Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TEKNIK PELEDAKAN

Dosen Pengampu :
YUSIAS ANDRI, ST., MT

Dibuat Oleh :

Firstrian Rifqi Priambogo DBD 114 189


Muhamad Rizko Maulana DBD 114 003
Fredrik Yudi Setiawan DBD 117 001
Christina Homan Kasiha DBD 117 014
Akhmad Ramadhani DBD 117 028
Yulinda Sari DBD 117 034
Fajar Hanggara DBD 117 035
Nur Rohman DBD 117 038
Agnesius Adi Lauriandro DBD 117 039
Jetro Derwin DBD 117 041

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN

2019
1). Mengingat area peledakan pada tambang terbuka atau quarry cukup luas, maka peranan pola
peledakan menjadi penting jangan sampai urutan peledakannya tidak logis. Urutan peledakan
yang tidak logis bisa disebabkan oleh:
- penentuan waktu tunda yang terlalu dekat,
- penentuan urutan ledakannya yang salah,
- dimensi geometri peledakan tidak tepat,
- bahan peledaknya kurang atau tidak sesuai dengan perhitungan.
Terdapat beberapa kemungkinan sebagai acuan dasar penentuan pola peledakan pada tambang
terbuka, yaitu sebagai berikut:
a. Peledakan tunda antar baris.
b. Peledakan tunda antar beberapa lubang.
c. Peledakan tunda antar lubang.
Orientasi retakan cukup besar pengaruhnya terhadap penentuan pola pemboran dan
peledakan yang pelaksanaannya diatur melalui perbandingan spasi (S) dan burden (B). Beberapa
contoh kemungkinan perbedaan kondisi di lapangan dan pola peledakannya sebagai berikut:
1) Bila orientasi antar retakan hampir tegak lurus, sebaiknya S = 1,41 B seperti pada Gambar 1.1

Gambar 1.1. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sisteminisiasi echelon serta orientasi
antar retakan 90°
2) Bila orientasi antar retakan mendekati 60° sebaiknya S = 1,15 B dan menerap-kan interval
waktu long-delay dan pola peledakannya terlihat Gambar 1.2
3) Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka ratio spasi dan burden (S/B) dirancang
seperti pada Gambar 1.3 dan 1.4 dengan pola bujursangkar (square pattern).
4) Bila peledakan dilakukan pada bidang bebas yang memanjang, maka sistem inisiasi dan S/B
dapat diatur seperti pada Gambar 1.5 dan 1.6

Gambar 1.2. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem


inisiasi echelon serta orientasi antar retakan 60°
Gambar 1.3. Peledakan pojok antar baris dengan pola bujursangkar
dan sistem inisiasi echelon

Gambar 1.4.
Peledakan pojok antar baris dengan pola staggered
Gambar 1.5. Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan pola V-cut bujursangkar dan
waktu tunda close-interval (chevron)
Gambar 1.6.
Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan pola V-cut persegi panjang dan waktu tunda
bebas

2). Tujuan Peledakan Tambang Bawah Tanah


 Meledakan batuan untuk mendapatkan ruang yang berfungsi sebagai jalan masuk,
gudang, terowongan pipa, dan lain-lain.
 Untuk membongkar / mengambil material (dalam kegiatan penambangan).
Hal yang paling penting dalam kegiatan tambangbaeah tanah adalah membuat lubang-
lubang buatan (terowongan). Umumnya terowongan dibuat dengan arah mendatar, vertical dean
miring.
Peledakan Tambang Bawah Tanah
Tahapan –tahapan pembuatan terowongan :
 Pemboran
 Pengisianlubang ledak
 Pembersihan atap
 Pemuatan dan pengangkutan
 Persiapan kegiatan selanjutnya
Dalam melakukan kegiatan pemboran, hal yang perlu diperhatiakn adalah lubang ledak
harus di bor pada tempat yang telah di tentukan dengan kemiringan yang tepat.
Dasar Peledakan Tambang Bawah Tanah
Perbedaan yang paling mendasar antara peledakan terowongan dengan peledakan jenjang
adalah dalam peledakan terowongan, dilakukan peledakan kearah 1 bidang bebas. Sedangakan
pada peledakan jenjang dilakukan kearah 2 atau lebih bidang bebas. Selai itu ruangan untuk
melalukan peledakan ddi bawah tanah sangat terbatas, sehingga batuan lebih sukar di ledakan
dan perlu dibuat bidang bebas kedua yang merupakan arah peledakaan selanjutnya.
Bidang bebas kedua diperoleh dengan membuat cut pada permukaan terowongan. Cut ini
berfungsi sebagai bidang bebas pada peledakan berikutnya, yang kemudian akan diperbesar
dengan dua atau lebih susunan lubang tembak peledakan.

Peladakan yang terakhir adalah peledakan lubang “Tummer” (roof holes, wall holes, and
floor holes) yang akan menentukan bentuk dari terowongan.
Efisiensi peledakan dalam terowongan sangat tergantung pada suksesnya peledakan “cut”.
“Cut” itu ssendiri dapat dibuat dalam beberapa jenis pada lubang tembak, dan penanamannya
disesuaikan dengan jenis “Cut” yang dibentuk.
Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe “Cut”, anatara lain ;
– Kondisi batuan yang akan ditembus
– Bentuk dan ukuran terowongan
– Kemajuan yang di targetkan, yaitu besarnya kemajuan setiap sisi peledakan yang
ditentukan oleh kedalaman “Cut”

Prinsip pola peledakan di tambang bawah tanah adalah sama dengan di tambang terbuka,
yaitu membuat sekuensial ledakan antar lubang. Peledakan pembuatan cut merupakan urutan
pertama peledakan di bawah tanah agar terbentuk bidang bebas baru disusul lubang-lubang
lainnya, sehingga lemparan batuan akan terarah. Urutan paling akhir peledakan terjadi pada
sekeliling sisi lubang bukaan, yaitu bagian atap dan dinding. Pada bagian tersebut pengontrolan
menjadi penting agar bentuk bukaan menjadi rata, artinya tidak banyak tonjolan
atau backbreak pada bagian dinding dan atap.
 Burn Cut
Berbeda dengan pola – pola ‘Cut’ sebelumnya, dimana lubang ‘Cut’ membentuk sudut
satu sama lain dan tegak lurus dengan permukaan terowongan.
Pada pola Burn Cut, ada beberapa lubang cut yang tidak di isi dengan bahan peledak yang
berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang cut yang terisi. Lubang kosong dapat dibuat
lebih dari satu dengan ukuran yang lebih besar dari pada lubang cut yang terisi.
 Drag Cut
Tipe ini biasa digunakan pada batuan dengan struktur perlapisan, misalnya batuan serpih.
Lubang “Cut” dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang tegak lurus, sehingga
batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Tipe “Cut” seperti ini cocok untuk
terowongan berukuran kecil (lebar 1,5 – 2 m) dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting.
 V-Cut/Wedge
Sering dipakai dalam peledakan pada terowongan. Lubang tembak pada pola ini diatur
sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk ‘V’. Sebuah ‘Cut’ dapat terdiri dari dua
atau tiga pasang ‘V’, masing-masing pada posisi horizontal. Lubang – lubang tembak pada ‘Cut’
biasanya dibuat membentuk sudut 600 terhadap permukaan terowongan. Dengan demikian,
panjang kemajuan tergantung pada lebar dari terowongan, karena panjang batang bor terbatas
pada lebar tersebut. Satu atau dua lubang tembak yang lebih pendek (burster) dapat dibuat di
tengah ‘Cut’ untuk memperbaiki hasil pragmentasi

(Gambar Kelompok Lubang Pada Pemuka Kerja Suatu Terowongan)


(Gambar Pola Peledakan Dengan Burn Cut Pada Suatu Terowongan)
Gambar Pola Peledakan Dengan Wedge Cut Gambar Pola Peledakan Dengan Drag Cut
Pada Suatu Terowongan Pada Suatu Terowongan

Anda mungkin juga menyukai