
mg/kg bb
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

Penurunan pada hari ke- 3


a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3 4

Na CMC 0,5% 5 -4.0494

FEDJB 75 mg/kg bb 5 1.3445

FEDJB 100 mg/kg bb 5 2.6430

FEDJB 125 mg/kg bb 5 2.6935

FEDJB 150 mg/kg bb 5 7.4749

FEDJB 175 mg/kg bb 5 9.8686 9.8686

Metformin 65 mg/kg bb 5 10.5683

Sig. 1.000 .584 .056 .967

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Penurunan pada hari ke- 5

a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3 4 5

Na CMC 0,5% 5 -11.9393

FEDJB 75 mg/kg bb 5 5.5377

FEDJB 100 mg/kg bb 5 9.0648 9.0648

FEDJB 125 mg/kg bb 5 12.6107 12.6107

FEDJB 150 mg/kg bb 5 15.4547 15.4547

FEDJB 175 mg/kg bb 5 21.3215 21.3215

Metformin 65 mg/kg bb 5 25.9173

Sig. 1.000 .070 .129 .197 .460

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

Penurunan pada hari ke-7

Tukey HSDa

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3 4

Na CMC 0,5% 5 -19.1112

FEDJB 75 mg/kg bb 5 13.5477

FEDJB 100 mg/kg bb 5 21.1093 21.1093

FEDJB 125 mg/kg bb 5 23.7349 23.7349 23.7349

FEDJB 150 mg/kg bb 5 27.7397 27.7397

FEDJB 175 mg/kg bb 5 30.2007 30.2007

Metformin 65 mg/kg bb 5 32.5545

Sig. 1.000 .089 .165 .191

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Penurunan pada hari ke 9

a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3

Na CMC 0,5% 5 -23.7891

FEDJB 75 mg/kg bb 5 25.0798

FEDJB 150 mg/kg bb 5 35.1392 35.1392

FEDJB 125 mg/kg bb 5 37.1011 37.1011

FEDJB 100 mg/kg bb 5 37.1170 37.1170

FEDJB 175 mg/kg bb 5 42.2909

Metformin 65 mg/kg bb 5 43.7665

Sig. 1.000 .098 .408

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

Penurunan pada hari ke-11


a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3

Na CMC 0,5% 5 -26.3473

FEDJB 75 mg/kg bb 5 36.7043

Metformin 65 mg/kg bb 5 53.3263

FEDJB 100 mg/kg bb 5 58.4180

FEDJB 150 mg/kg bb 5 58.8105

FEDJB 125 mg/kg bb 5 61.0230

FEDJB 175 mg/kg bb 5 62.2628

Sig. 1.000 1.000 .332

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Penurunan pada hari ke-13

a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3

Na CMC 0,5% 5 -31.0996

FEDJB 75 mg/kg bb 5 50.4212

FEDJB 100 mg/kg bb 5 64.7803

FEDJB 150 mg/kg bb 5 65.2548

FEDJB 125 mg/kg bb 5 66.5706

FEDJB 175 mg/kg bb 5 67.3931

Metformin 65 mg/kg bb 5 67.4880

Sig. 1.000 1.000 .994

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)

Penurunan pada hari ke-15

Tukey HSDa

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2 3

Na CMC 0,5% 5 -40.3600

FEDJB 75 mg/kg bb 5 55.1855

FEDJB 100 mg/kg bb 5 66.7706

FEDJB 125 mg/kg bb 5 70.4331

FEDJB 150 mg/kg bb 5 71.5864

FEDJB 175 mg/kg bb 5 73.0375

Metformin 65 mg/kg bb 5 73.3124

Sig. 1.000 1.000 .491

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

75
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai