Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

* Pendidikan Profesi Dokter / G1A217096 /November 2019


** Preseptor

FROZEN SHOULDER DEXTRA


*Zaujah N. Zulaisa, S.Ked, **dr. Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS TAHTUL YAMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

FROZEN SHOULDER DEXTRA

Oleh:

Zaujah N. Zulaisa, S.Ked


G1A217096

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2019

Jambi, November 2019

Preseptor,

dr. Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Frozen Shoulder Dextra” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Yulinda Fetri Tura,
M.Kes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.

Jambi, November 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I STATUS PASIEN........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10
BAB III ANALISA KASUS................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 24
LAMPIRAN............................................................................................ 25

BAB I
STATUS PASIEN

4
1. Identitas Pasien
A. Nama/Kelamin/Umur : Tn. F/ Laki-laki / 58 tahun
B. Pekerjaan : Petani
C. Alamat : Rt 11 Tahtul Yaman

2. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3 orang anak
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi rumah :
Rumah semi permanen, terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 2
kamar tidur, 1 dapur yang bergabung dengan ruang makan, 1 kamar mandi,
terdapat 1 buah jamban/wc jongkok di kamar mandi. Rumah pasien
disertai 2 pintu yaitu berada di depan dan di belakang dekat dapur, jendela
terdapat di bagian depan rumah dan belakang rumah dekat dapur. Lantai
dan dinding rumah terbuat dari kayu, beratap seng. Air yang digunakan
untuk masak dan mandi dari air PDAM, air yang digunakan cukup bersih,
jernih dan tidak berbau sedangkan untuk minum dengan air yang dimasak.
Pencahayaan di dalam rumah cukup baik, dikarenakan banyaknya ventilasi
di dalam rumah, sedangkan sumber listrik dari PLN.

3. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


Pasien merupakan seorang petani yang masih aktif bekerja hingga saat
ini. Istri bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama satu
orang istri, dan satu orang anak. Hubungan pasien dengan keluarga terjalin
baik.

4. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan bahu kanan sakit terutama saat diangkat sejak 2
minggu yang lalu.

5. Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluhan pasien dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, awalnya hanya sakit
sedikit pada bahu kanan, kemudian pasien mengurutnya, beberapa hari
setelahnya bahu kanan sulit diangkat tinggi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk tidak menjalar dan terasa kaku yang dirasakan terus menerus baik saat
beraktivitas maupun saat beristirahat. Nyeri bertambah saat pasien

5
menggerakkan bahunya, pasien juga mengeluhkan sulitnya mengancing
baju, menyisir rambut, dan menggunakan sampo pada rambut dan memberi
sabun pada bagian punggung saat mandi.
Keluhan bengkak pada bahu kanan (-), merah (-), terasa panas (-), kebas
(-), kesemutan (-), riwayat trauma (-), riwayat kaku pada pagi hari (-).

6. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
- Riwayat Sakit jantung (-)
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Diabetes Melitus (-)

7. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
- Riwayat sakit jantung (-)
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Diabetes Melitus (-)

8. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang


relevan
- Riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-)
- Penderita dominan menggunakan tangan kanan dalam beraktivitas
melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti menanam padi, mengangkat
benda seperti menimba air di sumur, menggangkat ember yang berisi air
dan memindahkan ke tempat penampungan air yang di lakukan hampir
setiap hari.
- Riwayat merokok dan minum alkohol (-)

9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,6°C
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 158 cm

6
IMT : 24,03 (normal)

1. Pemeriksaan Organ
a. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris
b. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : Normal
Conjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, RC ( +/+)
Lensa : Normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : Baik
c. Hidung : Tak ada kelainan
d. Telinga : Tak ada kelainan
e. Mulut Bibir : Lembab
Bau pernafasan: Normal
Gigi geligi : Lengkap
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
f. Leher KGB : Tidak ada pembesaran
Kel.tiroid : Tidak ada pembesaran

g. Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis : Statis & dinamis :
simetris simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Vesikular (+) Vesikular (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

h. Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternlis sinistra
Kanan : ICS II linea parasternalis dextra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

7
i. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer
(-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), atrofi (-/-)


Ekstremitas Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), atrofi (-/-).
Pemeriksaan neuromuskuler
Extremitas superior Extremitas inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Kekuatan 3 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal
Reflek fisiologis Normal Normal Normal Normal
Reflek patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

2. Status Lokalis

Shoulder Joint Dekstra Shoulder Joint Sinistra


Look Edem (-), deformitas (-) Edem (-), deformitas (-)
Feel Nyeri tekan (+), spasme (-) Nyeri tekan (-), spasme (-)
Movement terbatas aktif

Lingkup Gerak Sendi (LGS) bahu

Sinistra Dextra Normal


Aktif Pasif Aktif Pasif
Ekstensi –
45° - 0 -180° 40º-0º-110º 40º-0º-120º 45°-0-180°
Fleksi
Abduksi – 180°-0-45°
180º-0º-45º 100º-0º-45º 110º-0º-45º
Adduksi
Rotasi 90°-0-90°
Eksternal – 90º-0º-90º 70º-0º-55º 75º-0º-60º
internal

8
Tes Provokasi
Jenis Pemeriksaan Dextra Sinistra
Appley Scratch Test + -
Lift Off test + -
Yergason test - -
Empty can test - -

10. Pemeriksaan Laboratorium di Puskesmas


Pemeriksaan Asam Urat: 4,1 mg/dl

11. Usulan Pemeriksaan Penunjang :


Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan X-Rays sendi glenohumeral dextra

12. Diagnosa Kerja


Diagnosis Klinis : Frozen Shoulder Dextra (M75.0)
Diagnosis Etiologis : Suspect overuse injury, proses degeneratif
Diagnosis Topis : Sendi glenohumeral dextra

13. Diagnosa Banding


 Osteoarthritis (M19)
 Dislokasi Sendi Bahu (S43.1)
 Rheumatoid Arthritis (M53.5)

14. Manajemen.
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab, perjalanan penyakit,
maupun tatalaksana penyakit
 Menjelaskan kepada pasien untuk selalu mengkonsumsi makanan
yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

b. Preventif :
 Hindari penggunaan tangan kanan dengan aktivitas yang berat seperti
mengangkat benda berat.

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Mengistirahatkan sendi yang sakit untuk sementara
 Kompres dengan air dingin / es

9
Farmakologi
 Piroxicam tablet 10 mg 2 x 1
 Kalk tablet 500 mg 2 x 1
Obat Tradisional
Mengkudu
Cara pembuatan/penggunaan : buah yang sudah menguning tapi belum
menjadi lembut dihaluskan, peras, saring dan minum sekaligus.

d. Rehabilitatif
 Melakukan fisioterapi secara teratur
 Atasi rasa cemas karena kesulitan dalam bergerak
 Latihan gerak tangan dirumah secara mandiri untuk mencegah
kekakuan.

Resep puskesmas Resep ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Shanna Alysia Aziz dr. Shanna Alysia Aziz
SIP. 217102 SIP. 217102
Tanggal : Tanggal :

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Shanna Alysia Aziz dr. Shanna Alysia Aziz
SIP. 217102 SIP. 217102
Tanggal : Tanggal :

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3


Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat: Alamat:

Pro : Pro :
Umur : Umur :
10
BB : BB :
Alamat: Alamat:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Frozen shoulder, atau capsulitis adhesiva merupakan kondisi
mengakibatkan bahu menjadi nyeri dan kaku, yang dikarakterisasi oleh hilangnya
kemampuan gerak aktif dan pasif sendi glenohumeral secara progresif.2,

2.2 ANATOMI FUNGSIONAL


Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari
sendi yang terpisah: glenohumeral, skapulothorakal, sternoklavikular,
suprahumeral, akromioklavikular, costosternal, costovertebral.4-6
Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna
karena lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu: fleksi (180o), ekstensi
(60o), abduksi (180o), adduksi (45o), endorotasi (90o), eksorotasi (90o). 4-6
Sendi bahu mempunyai gerakan yang paling luas diantara sendi-sendi lain.
Dua pertiga bagian gerak ini dilakukan oleh sendi glenohumeral dan sepertiga
lainnya oleh skapulotorasik. Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh
sampai diatas kepala diperlukan sendi yang tidak ada gangguan. 4-6
Gerakan lain yang penting adalah gerakan rotasi internal dan rotasi
eksternal. Gerakan rotasi internal dan eksternal merupakan gerakan gelang bahu
dimana tangan dapat mencapai bagian punggung/ belakang kepala. Kedua gerakan
ini sangat penting untuk dapat melakukan aktivitas memakai baju, danmenyisir. 4-6

2.3 ETIOLOGI
Etiologi frozen shoulder belum diketahui secara pasti. frozen shoulder
diklasifikasikan sebagai Primer frozen shoulder bila terjadi secara spontan, dan
Sekunder frozen shoulder bila merupakan dampak dari trauma. Primer frozen
shoulder merupakan kasus idiopatik yang belum dapat dimengerti. Pada primer
frozen shoulder stimulus yang tidak diketahui mengakibatkan perubahan histologi
di kapsul sendi yang berbeda substansi yang diproduksi pada keadaan
immobilisasi dan degeneratif. Meskipun stimulus tunggal tidak dapat di
identifikasi, namun kombinasi antara host dan faktor ekstrinsik dapat memicu

11
terjadinya frozen shoulder. Faktor umur dengan insidensi terbanyak yakni antara
40-60 tahun lebih mudah mengalami frozen shoulder bila dikombinasi dengan
faktor ekstrinsik seperti trauma, immobilisasi, penyakit tertentu dan kesalahan
penggunaan anggota tubuh.7
Sekunder frozen shoulder sering didahului oleh adanya keterlibatan SSP,
immobilisasi ekstermitas atas, trauma pada lengan, infeksi atau keganasan pada
paru-paru, infark myocard, cervical disk disease, Rheumatoid Arthritis, atau
Diabetes Melitus.7

2.4 PATOLOGI
Volume intra-articular sendi gleno-humeral berkisar 15-35 cc dan pada
Frozen Shoulder berkurang menjadi 5-6cc. Hal tersebut menggambarkan adanya
proses inflamasi kronik (capsulitis). Pada investigasi histologi didapatkan adanya
proliferasi fibroblast dan myofibroblast di ligamen coracohumeral. Secara
keseluruhan abnormalitas yang terjadi pada Frozen Shoulder meliputi penebalan
dan fibrosis interval rotator, pembentukan jaringan ikat (scar) subskapula,
neovaskularisasi, peningkatan konsentrasi sitokin, kontraksi kapsul anterior dan
inferior, penurunan volume sendi,kontraksi dan fibrosis ligamen coracohumeral,
proliferasi fibroblas dan myofibroblast, dan proses inflamasi.8

2.5 GAMBARAN KLINIS


Gambaran klinis frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :4
a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu
menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10
-36 minggu.
b. Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan
yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh
keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis
tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini
berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.

12
2.6 DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Nyeri merupakan kelainan tersering yang didapatkan pada penderita
frozen shoulder. Kebanyakan pasien menggambarkan adanya nyeri akut yang
terjadi selama minggu-minggu pertama, atau bulan pertama. Tidak seperti nyeri
yang berkaitan dengan kelainan muskuloskeletal yang lain, nyeri pada frozen
shoulder dialami selama aktivitas dan beristirahat. Pasien sering mengeluh
adanya nyeri di malam hari yang menjadikannya mengalami gangguan tidur.7
Nyeri terdistribusi di daerah deltoid, dan kadang menjalar mengikuti
dermatom C5. Beberapa penderita mengeluhkan adanya nyeri di daerah
punggung dan leher, gejala tersebut dapat merupakan kompensasi adanya
penggunaan berlebihan (overuse) dari otot-otot sekitar bahu, seperti m.trapezius.7
Kerterbatasan gerak sendi merupakan gejala yang menyebabkan penderita
berobat ke paramedis. Pasien dapat kesulitan menggunakan pakaian, atau
menyentuh daerah belakang kepala (menyisir rambut, atau menggunakan
shampo).7
PEMERIKSAAN FISIK
Gerak aktif maupun pasif dari sendi glenohumeral terbatas oleh adanya
nyeri. Pada gerak pasif keterbatasan lebih terlihat pada rotasi eksternal daripada
rotasi internal. Pada restriksi maksimal capsular sendi, kemampuan sendi
glenohumeral < 80° pada rotasi eksternal, dan < 70 pada rotasi internal. Dapat
pula ditemukan spasme otot, dan disuse atrofi.7
Frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas
dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan
aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi internal lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.4
Tes “Appley scratch” merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis
skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1).
Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak
aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.4

13
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus “rotator cuff”. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu
yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid,
supraspinatus dan otot “rotator cuff” lainnya.4

Gambar 1: Tes Appley scratch

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit
juga dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan
sesuai dengan masing penyakit. Pada penyakit frozen shoulder pemeriksaan
penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan radiologi (x-ray untuk
menyingkirkan arhritis, tumor dan deposit kalsium) dan pemeriksaan MRI atau
arthrogram (dilakukan bila tidak ada perbaikan dalam waktu 6-12 minggu).9

2.7 PENATALAKSANAAN
FARMAKOTERAPI
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi
nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan
nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan
intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan
kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan
tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun. Dasar penggunaan kortikosteroid pada
frozen shoulder dikaitkan dengan kemampuan mengurangi edema atau inflamasi
saraf.4
PENANGANAN FISIOTERAPI
Terapi dingin

14
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera
muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut frozen shoulder lebih baik
diberikan terapi dingin.4,10
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas,
mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas
enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi. Pemberian terapi dingin pada
peradangan sendi kronis menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal
pengurangan nyeri. 4,10
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut: 4,10
 Kompres dingin
Teknik : masukkan potongan – potongan es kedalam kantongan yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud.
Lama: 20 menit, dapat diulang dengan jarak waktu 10 menit.
 Masase es
Teknik : dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah
dibungkus. Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak
waktu 10 menit.

Terapi panas
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam,
terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi
fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa
panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi
kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai
ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme otot,
meningkatkan aliran darah, membantu resolusi infiltrat radang, edema dan efek
eksudasi. 4,10
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan
peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi bermanfaat sebagai
analgesik. Terapi panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada
permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam jaringan hanya beberapa
milimeter. Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi
listrik atau suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi
masuk kejaringan tubuh yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah
kulit (subkutan). Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari: 4,10
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy=SWD)

15
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy=MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy=USD)

Pada frozen shoulder, modalitas yang sering digunakan adalah (US) yang
merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya
tembus yang paling dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain
memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase,
oleh karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi yang
dipakai untuk terapi 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4 watt/cm2, lama pemberian
5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US memerlukan media sebagai
penghantarannya dan tidak bias melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian,
medium kontak yang paling ideal adalah gel. 4,10
Efek US pada frozen shoulder:
o Meningkatkan aliran darah
o Meningkatkan metabolisme jaringan
o Mengurangi spasme otot
o Mengurangi perlekatan jaringan
o Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini


digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11 m
yang diubah menjadi panas sewaktu melewati jaringan. Pada umumnya
pemanasan ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit danotot yang terletak
dipermukaan. 4,10

ELEKTROSTIMULASI: TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)


Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun
nyeri kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri padafrozen shoulder.
Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai
sekarang masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakan
elektrode harus tetap berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan
fisiologi. Letak elektroda yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom
saraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur. 4,10
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan gerak
abduksi, elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda
kedua diletakkan pada bahu atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri

16
disamping sebuah dinding dan diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan
dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas
di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi bervariasi dari 30 menit sampai
beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan
untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 80-95%.4,10
LATIHAN
Merupakan bagian yang terpenting dari terapifrozen shoulder. Pada
awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.
Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri
yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif
menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa
nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan
gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan
yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh
dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka
latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan
lingkup gerak sendi. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri
maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan
gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , over head pulleys, finger
ladder, dan tongkat (stick exercise) merupakan terapi standar untuk penderita
frozen shoulder. 4,10
Latihan Codman (Pendulum)
Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendon dari otot lengan.
Codman memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan menggunakan
gravitasi. Bila penderita melakukan gerak abduksi pada saat berdiri tegak akan
timbul rasa nyeri hebat. Tetapi bila dilakukan dengan pengaruh dari gravitasi dan
otot supraspinatus relaksasi maka gerakan tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri.
Pada pergerakan pendulum penderita membungkuk kedepan, lengan yang terkena
tergantung bebas tanpa atau dengan beban. 4,10
Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas meja atau
bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang pada bidang sagital (fleksi-
ekstensi) (gambar 2). Makin lama makin jauh gerakannya, kemudian gerakan ke
samping, dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler) searah maupun berlawanan arah

17
dengan jarum jam. Pemberian beban pada latihan pendulum akan menyebabkan
otot memanjang dan dapat menimbulkan relaksasi pada otot bahu. 4,10

Gambar2: Latihan Pendulum


Latihan dengan menggunakan tongkat
Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi, adduksi,
danrotasi. Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk ataupun
berbaring. Cara latihan tongkat dipegang dengan kedua tangan di depan tubuh.
Untuk fleksi bahu posisi tongkat seperti pada gambar 3 (7a) dan 3(7b). Untuk
horizontal abduksi dan adduksi, tongkat diangkat sampai sendi bahu fleksi 90o.
Siku tetap ekstensi, tangan yang sehat dipakai untuk mendorong sisi yang sakit
selebar mungkin secara perlahan-lahan.Dengan tongkat diletakkan dibelakang
punggung dapat dilaksanakan rotasi eksternal atau rotasi internal (gambar 3.7c).
Pada saat terasa peregangan, posisi dipertahankan selama 3 hitungan, dan
peregangan dapat diulang 3 sampai 5 kali. 4,10

Gambar 3 : stick exercise


Latihan finger ladder
Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan secara
obyektif sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan
latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan agar penderita
berlatih dengan posisi yang benar, jangan sampai penderita memiringkan
tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi kepala. Gerakan yang dapat
dilakukan adalah fleksi dan abduksi. Penderita berdiri menghadap dinding dengan
ujung jari-jari tangan sisi yang terkena menyentuh dinding. Lengan bergerak
keatas dengan menggerakkan jari-jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk gerakan
abduksi dikerjakan dengan samping badan menghadap dinding (gambar 4). 4,10

18
Gambar 4: Latihan dengan finger ladder

Latihan dengan over head pulleys (katrol)


Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat efektif untuk membantu
mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan: dua buah katrol
digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan dengan kedua katrol
tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan dapat menggenggam dengan
baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri atau berbaring terlentang dengan bahu
terletak dibawah katrol tersebut. Dengan menarik tali pada salah satu tali yang lain
akan terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita
tidak boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan
perlahan-lahan (gambar 5). 4,10

Gambar 5: Latihan dengan overhead pulley (katrol)

Latihan dengan shoulder wheel


Dengan instruksi yang benar shoulder whell dapat digunakan untuk
memberi motivasi pada penderita untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi
bahu secara aktif. Cara penggunaan alat: penderita berdiri sedemikian rupa
sehingga aksis dari sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar sehingga gerak
lengan sesuai dengan gerak putaran roda. Penderita tidak diharuskan
menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar
kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu
melakukan gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi abduksi 90 o
dan siku fleksi 90o (gambar 6 ). Dengan meletakkan siku pada aksis roda maka
gerakan dapat dilakukan sampai pada keterbatasan lingkup gerak sendi4,10

19
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Tidak ada hubungan antara diagnosis pasien dengan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar rumah.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Tidak ada hubungan antara diagnosis dengan keadaan keluarga dan
hubungan dalam keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Ada hubungan antara diagnosis pasien dengan perilaku kesehatan dimana
pasien sering menggunakan tangan dan bahu kanan melakukan aktivitas
sehari-hari khususnya pekerjaan sehari-hari bertani padi dan ikut membantu
beberapa pekerjaan rumah tangga.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini (sesuai dengan anamnesis dan observasi)

20
1. Proses degeneratif  kurangnya cairan sendi  pergeseran antar sendi
terganggu  inflamasi, jaringan fibrosis, sendi sulit digerakkan dan
nyeri.
2. Menggunakan berlebihan (overuse).

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
1. Jangan menggunakan tangan kanan secara berlebihan seperti
menggangkat benda berat.
2. Istirahatkan tangan kanan, dan hanya digunakan untuk latihan

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


1. Edukasi kepada pasien untuk rajin melatih tangan yang sakit
2. Edukasi mengenai penyakit pasien agar pasien rajin melakukan home
program exercise dan memberikan support supaya pasien tetap rajin
untuk melaksanakan terapi.
3. Jaga kesehatan agar tidak terkena penyakit lain, untuk mengurangi
beratnya penyakit forzen shoulder ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Frozen Shoulder. RS Mitra Keluarga. Surabaya. 2012.


2. Goyal M., Bhattacharjee S, Goyal K.Combined Effect of End Range
Mobilization (ERM) and Mobilization with Movement (MWM)
Techniques on Range Of Motion and Disability in Frozen Shoulder
Patients: A Randomized Clinical Trial. Journal of Exercise Science and
Physiotherapy.2013;9:74-82.
3. Ansari SN, Lourdhuraj I, Shah S, Patel N. Effect Of Ultrasound Therapy
With End Range Mobilization Over Cryotherapy With Capsular Stretching
On Pain In Frozen Shoulder – A Comparative Study. IJCRR.2012;4:64-73.
4. JOSPT team. Frozen Shoulder What Can a Physical Therapist Do for My
Painful and Stiff Shoulder?. J Orthop Sports Phys Ther.2013;43:351.
5. Sianturi, Goldfried. Studi Komparatif injeksi dan oral triamcinolone
acetonide pada sindroma frozen sholuder. Semarang. 2003
6. Kuntoro, Heru Purbo. Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu. Surabaya.
2007
7. Carolin T, Wadsworth. Frozen Shoulder. Physical Terapi.2006;66:1878-83.
8. Lewis J. Frozen shoulder contracture syndrome e Aetiology, diagnosis and
management.Manual Therapy.2014;4:1-8
9. Pakasi RE. Aspek Rehabilitasi Nyeri Bahu. Physical Medicine and
Rehabilitation Departement Fatmawati General Hospital. Jakarta
10. Sriwidayati, Ika Wahyu. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus frozen
shoulder capsulitis adhesiva dextra. Sukoharjo. 2008

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai