Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN TUMBUH KEMBANG PADA An.

K
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SRONDOL SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Pembimbing Akademik : Ns. Meira Erawati, M.Si.Med.


Pembimbing Klinik : Sugiyarto, SKM., S.Kep., Ns.

Oleh :
Nama : Arintan Nur Safitri
NIM : 22020118210034

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep tentang asuhan keperawatan pada pertumbuhan
dan perkembangan anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pertumbuhan dan
perkembangan anak dari pengkajian hingga evaluasi.
c. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pertumbuhan dan perkembangan
anak meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana dan implementasi
keperawatan hingga evaluasi.
d. Mampu mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pertumbuhan
dan perkembangan anak.
e. Mampu melakukan deteksi dini perkembangan anak menggunakan KPSP.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Mind Maps terlampir


BAB IV

PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat pada usia balita, atau biasa dikenal
sebagai fase “Golden Age” (periode emas), oleh karenanya fase ini merupakan fase yang
sangat penting dalam hal tumbuh kembang. Tumbuh kembang pada periode tersebut perlu
diperhatikan secara cermat agar terdeteksi sedini mungkin apabila terjadi kelainan (Rosidi &
Syamsianah, 2012). Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta
mengenal faktor risiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Deteksi dini bertujuan
untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan, serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang
jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Penilaian pertumbuhan dan
perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian
perkembangan (Chamidah, 2009).
Penilaian pertumbuhan An.K berusia 18 bulan dalam kasus ini dinilai dengan
pengukuran antropometri yang terdiri dari pengukuran berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Hasil pengukuran menunjukkan hasil berat
badan 10,3 kg, tinggi badan 83 cm, lingkar kepala 37 cm, dan lingkar lengan atas 15 cm.
Perhitungan z-score BB/PB adalah -0,04 (normal), BB/U adalah 0,09 (gizi baik), dan PB/U
yaitu 0,79 (normal). Pengukuran lingkar kepala juga menunjukkan hasil normal yang berarti
pertumbuhan dan perkembangan isi tengkorak baik karena pertumbuhan tengkorak biasanya
mengikuti pekembangan otak dan cairan serebrospinal (Chamidah, 2009). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan anak sesuai dan tidak ada masalah dalam pertumbuhan
berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi anak.
Sedangkan untuk penilaian perkembangan An.K dalam asuhan keperawatan ini
menggunakan KPSP. KPSP merupakan kuesioner yang direkomendasikan oleh Departemen
Kesehatan RI yang merupakan revisi dai Denver Developmental Screening Test (DDST).
Aspek perkembangan yang dapat dinilai dalam pemantauan perkembangan terbagi menjadi 4
bagian yaitu perkembangan personal sosial, motorik halus dan kasar, serta bahasa.
Perkembangan-perkembangan ini saling berhubungan satu sama lain, apabila ada gangguan
perkembangan pada salah satu aspek perkembangan maka dapat mempengaruhi aspek
perkembangan lainnya.
Hasil deteksi dini pada An.K dengan menggunakan KPSP anak usia 18 bulan
menunjukkan hasil bahwa perkembangan An.K sesuai dengan tahap perkembangan anak usia
18 bulan dengan rincian anak mampu menjawab Ya sebanyak 9 pertanyaan. Pada aspek
motorik halus, An.K dapat menggelindingkan bola kembali ke orang tua apabila anak diberi
bola dengan digelindingkan/dilempar serta anak dapat mengambil biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk dari wadah. Pada aspek motorik kasar, An.K dapat berdiri
sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik, An.K dapat berdiri sendiri tanpa
berpegangan selama 30 detik atau lebih, An.K dapat membungkuk untuk mengambil mainan
di lantai kemudian berdiri kembali tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, dan anak dapat
berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung. Ny.S mengatakan An.K
dapat berdiri sejak usia 11 bulan dan pertama kali berjalan pada usia 12 bulan. Hal ini sesuai
dengan perkembangan psikomotor anak oleh Bayley bahwa anak pada usia 18 bulan yaitu
anak dapat berjalan sejak usia 14 bulan, dapat berjalan mundur dan melangkah ke depan,
dapat makan sendiri walau belum sempurna dan masih berceceran, minum dengan memegang
gelas sendiri, dan sudah bisa menyusun balok (Andriany, 2011).

Pada aspek bicara dan bahasa, An.K sudah dapat memanggil ayah dan bundanya tanpa
diperintah. Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan bahasa anak usia 1-2 tahun bahwa
anak mampu berkomunikasi dengan orang lain, mampu menggabungkan dua kata atau lebih,
mampu mengucapkan kata pertama, perkembangan kosa kata, dan menyederhanakan kata
menjadi bunyi (Andriany, 2011). Sedangkan pada aspek sosialisasi dan kemandirian, An.K
dapat bertepuk tangan dan melambaikan tangan, An.K dapat menunjukkan apa yang
diinginkannya tanpa menangis, dan An.K dapat memegang sendiri gelas dan minum dari
gelas tersebut tanpa tumpah. Hal yang perlu diperhatikan pada usia 18 bulan dalam aspek
kemandirian dan sosial adalah antara orang tua dan anak harus bisa memahami kebutuhan.
Pada tahap ini anak harus mampu menunjukkan apa yang diinginkan sehingga orang tua
perlu memahami kebutuhan anak. Kesalahan pemenuhan kebutuhan anak pada tahap ini
dapat menimbulkan perasaan gagal pada diri anak kemudian menimbulkan perasaan ragu dan
malu seperti teori perkembangan psikososial dari Erickson yang menyatakan usia 18 bulan
menjadi masa krisis antara otonomi lawan ragu-ragu atau malu (Singgih, 2008).

Oleh karena hasil pemeriksaan tumbuh kembang menunjukkan normal dan Ny.S juga
semangat dan antusias untuk dapat melanjutkan deteksi dini tumbuh kembang anak maka
diangkat diagnosa keperawatan kesiapan meningkatkan menjadi orang tua. Intervensi yang
diberikan antara lain mengajarkan dan mendemonstrasikan pada Ny.S tentang deteksi dini
dan stimulasi tumbuh kembang anak. Penelitian menyatakan bahwa pemberian stimulasi
efektif apabila memperhatikan kebutuhan anak sesuai tahapan perkembangannya terutama
dilakukan pada periode kritis (golden period) yakni dua tahun pertama kehidupan anak.
Deteksi dini penting diketahui oleh ibu karena ibu merupakan pengasuh terdekat harus
mengetahui lebih banyak proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta faktor-faktor
yang mempengaruhi itu (Christiari dkk, 2013). Intervensi yang diberikan pada Ny.S berupa
pengajaran deteksi dini dan stimulasi dini pada anak menjadi hal yang sangat penting.
Penelitian mengungkapkan semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak
akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan
menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan
otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia
kurang dari 4 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak
akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal ini yang menyebabkan
perkembangan anak menjadi terhambat (Hati & Lestari, 2016). Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa Ny.S nampak antusias dan mengatakan mengerti tentang status pertumbuhan dan
perkembangan anak dan ingin mencoba menstimulasi tumbuh kembang anak secara mandiri
untuk tahap selanjutnya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan pertumbuhan dengan pengukuran antropometri menunjukkan
bahwa status gizi baik, tinggi normal, berat badan normal, dan lingkar kepala normal.
Sedangkan hasil pemeriksaan perkembangan An.K menggunakan alat pengkajian KPSP
anak usia 18 bulan menunjukkan hasil bahwa An.K dapat mencapai kemampuan dasar
tumbuh kembang yang sesuai dengan usia An.K saat ini yakni 18 bulan. Hal ini berarti
bahwa An.K tidak mengalami masalah keterlembatan perkembangan pada aspek motorik
kasar, motorik halus, berbicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.

B. Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa sebaiknya mempelajari tahap perkembangan dan alat deteksi tumbuh
kembang lain seperti TDD (Tes Daya Dengar), TDL (Tes Daya Lihat), KMME
(Kuesioner Masalah Mental Emosional), CHAT (Ceklist for Autism in Toddler) dan
GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) agar dapat melakukan
pengkajian tumbuh kembang anak secara komprehensif.
2. Tenaga kesehatan Puskesmas (Perawat/Bidan/Dokter)
Tenaga kesehatan puskesmas sebaiknya mengoptimalkan deteksi dini tumbuh
kembang anak dengan memberikan intervensi atau penyuluhan kepada orang tua agar
mampu dilanjutkan orang tua secara mandiri di rumah.
3. Orang tua An.K
Orang tua An.K khususnya Ny.S dapat melanjutkan deteksi dini dan stimulasi tumbuh
kembang An.K secara mandiri di rumah seperti yang sudah diajarkan dan
didemonstrasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Andriany, V. 2011. Optimalisasi Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Kegiatan


Penyuluhan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jurnal UPI. 1-6

Cameron, N. 2002. Human Growth and Development. California: Academic Pres

Chamidah, A.N. 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jurnal
Pendidikan Khusus. 1-8

Christiari, A.Y., Syamlan, R., & Kusuma, I.F. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24 bulan di Kecamatan
Mayang Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan. 1(1): 20-23

Hati, F.S. & Lestari, P. 2016. Pengaruh Pemberian Stimulasi pada Perkembangan Anak Usia
12-36 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul. Journal Ners and Midwifery Indonesia. 4(1):
44-48

Litbangkes B. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia

Moersitowarti. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto

Rosales et.al. 2009. Understanding The Role of Nutrition in The Brain and Behavioral
Development of Toddlers and Preschool Children: Identifying and Addressing
Methodological Barriers. Nutritional Neurosci. 12(5): 190-202

Rosidi, A. & Syamsianah, A. 2012. Optimalisasi Perkembangan Motorik Kasar dan Ukuran
Antropometri Anak Balita di Posyandu “Balitaku Sayang” Kelurahan Jangli Kecamatan
Tembalang Kota Semarang. Jurnal Unimus. 162-169

Singgih, G. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai