Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kehidupan ekonomi dunia sedang mengalami keterpurukan.

Dalam menyikapi hal tersebut, Negara-negara di dunia mengeluarkan berbagai

macam kebijakan ekonomi untuk keluar dari masa krisis yang bebeda-beda.

Kebijakan ekonomi yang diambil sangagtlah berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat suatu Negara tersebut. Salah satu elemen kebijakan pemerintah adalah

kebijakan dalam hal pengeluaran pemerintah. Untuk itu kita perlu memahami

tentang pengeluaran pemerintah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

keuangan tahunan pemerintah Negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang

memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran

(1 Januari – 31 Desember). Pendapatan yang diterima oleh suatu negara akan

dirinci dan selanjutnya akan dibuat pengalokasian pada keperluan belanja negara.

Hal tersebut diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan dana untuk keperluan

- keperluan dalam hal pembangunan dan kemajuan negara. Pengelolaan APBN

yang baik akan menjadi kunci keberhasilan pencapaian kesejahteraan masyarakat

negara tersebut. Untuk itu diperlukan komitmen, konsisten, dan tanggung jawab

dari semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan APBN tersebut. APBN

memiliki dampak yang sangat besar bagi perkembangan perekonomian

masyarakat Indonesia. Karena melalui APBN dapat diketahui arah, tujuan,


serta prioritas pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah,

misalnya: peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, peningkatan

sumber daya manusia yang akan meningkatkan produktifitas faktor - faktor

produksi. Dengan adanya APBN setiap tindakan negara dapat dikendalikan

sesuai dengan apa yang telah digariskan di dalam APBN.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengeluaran pemerintah ?

2. Bagaimana Intervensi dan Fungsi Ekonomi pemerintah ?

3. Apa dasar teori pengeluaran pemerintah?

4. Bagaimana pengeluaran pemerintah Indonesia?

5. Apa faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan pengeluaran

pemerintah?

6. Apa fungsi dan peran APBN?

7. Bagaimana instrumen dan analisis kebijakan fiskal?

8. Apa prinsip-prinsip dalam APBN?

9. Bagaimana struktur dan susunan APBN?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan apa pengertian pengeluaran pemerintah

2. Menjelaskan Intervensi (campur tangan) dan fungsi ekonomi pemerintah.

3. Memahami dasar teori pengeluaran pemerintah.

4. Menguraikan pengeluaran pemerintah Indonesia.

5. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan pengeluaran

pemerintah.
6. Untuk mengetahui fungsi dan peran APBN di Indonesia.

7. Untuk mengetahui instrumen dan analisis kebijakan fiscal.

8. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam APBN yang diterapkan di

Indonesia.

9. Untuk mengetahui struktur dan susunan APBN negara

Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada

pembaca tentang pengeluaran pemerintah dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBN) dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengeluaran pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat.

Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran

menyatakan bahwa Y=C+I+G+X-M. Formula ini dikenal sebagai identitas

pendapatan nasional (dalam arti luas), sekaligus mencerminkan penawaran

agregat. Sedangkan variabel-variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat.

Variabel G melambangkan pengeluaran pemerintah. Dengan membandingkan

nilai G terhadap Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui

seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan

permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan itu dapat dianalisis

seberapa penting peranan pemerintah dalam perekonomian nasional.

Kebijaksanaan – kebijaksanaan yang berkenan dengan penerimaan dan

pengeluaran pemerintah(pendapatan dan belanja negara) disebut kebijaksanaan

fiskal.

2. Intervensi (campur tangan) dan Fungsi Ekonomi pemerintah

Sebagai sebuah organisasi atau rumah tangga, pemerintah melakukan

banyak pengeluaran untuk membiyai kegiatan-kegiatannya. Pengeluaran tersebut

berfungsi untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari dan membiyai

kegiatan ekonomi.
Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dipilah dan

ditelaah menjadi empat macam kelompok peran, yaitu :

a. Peran alokatif, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber

daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan

mendukung efisiensi produksi.

b. Peran distribusi, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan

sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar.

c. Peran stabilisatif, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas

perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan

disequilibrium.

d. Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses

pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang, dan maju.

3. Dasar Teori Pengeluaran pemerintah

Menurut Adolph Wagner tehadap negara-negara Eropa, Amerika Serikat,

dan Jepang pada abad ke-19 menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam

perekonomian cenderung semakin meningkat. Ekonom Jerman ini mengukur dari

perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap produk nasional. Kemudian oleh

Ribard A. Musgrave dinamakan “hukum pengeluaran pemerintah yang selalu

meningkat”(law of growing public expenditures).

Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah

selalu meningkat. Kelima penyebab tersebut meliputi tuntutan peningkatan

perlindungan, keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan

masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan


demokrasi, dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan

pemerintah.

4. Pengeluaran Pemerintah Indonesia

Dalam neraca anggaran dan pendapatan belanja negara, pengeluaran

pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin

dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada dasarnya diunsurkan pos-

pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari,

meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah

dan subsidi harga barang) angsuran dan bunga utang pemerintah, serta jumlah

pengeluaran lain. Sedangkan pengeluaran pembangunan maksudnya pengeluaran

yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik,

dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan

bantuan proyek.

 Tiga Neraca Pemerintah Pusat

Dalam sistem neraca keuangan pemerintah pusat dikenal tiga macam

neraca, yaitu neraca produksi, neraca penerimaan dan pengeluaran, serta neraca

modal. Ketiga neraca ini disusun oleh Biro Pusat Statistik berdasarkan angka-

angka realisasi APBN.

a. Neraca Produksi

Neraca produksi menggambarkan bagaimana proses kegiatan pemerintah

dalam menciptakan nilai tambah PDB sektor pemerintah dan pengeluaran

konsumsi pemerintah. Neraca ini terdiri atas ayat-ayat biaya (input) dan ayat-ayat

produksi (output). Biaya-biaya yang dikeluaran pemerintah dalam penyediaan jasa


masyarakat terdiri dari belanja barang, belanja pegawai, penyusutan, serta pajak

tidak langsung. Adapun yang dimaksud dengan produksi ialah produksi yang

dikonsumsi sendiri, pendapatan dari hasil penjualan barang-barang yang

diproduksi, dan jasa yang diberikan.

 Neraca Produksi Pemerintah Pusat

Biaya (input) Produksi (output)

Belanja barang Produksi yang dikonsumsi sendiri

Belanja pegawai Penerimaan dari jasa

Penyusutan barang modal Produksi berupa barang

Pajak tak langsung -

 Neraca Penerimaan dan Pengeluaran

Neraca Peneriman dan Pengeluaran Pemerintah Pusat

Pengeluaran Penerimaan

Pengeluaran konsumsi pemerintah Laba bersih

Property Income dibayarkan Property Income diterima

Subsidi-subsidi Pajak tak langsung

Bantuan sosial Pajak langsung

Imputasi kesejahteraan pegawai Pungutan dan denda

Transfer-transfer Imputasi kesejahteraan pegawai

Tabungan pemerintah Transfer-transfer


 Neraca Modal

Neraca Modal Pemerintah Pusat

Pengeluaran Penerimaan

Perubahan stok Tabungan bruto

Pembentukan modal tetap bruto Penyusutan barang modal

Pembelian tanah Transfer modal

Pembelian barang modal Pinjaman bruto

Transfer modal -

Dalam publikasi BPS yan terbit sementara ini, nilai untuk pembelian tanah

dan pembelian barang modal adi indrawi tergabung dalam ayat pembentukan

modal tetap bruto. Transfer modal yang dicatat dalam neraca modal adalah

transfer modal yang oleh ihak penerima/ mengurangi penerimaan lancarnya.

Transfer modal berlangsung antar tingkatan pemerintahan, antara pemerintah

dengan pihak swasta dalam negeri. Serta antara pemerintah dengan pihak lur

negeri. Sesungguhnya transaksi keuangan pemerintahan pusat terdiri atas dua

kelompok dasar, yaitu transaksi anggaran (budgetary) dan transaksi bukan

anggaran (nonbudgetary).

5. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Peningkatan Pengeluaran

Pemerintah

Ada beberapa hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah meningkat

dari tahun ke tahun. Menurut Sadono Sukirno (1984), besarnya pengeluaran


pemerintah tergantung kepada faktor-faktor yang bersifat ekonomi maupun yang

bersifat sosial dan politik.

a. Faktor yang bersifat ekonomi, adalah berhubungan dengan tujuan dalam

pencapaian penggunaan tenaga penuh tanpa menimbulkan inflasi sehingga

pertumbuhan dan perkembangan perekonomian secara keseluruhan dapat berjalan

dengan pesat.

b. Faktor yang bersifat sosial dan politik, merupakan faktor yang menyedot anggaran

pengeluaran pemerintah yang terbesar, seperti memperkuat pertahanan dan

keamanan, bantuan-bantuan sosial, bantuan musibah bencana alam, menjaga

kestabilan politik dan lain-lainnya.

Sedangkan menurut Brownlee et.al (1960), menyebutkan bahwa faktor yang

menyebabkan kenaikan dalam pengeluaran pemerintah itu ada 4 (empat) alasan

yaitu:

 Suatu kenaikan didalam “general level of price”, disini dimaksudkan kalau

tidak terjadi perubahan dari jumlah barang-barang serta jasa-jasa dan kalau

transfer paymentyang dilakukan pemerintah diduga akan menyebabkan

kenaikan harga pada umumnya.

 Kenaikan pertambahan penduduk dan pembukaan daerah-daerah baru. Hal

ini menyangkut dengan bertambahnya permintaan jasa-jasa pemerintah,

bertambahnya permintaan pendidikan, berkembangnya jalan-jalan raya,

jembatan-jembatan, fasilitas kesehatan dan lain-lain.

 Kenaikan permintaan untuk jasa-jasa pemerintah misalnya meningkatnya

urbanisasi, meningkatnya permintaan air minum, listrik, balai-balai


pengobatan, merupakan juga penyebab membengkaknya anggaran

pengeluaran pemerintah. Peperangan dan keamanan, ini adalah faktor yang

sangat penting dalam melindungi masyarakat dan negara terhadap

serangan-serangan baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar.

 Akibat-akibat dari Pengeluaran Pemerintah dalam Perekonomian

Hyman (1987) mengatakan bahwa kegiatan pengeluaran pemerintah itu

akan membawa pengaruh yang penting dalam kegiatan perekonomian dan juga

berakibat pada bidang politik, yaitu:

a. Terjadinya keseimbangan politik

Pengeluaran pemerintah mengakibatkan terjadinya keseimbangan diantara barang-

barang dengan jasa-jasa pemerintah serta tergantung juga kepada kebijaksanaan

dalam penetapan pajak dari barang dan jasa-jasa itu.

b. Terjadinya keseimbangan pasar

Pada umumnya dan adanya efisiensi dan resources yang dipakai masyarakat.

Setiap pengeluaran pemerintah akan mempengaruhi harga barang-barang dan

jasa-jasa yang berlaku di pasar bebas sehingga akan mempengaruhi tingkat

efisiensi di dalam pengelolaan sumber-sumber yang digunakan masyarakat.

c. Pendistribusian pendapatan

Pendistribusian yang dilakukan pemerintah bukanlah berarti diperoleh dengan

cara mengambil pendapatan seseorang kemudian membagikannya pada orang

lain. Jika hal ini terjadi maka daya beli orang tersebut menjadi berkurang sehingga

mempengaruhi permintaan dan akan mempengaruhi pula harga pasar.


6. Pengertian Dan Ruang Lingkup APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat. (Pasal 1 angka 7, UU No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004

tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:

a. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.

b. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan

diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada

tahun-tahun anggaran berikutnya.

Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening

kas umum negara. (Pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004)Tahun anggaran adalah

periode pelaksanaan APBN selama 12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia

menggunakan tahun kalender sebagai tahun anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari

sampai dengan tanggal 31 Desember. Sebelumnya, tahun anggaran dimulai

tanggal 1 April sampai dengan 31 Marettahun berikutnya. Penggunaan tahun

kalender sebagai tahun anggaran ini kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan

Negara dan UU Perbendaharaan Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11

UU No. 1/2004).

Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi

otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi

otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi


perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi

manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi

pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk

menilai apakah kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

7. Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )

a. Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat

dialokasikan untuk pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan

jembatan, jalan, dan taman umum.

b. Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan

untuk kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan

dana pensiun.

c. Fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keunagn

negara teratur sesuai dengan di terapkan.Jika pemndapatan dipakai sesuai

dengan yang di terapkan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

berfungsi sebagai stabilisator.

8. Struktur Dan Susunan APBN

Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,

keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000,

Indonesia telah menguba komposisi APBN dari T-account menjadi I-account

sesuai dengan standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance

Statistics (GFS).
a. Pendapatan Negara dan Hibah.

Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu

penerimaan pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai

(PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak lainnya, serta Pajak Perdagangan (bea

masuk dan pajak/pungutan ekspor) merupakan sumber penerimaan utama dari

APBN.

b. Belanja Negara.

Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana

perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang.nSebelum

diundangkannya UU No. 17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan

atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003

mengintrodusing uniffied budget sehingga tidak lagi ada pembedaan antara

pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana perimbangan terdiri atas

dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK).

Sementara itu, dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah Istimewa

Aceh dan provinsi Papua.

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan

kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap

tahunnya sebagai dana pembangunan.

DAU terdiri dari:

1. Dana alokasi Umum untuk Daerah Provinsi

2. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten/kota


Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan Keputusan

Presiden. Setiap provinsi/kabupaten/kota menerima DAU dengan besaran yang

tidak sama, dan ini diatur secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah.

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari anggaran pendapatan dan

belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk

mendanai kegiatan khususyang merupakan urusan Pemerintah Daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional. DAK termasuk Dana perimbangan, disamping Dana

Alokasi Umum (DAU).

c. Defisit dan Surplus.

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.

Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan

yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak Tahun 2000, Indonesia

menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran berimbang dan dinamis

yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun. Dalam tampilan APBN,

dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu: keseimbangan primer (primary

balance) dan keseimbangan umum (overall balance). Keseimbangan primer

adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga.

Keseimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk

pembayaran bunga.

d. Pembiayaan.

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber

pembiayaan yang penting saat ini adalah: pembiayaan dalam negeri (perbankan

dan non perbankan) serta pembiayaan luar negeri (netto) yang merupakan selisih
antara penarikan utang luar negeri (bruto) dengan pembayaran cicilan pokok

utang luar negeri.

 Prinsip-prinsip Dalam APBN

1. Prinsip Anggaran APBN

2. Prinsip Anggaran dinamis

3. Prinsip Anggaran Fungsional

Sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang dalam

menyusun APBN. APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit

a. Prinsip Anggaran Defisit

Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran

defisit ditentukan :

 Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan sebagai

sumber pembiayaan.

 Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber

pembiayaan LN (bersih)

b. Prinsip Anggaran Dinamis

Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif.

 Anggaran bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP) dari

tahun ke tahun terus meningkat.

 Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP (TP)

terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan

pembangunan dari pinjaman luar negeri terus menurun.

c. Prinsip Anggaran Fungsional \


 Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya berfungsi

untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran

pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.

 Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai

pelengkap” dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil

sumbangan bantuan/ pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran

pembangunan, maka makin besar fungsionalitas anggaran.

 Instrumen Kebijakan Fiskal

a. Pembiayaan fungsional

 Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak

langsung terhadap pendapatan nasional.

 Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk meningkatkan

penerimaan pemerintah.

 Pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana

yang ada di masyarakat.

b. Pengeluaran Anggaran

 Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dipergunakan secara

terpadu untuk mencapai kestabilan ekonomi.

 Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja seimbang. Namun

pada masa depresi digunakan anggaran defisit

 Analisis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal secara umum diarahkan pada empat sasaran utama :

a. Menciptakan stimulus fiskal


Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan manfaat yang lebih

tepat, pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan administratif dan

menciptakan mekanisme penyaluran dana secara transparan.

b. Memperkuat Basis Penerimaan

Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui perbaikan administrasi

dan struktur pajak, ekstensifikasi penerimaan pajak dan bukan pajak, seperti

penjualan saham BUMN, penjualan asset BPPN.

c. Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan.

Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan penyehatan perbankan

dilakukan dengan memasukkan biaya restruktursiasi perbankan ke dalam APBN.

d. Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit

 Pemerintah tetap mempertahankan prinsip untuk tidak menggunakan

pembiayaan defisit anggaran dari bank sentral dan bank-bank di dalam negeri.

 Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri, yang diperboleh

dari lembaga keuangan internasional seperti bank Dunia, ADB, dan OECF

serta sejumlah negara sahabat secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.

 Surat Utang Negara (SUN)

Pada tahun 2002 pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 24

Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (SUN). Sebelum undang-undang ini

disahkan, istilah Surat Utang Negara lebih dikenal sebagai “obligasi

pemerintah”. Beberapa point yang penting mengenai SUN adalah :


a. Tema pokok UU SUN adalah memberikan “standing appropriation”, yaitu

jaminan pemerintah kepada pasar untuk membayar semua kewajiban pokok dan

bunga utang yang timbul akibat penerbitan SUN.

b. Surat Utang Negara terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) semacam T-

Bills di AS dan Obligasi Negara (ON).

Catatan :

SPN merupakan SUN berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan pembayaran

bunga secara diskonto (mirip SBI)

· ON merupakan SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan/

atau pembayaran bunga secara diskonto

c. Tujuan penerbitan SUN adalah :

· Membiayai defisit APBN

· Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas

penerimaan dan pengeluaran pada rekening kas negara dalam satu tahun anggaran

· Mengelola portofolio utang negara.

B. Kebijakan Anggaran Defisit

Sejak Indonesia ditimpa sejumlah gejolak ekonomi eksternal, pemerintah

akhirnya memastikan revisi APBN 2008 lebih awal dari waktu biasanya, bulan

Juli. Salah satu perubahan pokok terletak pada peningkatan defisit anggaran dari

1,7% PDB menjadi 2% PDB. Selain defisit, beberapa asumsi dan target makro

ekonomi dipastikan mengalami revisi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi,

lifting minyak, harga minyak mentah, dan lain-lain.


Pada dasarnya terdapat tiga gejolak eksternal yang berimbas pada

perekonomian Indonesia.

Pertama, lonjakan drastis harga minyak mentah dunia hingga sempat

menyentuh level psikologis USD 100 per barel. Beruntunglah, harga minyak

kembali turun dan berfluktuasi di posisi USD 80-90 per barel. Namun, angka ini

tergolong masih tinggi dari harga normal yaitu kisaran USD 60 per barel, atau

sesuai asumsi APBN 2008, sehingga subsidi BBM yang dibiayai APBN tetap

membengkak.

Kedua, lonjakan harga internasional beberapa produk dan bahan pangan,

salah satunya kedelai yang mengalami kenaikan dramatis hingga di atas 100%.

Masalahnya, beberapa produk dan bahan pangan yang harganya melonjak,

sebagian diimpor untuk memenuhi kekurangan produksi domestik. Dalam kondisi

krisis pangan, lonjakan harga ini mendorong pemerintah meningkatkan anggaran

subsidi pangan yang juga dibiayai APBN.

Ketiga, perlambatan ekonomi Amerika Serikat, terutama disebabkan efek

multiplier (ganda) krisis kredit macet perumahan. Krisis ini berlangsung lebih

lama, melebihi prediksi ahli ekonomi, sebab respon positif pasar terhadap

kebijakan pemerintah berupa pengucuran dana miliaran dolar dan penurunan suku

bunga utama Bank Sentral AS, tidak banyak berarti. Dengan demikian, perbankan

di AS masih ragu-ragu mengucurkan kredit untuk menghindari kerugian bila

bernasib sama dengan kredit perumahan. Tidak optimalnya perbankan

menjalankan fungsi intermediasi membuat beberapa sektor usaha yang bergantung

pada kredit jadi stagnan, dan akhirnya berpengaruh pada perlambatan ekonomi.
Padahal, perekonomian AS merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan

ekonomi dunia. Karena itu, bila ekonomi AS melambat, secara langsung

menurunkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia. Kondisi Indonesia yang

makin terintegrasi dengan perekonomian dunia yang dijalin melalui perdagangan

internasional, tidak bisa dimungkiri tidak mengalami perlambatan pertumbuhan

ekspor, sehingga ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Fenomena pertama dan kedua merupakan penyebab utama

membengkaknya belanja, seiring peningkatan subsidi. Subsidi BBM diperkirakan

meningkat dari Rp 45,8 triliun menjadi Rp 116,8 triliun dan subsidi listrik

meningkat dari Rp 29,8 triliun menjadi Rp 54,2 triliun. Untuk menjaga stabilitas

harga pangan dalam negeri, anggaran subsidi pangan Rp 7,2 triliun di APBN tentu

jauh di bawah kebutuhan stabilisasi, sehingga dibutuhkan tambahan anggaran

yang tidak sedikit.

Karena itu, dalam revisi APBN 2008, pemerintah mengusulkan kenaikan

defisit APBN dari rencana awal Rp 73,3 triliun atau 1,7% PDB menjadi Rp 87,3

triliun atau 2% PDB. Penerimaan negara naik dari Rp 781,3 triliun menjadi Rp

823,3 triliun. Sedangkan belanja negara juga meningkat dari Rp 854,6 triliun

menjadi Rp 910,6 triliun.

Dengan demikian, pembengkakan belanja terus terjadi meski revisi plus

sembilan langkah penyelamatan APBN diimplementasikan. Sembilan langkah

tersebut adalah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN; penggunaan

dana cadangan APBN; penghematan dan penajaman prioritas belanja

kementerian/lembaga negara; perbaikan parameter produksi dan subsidi BBM dan


listrik; program hemat energi dan efisiensi di Pertamina dan PLN; pemanfaatan

dana kelebihan di daerah; penerbitan obligasi dan optimalisasi pinjaman program;

pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis; penambahan subsidi

pangan. Namun, dampak lebih parah lagi bila langkah-langkah tersebut tak

diimplementasikan. Diperkiran defisit membengkak menjadi 4,2% PDB atau Rp

185,4 triliun.

Defisit anggaran terjadi bila belanja pemerintah melebihi penerimaan.

Selisih atau kelebihan belanja dari penerimaan sama jumlahnya dengan besarnya

defisit. Dengan demikian, besaran defisit selalu sama dengan utang pemerintah

yang dibutuhkan untuk menutupi belanja. Peningkatan jumlah defisit anggaran

sampai batas tertentu, biasanya proporsi PDB, secara teoritis dibenarkan. Sebab

dalam suatu siklus, perekonomian tidak selalu mengalami posisi di mana

penerimaan di atas belanja, apalagi bila terdapat gejolak ekonomi eksternal seperti

saat ini. Namun, defisit yang terlalu berlebihan dikhawatirkan mengancam

stabilitas keuangan negara, seperti kejadian di AS, sehingga pasar kurang percaya

pada kemampuan fiskal pemerintah. Di negara berkembang, biasanya batas aman

defisit tidak melebihi 3% PDB.

Posisi APBN sebagai alat penyelamat perekonomian dari gejolak eksternal

harus benar-benar dioptimalkan. Meski sifatnya jangka pendek, harapannya

APBN tetap mampu menjalankan tiga fungsi utamanya yakni stabilisasi, alokasi,

dan distribusi. Karena itu, kebijakan anggaran dengan peningkatan defisit

merupakan langkah paling tepat saat ini. Namun, letak masalah yang kerapkali

disoroti adalah sumber pembiayaan. Akumulasi utang pemerintah dari domestik


dan asing telah menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian. Apalagi bila si

kreditor mensyaratkan ikut campur tangan pada perumusan kebijakan pemerintah.

Trauma atas penyakit utang yang dimunculkan rezim orde baru, nampaknya akan

menggeser sumber pembiayaan defisit pada penerbitan obligasi atau surat utang

pemerintah. Langkah ini dinilai lebih aman, bisa dikontrol, dan lepas dari

intervensi kreditor.

Di tengah gejolak eskternal, harapan kita agar langkah yang ditempuh

pemerintah merupakan yang terbaik buat kesehatan keuangan negara dan

keberlanjutan pembangunan ekonomi. Bagaimanapun juga, perekonomian

Indonesia yang makin terintegrasi dengan dunia memang menjadi risiko tersendiri

bila terjadi gejolak seperti saat ini. Sebagai negara ekonomi kecil, Indonesia tidak

punya kuasa mengentikan gejolak yang layaknya badai yang siap memporak-

porandakan perekonomian. Namun, kita tetap punya kuasa memperkokoh

“rumah” ekonomi yang dibangun oleh multi landasan, salah satunya melalui

kebijakan fiskal yang ditopang APBN.

C. Surplus Dan Seimbang

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.

Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan

yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak Tahun 2000, Indonesia

menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran berimbang dan dinamis

yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun. Dalam tampilan APBN,

dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu: keseimbangan primer (primary

balance) dan keseimbangan umum (overall balance). Keseimbangan primer


adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga.

Keseimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk

pembayaran bunga.

Jadi di sini yang di maksud dengan keseimbangan surplus dapat di nilai dari

penerimaan suatu Negara dengan belanjah pemerintah yang sama-sama akan

mencapai titik keseimbangan antara penerimaan dan belanjah Negara. Kita dapat

menilai hasil dari suatu proses pengimplementasikan semua peranan struktur dan

sudah menjalankan tugas dan fungsi sebagai orang yang mengatur dan

menjalankan suatu prekonomian Negara yang baik.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dipilah dan

ditelaah menjadi empat macam kelompok peran, yaitu :


1. Peran alokatif, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya

ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi

produksi.

2. Peran distribusi, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber

daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar.

3. Peran stabilisatif, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas

perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium.

4. Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses

pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang, dan maju.

Dalam sistem neraca keuangan pemerintah pusat dikenal tiga macam

neraca, yaitu neraca produksi, neraca penerimaandan pengeluaran, serta neraca

modal. Ketiga neraca ini disusun oleh Biro Pusat Statistik berdsarkan angka-

angka realisasi APBN.

Ada beberapa hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah meningkat

dari tahun ke tahun. Menurut Sadono Sukirno (1984), besarnya pengeluaran

pemerintah tergantung kepada faktor-faktor yang bersifat ekonomi maupun yang

bersifat social dan politik.

Pada negara-negara yang sedang berkembang kegiatan-kegiatan

pemerintah memang sangat diperlukan dalam mengalokasikan resources terutama,

pendistribusian pendapatan, melakukan transfer dari pemerintah pada masyarakat

dan dari masyarakat pada pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ilyas, Marzuki. 1989. Ilmu Keuangan Negara (Publik Finance). Jakarta: FKIP Universitas

Syiah Kuala.

APBN 2005 samapai 2010 Diakses dari http://www.fiskal.depkeu.go.id/ webbkf/download

/datapokok-ind2010.pdf pada tanggal 10 Desember 2010.

PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

Dumairy,2009, Pereekonomian Indonesia,Jakarta : Erlangga

Anonim.2013.Instrumen dan Analisis Kebijakan

Fiskal.http://tipsmotivasihidup.blogspot.com/2013/02/instrumen-dan-

analisiskebijakan-fiskal.html?m=1 diakses pada tanggal 28 Februari 2014 pukul

15:40

Vortuz.2013.Masalah-masalah Kebijakan Fiskal dan

APBN.http://vortuz.blogspot.com/2013/05/kebijakan-fiskal-dan-apbn.html?m=1

diakses pada tanggal 3 Maret 2014 pukul 20:17

Anda mungkin juga menyukai