Mengetahui
Dosen Penanggungjawab
A. Latar belakang
Seiring perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga semakin meningkat. Selain itu teknologi kebutuhan tanaman terus
melaju jauh lebih besar dibanding tingkat produksinya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti rendahnya budidaya tanaman, adanya serangan hama
atau penyakit, dan atau kualitas benih yang kurang baik.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan tingkat
kebutuhan tanaman dan tingkat produksinya. Seperti peningkatan kualitas benih
yang diperbanyak melalui kultur jaringan tanaman. Selain dapat meningkatkan
kualitas benih tanaman, kultur jaringan juga dapat menyediakan bibit tanaman
yang banyak dan waktu yang relatif singkat.
Kultur jaringan adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
memperbanyak tanaman dengan menggunakan potongan kecil jaringan atau
organ tanaman yang dipelihara dalam suatu medium buatan dan dikerjakan
seluruhnya dalam keadaan aseptik. Teknik budidaya in vitro ini bisa mengatasi
kendala yang sering dijumpai pada masalah seputar penyediaan bibit, seperti
kemampuan untuk menyediakan bibit yang seragam dalam waktu yang relatif
singkat, tidak tergantung pada musim, serta bebas penyakit. Keberhasilan kultur
jaringan sangat dipengaruhi oleh optimasi beberapa variabel seperti faktor
eksplan, komposisi medium, zat pengatur tumbuh, stimulus fisik, seperti cahaya,
suhu dan kelembaban.
Krisan (Chrysanthemum indicum L.) merupakan salah satu tanaman hias
yang sangat populer di Indonesia. Bunga ini dibudidayakan oleh petani kecil
hingga pengusaha besar pada lahan dengan ketinggian 600-1.200 m dpl. Petani
kecil membudidayakan krisan dengan menerapkan teknologi sederhana,
sedangkan pengusaha besar menggunakan teknologi modern berbasis agribisnis.
Pengembangan krisan juga berdampak positif terhadap perekonomian di daerah
pedesaan, khususnya terhadap peningkatan pendapatan petani dan masyarakat
yang terlibat dalam pengembangannya.
Penyetekan merupakan salah satu cara untuk melakukan perbanyakan
tanaman, dengan prinsip pemotongan bagian tanaman dan potongan tersebut
dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru. Hasil dari penyetekan
adalah tanaman dengan sifat-sifat yang sama dengan tanaman induknya. Kualitas
pertumbuhan tanaman krisan sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan tanamnya
(kualitas stek). Selanjutnya kualitas stek sangat dipengaruhi oleh performa dan
sejarah pertumbuhan tanaman induk dimana stek tersebut berasal. Bahan tanam
untuk tanaman induk dapat berupa stek berakar hasil perbanyakan konvensional
atau tanaman yang sudah diaklimatisasi hasil perbanyakan kultur jaringan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penghasil stek, maka tanaman induk dipelihara
selalu dalam keadaan vegetatif aktif dengan penyinaran tambahan hingga
tanaman tidak produktif.
B. Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui teknik subkultur dan teknik
sterilisasi untuk eksplan krisan yang tersedia.
C. Manfaat praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik subkultur dan
teknik sterilisasi untuk eksplan krisan yang tersedia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hari kemunculan akar, tunas, daun, dan kalus.
Hari Kemunculan
Gambar
`No Keterangan
Akar Tunas Daun Kalus
1 - - - - Kontaminasi
2 - - - - Kontaminasi
3 - - - - Kontaminasi
4 - - - - Kontaminasi
5 - - - - Kontaminasi
6 - - - - Kontaminasi
1 - - - Kontaminasi
2 - - - Kontaminasi
3 - - - Kontaminasi
4 - - - Kontaminasi
5 - - - Kontaminasi
6 - - - Kontaminasi
B. Pembahasan
Kultur jaringan merupakan teknik atau salah satu metode pembiakan
vegetatif yang cepat dan secara genetik sifat-sifat tanaman anak yang dihasilkan
akan sama atau identik dengan induknya. Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan, semua tanaman krisan yang dikulturkan terjadi kontaminasi hal ini
diakibatkan karena dari awal pada saat pembelian planlet krisan (induknya) sudah
terjadi kontaminasi pada mediumnya.
Kontaminasi merupakan permasalahan mendasar yang sering terjadi pada
kultur in vitro. Pada kondisi media yang mengandung sukrosa dan hara, serta
kelembaban dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan mikroorganisme serta
spora jamur tumbuh dan berkembang. Kontaminasi pada kultur in vitro dapat
berasal dari:
1. Udara
2. Eksplan, baik secara eksternal maupun internal.
3. Organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut.
4. Botol kultur serta alat-alat yang kurang steril.
5. Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor.
6. Kecerobohan dalam bekerja.
Sedangkan untuk mencegah agar tidak terjadi kontaminasi banyak cara.
Contohnya seperti:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa, teknik yang dilakukan dalam subkultur krisan adalah kultur meristem
dimana pada saat pengkulturan planlet yang digunakan dipotong bagian batang
dengan pucuk serta daun maksimal 2 helai kemudian ditanam pada media yang
telah disediakan menggunakan pinset. Adapun untuk teknik sterilisasinya hanya
direndam dalam abothyl selama kurang lebih 3 menit.
B. Saran
Adapun sarannya adalah baiknya praktikan pada saat praktikum harus
tertib dan berhati-hati agar pada saat berada di dalam laboratorium bisa
meminimalisir kesalahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Anitasari, S. D., Sari, D. N., Astarini, I. A., dan Defiani, M. R. (2018). Dasar Teknik
Kultur Jaringan Tanaman. Yogyakarta: Deepublish.
Hariyati, M., Bachtiar I. dan Sedijani P. (2016). "Induksi Kalus Tanaman Krisan
(Chrysanthemum morifolium) Dengan Pemberian Benzil Amino Purin
(BAP) dan Dichlorofenoksi Acetil Acid (2,4 D). Jurnal Penelitian Pendidikan
IPA. Vol.2(1):90.
Isda, M. N., dan Fatonah, S. (2014). Induksi Akar Pada Eksplan Tunas Anggrek
Grammatophylum scriptum var. citrinum Secara In Vitro Pada Media MS
dengan Penambahan NAA dan BAP. Jurnal Biologi. Vol.7(2): 54.
Kristianti, A., Kamsinah, K. dan Dwiati, M. (2017) “Pertumbuhan Stek Krisan
(Chrysanthemum morifolium (L.) Ramat) pada Berbagai Media Kultur In
Vitro,” Biosfera, 33(2), hal. 60. doi: 10.20884/1.mib.2016.33.2.207.
Mastuti, R. (2017). Dasar-Dasar Kultur Jaringan Tumbuhan. Malang: UB Press.
Setiawati, T., Ayalla, A. dan Witri, A. (2019) “Induksi Kalus Krisan (Chrysanthemum
morifolium R.) dengan Penambahan Berbagai Kombinasi Zat Pengatur
Tumbuh ( ZPT ),” EduMatSains, 3(2), hal. 119–132.
Sinaulan, J. S., Lengkong, E. F. dan Tulung, S. (2018) “Fakultas Pertanian
Program Studi Agroteknologi Universitas Sam Ratulangi.”