Anda di halaman 1dari 5

Benzodiazepin adalah obat yang bekerja sebagai hipnotik dan

sedative dimana dapat mengurangi ansietas dan memberikan efek


tenang dan menimbulkan rasa kantuk maupun memperlama atau
mempertahankan keadaan tidur
Farmakokinetik :
-Absorpsi :
Dapat digunakan secara oral bila untuk mengobati ansietas atau
gangguan tidur. Ini merupakan obat dengan basa lemah dan sangat
tinggi absorpsinya pada pH tinggi yang biasa ditemukan di dalam
duodenum. Kecepatan absorpsi benzodiazepine yang diberikan per
oral berbeda tergantung pada beberapa faktor termasuk sifat
kelarutannya dalam lemak.

-Distribusi :
Transport hipnotik-sedatif di dalam darah adalah proses dinamik
dimana banyaknya molekul obat masuk dan meninggalkan jaringan
tergantung pada aliran darah,tingginya konsentrasi dan
permeabilitas. Kelarutan dalam lemak memegang peranan penting
dalam menentukan berapa banyak hipnotik-sedatif yang khusus
masuk ke susunan saraf pusat. Redistribusi obat dari susunan saraf
pusat ke jaringan lain dalah gambaran penting dari biodisposisi
hipnotik-sedatif. Dimana tingkat transformasi metabolic dan
eliminasinya pada manusia sangat lambat untuk mehilangkan efek
utama farmakologinya dalam waktu relative singkat.
Pemberian benzodiazepine selama kehamilan harus dilakukan
dengan mengetagui ahwa sawar uri terhadap obat-obat yang larut
dalam lemak kurang diketahui dan bahwa obat-obat ini dapat
mencapai janin. Kecepatan dicapainya konsentrasi dalam darah ibu
dan janin yang seimbang adalah lebih lambat daripada konsentrasi
dalam darah ibu dan susunan saraf pusat, sebagian disebabkan
karena aliran darah yang lambat mencpai plasenta, walaupun begitu
jika hipnotik-sedatif diberikan pada saat sebelum melahirkan,akan
menimbulkan penekanan fungsi vital neonates.
Benzodiazepine sangat banyak terikat pada plasma
protein misalnya pengikatan terhadap albumin plasma dari
benzodiazepinberkisar 63% - 95%

-Biotransformasi :
Metabolism hati bertanggung jawab terhadap pe mbersihan atau
eliminasi dari semua benzodiazepine. Hampir semua benzodiazepine
mengalami fase oksidasi microsomal (reaksi fase I) termasuk N-
dealkilasi dan hidroksilasi alifatik dimana metabolitnya kemudian di
konjugasikan disebut juga reaksi fase II oleh glukoroni transferase
menjadi glukoronida yang kemudian di ekskresikan di urin.
Fase I benzodiazepine adalah fase aktif dengan waktu paruh yang
lebih lama daripada obat induknya.
Contohnya desmetildiazepam yang mempunyai paruh waktu
eliminasi 40-140 jam yang mmerupakan metabolit aktif
klordiazepoksid,diazepam,prazepam dan klorazepat.
Demestildiazepam kemudian dibiotransformasikan menjadi
oksazepam yang merupakan senyawa aktif oksazepam.
Pembentukan metabolit aktif mempunyai arti penelitian yang rumit
pada farmakokinetik benzodiazepine pada manusia karena waktu
paruh eleminasi dari obat induk cuman beberapa yang memiliki
hubungan terhadap lamanya efek farmakologi dimana
Benzodiazepine yang obat induk atau metabolit aktifnya mempunyai
waktu paruh yang lebih panjang dan menimbulkan efek kumulatif
dengan dosis ganda.

-Faktor yang Mempengaruhi Biodisposisi :


Biodisposisi hipnotik-sedatif dapat dipengaruhi berbagai faktor,
terutama perubahan pada fungsi hati dikarenakan dari
penyakitmusia tua atau peningkatan maupun penurunan aktifitas
enzim mikrosom karena obat.
Penurunan fungsi hati mengakibatkan pengurangan kecepatan
pembersihan obat yang dimetabolisme melalui peristiwa oksidatif.
Pada pasien yang sangat tua dan memiliki penyakit hati yang
beratwaktu paruh eliminasi dari obat-obat ini biasanya meningkat
secara bermakna jadi kebanyakan diberikan obat dengan dosis yang
lebih kurang.

Farmakodinamik :
Benzodiazepine sendiri terikat pada saluran molekul klorida yang
fungsinya sebagai GABAa reseptor namun tidak pada tempat
pengikatan GABAa sendiri dimana GABA adalah penghambat
neurotransmitter yang utama pada SSP, jadi benzodiazepine
menguatkan neurotransmisi GABAergik pada semua tingkat
neuroaksis yang mencakup medulla spinalis,
hipotalamus,hipokampus, subtatia nigra, korteks serebeli dan
korteks serebri. Benzodiazepin meningkatkan efisiensi inhibisi
sipnatik GABAergik yang menyebabkan penurunan kecepatan
pencetusan neuron yang kritis dalam banyak region otak.
Benzodiazepin tidak menggantikan fungsi GABA namun
meningkatkan efek dari GABA tanpa mengaktivasi reseptor GABA
secara lansung.
Interaksi tiga macam reseptor benzodiazepine telah dilaporkan
yakitu sebagai Agonis yang mempermudah kerja dari GABA yang
menimbulkan efek ansiolitik dan antikonvulsi, Antagonis yang
dikaraterisasikan dari keturunan benzodiazepine sintetik flumazenil
yang menghambat kerja benzodiazepine tetapi tidak mempengaruhi
kerja barbiturate,meprobamat, atau etanol, sebagai Inverse agonist
yang menghasilkan ansietas dan bangkitan kejang yang ditunjukkan
pada beberapa senyawa termasuk B=karbolin molekul ini dapat
menghambat efelk benzodiazepine.
Efek benzodiazepine sendiri pada organ adalah sebagai sedasi yang
merupakan penurunan respon terhadap tingkat stimulus yang tetap
dengn penurunan dalam aktifitas dan ide spontan, juga sebagai
hypnosis yang menyebabkan tidur bila diberikan dosis yang cukup
tinggi, sebagai anestesi, antikonvulsi,relaksasi otot, juga efek pada
fungsi respirasi dan kardiovaskular.

Penyalahgunaan :
Penurunan respon terhadap suatu obat setelah pengobatan secara
kontinyu terjadi pada penggunaan hipnotik-sedatif. Pada beberapa
hal pasien memerlukan peningkatan dosis untuk mempertahankan
perbaikan simtom dan mempermudah tidur, karena sifat yang di
inginkan untuk perbaikan dari ansietas, disinhibisi dan kemudahan
tidur, sehingga menyebabkan terjadinya penyalahgunaan kompulsif
dimana dapat terjadi komplikasi lebih serius termasuk
ketergantungan fisik dan toleransi. Ketergantungan fisik dapat
berupa perubahan keadaab fisiologik dan memerlukan pemberian
obat secara kontinyu supaya mencegah terjadinya sindrom
abstinensi atau putus obat yang di tandai dengan meningkatnya
ansietas, insomnia dan eksitabilitas SSP yang mungkin berlanjut
menjadi konvulsi. Keparahan gejala putus obat berbeda masing-
masing obat tergantung besar dosis yang digunakan tepat sebelum
penghentian konsumsi, bila digunakan dalam dosis tinggi maka dapat
menyebabkan tanda putus obat yang lebih serius.
Pada kebanyakan kasus, ansietas adalah gejala gangguan psikiatri
yang memerlukan pengobatan senyawa farmakologi,benzodiazepine
adalah obat yang umumnya dipakai untuk pengobatan ansietas.
Kerugian dari benzodiazepine adalah kecenderungan
berkembangnya ketergantungan psikologi,pembentukan metabolit
aktif, efek amnesia dan biayanya yang lebih tinggi. Benzodiazepin
menimbulkan depresi susunan saraf pusat yang bersifat aditif jika di
berikan dengan obat lain termasuk etanol, hal ini terjadi pada semua
obat golongan hipnotik-sedatif kecuali buspiron.
Yang paling penting untuk di perhatikan adalah penggunaan obat
yang dipilih dengan pengekangan yang tepat untuk memperkecil efek
samping. Suatu dosis dapat diresepkan agar tidak mengganggu
aktifitas mental dan fungsi motoric selama jam kerja. Beberapa
pasien mungkin lebih dapat menerima pengobatan lebih baik jika
sebagian besar dosis harian obat diberikan pada waktu mau tidur
dan dosis lebih kecil di siang hari, dan resep diberikan untuk waktu
yang singkat,dokter juga harus dapat menilai kemanjuran terapi dari
respon subyektif pasien.Kombinasi obat anti ansietas harus
dihindarkan dan pasien yang mengkonsumsi obat tersebut harus di
ingatkan untuk tidak mengkonsumsi alcohol dan penggunaan secara
bersamaan dengan obat bebas.

Intoxication :
Efek samping tersering dari obat dalam golongan ini adalah akibat
depresi fungsi susunan saraf pusat yang berhubungan dengan dosis.
Pada pasien rawat jalan dosis rendah dapat menyebabkan
ngantuk,kelemahan penilaiaan dan berkurangnya ketrampilan
motoric, kadang-kadang dengan dampak bermaksa terhadap
ketrampilan mengemudi, penampilan kerja dan hubungan pribadi.
Benzodiazepin juga menyebabkan amnesia anterograde yang
derhubungan dengan dosis secara bermakna. Efek hangover juga
sering terjadi pada penggunaan obat dengan waktu paruh jangka
panjang untuk mengatasi masalah tidur pada penderita tertentu.Pada
dosis tinggi toksisitas dapat berupa letargi atau keadaan lelah dan
lainnya. Depresi fungsi SSP yang tidak diharapkan juga sering terjadi
bila terapi diberikan dengan jangka waktu lama serta digunakan
dengan obat yang memiliki waktu paruh panjang dan metabolitnya
aktif. Dokter melihat adanya variabilitas penderita dengan variasi
dosis yang menyebabkan efek samping.
Dengan toksisitas berat,depresi napas karena kerja sentral obat bisa
dipersulit dengan aspirasi isi lambung pada pasien yang tidak di
awasi, walaupun lebih cenderung terjadi jika ada etanol. Kehilangan
control vasomotor batang otak bersama dengan depresi miokard
lansung lebih menyulitkan suksesnya resusitasi. Pada pasien seperti
ini terapi terdiri dari respirasi mekanis, pemeliharaan volume
plasma,curah ginjal dan fungsi jantungdan mungkin penggunaan obat
inotropic positif seperti dopamine yang melinudngi aliran darah
ginjal, hemodialysis atau hemoperfusi mungkin digunakan untuk
mempercepat eliminasi beberapa obat ini. Flumanezil dapat
membatalkan kerja sedative benzodiazepin namun masa kerjanya
pendek dan antagonis terhadap depresi pernapasan masih belum
bisa dipastikan oleh karena itu penggunaan flumanezil pada
intoksikasi benzodiazepine harus di sertai dengan monitoring yang
adekuat dan membantu fungsi pernapasan.

Anda mungkin juga menyukai