Anda di halaman 1dari 3

Keseimbangan Firm

1. Pendekatan total
Dalam menjalankan usahanya, pengusaha tentu mengharapkan laba. Bahkan laba ini
merupakan tujuan utamanya. Pada dasarnya, laba merupakan selisih antara hasil
penjualan output dikurangi biaya untuk menghasilkan output tersebut. Secara teknis,
dapat dinyatakan bahwa laba merupakan selisih antara total revenue dan total cost,
atau:
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Dengan 𝜋 adalah laba total atau total profit, TR adalah penerimaan total atau total
revenue, dan TC adalah biaya total atau total cost.
Dari persamaan dapat diketahui bahwa total revenue merupakan perkalian antara
average revenue atau harga dan output, atau TR = AR x Q dan juga sudah kita ketahui
bahwa total cost merupakan perkalian antara average cost (AC) dan output, yakni :
𝑇𝐶 = 𝐴𝐶 × 𝑄
Dengan demikian, persamaan dapat dituliskan kembali sebagai :
𝜋 = (𝐴𝑅 × 𝑄) − (𝐴𝐶 × 𝑄)
Atau
𝜋 = (𝐴𝑅 − 𝐴𝐶) × 𝑄
Nilai yang terdapat di dalam tanda kurung itu adalah laba rata-rata, yakni :
𝐴𝜋 = 𝐴𝑅 − 𝐴𝐶
Dengan 𝐴𝜋 adalah laba rata-rata atau average profit. Dengan demikian, persamaannya
dapat dituliskan sebagai :
𝜋 = 𝐴𝜋 × 𝑄
Atau laba total sama dengan laba rata-rata dikalikan dengan jumlah output. Kita juga
𝜋
dapat persamaan untuk 𝐴𝜋 = 𝑄

Atau laba rata-rata sama dengan laba total dibagi jumlah output.
2. Pendekatan Marginal

Penerimaan Marginal adalah tambahan Penerimaan Total yang disebabkan oleh


penjualan tambahan satu satuan output. Perusahaan akan memperoleh keuntungan
maksimum apabila menghasilkan output pada tingkat di mana Penerimaan Marginal
sama dengan Biaya Marginal (MR = MC), dan pada MC yang meningkat. Perusahaan
yang memaksimumkan keuntungan tidak akan menghasilkan output kurang dari
jumlah pada posisi MR = MC. Selama MR lebih besar dari MC, tambahan output
yang dihasilkan akan memberikan tambahan penerimaan lebih banyak daripada
tambahan biayanya, dan perusahaan akan kehilangan keuntungan dengan tidak
menambah jumlah produksinya. Demikian pula, perusahaan tidak akan menghasilkan
output yang lebih besar dari jumlah pada posisi MR = MC ini agar keuntungan yang
diterimanya maksimum.

Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum. Analisis ini
mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan marginal yakni tambahan
keuntungan total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk mencari jumlah
output yang menghasilkan keuntungan maksimum dapat digunakan patokan sebagai
berikut “Jika keuntungan marginal masih positif dengan menambah satu unit output
maka output harus ditambah dan apabila keuntungan marginal negative dengan
menambah satu unit output maka output harus dikurangi sampai keuntungan atau laba
marginal= 0”.

Dalam persaingan sempurna kurve permintaan adalah juga kurve AR dan kurve MR.
Kurve MC memotong kurve ATC pada titik minimumnya. Perusahaan mencapai
keuntungan maksimum pada tingkat penjualan output di mana MR = MC, yaitu pada
titik e, di mana kurve MC memotong kurve MR. Di sebelah kiri titik e, belum
mencapai keuntungan maksimum, karena setiap penjualan unit output di sebelah kiri
Qe masih memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari marginal costnya. Di
sebelah kanan Qe, biaya setiap tambahan unit output lebih tinggi dari penerimaan
(revenue) yang diperoleh dari penjualannya, sehingga total keuntungan berkurang dan
dapat menderita kerugian. Dari bahasan ini dapat ditarik kesimpulan :
(a) Jika MC < MR total keuntungan belum maksimum, perusahaan harus
meningkatkan outputnya.

(b) Jika MC > MR tingkat keuntungan menjadi menurun, perusahaan harus


menghentikan produksinya.

(c) Jika MC = MR tingkat keuntungan jangka pendek adalah maksimum.

Jadi syarat pertama untuk ekuilibrium perusahaan dalam jangka pendek adalah MR =
MC. Namun, syarat ini belum cukup, karena pada kondisi di mana MR = MC belum
tentu perusahaan dalam kondisi ekuilidrium. Dalam Gb. 7.2. pada titik e‟, di mana
syarat MR = MC juga terpenuhi, tetapi perusahaan tidak dalam kondisi ekuilibrium,
karena keuntungan maksimum pada tingkat output Qe > Qe‟. Oleh karena itu, kondisi
ekuilibrium membutuhkan syarat kedua yaitu bahwa pada saat berpotongan dengan
kurve MR, MC menaik. Jadi, kurve MC memotong kurve MR harus dari bawah. Pada
titik e, slope MC positif, sedangkan slope MR = 0, berarti slope MC > slope MR.
Dengan demikian, syarat ekuilibrium perusahaan dalam jangka pendek adalah : (1)
MC = MR dan (2) slope MC > slope MR.
Dalam kenyataan, suatu perusahaan dalam kondisi ekuilibrium tidak berarti harus
menerima keuntungan ( excess profit). Apakah perusahaan menerima keuntungan atau
menderita kerugian tergantung pada tingkat biaya total rata-rata (ATC). Jika ATC di
bawah tingkat harga ekuilibrium, perusahaan akan menerima keuntungan (excess
profit) sebesar luas bidang PqABe (Gb. 7.3). Jika ATC diatas harga ekuilibrium,
perusahaan menderita kerugian sebesar FCePq (Gb. 7.4). Dalam kasus demikian,
perusahaan hanya akan meneruskan produksinya jika masih mampu menutup biaya
variabelnya.

Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan biaya


marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada
saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungannya apabila menambah
produksinya pada saat MR>MC yaitu hasil penjualan marginal (MR) melebihi biaya
marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi dan penjualan akan
menambah keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR<MC,
mengurangi produksi dan penjualan akan mmenambah untung. Maka keuntungan
maksimum di capai dengan keadaan di mana MR=MC berlaku. sehingga π=TR-TC.
Dengan kata lain, perusahaan akan menghentikan produksinya ketika perusahaan
menderita kerugian minimum. Titik di mana perusahaan dalam kondisi menutup biaya
variabelnya disebut “closing-down point” atau dapat disebut sebagai titik di mana
perusahaan menghentikan produksinya. Dalam Gb. 7.5 “closing-down point”
perusahaan ditandai oleh titik w. Jika harga turun di bawah Pw perusahaan tidak dapat
menutup biaya variabelnya dan lebih baik menutup perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai