Anda di halaman 1dari 6

PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Pengertian Pendekatan Open-Ended


Pendekatan open-ended merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang bisa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir bebas dalam menyelesaikan suatu masalah
sesuai dengan cara mereka sendiri. Pendekatan open-ended adalah sebuah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah terbuka (open-ended problem), dimana satu masalah
memiliki banyak solusi atau banyak cara penyelesaianya. Adapun keterbukaan (openness) yang
dimaksud diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yakni:
1. Prosesnya terbuka,
Maksud dari proses yang terbuka ialah tipe soal yang diberika mempunyai banyak cara
penyelesaian yang benar.
2. Hasil akhir terbuka.
Hasil akhir terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang
banyak (multipel).
3. Cara pengembangan lanjutannya terbuka.
Cara pengembangan lanjutan terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan
masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari
kondisi yang ada diawal.

B.Karaktersitik Pendekatan Open-ended

Nohda merumuskan karakteristik yang mendasari pendekatan open-ended adalah sifat


terbuka atau keterbukaan. Menurutnya, dalam pendekatan pembelajaran open-ended terdapat tiga
hal yang mendasarinya (Afgani, 2014).

1. Process is open.(Prosesnya terbuka)


Maksud dari proses yang terbuka adalah masalah matematika berupa soal yang diberikan
kepada siswa memiliki banyak cara penyelesaian yang benar.

Contoh: Sebuah tali dibagi menjadi 10 bagian, yang panjangnya masing- masing membentuk
deret aritmatika. Apabila yang paling pendek panjangnya 5 cm dan yang paling panjang 40 cm.
Hitunglah panjang tali sebelum dipotong.

2. End products are open. (Hasil akhirnya terbuka)


Hasil akhir yang terbuka berarti masalah matematika berupa soal memiliki tipe jawaban
soal yang banyak.

Contoh : Sebutkan beberapa bilangan yang habis dibagi 5 dari 100 bilangan asli pertama ?

3. Ways to develop are open.(Cara pengembangan lanjutannya terbuka)


Artinya bahwa ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalah, mereka dapat
mengembangkan masalah yang baru dengan mengubah kondisi masalah yang ada di
awal.
C . Tujuan Pendekatan Open-Ended
Dengan pendekatan open-ended, diharapkan masing-masing siswa memiliki kebebasan
dalam memecahkan masalah menurut kemampuan dan minatnya, siswa dengan kemampuan
yang lebih tinggi dapat melakukan berbagai aktivitas matematika, dan siswa dengan kemampuan
yang lebih rendah masih dapat menyenangi aktivitas matematika menurut kamampuan-
kemampuan mereka sendiri.
Pendekatan Open-Ended menjanjikan kesempatan kepada siswa, untuk meginvestigasi
berbagai strategi dan cara yang diyakininya, sesuai dengan kemampuan mengelaborasi
permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat
berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap
siswa terkomunikasi melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran
pembelajaran dengan Open-Ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif
antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan
melalui berbagai strategi.
Beberapa manfaat pembelajaran matematika menggunakan masalah terbuka , diantaranya:
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan mengekspresikan ide-ide mereka
secara lebih intensif.
2. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilanya secara komprehensif.
3. Setiap siswa bisa merespon masalah dengan menggunakan cara mereka sendiri.
4. Siswa termotivasi untuk memberikan pembuktian.
5. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya untuk menikmati proses penemuan dan
menerima persetujuan dari siswa lainya terhadap strategi atau solusi yang mereka
hasilkan.

D . Orientasi Pembelajaran Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika


Sama halnya seperti ilmu-ilmu sosial, permasalahan atau soal-soal dalam matematika pun
secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah masalah
- masalah matematika tetutup (closed problems). Dan yang kedua adalah masalah-masalah
matematika terbuka (open problems). Yang selama ini muncul di permukaan dan banyak
diajarkan di sekolah adalah masalah-masalah matematika yang tertutup (closed problems). Di
mana memang dalam menyelesaikan masalah-maslah matematika tertutup ini, prosedure yang
digunakannya sudah hampir bisa dikatakan standar alias baku. Akibatnya timbul persepsi yang
agak keliru terhadap matematika. Matematika dianggap sebagai pengetahuan yang pasti dan
procedural.
Sementara itu, masalah-masalah matematika terbuka (open problems) sendiri hampir
tidak tersentuh, hampir tidak pernah muncul dan disajikan dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah. Akibatnya bila ada permasalahan matematika macam ini, soal atau
permasalahan itu dianggap ‘salah soal’ atau soal yang tidak lengkap.
Secara sederhana, open problems sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua bagian.
Yakni open-ended problems dan pure open problems. Untuk open-ended problems sendiri dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian. Yakni:
a) problems dengan satu jawaban banyak cara penyelesaian; dan
b) problems dengan banyak cara penyelesaian juga banyak jawaban.
Apa bedanya closed problems dan open problems?
Di dalam makalah ini akan didefinisikan bedanya! Namun hanya akan memberikan sebuah
contoh untuk hal ini. Khusus untuk open problems, kami hanya akan memberi contoh yang
termasuk open-ended problems.
1. Contoh closed problems (cocok untuk siswa SD kelas 3).
Seekor sapi yang diniatkan untuk dikurbankan ‘berat’nya 500 kg. Berat sapi ini sama dengan
berat 20 orang anak-anak. Berapa rata-rata berat masing-masing anak? Soal ini termasuk closed
problems karena dengan prosedur yang standar, yakni pembagian , kita dengan pasti dapat
menentukan rata-rata berat masing-masing anak. Dan ini jelas merupakan soal yang berupa satu
cara dan satu jawaban. Makanya soal ini termasuk dalam kelompok closed problems.

Soal di atas, dengan sedikit “sentuhan “, dapat diubah menjadi sebuah soal yang termasuk dalam
kelompok open-ended problems sehingga menjadi soal berikut ini.
Seekor sapi yang ‘berat’nya 500 kg akan dikurbankan. Setara dengan berapa orang anak-kah
‘berat’ sapi tersebut? Soal ini termasuk dalam open-ended problems karena kita tidak secara
pasti tahu prosedure untuk menjawab soal ini. Bila dipikir-pikir, soal ini akan mengundang
banyak cara dan juga banyak jawaban. Soal semacam ini amat jarang diberikan. Dan kalaupun
ada, jaman dulu dianggap sebagai soal yang tidak lengkap. Padahal, soal semacam ini menuntut
kreativitas kita dalam menjawabnya. Soal semacam ini pun menuntut kita untuk berfikir lebih
ketimbang hanya mengingat prosedure baku dalam menyelesaikan suatu masalah. Untuk
menyelesaikan masalah ini, kita tak dapat langsung begitu saja menjawabnya. Soal ini menuntut
kita berpikir lebih cerdas. Menuntut kita untuk melakukan perencanaan sebelum mendapat
jawaban. Soal ini menuntut kita agar dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan jawaban. Pun
mengantisispasi berbagai cara yang mungkin dilakukan untuk menjawabnya. Pendeknya, soal ini
melatih kita untuk menggunakan penalaran dan kreativitas. Ya, tak sekedar hanya menghafalkan
prosedur menjawab seperti biasanya.

E . Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem)


Menurut Suherman, mengkonstruksikan dan mengembangkan masalah terbuka yang
tepat dan baik untuk siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam tidaklah mudah. Akan
tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang dalam waktu yang cukup panjang,
ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah, antara lain
sebagai
berikut:
1. Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep
matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2. Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3. Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat
membuat suatu konjektur.
4. Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan
matematika.
5. Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa
mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari contoh itu
untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6. Memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi dari
pekerjaannya.

F . Masalah Dalam Pendekatan Open-ended

Pada pembelajaran melalui pendekatan open-ended, masalah merupakan alat pembelajaran


yang utama. Untuk mengkondisikan siswa agar dapat memberikan reaksi terhadap situasi
masalah yang diberikan berbentuk open-ended tidaklah mudah. Biasanya masalah yang
digunakan merupakan masalah non-rutin, yakni masalah yang dikontruksi sedemikian hingga
siswa tidak serta merta dapat menentukan konsep matematika prasyarat dan algoritma
penyelesaianya. Shimada & Becker(Afgani, 2014)mengemukakan bahwa, secara umum terdapat
tiga tipe masalah yang dapat diberikan, “Menemukan pengaitan, pengklasifikasian, dan
pengukuran”.

1) Menemukan hubungan. Siswa diberi fakta-fakta sedemikian hingga siswa dapat


menemukan beberapa aturan atau pengaitan yang matematis.
2) Mengklasifikasi. Siswa ditanya untuk mengklasifikasi yang didasarkan atas karaktersitik
yang berbeda dari beberapa objek tertentu untuk memformulasi beberapa konsep
matematika.
Pilih satu atau lebih bangun yang memiliki ciri atau karakteristik sama dengan gambar
bangun B dan tuliskan ciri-ciri yang sama tersebut. Selanjutnya, pilih satu atau lebih
bangun yang memiliki ciri yang sama dengan bangun H, kemudian tuliskan ciri-ciri
tersebut! Catatan: Biasanya siswa hanya ditanya, mana tabung, bola, limas, prisma dan
lain-lain.

3) Pengukuran. Siswa diminta untuk menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu


kejadian tertentu. Siswa diharapkan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan
matematika yang telah dipelajarinya.

Adapun penyajian soalnya dapat dikreasikan dengan berbagai cara, diantaranya sebagai
berikut:
1) Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika
dapat diamati dan dikaji oleh siswa.
2) Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3) Sajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat
suatu konjektur.
4) Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
5) Berikan beberapa contoh konkret dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa
mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6) Hadapkan siswa pada suatu kelompok soal atau masalah yang mempunyai beberapa sifat
yang sama. Suruh siswa untuk menyelesaikannya dan kemudian disuruh untuk
menemukan beberapa kesamaan sifat-sifat yang mungkin yang terjadi paling sedikit
diantara dua soal yang diberikan.
G . Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-Ended
A) Keunggulan Pendekatan Open-ended
Pendekatan Open-ended memiliki beberapa keunggulan antara lain

1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematika secara komprehensif.
3) Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara
mereka sendiri.
4) Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
permasalahan.

B) Kelemahan Pendekatan Open-ended


Di samping keunggulan, terdapat pula kelemahan dari pendekatan Open-ended, diantaranya

1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah
pekerjaan mudah.
2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang
diberikan.
3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Afgani, Jarnawi. (2014). Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. Bandung

Ummil Muhsinin, “Pendekatan Open-Ended Pada Pembelajaran Matematika,” Jurnal


Edu-Math 4 (2013)

Budiningsih, Asri. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Mohammad, dkk. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.

Anda mungkin juga menyukai