Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


NUTRISI DI RUANG WIRA BEDAH
RS TK III DR. SOEHARSONO

Oleh :
Bagus Hilmawan
P07120118053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Bagus Hilmawan

NIM : P07120118053

Judul : Laporan Pendahuluan pada Pasien Gangguan Pemenuhan Nutrisi di Ruang Wira
Bedah RS TK III DR. SOEHARSONO

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Eka Mahrita, S.Kep. Ners Hj. Agustine Ramie, Ns., M.Kep

Kepala Ruangan

Rahmah, S.Kep. Ners


LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan
zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta keseimbangan yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit (Tarwato dan Watonah, 2015)

2. Anatomi Fisiologi
System yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah system pencernaan
yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris saluran pencernaan.
1.) Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.
Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan
saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan
kedalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan ke bawah
ke dalam lambung.
2.) Esofagus
Esofagus berfungsi sebagai saluran penghubung antara rongga mulut dan
lambung. Dinding esofagus dilapisi oleh jaringan epitel berlpis pipih sepertiga
bagian esofagus terdiri atas otot lurik, sedangkan dua pertiganya terdiri atas otot
polos.
Didalam kerongkongan, makanan didorong kearah lambung dengan gerak
peristaltik, yaitu gerak memijit dan mendorong ke satu arah. Selain itu, di
kerongkongan, makanan juga dibungkus oleh cairan yang disebut mulkus. Mulkus
berfungsi seperti pelumas yang melicinkan saluran kerongkongan.
3.) Lambung
Lambung merupakan kantong yang terletak di rongga perut (kuadran kiri
atas). Dinding lambung bagian dalam dilapisi oleh mulkus atau lender untuk
melindunginya dari asam lambung.
Didalam lambung, makan dari kerongkongan dicampur dengan getah lambung
yang mengandung :
a. Renin : berfungsi mengubah susu menjadi kasein
b. Pepsinogen : diaktifkan menjadi pepsin oleh HCI, pepsin
berfungsi mengubah protein menjadi pepton
c. As.klorida (HCl) : berfungsi membunuh kuman yang masuk bersama
makanan, membantu melunakkan makanan yang
keras, dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin
4.) Usus halus

Usus halus berbentuk seperti tabung dan tersusun atas vili-vili, otot melingkar,
otot membujur lapisan mukosa, dan epitelium,. Usus halus dibagi tiga, yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

5.) Usus besar (kolon)


Makanan yang tidak diserap atau tidak sempat diserap akan mengalami
kebusukan oleh bakteri, misalnya Eschenchia, Coli, Enterobacter aerogenes,
clostridium perfriagens, dan lactobacillus bifidus didalam usus besar. Di usus
besar juga terjadi penyerapan air.
Usus besar dapat dibagi menjadi enam segmen, yaitu usus buntu (sekum),
usus besar naik (kolon asenden), usus mendatar (usus transversum), usus besar
turun ( kolon desenden), kolon sigmoid, dan poros usus (rectum). Diujung bawah
usus buntu terdapat umbul cacing (apendiks). Dari usus besar, sisa-sisa masuk ke
rectum, kemudian di keluarkan melalui anus.
Proses Pencernaan Makanan :

a. Pencernaan Secara Mekanik


Pencernaan makanan secara mekanik lebih banyak terjadi dalam rongga
mulut, yaitu melalui mekanisme pengunyahan (mastikasi). Makanan yang sudah
berada di rongga mulut bercampur dengan saliva, kemudian dengan peranan gigi
dan lidah akan dikunyah menjadi bagian yang lebih kecil. Makanan dikunyah
rata-rata 20 sampai 25 kali, tergantung dari jenis makanan yang sudah dikunyah
selanjutnya masuk ke esofagos melalui proses menelan (deglutition). Menelan
merupakan proses volunter, dimana makanan didorong ke belakang menuju
jaring. Peristiwa ini mencestuskan serangkaian gelombang kontraksi imvolunter
pada otot-otot faring yang mendorong makanan ke dalam esophagus.
b. Pencernaan Secara Kimiawi
Sejak berada dalam rongga mulut, makanan sudah dicerna secara kimiawi
karena sudah bercampur dengan saliva yang mengandung dua jenis enzim
pencernaan, yaitu lipase dan amylase. Pencernaan makanan secara kimia, mukus
dan pepsin. Kemudian dihasilkan komponen karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat dicerna pada bagian badan lambung menjadi bagian yang lebih
sederhana, yaitu monosakarida seperti glukosa, fraktosa dan galaktosa. Protein
menjadi asam amin dan lemak, selanjutnyaakan diuah menjadi trigliserida yang
tersusun atas tiga asam lemak.

3. Etiologi
a. Pengetahuan
Pengetahuan atau informasi yang kurang tentang nutrisi dan manfaatnya dapat
mempengaruhi pada konsumsi seseorang. Contohnya, pada saat wabah flu burung
berkembang, banyak orang yang menghindar memakan ayam karena takut
tertular.
b. Prasangka atau Mitos
Prasangka atau mitos tentang makanan dapat mempengaruhi asupan makanan
seseorang. Contohnya, mitos bahwa jika ibu hamil banyak minum air kelapa
muda, anak yang dikandungnya akan memiliki kulit yang putih. Akibatnya, ibu
hamil banyak minum air kelapa muda agar anak yang dikandungnya memiliki
kuliat yang putih.
c. Pilihan Pribadi (kesukaan atau ketidaksukaan)
Kesukaan akan suatu jenis makanan dapat mengakibatkan asupan gizi berkurang,
contohnya seoran anak suka ayam menginginkan ada masakan ayam dalam menu
masakannya. Hal ini dapat menyeabkan anak tersebut kekurangan supan zat gizi
dari sumber yang lain. Ketidaksukaan akan suatu jenis makanan juga dapat
menghasilkan efek yang sama.
d. Kebudayaan dan Keyakinan (agama)
Kebudayaan dan keyakinan (agama) yang dianut menyebabkan seseorang harus
mengikuti perintah dan larangan yang diatur dalam kebudayaan dan keyakinan
tersebut. Termasuk larangan mengonsumsi salah satu jenis makanan misalnya
sapi atau babi. Dengan begini, asupan protein dari makanan tersebut berkurang.
e. Ekonomi
Orang dengan status ekonominya tinggi, umumnya dapat memenuhi asupan
nutrisi dengan baik karena memiliki dana untuk memebeli makanan bergizi
tinggi. Orang yang dengan status ekonomi rendah tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya akibat dana yang tidak mencukupi.
f. Faktor Psikologi
Stress psikologis kadang membuat pola makan seseorang berubah. Beberapa
orang menjadi tidak berselera makan ketika sedang stress, tetapi sebagian orang
yang lain justru selera makannya meningkat ketika sedang stress.
Jenis kelamin
g. Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan. BMR laki-laki 1.0 kkal/kgBB/jam dan pada perempuan 0,9
kkal/kgBB/jam.
h. Keadaan sakit
Pada saat kondisi sakit/infeksi terjadi peningkatan temperature tubuh akibat
peningkatan metabolisme. Peningkatan temperatur tubuh 1◦C akan meningkatkan
metablisme basal sebanyak 14%.
4. Patofisiologis
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan
dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-enzim
pencernaan makan, atau bahkan melihat, mencium dan mencicipi makanan dapat
menyebabkan reflex salivasi. Saliva adalah sekresi pertama kontak dengan makanan.
Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada kecepatan kira-kira 1,5 L
setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat
dikunyah, sehingga memudahkan untuk menelan. Mudah terjadi bila kedua jaras
eferen somatic dan visceral menyebabkan penutupan epigiotis, kontraksi diafragma
mempunyai pylorus dan relaksi lambung diikuti oleh konstraksi peristaltic yang
berjalan dari lambung tengah insisura dengan kontraksi abdomen diafragma, dan
intercostal, muntah berkaitan dengan tanda dan gejala cetusan otonom. Semu ada
kaitan dengan gangguan traktus gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan
obstruksi tinggi akut menyebabkan muntah diri. Kekacauan otonom, obat-obatan
gangguan psikogenik dan penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan
penyebab lain yang sering.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke
medulla (renjatan, oklusi vascular, peningkatan tekanan intracranial). Dapat
menginduksi emesis. Obat-obat emerik menghasilkan efeknya melalui stimulasi
sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak sering
kali tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab sentral. Konsekuensi
muntah metabolic, dengan muntah hebat terjadi hipovolemia dan alkalosis metabolic
serta deplesi natrium total (Linda Chandranata, 2000)
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut buku saku
diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain :
a. Subjektif
1.) Kram abdomen
2.) Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.
3.) Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan.
4.) Melaporkan perubahan sensasi rasa.
5.) Melaporkan kurangnya makanan.
6.) Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan.
b. Objektif
1.) Tidak tertarik untuk makan.
2.) Diare.
3.) Adanya bukti kekurangan makanan.
4.) Kehilangan rambut yang berlebihan.
5.) Bising usus hiperaktif.
6.) Kurangnya minat pada makanan.
7.) Luka,rongga mulut inflamasi.

Gejala Klinis

1.) Rasa enggan untuk makan


2.) Merasa tidak mampu untuk makan atau menelan makanan
3.) Menurunnya nafsu makan
4.) Kehilangan berat badan dan asupan makanan yang adekuat.

6. Penatalaksaan
a. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga.
b. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan komunikasi yang efektif.
c. Tidak boleh mengonsumsi makanan yang keras.
d. Meningkatkan tirah baring dengan meningkatkan kenyamanan lingkungan dan
anjurkan kepada pasien untuk banyak beristirahat.
e. Melakukan pemeriksaan rutin ke rumah sakit atau ke klinik terdekat.
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter

Secara garis besar penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah :

a. Perbaikan gizi
b. Pengobatan tergantung faktor yang berperan dalam menimbulkan gejala
c. Kolaborasi dengan medis
d. Pemberian cairan parenteral
e. Pemberian obat-obatan peroral maupun parenteral
f. Pengaturan diet terprogram sesuai saran ahli gizi
g. Penyuluhan tentang penyimpangan dan penyajian makanan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1.) Glukosa darah
b. Pemeriksaan Fisik Klinik
1.) TTV :
- Keadaan umum
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Pernafasan
- Suhu tubuh
- Status dehidrasi
c. Pemeriksaan Tambahan
1.) EKG
d. Diagnosis gizi
e. Manajemen Klinis
1.) Rencana pengaturan diet
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan dan Diet
1.) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2.) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
3.) Apakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
4.) Apakah status fisik pasien yang dapat meningkatakan diet seperti luka bakar
dan demam?
5.) Apakah toleransi makanan/minumam tertentu?
b. Faktor yang Mempengaruhi Diet
1.) Status kesehatan
2.) Kultur dan kepercayaan
3.) Status sosial ekonomi.
4.) Faktor psikolpgis.
5.) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
c. Keluhan Utama
1.) Tidak nafsu makan
2.) Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan
3.) Kelemahan fisik
4.) Penurunan berat badan
5.) Kesulitan menelan
d. Pemeriksaan fisik
1.) Keadaan fisik: apatis, lesu
2.) Berat badan : obesitas, kurus
3.) Otot : flaksia, tonus kurang, tidak mampu bekerja.
4.) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, reflek menurun.
5.) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver.
6.) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
7.) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8.) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
9.) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa
pucat.
10.) Gusi: perdarahan, peradangan.
11.) Lidah: edema, hiperemasis.
12.) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13.) Mata: konjungtiva pucat,kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
14.) Kuku: mudah patah.
15.) Pengukuran antopometri:
- Berat badan ideal: (TB- 100)*10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC) :
Nilai normal
Wanita :28,5c
Pria :28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal
Wanita : 16,5-18 cm
Pria :12,5-16,5 cm
- Laboratorium
1.) Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
2.) Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
3.) Hb (N: 12 mg%)
4.) BUN (N:10-20 mg/100ml)
5.) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,
wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2012-2014)
1) Definisi: keadaan dimana intake kurang (nutrisi) kurang dari kebutuhan
metabolisme tubuh (NANDA, 2012). Kemungkinan berhubungan dengan:
- Efek dari pengobatan
- Mual dan muntah
- Gangguan intake makanan
- Radiasi/kemoterapi
- Penyakit kronis
- Diet dan pembatasan makanan
- Ketidakmampuan menelan
2) Kemungkinan data yang ditemukan:
- Berat badan menurun
- Kelemahan
- Kesulitan makan
- Nafsu makan berkurang
- Hipotensi
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Kulit kering, turgor kering
- Penurunan kesadaran
- Skelera ikterik, konjungtiva anemis
- Tonus otot kurang
- Pantangan makanan
- Pemasangan alat nasogastric tube (NGT)
- Hemoglobin, albumin kurang dari normal
3) Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
- Anoreksia nervosa
- AIDS
- Pembedahan
- Kehamilan
- Kanker
- Anemia
- Marasmus
- Penyakit hati kronis
4) Tujuan yang diharapkan
- Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu
- Peningkatan status nutrisi
Intervensi Rasional
1.Kaji faktor yang mungkin menjadi 1. Banyak faktor yang
penyebab kekurangan nutrisi mempengaruhi kekurangan nutrisi
sehingga identifikasi faktor
penyebab menajdi penting
2. Tanyakan kebiasaan makan, pantangan 2. Data untuk perencanaan makan
makan, alergi dan jenis makanan yang pasien
disukai
3. Lakukan pemeriksaan fisik seperti sklera, 3.Menentukan status nutrisi pasien
konjungtiva, kulit dan tonus otot
4. Timbang berat badan setiap hari jika 4.Berat badan merupakan salah satu
memungkinkan indikator status nutrisi
5. Kaji intake makan pasien yang 5.Ketidakseimbangan nutrisi
disediakan penyebab utama adalah kurangnya
asupan makanan
6. Sajikan makanan dalam keadaan hangat 6.Meningkatkan selera makan
dan kemasan yang menarik
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 7.Merencanakan jenis, jumlah kalori
menentukan diet yang sesuai dan diet yang sesuai kebutuhan
pasien
8. Jaga kebersihan lingkungan pasien 8.Lingkungan yang bersih dan
nyaman dapat meningkatkan selera
makan
9. Jaga kebersihan badan dan mulut pasien 9.Meningkatkan selera makan
10. Anjurkan pasien makan dengan porsi 10.Mengurangi rasa mual dan
kecil tetapi sering sesuai dengan diet yang meningkatkan asupan nutrisi.
diberikan
b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2012-2014)
1) Definisi : pasien dengan resiko atau aktual mengonsumsi makanan melebihi
dari kebutuhan metabolisme tubuh (NANDA, 2012)
Kemungkinan berhubungan dengan :
- Kelebihan intake
- Gaya hidup yang tidak sehat
- Perubahan kultur
- Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
2) Kemungkinan data yang ditemukan:
- Berat badan = 20% lebih berat dari badan ideal
- Pola makan yang berlebihan
3) Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
- Obesitas
- Hipotiroidisme
- Pasien dengan pemakaian kortikosteroid
- Imobilisasi yang lama
- Sindrom cashing
- Bulimia
4) Tujuan yang diharapkan :
- Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi & berat badan yang terkontrol
- Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang
- Tidak terjadinya penurunan berat badan berlebih
Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab kelebihan 1. Informasi awal dan dasar dalam
nutrisi merencanakan intervensi
2. Diskusikan dengan pasien tentang 2. Memfasilitasi pasien untuk menentukan
kelebihan makanan faktor penyebab kelebihan nutrisi dan
menyelesaikan masalah
3. Lakukan pengukuran BMI 3. Menentukan derajat kelebihan nutrisi
4. Lakukan pengukuran berat badan 4. Berat badan merupakan salah satu indikator
setiap tiga hari jika memungkinkan status nutrisi pasien
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 5. Gizi yang sesuai dengan kondisi pasien
menentukan program diet yang sesuai dapat menentukan status nutrisi pasien
6. Ukur asupan makanan dalam 24 jam 6. Menentukan keseimbangan intake dengan
kebutuhan nutrisi pasien
7. Buat program latihan dan olahraga 7. Olahraga meningkatkan kebutuahn energi
sehingga diharapkan terjadi keseimbangan
8. Hindari makanan yang banyak 8. Makanan berlemak banyak menghasilkan
mengandung lemak energi sehingga menambah kelebihan berat
badan
9. Berikan pendidikan kesehatan program 9. Meningkatkan pengetahuan, memberikan
diet yang benar dan akibat yang mungkin informasi, dan mencegah komplikasi
terjadi apabila kelebihan berat badan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda, dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan

Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta.: Medication.

Saputra, Dr. Lyndon. 2013.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Binarupa Aksara

Tarwoto Sdan Wartonah. 2015.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan edisi 5.

sJakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai