Anda di halaman 1dari 2

IDENTITAS

1. Nama : Nn. Fitri Meutia Binti Anderson.


2. Jenis kelamin : Perempuan.
3. Tempat/ Tgl Lahir : Bandar Lampung, 10 Oktober 1995.
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Pendidikan : S1
7. Pekerjaan : Mahasiswa
8. Alamat Tinggal : Jl. Payung Teduh No.07 RT. 07
RW.07 Kel. / Desa : Adem Ayem Kec.
Kemiling, Kodya / Kab. Bandar Lampung.
No telpon : 081 777 888 999
9. Alamat (Tempat Kejadian Perkara): Jl. Rimba no. 13, Teluk kota. Bandar Lampung.

ANAMNESA

Seorang wanita Usia 22 tahun datang ke IGD RSPBA diantar oleh ibu
kandungnya pada hari Jumat 17 November 2017 pukul 15.00 dikarenakan luka
lecet pada kulit kepala bagian depan kanan, memar pada pipi kiri, luka memar
dan luka lecet pada leher depan kiri, serta luka memar pada lengan bagian atas
kanan. Setelah sebelumnya mengalami peristiwa penganiayaan oleh 2 orang
wanita yang os kenali sebagai kakak tingkat dikampusnya sekitar 2 jam yang
lalu. Os menceritakan bahwa peristiwa itu terjadi kurang lebih selama 10 menit
pada pukul 13.00 WIB. Ketika itu os bersama seorang teman satu kosnya sedang
dalam perjalanan dari kampus menuju kos menggunakan sepeda motor. Namun
sesampainya di jalan mendekati kos os sudah di hadang oleh 2 orang wanita
yang salah satunya os kenali yaitu kakak tingkatnya, awalnya salah seorang dari
pelaku yang merupakan kakak tingkat os mencaci maki os, marah- marah dan
terjadi percekcokan dengan os karena pelaku merasa os telah merebut
kekasihnya. Lalu dengan cepat salah seorang dari mereka menampar os dan
memukul pada bagian leher dan lengan atas kanan os. Os sempat akan melawan
namun rambut os langsung di jambak oleh salah satu pelaku. Teman os mencoba
melerai namun gagal karena dihalangi oleh teman korban yang satunya. Hingga
terjadilah perkelahian dan os tidak dapat melawan. Setelah os merasa kesakitan
2 pelaku tersebut melarikan diri. Os ditolong oleh temannya dan langsung
menghubungi ibu kandungnya dan kemudian os dibawa ke IGD RSPBA diantar
ibunya. Sesampainya di IGD os langsung diperiksa oleh dokter dan dilakukan
pembersihan luka. Setelah itu dokter menyarankan untuk dibuatkan visum
namun os menolak karena os dan keluarga tidak ingin menyelesaikan masalah
ini melalui jalan hukum dikarenakan keluarga os memiliki hubungan sangat
dekat dengan keluarga pelaku (os dibiayai kuliah oleh keluarga pelaku) sehingga
keluarga os memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara
kekeluargaan dan keluarga os bersedia membuat dan menandatangani surat
pernyataan menolak dilakukan visum.

Anda mungkin juga menyukai