1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh:
Preseptor,
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Frozen Shoulder Dextra” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Yulinda Fetri Tura,
M.Kes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I
STATUS PASIEN
4
1. Identitas Pasien
A. Nama/Kelamin/Umur : Tn. F/ Laki-laki / 58 tahun
B. Pekerjaan : Petani
C. Alamat : Rt 11 Tahtul Yaman
4. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan bahu kanan sakit terutama saat diangkat sejak 2
minggu yang lalu.
5
menggerakkan bahunya, pasien juga mengeluhkan sulitnya mengancing
baju, menyisir rambut, dan menggunakan sampo pada rambut dan memberi
sabun pada bagian punggung saat mandi.
Keluhan bengkak pada bahu kanan (-), merah (-), terasa panas (-), kebas
(-), kesemutan (-), riwayat trauma (-), riwayat kaku pada pagi hari (-).
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,6°C
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 158 cm
6
IMT : 24,03 (normal)
1. Pemeriksaan Organ
a. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris
b. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : Normal
Conjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, RC ( +/+)
Lensa : Normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : Baik
c. Hidung : Tak ada kelainan
d. Telinga : Tak ada kelainan
e. Mulut Bibir : Lembab
Bau pernafasan: Normal
Gigi geligi : Lengkap
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
f. Leher KGB : Tidak ada pembesaran
Kel.tiroid : Tidak ada pembesaran
g. Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis : Statis & dinamis :
simetris simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Vesikular (+) Vesikular (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
h. Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternlis sinistra
Kanan : ICS II linea parasternalis dextra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
7
i. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer
(-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
2. Status Lokalis
8
Tes Provokasi
Jenis Pemeriksaan Dextra Sinistra
Appley Scratch Test + -
Lift Off test + -
Yergason test - -
Empty can test - -
14. Manajemen.
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab, perjalanan penyakit,
maupun tatalaksana penyakit
Menjelaskan kepada pasien untuk selalu mengkonsumsi makanan
yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Preventif :
Hindari penggunaan tangan kanan dengan aktivitas yang berat seperti
mengangkat benda berat.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Mengistirahatkan sendi yang sakit untuk sementara
Kompres dengan air dingin / es
9
Farmakologi
Piroxicam tablet 10 mg 2 x 1
Kalk tablet 500 mg 2 x 1
Obat Tradisional
Mengkudu
Cara pembuatan/penggunaan : buah yang sudah menguning tapi belum
menjadi lembut dihaluskan, peras, saring dan minum sekaligus.
d. Rehabilitatif
Melakukan fisioterapi secara teratur
Atasi rasa cemas karena kesulitan dalam bergerak
Latihan gerak tangan dirumah secara mandiri untuk mencegah
kekakuan.
Pro : Pro :
Umur : Umur :
10
BB : BB :
Alamat: Alamat:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Frozen shoulder, atau capsulitis adhesiva merupakan kondisi
mengakibatkan bahu menjadi nyeri dan kaku, yang dikarakterisasi oleh hilangnya
kemampuan gerak aktif dan pasif sendi glenohumeral secara progresif.2,
2.3 ETIOLOGI
Etiologi frozen shoulder belum diketahui secara pasti. frozen shoulder
diklasifikasikan sebagai Primer frozen shoulder bila terjadi secara spontan, dan
Sekunder frozen shoulder bila merupakan dampak dari trauma. Primer frozen
shoulder merupakan kasus idiopatik yang belum dapat dimengerti. Pada primer
frozen shoulder stimulus yang tidak diketahui mengakibatkan perubahan histologi
di kapsul sendi yang berbeda substansi yang diproduksi pada keadaan
immobilisasi dan degeneratif. Meskipun stimulus tunggal tidak dapat di
identifikasi, namun kombinasi antara host dan faktor ekstrinsik dapat memicu
11
terjadinya frozen shoulder. Faktor umur dengan insidensi terbanyak yakni antara
40-60 tahun lebih mudah mengalami frozen shoulder bila dikombinasi dengan
faktor ekstrinsik seperti trauma, immobilisasi, penyakit tertentu dan kesalahan
penggunaan anggota tubuh.7
Sekunder frozen shoulder sering didahului oleh adanya keterlibatan SSP,
immobilisasi ekstermitas atas, trauma pada lengan, infeksi atau keganasan pada
paru-paru, infark myocard, cervical disk disease, Rheumatoid Arthritis, atau
Diabetes Melitus.7
2.4 PATOLOGI
Volume intra-articular sendi gleno-humeral berkisar 15-35 cc dan pada
Frozen Shoulder berkurang menjadi 5-6cc. Hal tersebut menggambarkan adanya
proses inflamasi kronik (capsulitis). Pada investigasi histologi didapatkan adanya
proliferasi fibroblast dan myofibroblast di ligamen coracohumeral. Secara
keseluruhan abnormalitas yang terjadi pada Frozen Shoulder meliputi penebalan
dan fibrosis interval rotator, pembentukan jaringan ikat (scar) subskapula,
neovaskularisasi, peningkatan konsentrasi sitokin, kontraksi kapsul anterior dan
inferior, penurunan volume sendi,kontraksi dan fibrosis ligamen coracohumeral,
proliferasi fibroblas dan myofibroblast, dan proses inflamasi.8
12
2.6 DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Nyeri merupakan kelainan tersering yang didapatkan pada penderita
frozen shoulder. Kebanyakan pasien menggambarkan adanya nyeri akut yang
terjadi selama minggu-minggu pertama, atau bulan pertama. Tidak seperti nyeri
yang berkaitan dengan kelainan muskuloskeletal yang lain, nyeri pada frozen
shoulder dialami selama aktivitas dan beristirahat. Pasien sering mengeluh
adanya nyeri di malam hari yang menjadikannya mengalami gangguan tidur.7
Nyeri terdistribusi di daerah deltoid, dan kadang menjalar mengikuti
dermatom C5. Beberapa penderita mengeluhkan adanya nyeri di daerah
punggung dan leher, gejala tersebut dapat merupakan kompensasi adanya
penggunaan berlebihan (overuse) dari otot-otot sekitar bahu, seperti m.trapezius.7
Kerterbatasan gerak sendi merupakan gejala yang menyebabkan penderita
berobat ke paramedis. Pasien dapat kesulitan menggunakan pakaian, atau
menyentuh daerah belakang kepala (menyisir rambut, atau menggunakan
shampo).7
PEMERIKSAAN FISIK
Gerak aktif maupun pasif dari sendi glenohumeral terbatas oleh adanya
nyeri. Pada gerak pasif keterbatasan lebih terlihat pada rotasi eksternal daripada
rotasi internal. Pada restriksi maksimal capsular sendi, kemampuan sendi
glenohumeral < 80° pada rotasi eksternal, dan < 70 pada rotasi internal. Dapat
pula ditemukan spasme otot, dan disuse atrofi.7
Frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas
dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan
aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi internal lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.4
Tes “Appley scratch” merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis
skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1).
Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak
aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.4
13
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus “rotator cuff”. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu
yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid,
supraspinatus dan otot “rotator cuff” lainnya.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit
juga dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan
sesuai dengan masing penyakit. Pada penyakit frozen shoulder pemeriksaan
penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan radiologi (x-ray untuk
menyingkirkan arhritis, tumor dan deposit kalsium) dan pemeriksaan MRI atau
arthrogram (dilakukan bila tidak ada perbaikan dalam waktu 6-12 minggu).9
2.7 PENATALAKSANAAN
FARMAKOTERAPI
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi
nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan
nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan
intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan
kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan
tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun. Dasar penggunaan kortikosteroid pada
frozen shoulder dikaitkan dengan kemampuan mengurangi edema atau inflamasi
saraf.4
PENANGANAN FISIOTERAPI
Terapi dingin
14
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera
muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut frozen shoulder lebih baik
diberikan terapi dingin.4,10
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas,
mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas
enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi. Pemberian terapi dingin pada
peradangan sendi kronis menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal
pengurangan nyeri. 4,10
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut: 4,10
Kompres dingin
Teknik : masukkan potongan – potongan es kedalam kantongan yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud.
Lama: 20 menit, dapat diulang dengan jarak waktu 10 menit.
Masase es
Teknik : dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah
dibungkus. Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak
waktu 10 menit.
Terapi panas
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam,
terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi
fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa
panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi
kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai
ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme otot,
meningkatkan aliran darah, membantu resolusi infiltrat radang, edema dan efek
eksudasi. 4,10
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan
peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi bermanfaat sebagai
analgesik. Terapi panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada
permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam jaringan hanya beberapa
milimeter. Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi
listrik atau suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi
masuk kejaringan tubuh yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah
kulit (subkutan). Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari: 4,10
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy=SWD)
15
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy=MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy=USD)
Pada frozen shoulder, modalitas yang sering digunakan adalah (US) yang
merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya
tembus yang paling dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain
memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase,
oleh karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi yang
dipakai untuk terapi 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4 watt/cm2, lama pemberian
5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US memerlukan media sebagai
penghantarannya dan tidak bias melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian,
medium kontak yang paling ideal adalah gel. 4,10
Efek US pada frozen shoulder:
o Meningkatkan aliran darah
o Meningkatkan metabolisme jaringan
o Mengurangi spasme otot
o Mengurangi perlekatan jaringan
o Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.
16
disamping sebuah dinding dan diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan
dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas
di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi bervariasi dari 30 menit sampai
beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan
untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 80-95%.4,10
LATIHAN
Merupakan bagian yang terpenting dari terapifrozen shoulder. Pada
awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.
Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri
yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif
menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa
nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan
gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan
yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh
dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka
latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan
lingkup gerak sendi. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri
maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan
gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , over head pulleys, finger
ladder, dan tongkat (stick exercise) merupakan terapi standar untuk penderita
frozen shoulder. 4,10
Latihan Codman (Pendulum)
Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendon dari otot lengan.
Codman memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan menggunakan
gravitasi. Bila penderita melakukan gerak abduksi pada saat berdiri tegak akan
timbul rasa nyeri hebat. Tetapi bila dilakukan dengan pengaruh dari gravitasi dan
otot supraspinatus relaksasi maka gerakan tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri.
Pada pergerakan pendulum penderita membungkuk kedepan, lengan yang terkena
tergantung bebas tanpa atau dengan beban. 4,10
Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas meja atau
bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang pada bidang sagital (fleksi-
ekstensi) (gambar 2). Makin lama makin jauh gerakannya, kemudian gerakan ke
samping, dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler) searah maupun berlawanan arah
17
dengan jarum jam. Pemberian beban pada latihan pendulum akan menyebabkan
otot memanjang dan dapat menimbulkan relaksasi pada otot bahu. 4,10
18
Gambar 4: Latihan dengan finger ladder
19
BAB III
ANALISA KASUS
20
1. Proses degeneratif kurangnya cairan sendi pergeseran antar sendi
terganggu inflamasi, jaringan fibrosis, sendi sulit digerakkan dan
nyeri.
2. Menggunakan berlebihan (overuse).
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23