Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI HIJAUAN PAKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : 06

APPRILIA MADIANA SARI E1C016055

SITI PHATONAH E1C0160

NADIA ERIKA E1C0160

BAROKAH ABDILLAH SIDIK E1C0160

IMANDA EDWIN PUTRA E1C0160

Dosen Pembimbing : Ir.Edi Soetrisno,MP

Ir.Hidayat,M.Sc

Ir.Tris Akbarillah,MP

Co Assisten : Arintya Suci Pangesti

Hendri Yulianto

Ahmad Kusnandar

Syatri Utami

Wandi Atmaza

Wulan Kumala Putri

Alfeth June Pratika

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan resmi
praktikum Produksi Hijauan Pakan. Laporan yang kami susun ini bertujuan untuk
memenuhi tugas kuliah Produksi Hijauan Pakan.
Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini, khususnya kepada :
1. Kepada Bapak Ir.Edi Sutrisno,M.Sc. Selaku dosen pengampu mata kuliah Produksi
Hijauan Pakan.
2. Kepada Bapak Ir.Hidayat,M.Sc. Selaku dosen pengampu mata kuliah Produksi
Hijauan Pakan.
3. Kepada Ibu Ir.Tris Akbarillah,MP. Selaku dosen pengampu mata kuliah Produksi
Hijauan Pakan.
4. Dan teman-teman seperjuangan yang telah ikut serta dalam praktikum Produksi
Hijauan pakan ini.
Demikian laporan yang kami buat, kami sangat menyadari bahwa laporan ini jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon kritik dan sarannya atas kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi
kami selaku penulis.

Bengkulu, 26 November 2018


Penyusun,

Kelompok 06

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang
sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak.
Sehingga hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama
untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun
sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan.

Sebelum membuat lahan pastura diperlukan adanya penyiapan lahan. Penyiapan lahan
pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan
maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Persiapan
lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi yang ada untuk
diolah dan disiapkan untuk penanaman. Didalam pembukaan lahan areal yang dibuka berupa
hutan primer, hutan sekunder. Oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada dan intensitas
pekerjaan yang harus dikerjakan maka dapat digolongkan hutan berat,hutan sedang, dan hutan
ringan.

Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang
rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh
tanaman.Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara
mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).

Mengelola hara tanaman merupakan salah satu upaya atau langkah pengelolaan lahan
pertanian. Pengelolaan hara tanaman dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, peran unsur hara sangat penting. Tanaman mengambil unsur hara secara
langsung dari tanah, baik yang diberikan dalam bentuk organik (sisa tanaman atau kotoran
ternak) maupun pupuk mineral (yang dikenal misalnya: Urea, NPK, TSP, KCl dan lainnya).

Tanpa lubang tanam tanaman tidak bisa tumbuh dengan baik, untuk menanam adalah
harus mempunyai lubang tanam. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh,
berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta

2
menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur
lahan dan jarak tanam. Satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya
tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama biasa dimengerti sebab tanaman tahunan
biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.

Sebelum menanam tentunya lubang tanam sudah dibuat terlebih dahulu, dan perlakuan
dengan memeberikan pupuk kandang ke lubang tanam dilakukan untuk membantu menyuburkan
tanah yang telah dilubang. Karena tanah yang digali itu adalah tanah sub-soil.
Pupuk adalah bahan sumber unsure hara yang secara sengaja diberikan pada media tanam
agar tanaman dapat memperoleh kesehatan, pertumbuhan, dan produksi yang lebih baik.
Menurut zat hara yang dikandung dikenal dengan sebutan pupuk organik dan pupuk anorganik.
Tanaman sedikitnya membutuhkan unsure hara mikro dan unsure hara makro. Zat hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman disebut hara esensial (hara penting). Adapun
sumber unsure hara yaitu:

a) Dari pelapukan batuan induk


b) Pelapukan bahan organic
c) Air hujan
d) Udara
Komponen dan kandungan serta ketersediaan berbagai jenis hara mineral dalam pupuk
akan sangat mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan dan produktivitas tananman pakan. Menurut
tingkat kecepatan proses terurainya menjadi zat yang siap diserap oleh tanaman dikenal dengan
sebutan pupuk labil dan pupuk stabil. Sedangkan menurut asal terjadinya, pupuk dikenal dengan
sebutan pupuk pabrik (buatan) dan pupuk alam. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di
pabrik melalui proses kimiawi sedangkan pupuk alam adalah pupuk yang terbentuk secara alami.
Penanaman adalah kegiatan pembenaman biji pada tanah untuk memperoleh
produktivitas tinggi, atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak atau mengembangkan
tanaman (Anonim, 2015). Penanaman merupakan proses pemindahan benih ke dalam tanah
dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Pertanaman yang baik dapat
diperoleh dengan cara sebelum penanaman harus dilakukan pengolahan tanah yang sempurna,
penentuan jarak tanam yang tepat, penentuan jumlah benih perlobang tanam dan benih yang akan
di tanam adalah benih yang bermutu tinggi. Teknik penanaman diawali dengan pengolahan

3
tanah, pembibitan, penanaman, pemupukkan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma, dan
diakhiri dengan panen.
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal.
Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu.
Dormansi yaitu peristiwa dimana benih mengalami masa istirahat (Dorman). Dormansi benih
berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi
lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada
kulit biji maupun pada embrio.
Pertumbuhan adalah aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya
berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau
volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari lingkungan sekitar biji,
baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran
biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah
maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun).

1.2 Tujuan
 Pengolahan lahan
Agar lahan menjadi gembur sehingga akar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
 Pemupukan Dasar
Menyediakan hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan hijauan sehingga dapat
berproduksi dengan baik.
 Pengukuran Pertumbuhan
Mengetahui pertumbuhan tanaman berdasarkan waktu/periode tanam dan jarak tanam.
 Estimasi Produksi Pastura
Dapat mebgestimasi produksi suatu pastura dan mengestimasi kapasitas tampung.
 Mengatasi Masalah Dormansi
Untuk mengatasi masalah dormansi sehingga biji menjadi dapat cepat tumbuh.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan Lahan


Persiapan lahan pada dasarnya untuk mendapatkan media tanam yang siap ditanami
dengan harapan tumbuh dan berproduksi dengan baik. Persiapan lahan meliputi land clearing ,
pengolahan lahan, pembuatan lubang tanam dan pemupukan dasar (Suyitman, 2003)
Tanah akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya, kompenen
zat gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta unsur-unsur renik
seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah rendah, maka kandungan nitrogen
padang rumput akan rendah dan rumput akan tumbuh lambat (Reskohadiprodjo, 2005).
Menurut Edo, (2012) Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan
media tumbuh yang optimal bagi suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim
kemarau. Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing,
pembajakan dan penggaruan.

a. Membersihkan areal (Land-clearing)


Bermaksud membersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-
alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya dengan mempertimbangkan beberapa jenis
pepohonan sebagai pelindung, peneduh dan pencegah erosi.
b. Pembajakan (Ploughing)
Bermaksud untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah sehingga
mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik.
c. Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-
bongkahan besar menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran
tumbuh-tumbuhan liar.
Tanah akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya,
kompenen zat gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta unsur-
unsur renik seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah rendah, maka
kandungan nitrogen padang rumput akan rendah dan rumput akan tumbuh lambat
(Reskohadiprodjo, 1985).

5
2.1.1. Pengolahan Lahan dengan Menggunakan Traktor
Menurut Edward, (2012) Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media
tumbuh yang optimal bagi suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau.
Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan
penggaruan.

d. Membersihkan areal (Land-clearing)


Bermaksud membersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-
alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya dengan mempertimbangkan beberapa jenis
pepohonan sebagai pelindung, peneduh dan pencegah erosi.
e. Pembajakan (Ploughing)
Bermaksud untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah sehingga
mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik.
f. Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-
bongkahan besar menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran
tumbuh-tumbuhan liar.
Tanah akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya,
kompenen zat gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta unsur-
unsur renik seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah rendah, maka
kandungan nitrogen padang rumput akan rendah dan rumput akan tumbuh lambat
(Reskohadiprodjo, 1985).

2.1.2 Pengolahan Lahan Secara Manual


Pada dasarnya pengolahan lahan secara manual dengan menggunakan tangan dan alat bantu
seperti cangkul untuk menggemburkan tanah sehingga menjadi media yang siap tanam.
Pengolahan lahan adalah melakukan pembersihan lahan dari tanaman gulma, memisahkan bibit
yang masih dapat digunakan untuk kemudian dilakukan pembalikan tanah serta pembuatan ulang
dan rekondisi galur tanam. Pengolahan tanah lahan pastura dapat menggunakan alat mesin

6
traktor dan dapat juga menggunakan cara manual yaitu dengan cara menggunakan alat bantu
sederhana cangkul.(Brewbaker,2012)

Pengolahan lahan adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukn untuk
menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan utama pengolahan

2.2 Membuat lubang tanam


Pada saat praktikum yang kami lakukan untuk membuat lubang tanam yang benar adalah,
menyiapakan alat dan bahan yang digunakan seperti : cangkul, arit dan kayu pancang. Setelah semua
alat dan bahan yang digunakan sudah terpenuhi, selanjutnya yaitu menggali lahan yang sudah
diberi jarak kurang lebih 10 cm setelah digali kemudian diberi tanda menggunakan kayu pancang
yang sudah disiapkan. Lahan seluas 12m x 5m tersebut diberi lobang sesuai dengan ukuran yang
sudah ditentukan. Jadi jumlah seluruh lubang tanam nya adalah 275 lubang.

2.3 Pemupukan Dasar dan Pemupukan Lanjutan


Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses
pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang.
Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak.
Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap
jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi.
Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu
berbagai bahan kimia sehingga memiliki kandungan persentase yang tinggi. Contoh pupuk
anorganik adalah urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2007).

Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair
(urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan unggas. Pupuk organik (pupuk
kandang) mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya.
Disamping mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K),
pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur

7
(S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan
nitrogen dan kalium berasal dari ko tor an cair (Santoso, 2002).

2.4 Penanaman Hijauan

2.4.1 Cara Tanam


Penanaman adalah kegiatan pembenaman biji pada tanah untuk memperoleh
produktivitas tinggi, atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak atau
mengembangkan tanaman (Anonim, 2015). Penanaman merupakan proses pemindahan
benih ke dalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pertanaman yang baik dapat diperoleh dengan cara sebelum penanaman harus dilakukan
pengolahan tanah yang sempurna, penentuan jarak tanam yang tepat, penentuan jumlah
benih perlobang tanam dan benih yang akan di tanam adalah benih yang bermutu tinggi.
Teknik penanaman diawali dengan pengolahan tanah, pembibitan, penanaman,
pemupukkan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma, dan diakhiri dengan panen.

2.4.2 Pengukuran pertumbuhan


Pertumbuhan merupakan suatu keadaan pertambahan ukuran dimana ukuran
tersebut tidak akan kembali lagi ke kondisi semula, pertumbuhan terjadi karena adanya
kegiatan pembelahan sel pada jaringan meristematik secara mitosis yang dapat kita
dilihat dengan pertambahan jumlah daun, bertambahnya tinggi tanaman maupun akar
tanaman yang semakin memanjang. Terjadainya pertumbuhan dapat diukur dan dinilai
secara kuantitatif, sedangkan perkembangan berbeda dengan pertumbuhan dimana
perkembangan dapat dilihat dengan perubahan bentuk, karena perkembangan ini
merupakan bertambah kompleksnya suatu organ dan fungsinya juga (Tim Biologi, 2004).
Pertumbuhan tanaman rumput. Cara pengembangbiakan utama tanaman rumput adalah
dengan vegetatif, transisi, dan reproduktif. Fase vegetatif, batang sebagian besar terdiri
atas helaian daun. Leher helaian daun tetap terletak di dasar batang, tidak terjadi
pemanjangan selubung daun atau perkembangan kulmus, sebagai respon terhadap
temperatur dan panjang hari kritis, meristem apikal secara gradual berubah dari tunas
vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini disebut induksi pembungaan. Fase perubahan ini
disebut dengan fase transisi. Selama fase transisi helaian daun mulai memanjang.

8
Internodus kulmus juga mulai memanjang. Fase reproduktif (pembuangan) dimulai
dengan perubahan ujung batang dari kondisi vegetatif ke tunas bunga (Soetrisno et al.,
2008).

Pertumbuhan tanaman legum. Tanaman legum tumbuh dengan cara tipe semak,
tipe berkas, batang bersifat tegak atau decumbent, serambling, dan roset. Tipe semak
yaitu sebuah tangkai sentral dengan cabang-cabang samping muncul sepanjang batang
utama dengan cabang aksiler, Tipe berkas yaitu sebuah tangkai yang darinya muncul
beberapa batang dan tunas baru sehingga sulit mengidentifikasi batang utama. Batang
bersifat tegak atau decumben, merambat yaitu batang berkembang menjalar di atas
permukaan tanah. Serambling adalah banyak tanaman yang merambat tumbuh memanjat
dan malingkari obyek yang tinggi. Roset adalah bentuk vegetatif beberapa tanaman
perennial berkembang setelah berbunga (Soetrisno et al., 2008).

2.5 Pengukuran Produksi

2.5.1 Estimasi produksi pastura


Pastura adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi hijauan dengan kualitas
unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia, sehingga dapat disebut
sebagai padang penggembalaan (Parakkasi, 1999).

Menurut Reksohadiprodjo (1985), pastura terdiri dari beberapa macam, yaitu :


pastura alam, pastura alam yang sudah ditingkatkan, pastura buatan (temporer), dan
pastura dengan irigasi. Pastura alam yang sudah ditingkatkan. Spesies-spesies hijauan
makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah
mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan
menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi).

Pastura buatan (temporer). Tanaman makanan ternak dalam padangan telah


ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan
permanen atau diseling dengan tanaman pertanian.

9
2.5.2 Pengukuran Produksi Hijauan Setaria spacellata
Hijauan yang hendak ditanam tentu saja menguntungkan sehingga harus
memenuhi produktivitas persatuan luas yang tinggi, nilai palabilitas yang baik, serta
beradaptasi baik dengan lingkungan.Sebagai contoh jenis rumput potong yang memilki
palabilitas yang baik adalah rumput gajah (Pennistum purpureum), Setaria sphacelata,
Panicum maximum, rumput gembala misalnya African Star Grass (Aak, 2003).
Menurut Pramana et al., (2010), rumput benggala berasal dari Afrika tropik dan
subtropik. Ciri-cirinya bersifat perennial atau tanaman tahunan, batang tegak, kuat dan
membentuk rumpun, akarnya membentuk serabut dalam dan mempunyai lidah daun yang
berbulu.

2.6 Mengatasi Masalah Dormansi

2.6.1 Indigofera arrecta


Indigofera adalah termasuk keluarga leguminosa (kacang-kacangan). Tumbuhan
ini mempunyai multifungsi, antara lain sebagai sumber warna biru alami untuk kain, dan
obat tradisional, antimikroba yang antara lain melawan bakteri Staphylococcus
aureus,Bacillus
subtilis dan Escherichia coli (Selvakumar dan Karunakaran,2010).
sebagai pakan hijauan ternak, hijauan Indigofera mempunyai kualitas nutrisi dan
produktivitas yang tinggi dan dengan kandungan protein yang bervariasi yaitu 21-25%
(Tarigan et al., 2010)

2.6.2 Lamtoro (Leucaena leucocephala)


lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan tanaman tahunan dan
beberapa jenisnya dapat ditumbuh-kembangkan lagi dengan mudah setelah
proses pemotongan selain itu mempunyai peranan khusus yaitu dapat
menyediakan naungan, juga sebagai tanaman pagar hidup dan sumber bahan
bakar (kayu).

Budidaya lamtoro seringkali dihadapkan pada masalah dormansi pada


biji sehingga memerlukan waktu yang lama untuk pematahan dormansi dan
akibatnya sulit mendapatkan pertumbuhan yang seragam. Penyebab terjadinya

10
dormansi biji ini antara lain karena keadaan kulit biji lamtoro yang keras
sehingga sulit ditembus air dan udara (Francis, 1993). Kulit biji yang keras pada
biji lamtorodapat mempengaruhi viabilitas dan vigoritas benih untuk
berkecambah artinya kemampuan benih untuk berkecambah dalam kondisi
lingkungan tertentu menjadi kurang optimal dan kinerja benih selama
perkecambahan dan pertumbuhan semai (survival rate) menjadi rendah.
Upaya untuk memperpendek masa dormansi dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya berupa pemberian perlakuan fisis, mekanis, maupun
kimiawi. Salah satu perlakuan fisis yang dapat diberikan adalah dengan
perendaman pada air panas. (Brewbaker, et al, 1972) melaporkan bahwa
kecepatan berkecambah dapat ditingkatkan dengan merendam dalam air terlebih
dahulu, mengeringkan kembali lalu dikecambahkan.

2.6.4 Turi (Sesbania grandiflora)


Turi (Sesbania grandiflora) merupakan pohon kecil anggota suku Fabaceae.
Tumbuhan dengan banyak kegunaan ini asalnya diduga dari Asia Selatan dan Asia
Tenggara, namun sekarang telah tersebar ke berbagai daerah tropis dunia. Benih adalah
biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau budidaya (Sutopo, 1988).
Benih bermutu ditentukan oleh dua faktor yaitu genetik dan faktor fisik. Faktor genetik
meliputi sifat-sifat tumbuh tanaman seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit, responsif terhadap kondisi lingkungan yang baik. Faktor fisik yang
mempengaruhi mutu benih meliputi kemurnian, persen perkecambahan tinggi, bebas dari
kotoran dan benih lainnya, ukuran benih seragam (Kartasapoetra, 1989).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan dormansi adalah adanya kulit biji yang
keras, impermeabel, biji yang belum masak fisiologis, dan terdapatnya zat penghambat
dalam biji (Abidin, 1987). Kulit biji yang impermeabel terhadap gas dan air sering
dijumpai pada benih dari famili leguminosa (Sutopo, 1988). Kebanyakan benih dari
tanaman legum, saluran untuk masuk kedalam benih ditutup oleh lapisan yang tahan air
sehingga benih itu dikatakan benih berkulit keras (Soegiri, 1982).

11
2.7 Pengenalan Jenis Hijauan Pakan

2.7.1 Daun (Tipe Daun), Bunga (Tipe Bunga), Akar (Tipe Akar)

 Putri malu (Mimosa pudica)

Putri malu ( Mimosa pudica ) merupakan salah satu tanaman perdu pendek yang
masih dalam kelompok dan keluarga suku polong – polongan yang mudah dikenal
dengan tanaman yang menutup daun – daunnya secara cepat dengan sendirinya saat
disentuh.

Daun putri malu berupa daun majemuk yang menyirip ganda dua sempurna.
Jumlah anak daun sirip berkisar 5 – 26 pasanga, helaian dain anak berbentuk memanjang
sampai lanset, ujung meruncing, pangkal memundar, bagian tepi merata. Jika di raba
bagian permukaan atas dan bawah halus dan terasa licin, panjang daun 6 – 16 mm, lebar
1-3 mm. Daun berwarna hijau, tetapi pada bagian tepi daun berwarna keungguan. Bila
daun disentuh akan menutup dengan cepat dan akan normal kembali setelah beberapa
menit (Reksohadiprodjo. 1985.)

Bunga tumbuhan putri malu berbentuk bulat, hampir menyerupai bola dan tidak
memiliki mahkota atau kelopak bunga besar seperti bunga pada jenis tumbuhan lainnya.
Akan tetapi kelopak pada tumbuhan ini jauh lebih kecil, dan bergerigi seperti selaput
putih, serta memiliki tabung mahkota yang berukuran kecil juga dan bertajuk empat
(Setyati, S.H. 1996).

Perakaran tumbuhan putri malu sangat berbeda dengan jenis tumbuhan lainnya,
perakaran tumbuhan putri malu berserabut, berwarna kecoklatan, tumbuh menyebar di
permukaan media tanah, dan mencapai kedalaman 30 – 60 cm bahkan lebih. Perakaran
tumbuhan putri malu ini jika dilakukan pencabutan akan berbeda dengan jenis tumbuhan
lainnya, yaitu tidak terangkat semua melainkan satu persatu akan terangkat kepermukaan
tanah (Abidin, B.S. 1987).

 Setaria spacellata

12
Rumput setaria merupakan salah satu rumput hijauan yang biasanya digunakan
untuk pakan ternak, terutamanya ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau
dan juga lainnya. Tipe daun yaitu Daun lebar tidak berbulu dan ada yang berbulu
dibagian permukaan lidah daun ( ligula). Pada tumbuhan setaria tidak memiliki bunga.
Tipe akar yaitu akar rumput setaria majemuk dan juga berserabut dengan tumbuh di
permukaan tanah, serta juga tumbuh dengan rhizom dan stolon yang sangat pendek dan
juga memiliki buku – buku yang rapat. (Dinas Peternakan Provinsi Riau, 2003).

 Alang-alang (Imperata cylindrica)

Rumput Alang-Alang dapat dijadikan sebagai hijauan pakan ternak alternatif yang
tumbuh menahun yang tersebar luas di Indonesia. Tipe daun yaitu daun berwarna hijau,
bagian tepiannya bergeri halus dan terasa kasar bila diraba. Tipe bunga yaitu Bunganya
berbentuk malai dengan bulir bunga yang tersusun rapat dengan bentuk ellips meruncing.
Tipe akar yaitu Akar berbentuk rimpang dan menjalar menembuh tanah yang dalam
(Reksohadiprojo. 1985).

 Teki (Cyperus rotundus)

Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar
matahari pada lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian yang tumbuh
sebagai gulma yang sukar diberantas. Rumput ini bisa tumbuh pada bermacam-macam
tanah dan terdapat dari 1-1000 meter dpl (Dalimartha, 2009).

Helaian daun bangun pita, pertulangan daun sejajar, tepi daun rata, permukaan
atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60 cm, dan lebar 2-6 mm. Perbungaan
majemuk berbentuk bulir mempunyai 8-25 bunga yang berkumpul berbentuk payung,
berwarna kuning atau cokelat kuning. Akar menjalar, berbentuk kerucut yang besar pada
pangkalnya, kadang-kadang melekuk, berwarna cokelat, berambut halus berwarna
cokelat atau cokelat kehitaman, keras, wangi dan panjang 1,5-4,5 cm dengan diameter 5-
10 mm (Dalimartha, 2009).

 Lamtoro (Leucaena leucochephala)

13
Lamtoro merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam jenis leguminosa,
yang biasanya digunakan untuk pakan ternak berupa kambing, sapi, dan juga kerbau.
Tipe daun yaitu daun majemuk dan bergerigi berwarna hijau muda, tipe bunga yaitu
Bunga majemuk berupa bingko ( perbunggaan capitulum ), dan tipe akar yaitu Perakaran
kuat dan dalam (Hardjowigeno. S. 1995).

 Odot (Pennisetum purpureum cv.Mott)

Rumput odot mempunyai karakteristik yang berbeda dengan rumput sejenisnya,


yaitu mempunyai karakteristik daunnya lembut dan ruas batang yang pendek dan relatif
empuk. Rumput ini mempunyai tinggi 50-100 cm. Rumput odot nama aslinya rumput
mott atau dikenal juga rumput gajah kerdil atau gajah kate. Secara agronomis, rumput ini
tergolong unggul. Rumput ini pada awalnya dikembangkan di Florida Amerika Serikat
dengan nama (Pennisetum purpureum cv. Mott). Namun di masyarakat kita
menyebutkanya rumput odot, nama yang diambil dari nama orang yang memasukan jenis
rumput ini ke Indonesia (Sutopo,Lita. 2000).

 Rayutan (Mikania micrantha)

Mikania micrantha merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan


cepat. Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit yang dapat tumbuh
hingga ketinggian 700 mdpl. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling
berhadapan, tunas baru dan bunga. Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan
panjang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm. Permukaan daun menyerupai mangkok
dengan tepi daun bergerigi. Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan
panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas (George. 2010).

 Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah merupakan salah satu rumput yang memiliki kandunga nutrisi
tinggi, yang biasanya digunakan untuk pakan ternak ruminansia seperti kambing, domba,
sapi dan kerbau serta lainnya. Tipe daun yaitu daun panjang berwarna hijau mudah
hingga tua dan berbunga, tipe perakaran yaitu Perakaran merumpun sangat lebat
(Kartasapoetra. 1989).

14
 Turi (Sesbania glandiflora)

Turi (Sesbania grandiflora) merupakan pohon kecil anggota suku Fabaceae.


Tumbuhan dengan banyak kegunaan ini asalnya diduga dari Asia Selatan dan Asia
Tenggara, namun sekarang telah tersebar ke berbagai daerah tropis dunia. Tipe daun yaitu
Daunnya majemuk dan tersebar. Memiliki daun penumpu sepanjang 1/2-1 cm. Anak
daunnya bentuknya jorong memanjang, rata, dan menyirip genap. Panjang daun 20-30
cm, tipe bunga yaitu Bunganya besar dan keluar dari ketiak daun. Bunganya besar dan
apabila mekar, berbentuk seperti kupu-kupu. Warna bunganya ada yang merah dan ada
juga yang putih. Ada juga yang berwarna gabungan kedua-duanya. Letaknya
menggantung dengan 2-4 bunga yang bertangkai, dan kuncupnya berbentuk sabit dan tipe
akar yaitu Akarnya berbintil-bintil yang gunanya untuk menyuburkan tanah (Mayer, B
dan Mayber. 1975).

 Kaliandra (Calliandra callothyrsus)

Kaliandra adalah pohon kecil bercabang yang tumbuh mencapai tinggi maksimum
12 m dan diameter batang maksimum 20 cm. Tipe daun yaitu daun-daun yang lunak yang
terbagi menjadi daun-daun kecil. Panjang daun utama dapat mencapai 20 cm dan
lebarnya mencapai 15 cm dan pada malam hari daun-daun ini melipat ke arah batang.
Tangkai daun bergerigi dengan semacam tulang di bagian permukaan atasnya, tetapi
tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada tulang sekundernya, tipe bunga yaitu Bunganya
bergerombol di sekitar ujung batang. Bunga menjadi matang dari pangkal ke ujung
selama beberapa bulan. Bunga ini mekar selama satu malam saja dengan benang-benang
mencolok yang umumnya berwarna putih di pangkalnya dan merah di ujungnya
(walaupun kadang ada juga yang berwarna merah-jambu) dan tipe akar yaitu sistem
akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dengan akar yang lebih halus yang jumlahnya
sangat banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Jika di dalam tanah
terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi antara jamur dengan bintil-bintil
akar. Dalam populasi jenis tertentu pertumbuhan akar tumbuh menyerupai akar
penghisap sehingga tanaman membentuk rumpun yang sebenarnya merupakan satu
tanaman tunggal saja (Sadjad, S.D. 1994).

15
 King grass (Pennisetum purpuroides).

Rumput raja merupakan jenis rumput unggul sebab mudah dibudidayakan dan
memiliki potensi produksi yang tinggi. Dibandingkan rumput gajah, produksi hijauan
rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton
rumput segar per hektar sekali panen atau setara dengan 200-250 ton rumput segar per
hektar per tahun (Wibisono, 2008).

Rumput raja termasuk tanaman berumur panjang, tumbuh tegak, berbentuk


rumpun, perakarannya dalam dan tingginya dapat mencapai 4 meter. Rumput ini
berbatang tebal dan keras, dan setelah tua daunnya lebar dan panjang dimana tulang
daunnya keras.

 Benggala (Panikum maximum)

Benggala merupakan salah satu rumput yang biasanya digunakan sebagai pakan
ternak ruminansia sebagai asupan protein kasar, lemak kasar, dan juga kandungan
lainnya. Tipe daun yaitu daun sangat lebar dan berwarna kehijauan tua, tipe bunga yaitu
bunga terbuka dengan tandan bawah sampai 20 cm dan bunga ini berwarna hijau dan
keungguan dan tipe akar yaitu Memiliki perakaran yang kuat dan dalam
(L.’TMANNETJE dan JONES, 1992).

 Stilo (Stylosanthes humilis)

Tanaman ini berasal dari Amerika tengah dan selatan. Merupakan tanaman
tahunan yang tumbuh tegak membentuk semak dengan ketinggian 100-150 cm dan
cenderung berkayu. Tanaman ini setiap tangkai berdaun tiga helai dan berbentuk ellips
atau pedang yang ujungnya meruncing. Panjang daun 1-6 cm, agak berbulu dengan
tangkai daun panjangnya 1-10 mm. Bunganya berbentuk kupu-kupu kecil tersusun dalam
tandan dan berwarna kuning, karangan bunga terdiri dari beberapa kumpulan bunga yang
setiap karangan bunga mengandung 40 bunga. Sedangkan system perakarannya luas
masuk jauh ke dalam tanah, sehingga tahan terhadap kekeringan (AAK, 1990).

 Meksiko (Euchelena Mexicana)

16
Tanaman rumput meksiko mudah tumbuh diberbagai jenis tanah lembab dan
subur dengan ketinggian hingga 1200 meter dpl. Tipe dau yaitu daun berwarna hijau dan
kaku serta terkulai bila diraba terasa kasar (seperti berbulu), tipe bunga yaitu bunga
berwarna kecoklatan berbentuk mayang seperti bunga jagung dan tipe akar yaitu akar
kuat dan dalam dan perakaran serabut (Bahar, I. F. 2000).

 Rumput Karpet (Axonopus compressus)

Daun jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) berbangun daun lanset,
pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah
atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran
panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm.

Bunga jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) terdiri dari dua sampai
tiga tangkai yang ramping semuanya tergabung secara simpodial muncul dari upih daun
paling atas berkembang secara berturut-turut, tangkai perbungaan tidak berbulu, pada
bagian ujung (apex) terbentuk dua cabang bunga atau bulir (spica) yang berhadapan
berbentuk huruf V.

Akar jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) merupakan sistem


perakaran tunggang. Akar jukut pahit memiliki panyak percabangan. Akar jukut pahit
memliki warna coklat keputih-putihan. Akar jukut pahit tidak lagi memiliki rambut-
rambut halus. Akar jukut pahit keluar dari pangkal batang yang tegak dan kadang
terbaring (Tjitrosoepomo, G. 2012).

 Kapuk randu (Ceiba pentandra)

Randu atau kapuk (Ceiba pentandra L.) merupakan pohon tropis yang banyak
ditanam di Asia. Daunnya bertangkai panjang dan berbilang 5-9. Bunga terkumpul di
ketiak daun yang sudah rontok (dekat ujung ranting). Kelopak berbentuk lonceng,
berlekuk pendek dengan tinggi 1-2 cm. Daun mahkota bulat telur terbalik dan
memanjang dengan panjang 2,5-4 cm. Benang sari jumlahnya 5, bersatu menjadi bentuk
tabung pendek, serta memiliki kepala sari berbelok-belok dan akar tunggang
(Sutopo.2010).

17
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Persiapan Lahan


1. Land Cleaning
 Sabit
 Golok
 Cangkul
 Karung
 Buku penuntun
 Lahan
 Sepatu boot
2. Pengolahan Lahan Secara Manual dan Menggunakan Traktor
 Cangkul
 Sabit
 Golok
 Traktor
 Bahan bakar traktor
3. Membuat Lubang Tanam
 Cangkul
 Tali plastic
 Pancang
 Lahan yang sudah digemburkan
 Buku penuntun
4. Pemupukan Dasar
 Karung
 Lahan/lubang tanam yang telah dibuat.
 Gelas aqua
 Pupuk kandang

18
3.1.2 Penanaman Hijauan
 Cara Tanam
 Cangkul
 Parang
 Bibit setaria
 Gunting
 Lubang tanam/lahan yang sudah siap.
 Pengukuran Pertumbuhan
 Penggaris
 Pita ukur
 ATK

3.1.3 Pastura Sampling


 Petak ukuran 50 X 50 (square sampling)
 Timbangan
 ATK
 Arit
 Kantong plastic
 Lahan pastura

3.1.4 Mengatasi Masalah Dormansi


 Amplas
 Asam sulfat
 Air panas
 Biji Lamtoro
 Biji turi
 Biji indigofera
 Water bath
 Polibag

3.1.5 Pengenalan Jenis Hijauan Pakan


 Kamera
 ATK

19
 Jenis-jenis hijauan dan legume

3.1.6. Produksi Biji


 Timbangan
 Pohon lamtoro
 Kamera
 Galah
 Plastic

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Land clearing


 Menebaskan pohon atau tanaman yang tumbuh liar dengan alat bantu parang.
 Membuangkan tonggak-tonggak pohon dengan perakarannya digali dengan alat bantu
linggis atau cangkul.

3.2.2 Pengolahan lahan

3.2.2.1 Pengolhan lahan dengan menggunakan traktor

 Memastikan lahan yang akan dibajak (diolah) telah bebas dari tonggak kayu.
 Mengecekkan kondisi traktor.
 Mengisikan bahan bakar .
 Memasangkan bagian bajaknya.
 Menghidupkan traktor dengan cara memutar engkol.
 Melepaskan rem untuk menjalankan.
 Menarikkan rem untuk menghentikan.
 Membajakkan sepetak lahan, sehingga semua bagian sudah terbajak.
 Mengukurkan waktu yang digunakan dan bahan bakar yang dihabiskan untuk
embajak luasan lahan.

3.2.2.2 Pengolahan lahan secara manual

20
 Menggemburkan tanah yang belum gembur dengan diawali mencangkul untuk
membalikkan tanah.
 Menghancurkan bongkahan tanah sehingga menjadi lebih gembur.

3.2.3 Membuat lubang tanam


A. Lahan untuk rumput (Setaria spacellata)

 Menggunakan lahan dengan luas 5m x 10m untuk menanam rumput Setaria


spacellata dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm. Menghitung muai dari tepi lahan.
 Menghitungkan jumlah lubang tanam dari lahan tersebut =[(5/0,5)+1] x [(10/0,5)+1]
sehingga ada lubang tanam.
 Membuatkan lubang dengan mencangkul, melubangi lahan berdasarkan jarak tanam
tersebut dengan kedalaman 20 cm.

3.2.4 Pemupukan dasar


 Memberikan pupuk kandang bila luas lahan 5m x10m sebanyak 30/10.000 x 20.000
kg = 60/ lubang sehingga pupuk yang diberikan untuk rumput Setaria spacellata kg
atau gram.
 Memasukkan pupuk kandang ke setiap lubang tanam rumput Setaria spacellata
sebanyak yang telah dihitung.

3.2.5 Pengukuran produsi


 Praktikan berkumpul dilahan praktikum dengan membawa peralatan yang digunakan.
 Pengarahan dari asisten praktikum tentang cara panen.
 Menuju kelahan masing-masing kelompok kemudian memanen rumput yang telah
dilalui garis zig-zag menggunakan arit.
 Memanennya dengan cara memotong semua rumput dengan meninggalkan 5-10 cm
dari pangkal tanaman.
 Mengikat rumput yang sudah dipotong dan diberi label rumput keberapa.
 Setelah selesai melakukakn pemanenan masing-masing rumput yang telah diikat lalu
ditimbang dan menatat hasil timbangan.

21
3.2.6 Estimasi produsi pastura
 Memilihkan lahan pastura yang akan diukur.
 Menggunakan square sampling.
 Melemparkan sejauh mungkin Square sampling di lahan pastura.
 Memanenkan hijauan di dalam square sampling.
 Menimbangkan hasil panenan
 Mengulangkan melempar square sampling sebanyak 5 kali.
 Memanenkan hijauan yang ada di square sampling.
 Menimbangkan hasil panenan tersebut.
 Memasukkan ke tabel hasil pengamatan ke dalam tabel.

3.2.6 Mengatasi masalah dormansi


 Mengambilkan sampel yang akan di amati (biji sesbania, biji lamtoro, dan biji turi).
 Menyiapkan 4 perlakuan untuk sampel biji, yang diantaranya, perlakuan asam sulfat,
kontrol, amplas, dan air panas.
 Masing-masing perlakuan biji sampelnya 10 biji
 Melakukan perendaman dengan air panas 4 menit dengan suhu 60°C.
 Melakukan perendaman 1 menit dengan asam sulfat kuat.
 Melakukan abrasi dengan mengmplaskan kulit biji sampel.
 Kontrol (tanpa perlakuan).

3.2.7 Pengenalan jenis hijauan pakan.


 Membandingkan penampilan sampel rumput segar dengan gambar yang ada di buku.
 Mengamati bentuk dan tipe daun, bunga maupun akar dan taksonominya.

3.2.8 Produksi biji


 Menandakan tanaman yang sedang berbiji (Indigofera arrecta/Leucaena
leucochephala) sebanyak 3 batang tanaman.
 Memanenkan setelah biji sudah tua dengan melihat perubahan warna kulit polong biji
menjadi berwarna kuning atau coklat muda.

22
 Menimbangkan pada saat panen (berat segar).
 Mengeringkan dengan terik matahari dengan karun yang terbuka, untuk
menghindarkan biji berserakan sampai benar-benar kering.
 Menimbangkan juga dalam kondisi kering.
 Meremaskan biji yang benar-benar kering tersebut atau menginjakan polong biji
dalam karung sehingga kulit polong biji mengelupas dan biji keluar dari polongnya.
 Memisahkan biji dari kulit polong dan menimbangkan biji dan kulit polong.
 Menghitungkan produksi biji dari segar, persen polong dari berat biji.

23
24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Lahan

4.1.1 Pengolahan lahan dengan traktor


No Nama Waktu yang dibutuhkan
1 Apprilia Madiana Sari 1 menit

2 Barokah Abdillah Sidik 2 menit

3 Imanda Edwin Putra 2 menit

4 Nadia Erika 1 menit

5 Siti Phatonah 1 menit

Total 7 menit
Rata-rata 1,4 menit

 Tinggi bahan bakar awal : 10,5


 Tinggi bahan bakar akhir :6,5
 Luas lahan 12 x 5 meter
a. Volume BB
=10/6,2 = 4,5/X
10 cm x = 29,25
X = 29,25/10
= 2,925

b.Perhitungan volume BB

=6,5/10,5 X 2,925

=0,619 X 2,925

=1,8106 liter

c.Perhitungan masing-masing kelompok

 BB = 2,925-1,8106 = 1,114 liter/seluruh kelompok


Perkelompok = 1,114/5 = 0,223
 Waktu per-Ha = 1000 ha/75 m2 x 2,08
25
=133,333 x 2,08

=277,333 menit/ha

4.1.2. Pengolahan lahan secara manual

Pengolahan lahan merupakan hal pertama yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan
lahan. Dalam mempersiapakan lahan ini hal yang pertama yang kita harus lakukan yaitu
membersihkan lahan terlebih dahulu dari kayu-kayu yang ada di lahan dan rumput yang panjang.
Setelah lahan sudah bersih dari kayu-kayu yang ada di lahan lalu selanjutnya membagi lahan
menjadi perkelompok, dalam satu kelompok mendapat ukuran lahan panjang 12 meter dan lebar
lahan 5 meter
Persiapan lahan hal yang dilakukan yaitu mengukur luas lahan yang akan ditanami
tanaman hijauan pakan. Luas keseluruhan adalah 5m x 12m. Cara yang digunakan untuk
persiapan lahan menggunakan cara manual, dengan menggunakan cangkul. Setelah pembagian
lahan, tanah digemburkan menggunakan cangkul, dan gulma yang ada diseitar nya dibersihkan
menggunakan cangkul juga. Menurut Ismail (1986) apabila tekstur tanah tidak berat, sistem
pengolahan tanah minimum atau zero tillage diikuti dengan sistem pengendalian gulma yang
tepat.
Pengolahan lahan ini bertujuan agar lahan menjadi gembur sehingga akar dapat
berkembang dengan baik. selain menggukan traktor, pengolahan lahan dapat juga dilakukan
dengan cara manual atau dengan menggunakan alat bantu. Pada dasarnya mengolah lahan secara
manual dengan menggunakan tangan dan alat bantu seperti cangkul untuk menggemburkan tanah
sehingga menjadi media yang siap tanam. Pada proses ini pengolahan lahan secara manual ini
menggunakan tenaga yang lebih sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Luas lahan
yang diolah adalah 5m x 12 meter dan lama waktu yang dibutukan adalah 3 hari dengan
pengerjaan kurang lebih 2 jam/hari.

Untuk mendapatkan kondisi tanah yang optimal sesuai untuk pertumbuhan tanaman, perlu
mempersiapkan tanah sebagai lahan atau tempat budidadaya dengan sebaik-baiknya dan melalui
tahap memperhatikan beberapa faktor, yaitu kedalaman tanah, kemiringan lahan atau kelerengan
dan tenaga kerja yang digunakan.
Pengolahan tanah yang ditujukan adalah untuk membuat lingkungan tumbuh yang cocok
bagi tanaman setaria, rumput odot dan rumput gajah. Tanah yang baik adalah gembur dan subur,

26
karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Hijauan dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung
berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.

4.2 Membuat Lubang Tanam

Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh,berkembangnya perakara tanaman


pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjadi konservasi lahan, karena
pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur lahan dan jarak tanam.pada
penanaman rumput setaria (Setaria spacellata). Setelah dilakukakan pengukuran dengan luas
lahan 11 mx 5 m didapat jumlah lubang tanam dalam lahan tersebut adalah 11 x 25 jadi total
seluruh lubang tanam dilahan tersebut adalah 275 lubang dan memiliki 11 lubang setiap baris
nya.

 Menghitung jumlah lubang tanam


5 12
= [(0,5)+1] x [(0,5)+1]

= 25 x 11
= 275 lubang

Tanpa lubang tanam, tanaman tidak bisa tumbuh dengan baik, dntuk menanm adalah
harus mempunyai lubang tanam. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh,
berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta
menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur
lahan dan jarak tanam Satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya
tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama biasa dimengerti sebab tanaman tahunan
biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.
Pembuatan lubang tanam ini pada umumnya dibuat setelah selesai melakukan pengajiran
lahan. Lubang tanamn dibuat tergantung akan tanaman apa yang akan ditanam, tujuanya untuk
mempermudah penanaman, menyediakan tempat bagi akar tanaman, menyediakan lingkungan
perakanran yang baik untuk tanaman. Tanaman yang bertumbuh dengan baik, ialah tanaman
yang perakarannya baik serta cukupnya kebutuhan unsur haranya .

27
Ukuran lubang tanam setiap tanaman berbeda-beda dan harus memadai untuk
mendukung adaptasi perakaran bibit dengan kondisi lapangan. Ukuran lubang tanam di tanah-
tanah yang teksturnya lebih berat perlu diperbesar agar perakaran bibit memiliki waktu untuk
beradaptasi lebih lama dengan lingkungan fisik perakaran.
Pembuatan lobang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan
lobang tanam lebih dari satu minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang
tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini
dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus
mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. Begitu juga sebaliknya, penggalian
lubang tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena
semakin kecil persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang. Pembuatan
lubang tanam berbeda untuk tanah mineral dengan tanah gambut. (Abdulrachman, 2007)
Pembuatan lubang tanam pada tanah mineral digali secara manual dengan menggunakan
cangkul, dimana anak pancang digunakan sebagai titik tengah dari lubang tersebut. Pembuatan
lubang tanam pada tanh mineral, baik diareal datar pada teras individu maupun pada teras
bersambung, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal). Tanah galian lubang bagian atas (top
soil) diletakan disebelah anak pancang tanaman, sedangkan tanah galian lubang bagian bawah
(sub soil) diletakan disebelah kiri anak pancang. Lubang tanam selain memberikan manfaat
tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman
serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan
kontur lahan dan jarak tanam.

4.3 Pemupukan dasar dan pemupukan lanjutan

Dalam praktikum pengolahan tanah setelah selesai pengolahan tanah, tanah diberi pupuk.
Pemberian pupuk tersebut dilakukan sebelum dilakukun penaburan benih dan penanaman bibit.
Maksud dari pemberian pupuk adalah untuk mempercepat pertumbuhan akar selain itu juga
untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya serta untuk
meningkatkan biji-bijian dan memperkuat tubuh tanaman. serta juga untuk meningkatkan
kualitas biji serta untuk meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit.

28
Jenis-jenis tanah dengan tingkat kesuburan rendah dapat diperbaiki dengan memberikan
hara yang dianggap kurang berdasarkan analisi tanah dan analisa jaringan tanaman (Ismail,
1986).
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling
awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia
kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada
tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara
yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap
kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya.
Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting
untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain
menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga
takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan
berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh
pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
Pemupukan adalah penambahan pupuk ke dalam tanah agar tanah menjadi lebih subur.
Pemupukan dalam arti luas adalah penambahan bahan-bahan yang dapat memperbaiki sifat-sifat
tanah. Contoh penambahan pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik,
pengapuran dan sebagainya. Dalam ilmu memupuk bertujuan untuk menyelidiki tentang zat-zat
apakah yang perlu diberikan kepada tanah sehubugan dengan kekurangan zat-zat tersebut yang
terkandung di dalam tanah yang perlu guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam
rangka produksinya agar tercapai hasil yang timggi (Sutejo,2002).

 Pemupukan dasar (pupuk kandang)


Dosis pupuk yang digunakan 20 ton/ha, dan pupuk yang dipakai yaitu pupuk kandang
Adapun perhitungan nya yaitu : untuk rumput setaria dengan lahan seluas 5m X 12m
memerlukan pupuk sebanyak 56 kg, didapat dari luas lahan/10.000/dosis pupuk yaitu =
28/10.000/20.000 kg = 56 kg. Bila lahan seluas 28 m2 mempunyai lubang tanam sebanyak 275
lubang, maka setiap lubang tanam diberikan pupuk sebanyak 203,6 gr, didapat dari pupuk

29
kandang yang digunakan/ lubang tanam, yaitu = 56.000 gr/ 275 lubang = 203,6 gr. Jadi setiap
lubang tanam memerlukan pupuk kandang sebanyak 203,6 gr untuk rumput setaria.

 Pemupukan lanjutan (pupuk urea)


Perlakuan yang digunakan yaitu pupuk urea (Pusri), dengan dosis 150 kg/ha dan
pemupukan lanjutan dilakukan setelah 2 minggu setelah penanaman. Untuk rumput setaria luas
lahan 5m X 12m memerlukan pupuk urea sebanyak 600 gr, dengan lubang tanam sebanyak 275
jadi per lubang pupuk urea diperlukan sebanyak 2,18 gr.

Pupuk urea merupakan pupuk majemuk yang mengandung tiga unsure sekaligus disebut
pupuk lengkap, contoh dari pupuk ini adalah pupuk urea dari jerman yaitu Rustica Yellow
dengan rumus kimia NH4 NO3 – NH4H2 P-O4-KCl dengan kadar unsur hara 15 % N + 15 %
P2O5 + 15 % K2O. yang sifatnya berupa butiran-butiran berwarna kekuning-kuningan. Pupuk
urea merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua jenis.
Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3, fosfor 15 % dalam bentuk
P2O5, dan kalium 15 % dalam bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama dalam
bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman.

Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air, udara dan
unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian kemampuan tanah menyediakan
unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas mendorong manusia berpikir dan berusaha untuk
melestarikan kesuburan tanahnya. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya
adalah dengan penammbahan bahan pupuk yang dikenal dengan istilah: pemupukan (Hasibuan,
2006).

30
4.4 Penanaman Hijauan
4.4.1 Cara Tanam
Tabel 2. Beberapa jenis rumput, bentuk bibit, cara tanam, sudut tanam

Bentuk
Nama Sudut Teori menggunakan sudut
Fisik Cara Tanam
Rumput tanam tanam
Bibit
Ditanam sedalam Sudut tanam 90o bertujuan
Setaria 20 cm dengan 3 untuk memudahkan tanaman
Rumpun 90o
spacelata sobekan masing- tumbuh dan mempercepat
masing lubang tumbuhnya tanaman

Pada praktikum yang telah dilakukan rumput yang ditanam yaitu rumput Setaria
spacelata. Cara penanaman rumput Setaria spacelata cara penanaman nya dengan cara
bibit/sobean rumput ditanam di tanah dengan lubang tanam sedalam 20 cm serta sudut
tanamnya tegak lurus.
Rumput setaria (Setaria spacellata) mempunyai sifat-sifat yang baik untuk karena
nilainya sebagai tanaman makanan ternak baik dari adaptasi, kompatabiltas, produksi dan
kualitas hijauannya (Algreen, 1956 dan McIlroy, 1976). Rumput ini berasal dari afrika
tropic. Sering juga disebut sebagai rumput setaria lampung. Rumput setaria bersifat
perennial. Bentuk fisik bibit setaria spacellata tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat
mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna
merah keungu-unguan, bunga tersusuri dalam tandan coklat keemasan, pangkal batang
pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas. Rumput ini merupakan
rumput potong atau gembala di daerah dataran tinggi, termasuk tanaman yang tahan kering
dan teduh, berdaun lunak dan disukai ternak.

4.4.2 Pengukuran Pertumbuhan


Pengukuran pertumbuhan tanaman dilakukan selama 6 minggu. Tanaman akan
bertambah ukurannya bila ditanam dengan media yang baik dan lingkungan yang sesuai.
Tanaman yang diukur yaitu tanaman yang tersentuh oleh tali yang telah disediakan dengan
bentuk zig-zag. Hal yang diamati dari pertumbuhan kedua rumput ini antara lain; tinggi

31
tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah anakan dan tunas. Pengamatan pertumbuhan
rumput dilakukan setiap seminggu sekali dengan lama waktu 6 minggu.

4.5 Pengukuran Produksi

4.5.1 Estimasi Produksi Pastura


Tabel.3 Penurunan Berat Hijauan

Hari, tanggal Lemparan 1 Lemparan 2 Lemparan 3 Lemparan 4 Lemparan 5


Selasa, 19 Sept 40 gr 30 gr 60 gr 70 gr 40 gr
Rabu, 20 Sept 38 gr 29 gr 57 gr 65 gr 39 gr
Kamis, 21 Sept 38 gr 28 gr 53 gr 57 gr 36 gr
Jumat, 22 Sept 36 gr 27 gr 49 gr 50 gr 35 gr
Sabtu, 23 Sept 32 gr 25 gr 42 gr 44 gr 36 gr
Minggu, 24 Sept 29 gr 22 gr 39 gr 40 gr 26 gr
Senin, 25 Sept 23 gr 19 gr 30 gr 35 gr 23 gr
Selasa, 26 Sept 20 gr 17 gr 25 gr 30 gr 21 gr

1. Mariati = 0,40 kg = 40 gram


2. Yogi p = 0,60 kg = 60 gram
3. Heru = 0,70 kg= 70 gram
4. Kendini = 0,30 kg = 30 gram
5. Yusti =0,40 kg = 40 gram

Tabel 4. Produksi bentuk

Produksi Luas Lemparan Lemparan Lemparan Lemparan Lemparan Rata-


bentuk pastura 1 2 3 4 5 rata
Segar 40 g 30 g 60 g 70 g 40 g 48
kering 20 g 17 g 25 g 30 g 21 g 22,6
1 ha
Reduksi 60 g 47 g 85 g 100 g 61 g 304,2
berat

32
Pengukuran produksi pastura bertujuan untuk mengestimasi produksi suatu pastura
dan mengestimasi kapasitas tampung. Pengukuran ini dilakukan dengan metode sampling.
Penggunaan metode sampling bertujuan untuk membuat penarikan sampel lebih efisien.
Metode sampling mencoba untuk mengembangkan metode pemilihan sampel dan metode
perkiraan dengan biaya yang sekecil mungkin dan perkiraan yang cukup teliti untuk tujuan
tertentu (Cochran, 1977).
Hasil estimasi produksi yang telah di hitung digunakan untuk melakukan estimasi
kapasitas tampung pastura. Menurut (Reksohadiprodjo, 1985) kapasitas tampung adalah
kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang
dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau
kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar.
Carrying Capacity adalah daya tampung padang penggembalaan (ha/UT) untuk
mencukupi kebutuhan pakan hijauan (Bond, 2010). Kapasitas tampung atau Carrying
capacity adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan padang
penggembalaan untuk kebutuhan ternak selama 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam satuan
ternak (ST) per hektar. Kapasitas tampung (carrying capacity) sama dengan tekanan
penggembalaan (stocking rate) optimal (Direktorat Perluasan Areal Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan Dan Air Departemen Pertanian, 2009).
Menurut Reksohadiprodjo (1994), padang penggembalaan adalah suatu daerah
padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat
merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Beberapa macam padang
penggembalaan diantaranya padang penggembalaan alam, padang penggembalaan permanen
yang sudah ditingkatkan, padang penggembalaan temporer dan padang panggembalaan
irigasi. Beberapa cara menggembalakan ternak di padang penggembalaan antara lain yaitu
cara ekstensif denga menggembalakan ternak di padangan yang luas tanpa erosi, semi-
ekstensif dengan melakukan rotasi namun pemilihan hijauan masih bebas, cara intensif
dengan melakukan rotasi tiap petak dengan hijauan dibatasi, strip grazing dengan
menempatkan kawat sekelilig ternak yang bisa dipindah dan solling dengan hijauan
padangan yang dipotong dan diberikan ada ternak di kandang.
Produksi rumput di padang penggembalaan ditentukan oleh beberapa faktor seperti
iklim, pengelolaan, kesuburan tanah, pemeliharaan dan tekanan penggembalaan

33
(Reksohadiprodjo,1994) rumput yang biasa digunakan untuk pastura (padang
penggembalaan) adalah Brachiaria humidicola yang merupakan rumput tahunan yang
memiliki perkembangan vegetatif dengan stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam di
lapang akan segera membentuk hamparan.

Tabel 4. Berat segar


Estimasi Estimasi Kebutuhan Kapasitas tampung
produksi produksi /m² rumput/ekor (KT) =
(Ha) 10% BB
A= 365/45 X A2 = 10.000/46 KTA = 10% X 60 Kg A2= Estimasi
produksi m² X 5,386 = 6 kg produksi/KT
= 365/45 X = 1.170,87 = 1.170,87/6
0,664 = 195,15
= 5,386 ekor/Ha/tahun
B= 365/60 X B2 = 10.000/61 KTB= 10% X 60 Kg B2= 662,13/6
0,644 X 4,039 = 6 Kg = 110,36
= 4,039 = 662,13 ekor/Ha/tahun
Pada estimasi produksi pasture, dengan teknik pasture sampling kami melakukan
lemparan zig- zag 5 kali dikandang CZAL UNIB. Jadi kapasitas tampung yang diperoleh sebesar
untuk A2= 195,15 ekor/Ha/tahun dan untuk B2= 110,36 ekor/Ha/tahun.

34
Tabel 5. Bentuk berat kering
Estimasi Estimasi Kebutuhan Kapasitas tampung
produksi produksi /m² rumput/ekor (KT) =
(Ha) 10% BB
A= 365/45 X A2 = 10.000/46 KTA = 10% X 60 Kg A2= Estimasi
produksi m² X 1,123 = 6 kg produksi/KT
= 365/45 X = 244,13 = 244,13/6
0,1384 = 40,69
= 1,123 ekor/Ha/tahun
B= 365/60 X B2 = 10.000/61 KTB= 10% X 60 Kg B2= 137,87/6
0,1384 X 0,841 = 6 Kg = 22,98
= 0.841 = 137,87 ekor/Ha/tahun
Pada estimasi produksi pasture, dengan teknik pasture sampling kami melakukan
lemparan zig- zag 5 kali dikandang CZAL UNIB. Jadi kapasitas tampung yang diperoleh sebesar
untuk A2= 40,69 ekor/Ha/tahun dan untuk B2= 22,98 ekor/Ha/tahun.

4.5.2 pengukuran Produksi Hijauan Setaria Spacellata

Tabel 6. Pengukuran Produksi Hijauan Setaria spacellata


Produksi/hasil Penimbangan
Panen (Kg)
Rumpun 1 0.145
Rumpun 2 0.195
Rumpun 3 0.235
Rumpun 4 0.175
Rumpun 5 0.170
Rumpun 6 0.220
Rumpun 7 0.120
Rumpun 8 0.190
Rumpun 9 0.155
Rumpun 10 0.255

35
Rumpun 11 0.235
Rumpun 12 0.090
Rumpun 13 0.285
Rumpun 14 0.250
Rumpun 15 0.125
Rumpun 16 0.365
Rumpun 17 0.145
Rumpun 18 0.265
Rumpun 19 0.275
Rumpun 20 0.190
Rumpun 21 0.175
Rumpun 22 0.235
Rumpun 23 0.165
Rumpun 24 0.305
Rumpun 25 0.325
Total 5.290
Rata-rata produksi 0.21

Tabel 7. Data perhitungan produksi Setaria spacellata


Setaria spacellata
Produksi berdasarkan A = jumlah batang X prod
konversi perluasan letak rata-rata
(A) = jumlah batang / = 25 X 5,29 = 132,25
rumpun berpetak X rata-
rata / batang/rumpun
Produksi berdasarkan B = 132,25 /3 X 10 m2 =
konversi per m2 (B) = 4,445 gr/m2
konversi perluasan/luaran
lahan

36
Produksi berdasarkan 45 hari = 4,445 X 10.000 X
konversi 1 Ha/thn umur 365 / (45+1) = 44.450 X
potong 45 hari (B) X 7,934 = 352,666,3
10.000 X 365 (45+1)
Produksi berdasarkan 60 hari = 4,445 X 10.000 X
konversi 1 Ha/thn umur 365 / (60+1) = 44.450 X
potong 60 hari (B) X 5,981 = 265.944,4
10.000 X 365 (60+1)
Produksi berdasarkan 75 hari = 4,445 X 10.000 X
konversi 1 Ha/thn umur 365 /(75+1) = 44.450 X
potong 75 hari (B) X 4,802 = 213,448,4
10.000 X 365 (75+1)

Menurut (Soedomo, 1985) rumput Setaria specellata yang dipotong pada umur 43-
56 hari mepunyai kandungan BK= 20%, LK= 2,5 %, SK= 31,7 %, BETN= 45,2 %, PK=
9,5%,dan Abu= 2,2%. Pada kondisi optimum Setaria specellata memiliki kandungan PK
lebih dari 18% dan SK=25%. Sehingga bila umur potong 45 hari di potong maka kandungan
nutrisinya tinggi dan baik untuk pertumbuhan pada ternak.

37
4.6 Mengatasi Masalah Dormansi

4.6.1 Calliandra calotyrsus


Tabel 8. Mengatasi masalah dormansi Calliandra calotyrsus
TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
10-Nov-2016 11-Nov-2016 12-Nov-2016 13-Nov-2016 14-Nov-2016 15-Nov-2016 16-Nov-2016 17-Nov-2016 18-Nov-2016 19-Nov-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5
ASAM SULFAT (P2)
P2U1
P2U2
P2U3
P2U4
P2U5
ABRASI (P3)
P3U1
P3U2
P3U3
P3U4
P3U5
KONTROL (P4)
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5

TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
20-Nov-2016 21-Nov-2016 22-Nov-2016 23-Nov-2016 24-Nov-2016 25-Nov-2016 26-Nov-2016 27-Nov-2016 28-Nov-2016 29-Nov-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1 0,1 0,6 1,1 1,4
P1U2
P1U3
P1U4 0,2 0,8
P1U5 0,2 0,8 1,7 2,2
ASAM SULFAT (P2)
P2U1 0,2 0,9 1,2 1,4 2 2,5 3,2 3,6 4,2
P2U2 0,2 0,9
P2U3
P2U4 0,2 1,8 0,6 2,2 1,2
P2U5
ABRASI (P3)
P3U1
P3U2
P3U3
P3U4
P3U5
KONTROL (P4)
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5

TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
30-Nov-2016 1-Dec-2016 2-Dec-2016 3-Dec-2016 4-Dec-2016 5-Dec-2016 6-Dec-2016 7-Dec-2016 8-Dec-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1 2 2,2 2,8 3 3,7 4,2 4,7 5 5,2
P1U2
P1U3
P1U4 1,3 1,3 1,9 2,2 2,8 3,1 3,6 4 4,2
P1U5 3 3,4 4 4,2 4,5 5 5,2 6 6,1
ASAM SULFAT (P2)
P2U1 4,7 5,2 5,8 6,2 6,7 7,2 7,4 8 8,2
P2U2 1,2 2 2,6 3 3,8 4 4,6 5 5,5
P2U3
P2U4 3 1,7 3,8 2 4,2 3 4,9 3,7 4,9 4 5,2 4,4 5,7 5 6 5,4 7 5,6
P2U5
ABRASI (P3)
P3U1
P3U2
P3U3
P3U4
P3U5
KONTROL (P4)
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5

38
4.6.2 Leucaena leucocephala
Tabel 9. Mengatasi masalah dormansi Leucaena leucocephala
TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
10-Nov-2016 11-Nov-2016 12-Nov-2016 13-Nov-2016 14-Nov-2016 15-Nov-2016 16-Nov-2016 17-Nov-2016 18-Nov-2016 19-Nov-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5
ASAM SULFAT (P2)
P2U1
P2U2
P2U3
P2U4
P2U5
ABRASI (P3)
P3U1 0,2
P3U2 0,2 1,2 2,4 0,7 4,2 1,4 5,4 2,8 6,2 3,6 6,4 4,2 7,1 4,6 7,4 5,1 7,6 5,4 8 6,1
P3U3 0,2 1 1,4 2 2,6 3 3,2 3,7 4,1
P3U4
P3U5
KONTROL (P4)
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5

TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
20-Nov-2016 21-Nov-2016 22-Nov-2016 23-Nov-2016 24-Nov-2016 25-Nov-2016 26-Nov-2016 27-Nov-2016 28-Nov-2016 29-Nov-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5
ASAM SULFAT (P2)
P2U1
P2U2
P2U3 0,3 1,2 2,6 3,7 0,3 4,5 1
P2U4 0,2 0,4 1,2 1,6 2 2,8 2,7 3,6
P2U5 0,4 1
ABRASI (P3)
P3U1 0,4 1 1,2 1,6 1,8 2,1 2,4 2,7 3 3,4
P3U2 8,2 6,4 8,6 6,6 9 7 9,2 7,2 9,6 7,4 10 7,9 10,2 8,2 10,6 8,4 10,8 8,6 11,2 9
P3U3 4,3 5 5,2 6 6,2 6,5 6,8 7,2 7,6 8
P3U4
P3U5
KONTROL (P4)
P4U1 0,2 0,6 0,1 1,2 0,6 1,6 1
P4U2 0,4 1,1 1,8
P4U3 0,2 0,7 1,2 1,6 2 2,4 3 3,7 4
P4U4
P4U5 0,5 1,3 2

TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
30-Nov-2016 1-Dec-2016 2-Dec-2016 3-Dec-2016 4-Dec-2016 5-Dec-2016 6-Dec-2016 7-Dec-2016 8-Dec-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5 0,2 1 1,2 2,6 3,2 4
ASAM SULFAT (P2)
P2U1
P2U2
P2U3 5,2 1,7 5,8 1,9 6,6 2,6 7,2 3,2 8 4 8,9 4,7 9,7 6 11,2 6,5 12 7
P2U4 3,2 4,4 4,2 5,6 5,4 6,4 6,6 7 7,3 8 8 8,8 8,9 9,8 9,4 10,7 10 11
P2U5 1,8 2,6 3 3,7 4,2 5,2 6 6,9 7,5
ABRASI (P3)
P3U1 3,6 4 4,3 4,7 5 5,2 5,9 6,2 6,5
P3U2 11,5 9,2 11,7 9,6 12 10,1 12,4 10,4 13 10,7 13,2 11,2 13,7 11,7 14,1 12 15 12,5
P3U3 8,2 9 9,2 9,4 9,8 10,2 10,6 11,2 12
P3U4
P3U5
KONTROL (P4)
P4U1 2 1,6 2,7 2,4 3,2 3 3,7 3,6 4,2 4 4,7 4,6 5,4 5,1 6,2 6 6,6 6,2
P4U2 2,2 3 3,4 4 4,6 5,2 6,2 7,2 7,6
P4U3 4,3 5,4 6 6,2 6,7 7,4 8 8,4 8,6
P4U4 0,4 1 1,4 2 2,6
P4U5 2,6 2,8 3,2 3,7 4,2 4,7 5 5,6 5,8

39
4.6.3 Sesbania glandiflora
Tabel 10. Mengatasi masalah dormansi Sesbania glandiflora
TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
10-Nov-2016 11-Nov-2016 12-Nov-2016 13-Nov-2016 14-Nov-2016 15-Nov-2016 16-Nov-2016 17-Nov-2016 18-Nov-2016 19-Nov-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1 0,2 0,6 1,4 2,1 0,5 3 1,6 4,2 2,2 5,2 3,1 5,2 4,4
P1U2 0,4 0,4
P1U3 0,4 1,2 2 3,1 4 5,2 6,1 7,2
P1U4 0,3 1 1,6
P1U5 0,2 0,9 1,8 2,1 3 4,9 6
ASAM SULFAT (P2)
P2U1 0,2 0,9 1,8 2,4 3,2 3,7
P2U2 0,2 0,3 0,6 1 1,2 1,7 1,8 2,4 2,7 3,2
P2U3 0,2 0,3 0,7 1 1,6 1,8 2,2 2,7 3,7 3,3 4,3
P2U4 0,2 0,6 1 1,7
P2U5
ABRASI (P3)
P3U1
P3U2 0,2
P3U3
P3U4 0,2 0,6 1 1,8 2,4 3 3,2 4,2 5
P3U5 0,2
KONTROL (P4)
P4U1
P4U2 0,2 0,7 1,2 2 2,8 4,3
P4U3 0,2 0,6 1,4 0,2 2 0,6 2,7 1 3,4
P4U4
P4U5

TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
20-Nov-2016 21-Nov-2016 22-Nov-2016 23-Nov-2016 24-Nov-2016 25-Nov-2016 26-Nov-2016 27-Nov-2016 28-Nov-2016 29-Nov-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1 7,2 5,4 8,4 6,2 9,4 7 10,2 7,6 11,4 8,2 12,2 9,6 12,7 10,2 13,6 11,4 14,7 12 15,4 12,9
P1U2 2,2 3 4,2 5 5,7 6,4 11,2 7,2 12,1 8,7 13,6 9,4 14,3 10,2 15,7
P1U3 8 8,7 9,6 10,2 11,2 12 12,7 0,2 13,6 1,2 14,4 2 15 2,4
P1U4 2,2 3 3,4 4 4,8 5,4 6,6 7,2 8 8,2
P1U5 7,1 8 8,7 9,3 10,4 11,2 12,1 13 13,7 0,2 14,4 0,7
ASAM SULFAT (P2)
P2U1 4,3 5,4 6,2 7,2 7,6 8,2 9,7 11,2 12,4 13
P2U2 3,4 4,2 4,2 5,9 5,4 7 6,2 8,4 7,4 9,2 9,4 10,6 11,2 12,2 12,4 13,6 14,4 14,5 16,2 16,4
P2U3 4 5,2 4,4 6,4 5,2 7,2 6 8 7,2 8,6 8 9,3 8,8 10,4 9,2 11,6 11,6 13,6 13,9 15,7
P2U4 2,9 4,1 5 6,4 7 8,4 9,8 11,3 13,4 16,2
P2U5
ABRASI (P3)
P3U1
P3U2 0,5 1,6 2,7 3,2 4,4 5 6,4 7,2 8,2 9
P3U3 0,2 0,6 1 1,6 2,2 2,7 3 3,9 4,4 5,3
P3U4 5,7 6,2 7 7,4 8 8,7 9,4 10,3 11,6 12,4
P3U5 0,6 1,2 1,9 2,4 3,2 4 4,9 6,2 7 7,6
KONTROL (P4)
P4U1
P4U2 5,2 6 6,6 7,2 8 8,4 9,2 10,9 12,2 13,2
P4U3 1,7 4,2 2,1 5 3 5,4 3,6 6,3 4,3 7,4 5,2 8,4 6,4 9,3 7,7 10,2 8,3 11,4 9,4 12,2
P4U4
P4U5 0,2 0,7 1 1,6 2 2,9 4,1

TANGGAL BERKECAMBAH
KODE
30-Nov-2016 1-Dec-2016 2-Dec-2016 3-Dec-2016 4-Dec-2016 5-Dec-2016 6-Dec-2016 7-Dec-2016 8-Dec-2016
SAMPEL
AIR PANAS (P1)
P1U1 16,2 13,4 17 14,2 17,9 15,2 18,4 16 19 16,4 19,2 17,2 20 18 20,6 18,7 22 20
P1U2 11,2 16,4 12 17 12,8 18 13,7 18,6 15 20 15,4 20,7 16,4 21,6 17,2 22,4 18 23
P1U3 15,7 3 16,2 3,8 17 4,2 17,8 4,7 18,4 5,2 19 6 19,7 6,8 20,4 7,3 21 8
P1U4 9 10,2 11,3 12,2 13,4 14,2 15,7 16,3 17
P1U5 15 1,2 15,4 2 16,8 5 17,4 5,9 18,2 6,4 19 7 19,7 7,6 20,3 8,4 21 9
ASAM SULFAT (P2)
P2U1 14,4 15,6 16,7 18 18,7 20,9 22,2 23 24
P2U2 18,4 18,3 20 20,4 21,4 22,6 23,7 24,3 25 26,4 26,4 27,3 27,6 28 28,2 28,7 29 30
P2U3 15,9 17,4 17,4 18,6 19,3 20,4 21,4 22 23 23,4 25,8 25,3 27,2 27,6 28,3 29 30 30
P2U4 17,4 17,6 18,3 19 19,2 19,6 20 20,7 21,5
P2U5
ABRASI (P3)
P3U1
P3U2 9,8 11 11,7 12,2 13,4 14,3 15,4 16,2 17
P3U3 6,3 7 7,6 8,2 9 9,8 0,3 12 13,5
P3U4 13,2 14,4 15 15,6 16 16,8 17,6 18,2 19
P3U5 8 8,4 9,3 10,6 0,2 11,7 0,6 12,4 1,2 13,7 1,8 14,2 2,4 15 3
KONTROL (P4)
P4U1
P4U2 14,7 15,2 16 16,4 17,9 19,2 20,3 21,4 23
P4U3 10,3 13 12 13,7 12,9 14,2 14,7 15,2 15 16 15,4 16,7 16 18 17,2 18,4 18 19
P4U4
P4U5 5,4 6,2 6,6 7,6 8,7 9,4 10,2 11,4 12,5

40
Mengatasi masalah dormansi perlu dilakukan untuk tujuan mempercepat
pertumbuhan biji. Dormansi benih adalah istilah yang digunakan untuk keadaan dimana
benih yang baik tidak bisa atau susah berkecambah meskipun berada pada
kondisi/lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan. Dormansi benih merupakan suatu
cara untuk mempertahankan diri dari keadaan yang tidak menguntungkan, misalnya masa
kering yang panjang, sehingga benih tidak berkecambah secara serentak. Benih dikatakan
sulit berkecambah bila waktu yang diperlukan untuk berkecambah lebih dari seminggu dan
memerlukan perlakuan pendahuluan untuk mempercepat perkecambahannya. Dengan
perlakuan pendahuluan, benih dapat berkecambah serentak (Mulawarman,dkk, 2002).
Pada acara mengatasi masalah dormansi ada 4 perlakuan yang gunakan yaitu kontrol
(tanpa perlakuan), perlakuan dengan perendaman air panas, perlakuan dengan perendaman
asam sulfat, dan perlakuan abrasi (mengamplas kulit biji). Upaya untuk memperpendek
masa dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya berupa pemberian
perlakuan fisis, mekanis, maupun kimiawi. Salah satu perlakuan fisis yang dapat diberikan
adalah dengan perendaman pada air panas. Brewbaker, et al (1972) menyatakan bahwa
kecepatan berkecambah dapat ditingkatkan dengan merendam dalam air panas terlebih
dahulu, mengeringkan kembali lalu dikecambahkan.
Pengamatan dormansi pada biji Calliandra calotyrsus perlakuan yang cepat tumbuh
yaitu perlakuan dengan perendaman menggunakan asam sulfat pada polibek 1 hari ke-12.
Pengamatan dormansi pada biji Leucaena leucocepha perlakuan yang cepat tumbuh yaitu
perlakuan dengan melakukan abrasi yaitu pada hari pertama pengamatan telah terlihat
pertumbuhan pada biji lamtoro walau hanya satu biji. Selanjutnya pada pengamatan
dormansi biji Sesbania glandiflora perlakuan yang paling cepat tumbuh yaitu perlakuan
abrasi atau pengamplasan sama halnya dengan biji Leucaena leucocepha, pada polibek 4
hari ke-2. Persentase tumbuh yang tinggi pada pengamatan biji Calliandra calotyrsus
terdapat pada perlakuan asam sulfat dengan jumlah biji yang tumbuh mencapai 4 biji dari
total 40 biji untuk 4 perlakuan. Persentasi tumbuh yang tinggi pada pengamatan biji
Leucaena leucocepha terdapat pada perlakuan kontrol dengan jumlah biji yang tumbuh
sebanyak 6 biji . Sedangkan pada pengamatan pertumbuhan Sesbania glandiflora persentasi
tumbuh yang tinggi pada perlakuan air panas yaitu sebanyak 9 biji. Hal tersebut

41
menunjukkan setiap perlakuan akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap
biji tanaman.

4.7 Pengenalan Jenis Hijauan Pakan


Tabel 11. Jenis rumput dan legume
1 Rumput Karpet (Axonopus
compressus)(daun sejajar; bunga
pulir; akar serabut; tumbuh
menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Axonopus
Spesies: A. Compressus
2 Brachiaria decumbens
(daun sejajar; bunga pulir; akar
serabut; tumbuh menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Brachiaria
Spesies: B. Decumbens
3 Cyonodon dactylon
(daun sejajar; bunga pulir; akar
serabut; tumbuh menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Cynodon
Spesies: C. Dactylon

42
4 Cynodon nlemfuensis
(daun sejajar; bunga pulir; akar
serabut; tumbuh menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Cynodon
Spesies: C. Dactylon
5 Eleusine indica
(daun sejajar; bunga pulir; akar
serabut; tumbuh menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Eleusine
Spesies: E. Indica
6 Alang-alang (Imperata cylindrica)
(daun sejajar; bunga karang; akar
serambut; tumbuh tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Imperata
Spesies: I. Cylindrica

43
7 Paspalum conjugatum
(daun sejajar; bunga pulir; akar
serambut; tumbuh menjalar)

Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Paspalum
Spesies: P. Conjugatum
8 Guinea grass (Panicum maximum)
(daun sejajar; bunga pulir; akar
serabut; tumbuh tegak)

Klasfikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Panicum
Spesies: P. Maximum
9 Setaria Sphacelata
(daun sejajar; bunga karang; akar
serabut; tumbuh tegak)

Klasfikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Setaria
Spesies: S. Sphacelata

44
10 Pennisetum purpureum
(daun sejajar; bunga karang; akar
serabut; tumbuh tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Monocots
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Pennisetum
Spesies: P. Purpureum
11 Centroma pubescens
(daun menyirip; bunga kupu-kupu;
akar serabut; tumbuh menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Eudicots
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Centrosema
Spesies:C. Pubescens
12 Calopogonium mucunoides
(daun menyirip; bunga karang;
akar serambut; tumbuh menjalar)

45
13 Flemingia macrophylla
(daun menyirip; bunga karang;
akar tunggang; pertumbuhan
tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Eudicots
Order: Fabales
Family: Fabaceae alt. Leguminosae
Genus: Flemingia
Spesies: F. Macrophylla
14 Gliricidiasepium
(daun menyirip; bunga kupu-kupu;
akar tunggang; tumbuh tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Eudicots
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Gliricidia
Spesies: G. Sepium
15 Puerariaphaseoloides
(daun menyirip; bunga kupu-kupu;
akar tunggang; pertumbuhan
tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Eudicots
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Pueraria
Spesies: P. phaseoloides

46
16 Lamtoro (Leucaena leucocephala)
(daun menyirip; bunga karang;
akar tunggang; tumbuh tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Leucaena
Spesies: L. Leucocephala
17 Indigofera arrecta
(daun menyirip; bunga kupu-kupu;
akar tunggang; tumbuh tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Eudicots
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Indigofera
Spesies: arrecta
18 Asam Jawa (Tamarindusindica)
(daun menyirip; bunga karang;
akar tunggang; tumbuh tegak)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Tamarindus
Spesies: T. Indica
19 Putri Malu (Mimosa pudica)
(daun menyirip; bunga karang;
akar serabut; pertumbuhan
menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta

47
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Mimosa
Spesies: M. pudica

20 Arachis Pintoi
(daun menyirip; bunga kupu-kupu;
akar tunggang; pertumbuhan
menjalar)

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Angiosperms
Kelas: Eudicots
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Arachis
Species: A. Pintoi

4.8 Produksi Biji

4.8.1 Hasil Penimbangan

Tabel 12. Penimbangan Biji Lamtoro

Sampel Produksi Produksi Produksi Persen


segar/ g kering/g biji/g polong/g
(A) (B) (C) (D)
1 200 95 46 49
2 230 90 30 60
3 - 330 150 180
4 - 560 290 270
Rataan 215 268,75 129 126,25

4.8.2. Hitungan Produksi biji %


Tabel 13. Hasil produksi

48
Sampel Produksi Kering (%) Kulit polong (%) Produksi biji (%)
= (B/A) x 100 = (D/B) X 100 = (C/B) X 100
1 95/200 x 100 = 47,5 % 49/95 x 100 = 51,58 % 46/95 x 100 = 48,42 %

2 90/230 x 100 = 39,13% 60/90 x 100 = 66,67 % 30/90 x 100 = 33,33%

3 - 180/330 x 100 = 54,54 % 150/330 x 100 = 45,45 %


4 - 270/560 x 100 = 48,21 % 290/560 x 100 = 51,78 %
Rataan 43,32 % 55, 25 % 44,75 %

4.8.3. Dari biji kering yang dipisahkan antara biji berisi (bagus) dan biji jelek (tidak
berisi) kemudian menghitung persen biji bagus dan biji jelek

Tabel 14. Produksi biji bagus dan biji jelek

Sampel Produksi Biji Produksi biji jelek (g) Biji bagus (%) Biji jelek (%)
bagus (g)
1 22 24 45,44 % 54,56 %
2 20 10 66,67 % 33,33 %
3 120 30 80 % 20 %
4 260 30 89,65 % 10,34 %
Rataan 105,5 23,5 71,24 % 29,65 %

Pengukuran produksi biji legum didapatkan dari batang Leucaena leucocephala yang
berlokasi di GB 1 Universitas Bengkulu. Saat Pemanenan biji yang akan di panen sudah
berwarna cokelat tua sampai kulit polong sudah kering sehingga tidak perlu di keringkan lagi,
sebagian lagi ada yang berwarna kuning muda. Menurut teori dalam buku penuntun “ Biji
hijauan pakan dikatakan sudah tua bila kulit polong biji terlihat berwarna kuning atau cokelat
muda tidak sampai kekeringan, karena kulit polong kekeringan akan pecah dan biji
berhamburan”.

Hasil penimbangan yang didapatkan dari hasil panen rata-rata produksi segar dari 4
sampel = 215 g, produksi kering setelah di keringankan = 92,5 g. Sedangkan hasil panen yang

49
sudah kering tanpa di keringkan lagi = 445 g. Setelah di keringkan di pisahkan antara biji dan
kulit polong kemudian di timbang. Hasil penimbangan produksi biji = 129 g, dan hasil
penimbang persen polong =126,25 g.

Untuk mengetahui produksi biji tanaman yang sudah di panen tinggi atau rendah
dilakukan perhitungan persentase produksi biji. Selain produksi biji dihitung juga persen
produksi kering, dan persen produksi kulit polong dari tanaman tersebut. Setelah dilakukan
perhitungan di dapatkan hasil rata-rata produksi kering dari 4 sampel = 43,32%, produksi kulit
polong = 55,25%, dan produksi biji = 44,75%.

Setelah didapatkan persen produksi biji di lanjutkan dengan memisahkan antara biji berisi
(bagus) dan biji kemps (tidak berisi), dari pemisahan akan di ketahui pakan produksi biji tinggi
atau rendah. Pada hasil penimbangan rata-rata produksi biji dari 4 sampel = 129 gr, setelah
memisahkan atntara yang bagus dengan yang jelek di dapat rata-rata produksi biji bagus dari 4
sampel = 105,5 gr, sedangkan produksi biji jelek = 23,5 gr. Dari hasil ini akan diketahui persen
𝐏𝐫𝐨𝐝 𝐛𝐢𝐣𝐢 𝐛𝐚𝐠𝐮𝐬/𝐣𝐞𝐥𝐞𝐤
produksi biji bagus dan biji jelek dengan rumus = x 100 %
𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 𝐛𝐢𝐣𝐢

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan rata-rata persen produksi biji bagus dari 4
sampel = 71,24%, sedangkan persen produksi biji jelek = 29,65%. Dari hasil ini disimpulkan
bahwa produksi biji tanaman leucaena leucocephala yang di panen produksi bijinya tinggi yaitu
71,24%. Walaupun pada sampel 1 produksi biji bagus lebih sedikit dibanding produsi biji jelek.
Hal ini di karenakan pemananan produksi segar yang kulit polongnya belum terlalu tua atau
berwarna kuning tua. Selain itu proses penjemuran yang tidak baik. Namun hal ini tidak
mempengaruhi produksi ahir yang didapat.

Tingginya produksi yang didapat dari tanaman Leucaena leucocephala yang terdapat di
GB 1 Universitas Bengkulu di pengaruhi oleh pemanenan yang tepat waktu. Apalagi saat panen
kulit polong sudah dalam keadaan yang siap penen tanpa harus di keringkan lagi.

50
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapt disimpulkan bahwa :

a. Persiapan lahan dilakukan dengan cara pengolahan lahan secara manual maupun
menggunakan traktor, membuat lubang tanam, dan pemupukan dasr
b. Hijauan yang ditanam ada 3 macam rumput yaitu, rumput Setaria spacellata, legume
Leucaena leucocephala, Indigofera, Sesbania Glandifora dan turi.
c. Pengukuran produksi pada lahan pastura menggunakan metode sampling sedangkan
pengukuran pada hijauan dilakukan dengan metode zig zag
d. Mengatasi masalah dormansi dilakukan dengan metode perendaman dengan air panas
selama 4 menit,perendaman dengan asam sulfat, abrasi, dan perlakuan kontrol.
e. Pengenalan jenis hijauan pakan yang dilakukan pada legum dan rumput
f. Produksi biji pada legum dilakukan pada biji Leucaena leucocephala yang berlokasi di
GB.1 UNIB

5.2 Saran

 Perlu diadakan uji lab untuk mengetahui tingkat keasaman lahan yang digunakan.
 Perlu penambahan lahan untuk praktikum berikutnya agar dapat melihat variasi
pertumbuhan tanaman
 Perlu diadakan pengambilan sampling yang beragam untuk metode squer sampling untuk
mendapatkan data yang lebih valid.
 Sebaiknya untuk praktikan agar lebih serius melakukan praktikum agar di dapat hasil
yang memuaskan.
 Pada saat praktikum berlangsung, Praktikan harus mematuhi apa yang ada di buku
penuntun dan yang di perintahkan oleh para Co’ass.

51
 Co’ass harus ada yang mendampingi pada saat praktikan berlangsung agar memudahkan
para praktikan bila mana mengalami kebingungan.
 Penyedianan alat-alat dan bahan praktikum sebaiknya di sediakan untuk praktikan,
sehingga pada saaat praktikum berlangsung tidak mengalami hambatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 2003. Buku Penuntun Praktikum Teknologi Benih. UIN SUSKA Riau. Pekanbaru.
Aak, 2003. The convertion of grass and forage crops. Aust. J. Exp Agric and Animal Husbandry,
6 : 76 -80.
Anonim, 2015. Hijauan Makanan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.
Abidin. B. S, 1987. Dasar pengetahuan Ilmu Tanaman. PT Angkasa, Bandung.
Bahar, I. F. 2000. DASAR-DASAR AGROSTOLOGI. Bogor: Gramedia Utama.
Brewbaker, et al, 1972. Legum Pohon Lamtoro. Tiga serangkai. Jakarta Indonesia.
Dinas Peternakan Propinsi Riau. 2003. Petunjuk Budidaya Hijauan Makanan Ternak. Balai
Pembibitan Ternak.
Dalinmartha, 2009. Laporan Akhir Hasil Penelitian IV-I/5/4/3/01. Balai Penelitian Ternak,
Bogor.
Edo, 2012. Tingkat Kesuburan Tanah untuk Pertanian Tropika. CV Rajawali, Jakarta.
Francis, 1993. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
George. 2010. Pueraria phaseoloides. Indonesia.tropicalforages. Jakarta.
Hardjowigeno. S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Kartasapoetra. 1989. Teknik Benih. PT Bina Angkasa, Jakarta.

L. Tmannetje dan Jones, 1992. Seri Budi Daya ; Budi Daya Rumput Unggul; Hijauan Pakan
Ternak. Penerbit Kasisius Anggota IKAPI. Yogyakarta. 9.

Mayer, B dan Mayber. 1975. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Angkasa, Bandung.
Novizan, 2007. Buku penuntun cara pemupukan yang baik. Erlangga. Jakarta.
Nurahmadhan, 2010. Leguminosa. http://nurahmadhan.blogspot.com/2010/01/ leguminosa.html.

52
Parakkasi, 1999. Antimicrobial efficacy of Senna auriculata, Pongamiaglabra and Indigofera
tinctoria against pathogenicmicroorganisms. Int. J. Pharm. Tech. Res.2(3):2054-2059.
Pramana et al, 2010. Hijauan Makanan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.
Reksohadiprodjo. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Rumput dan Legume Makanan Ternak
Tropik. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogykarta.
Reksohadiprojo. 1985. Produksi Hijauan Ternak. BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Santoso, 2002. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Sadjad, S.D. 1994. Teknologi Pembenihan Hijauan. PT Angkasa, Bandung.
Sastra Pradja, S.S, Affrisiani dan H. Sutarno. 1983. Makanan Ternak. Lembaga Biologi
Nasional. LIPI, Jakarta.
Selvakumar, S and C. Karunakaran. 2004. Antimicrobial efficacy of Senna auriculata,
Pongamiaglabra and Indigofera tinctoria against pathogenicmicroorganisms. Int. J.
Pharm. Tech. Res.2(3):2054-2059.
Setyati, S.H. 1996. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi, Fakultas Peternakan, IPB,
Bogor.
Soegiri, et al. 1982. Penuntun Produksi Benih Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan,
Jakarta.
Soetrisno et al, 2008. Bercocok tanam tani. Nusantara Indah. Kalimantan.
Sutopo,Lita. 2000. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian Unibraw. Rajawali Press.
Jakarta.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Tarigan, A., L. Abdullah, S.P. Ginting dan I.G. Permana. 2010. Produksi dan komposisi nutrisi
serta kecernakan in vitro Indigofera sp pada interval dan tinggi pemotongan berbeda.
JITV 15(2): 188-195
Tim biologi, 2004. Pertumbuhan tanaman secara mitosis. Erlangga. Yogyakarta.
Tjitrosoepom. G, 2001.Karakteristik rumput karpet. Satya Abadi. Bandung.
Wibisono, 2008. Oxalic poisoning in Animal Grazing the Tropical Grass Pennietum
purpuroides. J. of the Aust. Inst. Agric. Sci., 36: 41-4.

53
JAWABAN PERTANYAAN

Pertanyaan

1. Dari perlakuan tersebut mana yang cepat tumbuh?


2. Perlakuan mana yang persentase tumbuh tinggi ?
3. Biji apa yang paling cepat tumbuh ?
4. Biji apa yang persentasenya tumbuhnya tinggi ?
5. Dari biji bagus dan biji jelek, maka dapat disimpulkan produksi biji hijauan tersebut
tinggi/rendah ?
6. Bahas mengapa produksi biji tinggi rendah/jelaskan alsan-alasannya?

Jawaban

1. Dari keempat perlakuan yang paling cepat tumbuh adalah perlakuan abrasi
2. Perlakuan yang persentase tumbuh tinggi adalah air panas pada tumbuhan Calliandra
3. Biji yang paling cepat tumbuh adalah Sesbania grandiflora dan Calliandra
4. Biji yang persentasinya tumbuh tinggi adalah Calliandra
5. Produksi biji hijuan pada biji bagus tinggi adalah 66,66% dan pada biji jelek rendah
adalah 33,33%.
6. Pada biji bagus karena begitu Indigofera arrecta dikupas masih banyak biji yang utuh
dan bisa digunakan setelah dihutung dengan produksi biji yang didapat dan dihitung
kedalam persen. Ditemukan nilai biji bagus seberat 66,66%, sedangkan biji jelak hanya
39% dari produksi biji yang didapat setelah diperhitungkan kedalam persen adalah
33,33%.

54
55

Anda mungkin juga menyukai