Miasis Hidung
Miasis Hidung
net/publication/320075785
CITATIONS READS
0 688
8 authors, including:
Puspa Zuleika
Universitas Sriwijaya
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Puspa Zuleika on 28 September 2017.
E-mail:puspazuleika@yahoo.com
Abstrak
Latar belakang: Miasis atau belatungan hidung adalah infestasi larva lalat Diptera pada rongga hidung. Penyakit ini
lebih sering dijumpai di negara-negara tropis, terutama pada masyarakat golongan sosio-ekonomi rendah. Di antara lalat
penyebab miasis di dunia, lalat Chrysomya bezziana mempunyai nilai medis yang penting karena larvanya bersifat
parasit obligat. Pengobatan miasis pada manusia dapat dilakukan secara lokal, sistemik maupun operatif. Tujuan:
Mempresentasikan serial kasus miasis hidung di Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang. Kasus: Tiga kasus
miasis hidung pada perempuan berusia 56 tahun dan 9 tahun serta laki- laki berusia 42 tahun. Kesimpulan: Dilaporkan
tiga kasus miasis hidung yang dilakukan penatalaksanaan berupa ektraksi larva dengan klem aligator, irigasi rongga
hidung dengan H2O2 3% dilanjutkan dengan NaCl 0,9% dan betadine, ekstraksi eksplorasi dalam anastesi umum serta
dengan pemberian antibiotik spektrum luas dan analgetik.
Abstract
Background: Nasal myiasis is the infestation of nostrils by diphteran larvae of different species. The disease is more
common in tropical countries, particularly in the community with low socio-economic level. Among many flies that
cause myiasis, Chrysomya bezziana is medically the most important agent due to its larvae are obligate
parasites.Treatment for myasis in human can be done by local, systemic or surgery.Purpose: To present a case series of
nasal myasis at Mohammad Hoesin Hospital Palembang. Case: Three cases of nasal myasis in women 56 years old and
9 years old and a man 43 years old. Conclusion: Reported three cases of nasal myiasis whom has been treated with a
larva extraction with alligator forceps, nasal irrigation with H 2O2 3% followed by NaCl 0.9% and betadine, exploring
extraction in general anesthesia and the patient was given a broad spectrum antibiotic and analgetic drugs.
Pada manusia, infestasi larva lalat diptera Insidensi miasis hidung lebih sering
terjadi pada luka yang bernanah, luka terbuka, terjadi pada daerah tropis dengan faktor
terutama jaringan nekrotik dan dapat mengenai predisposisi seperti sosial ekonomi rendah,
setiap lubang atau rongga seperti mata, telinga,
325
326 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, OKTOBER2015: 325-331
higienitas yang buruk, daya imunitas yang manual direkomendasikan dengan penggunaan
rendah, rinitis atopik, penyakit keganasan dan endoskopi.3,4,7
penyakit sinonasal. Insidensi miasis hidung di
Korea dan Malaysia masing-masing satu Laporan Kasus
kasus. Miasis hidung akibat Lucilia sericata Kasus pertama, seorang perempuan
dan Eristalis tenaxdilaporkan terjadi di Iran, berusia 56 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
serta kasus miasis hidung nosokomial Dr. Mohammad Hoesin pada tanggal 28
dilaporkan terjadi di Taiwan. Di Indonesia, September 2014 dengan keluhan utama keluar
satu kasus miasis hidung pada manusia yang darah dari lubang hidung kanan sejak 4 hari
disebabkan oleh Chrysomyia sp. pernah yang lalu. Keluhan lainnya berupa lubang
dilaporkan oleh Bagian Telinga, Hidung dan hidung terasa gatal, hidung tersumbat disertai
Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas ingus putih kuning kemerahan dan rasa nyeri
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. pada dahi kanan. Pasien mengaku lubang hidung
Berdasarkan data rawat inap pasien THT di kanan kemasukan serangga saat bekerja. Pasien
Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang sehari-hari bekerja sebagai petani. Riwayat
dari Januari 2009 sampai November 2014 mimisan sebelumnya disangkal, trauma pada
didapatkan 3 kasus miasis hidung.3-8 hidung disangkal, mengorek-ngorek hidung
Penegakan diagnosis miasis hidung disangkal.
melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan Hasil pemeriksaan, status generalis
pemeriksaan penunjang berupa CT scan dan pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos
parasitologi. Gejala klinis miasis hidung dapat mentis, tanda vital dan pemeriksaan fisik
asimptomatik, gejala ringan hingga menyebabkan umum dalam batas normal. Pemeriksaan THT
kematian.Gejala klinis yang sering terjadi pada telinga kanan dan kiri tidak ada kelainan.
berupa rinorea, gatal, bersin, pembengkakan Pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan
hidung, sakit kepala terutama daerah sekitar kavum nasi kanan lapang, tampak sekret
hidung, nyeri hidung, hidung tersumbat diikuti kental kuning kemerahan, tampak benda asing
rasa sesuatu bergerak-gerak di dalam rongga berwarna putih bergerak-gerak bercampur sekret
hidung dan keluar cairan serus atau purulen kemerahan, septum hiperemis, konka eutropi.
yang kadang-kadang bercampur darah. Infestasi Kavum nasi kiri tak tampak kelainan.
larva lala tpada hidung yang paling berbahaya Pemeriksaan nasoendoskopi didapatkan kavum
yakni kemampuan larva untuk berpenetrasi ke nasi kanan tampak sekret kuning kemerahan
otak. Selain itu, miasis hidung juga dapat disertai benda asing yang bergerak-gerak, dasar
menyebabkan rasa malu dan stress terhadap hidung hiperemis, septum hiperemis. Rinoskopi
pasien.3,4,6,7 posterior koana baik, tidak hiperemis, fossa
Prinsip penatalaksanaan miasis adalah rosenmuller tak tampak massa, tidak
dengan menghilangkan faktor penyebab miasis hiperemis, torus tubarius dan orifisium tuba
disertai pengeluaran larva yang ada. Beberapa Eustachius baik, adenoid sedikit besar.
terapi topikal yang direkomendasikan pada Pemeriksaan tenggorokan tidak ada kelainan.
kasus miasis, seperti aplikasi minyak,
kloroform, dekstrosa, larutan iodin, dan larutan
salin normaluntuk membantu pengangkatan
larva. Terapi topikal ini dapat digunakan baik
secara tunggal maupun kombinasi. Antibiotik
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.
Pengangkatan larva hidup secara manual
A B
umumnya tidak sulit dilakukan, namun untuk
larva yang tidak dapat dijangkau secara Gambar 1. A.Foto pasien, B. Tampak Benda
Asing Bergerak-gerak di Kavum Nasi Kanan
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015: 325-331 327
A B
Pada tanggal 21 November 2012 hasil Kasus ketiga, seorang anak berusia 9
pemeriksaan darah rutin didapatkan Hb 11, Ht tahun datang ke poli THT Rumah Sakit Dr.
30, leukosit 10.900, hitung jenis neutrofil Mohammad Hoesin pada tanggal 12 November
segmen 76% dan hasil darah lainnya dalam 2009 dengan keluhan utama keluar ulat disertai
batas normal. Hasil CT Scan tanggal 22 darah dari lubang hidung kanan sejak 1 hari
November 2012 didapatkan suspek karsinoma yang lalu. Keluhan lainnya berupa rasa nyeri
nasofaring kanan dengan perluasan ke sinus pada lubang hidung kanan dan ingus kental
maksilaris kanan dan kavum nasi kanan. kehijauan yang berbau. Pasien mengaku
Beberapa larva yang didapatkan diperiksa ke lubang hidung kanan kemasukan lalat. Pasien
bagian parasit dan dicoba untuk dibiakan tinggal di daerah perumahan yang dekat
menjadi lalat. Setelah 5 hari, larva yang dengan pemotongan sapi. Riwayat mimisan
dibiakan dicurigai sebagai C.bezziana. sebelumnya disangkal, trauma pada hidung
disangkal,mengorek-ngorek hidung disangkal.
Hasil pemeriksaan, keadaan pasien
tampak sakit sedang dan kesadaran kompos
mentis, tanda vital dan pemeriksaan fisik
umum dalam batas normal. Pemeriksaan THT
pada telinga kanan dan kiri tidak ada kelainan.
Pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan
kavum nasi kanan tampak sekret kuning
kehijauan kental, terdapat krusta berwarna
Gambar 5. Hasil CT Scan kuning kecoklatan, septum hiperemis, konka
eutropi, Kavum kiri lapang, ada sekret
Pasien diterapi dengan seftriakson 2x1 minimal, septum nasi lurus dan konka inferior
gr intravena, metronidazole 3x500 mg eutrofi. Pada pemeriksaan nasoendoskopi
intravena dan asam mefenamat 3x500 mg didapatkan, rinoskopi anterior kavum nasi
tablet. Setelah itu, dilakukan ekstraksi dan kanan tampak sekret kuning kehijauan disertai
eksplorasi debridemen kavum nasi di ruang dengan krusta kuning kecoklatan, dasar hidung
operasi dengan anestesi umum dan dilanjutkan hiperemis, septum hiperemis, tidak ditemukan
dengan membuang jaringan nekrotik serta bekuan darah. Rinoskopi posterior koana baik,
irigasi menggunakan H2O2 3% dan larutan tidak hiperemis, fosa rosenmuller tak tampak
povidon iodine yang diencerkan dengan NaCl massa, tidak hiperemis, torus tubarius dan
0,9%. Didapatkan total jumlah larva yakni 103 orifisium tuba Eustachius baik, adenoid sedikit
ekor. Follow up pascaoperasi didapatkan besar. Pemeriksaan tenggorokan tidak ada
kavum nasi lapang, sekret (-), konka inferior kelainan.
eutrofi, krusta (-), bendaasing (-). Pasien
diperbolehkan pulang dan disarankan untuk
kontrol ke poliklinik THT 1 minggu kemudian.
A B
menyebutkan bahwa pada stadium lanjut, yang menjadi larva karena ekspulsi telur dari
epitaksis aktif dan sensasi benda asing akibat hidung melalui bersin akibat rangsangan gatal
pergerakan larva umumnya dijumpai.Larva dan proses penetasan tidak sempurna.7,10,12
berpenetrasi ke dalam jaringan dengan Penatalaksanaan yang telah dilakukan
menggunakan kait dari kitin pada rahang yang berupa ekstraksi dan eksplorasi di ruang
tajam dan ruas intersegmental yang menyerupai operasi dalam anestesi umum yang dilanjutkan
jangkar sehingga dapat mengikis jaringan dan pencucian hidung menggunakan H2O2 3%, dan
mencederai pembuluh darah kecil sehingga NaCl 0,9% dan pembuangan nekrotik serta
terjadi epistaksis.Selain itu, anamnesis lainnya pemberian terapi antibiotik spektrum luas dan
yang perlu digali yakni adanya riwayat analgesik. Sesuai dengan peneliltian oleh Wu
kemasukan serangga.1,3-6,9,10 dkk dan literatur oleh Francesconi dkkyang
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dan menjelaskan bahwa penatalaksanaan miasis
nasoendoskopipada pasien pertama didapatkan hidung adalah pengangkatan larva secara
kavum nasi kanan tampak sekret kental kuning manual atau dengan bantuan endoskopi serta
kemerahan disertai benda asing yang bergerak- pembersihan rongga hidung, pemberian
gerak, dasar hidung hiperemis, septum larutan normal salin, pemberian terapi sistemik
hiperemis. Pada pasien kedua didapatkan antibiotik spektrum luas, seperti ampisilin dan
sekret bercampur darah disertai krusta kuning amoksisilin bila dijumpai adanya infeksi sekunder
kecoklatan pada kavum nasi kanan dan kiri, dan untuk mencegah infeksi sekunder.5,7,9
konka inferior eutrofi berwarna kehitaman, Pada ketiga pasien tidak dijumpai
dasar hidung hiperemis, septum hiperemis, komplikasi yang serius, hal ini tampak pada
dijumpai bekuan darah dan tampak kumpulan pemeriksaan CT scan sinus paranasal ketiga
larva. Pada pasien ketiga didapatkan kavum pasien didapatkan proses inflamasi berupa
nasi kanan tampak sekret kuning kehijauan komponen nekrosis di kavum nasi dan perluasan
kental, terdapat krusta berwarna kuning ke sinus etmoid dan maksilaris yang bila tidak
kecoklatan, septum hiperemis, konka eutropi. ditangani akan menimbulkan komplikasi
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh serius. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Wu dkkdan literatur oleh Francesconi dkk yang dilakukan Wu dkk dan Mumcuoglu dkk
mengemukakan bahwa pada pemeriksaan bahwa gambaran CT scan yang paling sering
kavum nasi dengan menggunakan rinoskopi ditemukan pada pasien miasis yaitu gambaran
maupun nasoendoskopi pada pasien didapatkan inflamasi atau edema mukosa rongga hidung,
kavum nasitampak keropeng-keropeng serta destruksi tulang dan invasi jaringan. Menurut
keberadaan larva yang tampak sebagai struktur Francesconi dkk, komplikasi miasis hidung
kecil, putih, mirip benang keluar dari lesi. yang sering terjadi adalah deformitas hidung
Didapatkan pulamukosa hidung tampak berbentuk saddle nose, perforasi septum nasi
edema, ulserasi, dan nekrotik.5,9 dan palatum, radang pada orbita, selulitis
Penegakan diagnosis miasis pada pasien wajah, ulserasi tonsil dan dinding posterior
adalah dengan ditemukannya larva C. bezziana faring dan ekstensi intrakranial yang dapat
pada rongga hidung. Jumlah larva yang menyebabkan meningitis dan kematian.5,9,10
berhasil diekstraksi seluruhnya adalah 32 ekor Pada pasien disarankan untuk kontrol
pada kasus pertama, 103 ekor pada kasus ulang satu minggu setelah keluar dari rumah
kedua, dan 96 ekor pada kasus ketiga. Seperti sakit untuk memastikan tidak ada larva yang
yang dikemukakan Ranga dkk dan Mumcuoglu tersisa. Hal ini sesuai dengan rekomendasi
dkk dalam penelitiannya, miasis hidung terjadi Ranga dkk dan Wu dkk bahwa pasien miasis
karena lalat meletakkan telurnya pada membran harus dikontrol dalam periode waktu tertentu
mukosa yang luka di rongga hidung. Walaupun dengan jarak yang relatif singkat.Untuk
lalat dewasa meletakkan rata-rata 150-200 menjamin pengangkatan larva secara
telur setiap 2 atau 3 hari, hanya sedikit telur sempurna, diperlukan pemeriksaan berulang
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015: 325-331 331
dalam periode waktu yang singkat. Eradikasi 6. Salimi M, Edalat H, Jourabchi A, Oshaghi
cepat dan tepat miasis diperlukan untuk MA. First report of human nasal myiasis
mencegah kerusakan jaringan intranasal lebih caused by Eristalis tenax in Iran (Diptera:
lanjut.5,7 Syrphidae). Iranian J Arthropod-Borne
Dis,2010;4(1):77–80.
Daftar Acuan 7. Ranga Rk, Yadav SPS, Goyal A, Agrawal
A. Endoscopic management of nasal
1. Dharmawan R. Miasis. Dalam: Hadidjaja myiasis: A 10 years experience. Clin
P, Margono SS, editor. Dasar Parasitologi Rhinol An Int J, 2013;6(1):58-60.
Klinik. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit 8. Nazni WA, Jeffrey J, Lee HL, Lailatul
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Akmar MN, Chew WK, Heo CC, Sadiyah
2011.h.363-71. I, Khairul Asuad M, Heah SK, Mohd
2. Soetjipto D. Hidung. Dalam: Buku Ajar Hisham H. Nosocomial nasal myiasis in an
Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, intensive care unit. Malaysian J Pathol,
Tenggorokan, Kepala, Leher. Edisi 6. 2011;33(1):53-6.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.h.143 9. Francesconi F, Lupi O. Myasis. Clinical
3. Babamahmoudi F, Rafinejhad J, Enayati Microbiological Review, 2012;25:86-95.
A. Nasal myiasis due to Lucilia sericata 10. Mumcuoglu KY, Eliashar R. Nasal myiasis
(Meigen, 1826) from Iran: A case report. due to Oestrus ovis larvae in Israel. IMAJ,
Tropical Biomedicine, 2012;29(1):175–9. 2011;13:379-80.
4. Kim JS, Seo PW, Kim JW, Go JH, Jang 11. Bosmia AN, ZimmermannTM, Griessenauer
SC, Lee HJ, Seo Min. A nasal myiasis in a CJ, Tubbs RS, Rosenthal EL. Nasal myasis
76-year-old female in Korea. Korean J in hinduism and contemporary
Parasitol, 2009;47(4):406-7. otorhinolaryngology. J Relig Health, 2014:1-
5. Wu CJ, Chang TS, Chu ST. Nasal myiasis 9.
in a bedridden patient and literature 12. Komariah, Pratita S, Malaka T. Pengendalian
review. J Med Sci, 2012;32(1):39-41. vektor. Jurnal Kesehatan Bina Husada,
2010;6(1):34-43.